Jumat, 29 Oktober 2021

Sin Tiauw Hiap Lu 188

Semua orang terkejut. Waktu memeriksa binatang itu, kiranya rajawali jantan telah dingin beku dan sudah lama mati. Semua orang menjadi terharu oleh jiwa setia sehidup semati sepasang burung itu. Oey Yong paling berduka hingga hampir mencucurkan air mata.

“Suhu, Suci, jika Yo-toako berada di bawah jurang, cara bagaimana kita harus menolong dia naik?” kata Thia Eng kemudian.

“Siang-ji,” kata Oey Yong sambil mengusap kedua matanya yang basah, “Sesungguhnya bagaimanakah keadaan di dalam jurang sana?”

Sementara itu Kwe Siang sudah pulih kembali semangatnya, maka tuturnya: “Begitu aku jatuh ke bawah, dengan cepat aku tenggelam ke dasar kolam, dalam keadaan gugup aku pun kemasukan beberapa cegukan air. Kemudian entah... entah mengapa aku terapung ke permukaan air dan Yo-toako telah menjambak rambutku terus diangkat ke atas...”

Oey Yong rada lega mendengar itu, katanya. “Apakah di tepi kolom itu ada goanya yang dapat dibuat berdiri?”

“Ya, di tepi kolam itu banyak pepohonan,” sahut Kwe Siang.

“Oh,” kata Oey Yong. “Dan sebab apa kau terjun ke bawah?”

“Waktu aku diangkat ke atas, Yo-toako juga menanya aku seperti itu,” tutur Kwe Siang. “Aku lantas keluarkan jarum emas dan serahkan kepadanya, kataku: ‘Aku minta supaya engkau menjaga dirimu dan janganlah mencari pikiran pendek’.

Tanpa berkedip dia memandangi aku, tak lama kemudian rajawali jantan jatuh ke bawah, menyusul yang betina lantas datang membawa kawannya ke atas, kemudian datang lagi membawa aku. Kuminta Yo-toako juga ikut naik, tetapi dia tidak membuka suara dan aku dinaikkannya ke atas punggung rajawali. Ibu, suruhlah rajawali itu turun kembali ke bawah untuk menjemputnya.”

Sementara Oey Yong tak mau memberi tahu tentang kematian sepasang rajawali itu. Dia tanggalkan baju luarnya sendiri untuk menutupi badan sang puteri yang basah.

“Tampaknya sementara Ko-ji tidak berbahaya, lekas kita pintal seutas tambang panjang untuk menjemputnya naik!” kata Oey Yong kemudian kepada kawan-kawannya.

Beramai-ramai semua orang lantas mengelotoki kulit pohon buat dibikin tali. Kecuali Hoat-ong yang jalan darahnya tertotok, Kwe Siang yang belum pulih dari letihnya, selebihnya ikut kerja keras. Meski mereka adalah jago silat terkemuka, namun untuk memilin tambang tidaklah lebih pandai dari pada tukang yang biasa, maka sesudah sibuk sampai hari gelap baru ratusan tombak tambang itu dapat mereka pilin, tampaknya masih jauh dari cukup.

Thia Eng mengikat sebuah batu pada ujung tambang itu dan diturunkan ke bawah jurang, ujung tambang yang lain diikat pada dahan sebuah pohon. Tali itu terus dipilin dan makin panjang terus menurun ke bawah. Satu malam suntuk mereka bekerja terus, sampai besok paginya, Kwe Siang juga turut membantu sehingga tambang itu pun terus bertambah panjang. Tapi Yo Ko yang katanya berada di bawah jurang itu sama sekali tak mengirimkan sesuatu tanda atau berita.

Oey Yok-su mulai kuatir. Dia keluarkan serulingnya terus ditiup dengan tenaga dalamnya yang hebat. Suara seruling demikian nyaring merdu tersiar ke dalam jurang, kalau Yo Ko mendengar suara seruling itu pasti akan bersiul panjang untuk menjawabnya. Siapa tahu keadaan masih tetap sunyi saja. Sesudah berpikir sejenak, Oey Yong memotong sepotong kayu, dengan ujung pedang dia ukir beberapa huruf di atas kayu itu, bunyinya singkat:

‘Apa selamat? Harap jawab!’

Lalu batang kayu itu dilemparkan ke dalam jurang. Namun sudah lama sekali, tetap tiada sesuatu suara di dalam jurang sana hingga semua orang menjadi kuatir. Meski jurang itu sangat dalam, tapi panjang tambang agaknya sudah mencapai dasarnya.

“Biarlah aku turun melihatnya,” kata Thia Eng.

“Aku saja yang turun!” seru Ciu Pek-thong tiba-tiba, dan tanpa menunggu jawaban orang lain, cepat saja dia merosot turun dengan tambang itu, hanya sekejap saja orangnya telah menghilang menembus kabut yang mengapung di permukaan jurang.

Agak lama kemudian, secepat kera Ciu Pek-thong merembet naik kembali, rambut serta jenggotnya berlepotan lumut, berulang-ulang si tua ini menggeleng kepala dan berkata:

“Sedikit pun tiada bayangannya, mana ada Yo Ko segala?”

Karena itu semua orang memandangi Kwe Siang dengan rasa sangsi.

“Tadi Toakoko berada di bawah, mengapa bilang tidak ada?” kata Kwe Siang pasti. “Dia duduk di atas pohon besar di tepi kolam.”

Thia Eng tidak mau banyak bicara, segera dia merosot turun dengan tambang, menyusul Liok Bu-siang ikut turun dan berturut-turut Eng-koh, selanjutnya Oey Yok-su dan It-teng Taysu juga ikut turun ke bawah. Bagi mereka pertama-tama kuatirkan keselamatan Yo Ko, kedua tertarik dan ingin mengetahui macam apa pemandangan di bawah jurang itu. Oey Yong yang turun paling belakang lalu memberi pesan kepada sang puteri:

“Siang-ji, kesehatanmu belum puIih, jangan kau ikut turun. Jika Yo-toako berada di bawah, dengan kawan-kawan begini banyak kita pasti dapat menolongnya ke atas.”

Meski pun perasaannya sangat kuatir tetapi Kwe Siang mengiyakan dengan mengembeng air mata. Oey Yong pandang pula Hoat-ong yang deprok di tanah itu. Ia kuatir kalau-kalau Iwekang terlalu lihay hingga dapat melepaskan totokan yang sebenarnya harus lewat 12 jam baru bisa punah sendirinya. Maka dia mendekatinya dan menotok pula di punggung, dada dan kedua lengannya, di tempat-tempat yang melumpuhkan, setelah itu barulah dia menyusul melorot ke bawah jurang. Daya merosotnya makin lama semakin cepat.

Jurang itu dalam sekali, hingga lama barulah sampai di bawah. Ia lihat di bawah jurang itu memang betul ada sebuah kolam yang berair biru kehijau-hijauan. Oey Yoksu dan lainnya berdiri di tepi kolam sedang memeriksa dengan teliti, tapi jejak Yo Ko tidak terlihat. Di kiri kolam sana, di atas sebatang pohon terdapat lebih dari 30 buah sarang tawon, terdengar suara mendengungnya tawon yang mengitari sarangnya, nyata itulah tawon putih. Tergerak pikiran Oey Yong, katanya cepat:

“Ciu-toako, lekas kau tangkap seekor tawon itu, coba kita lihat apakah di sayapnya juga terdapat tulisan?”

Ciu Pek-thong menurut. Dia tangkap seekor tawon itu, tapi tiada terdapat sesuatu tulisan. Sesudah Oey Yong memeriksa sekitar jurang itu, ternyata empat penjuru hanya dinding tebing yang beratus tombak tingginya, terang tiada jalan tembusan lain, pohon besar di tepi kolam berbentuk pipa-pipa dan tak diketahui apa namanya. Waktu mendongak, kabut rapat menutupi permukaan jurang hingga tak tertembus sinar matahari. Sedang ia termenung-menung, mendadak terdengar Ciu Pek-thong berseru:

“Hai, seekor ini ada tulisannya!”

Lekas Oey Yong mendekatinya dan benarlah pada kedua sayap tawon itu tertisik tulisan, bunyinya tetap

‘Aku berada di dasar Coat-ceng-kok’.

Di antara orang yang hadir sekarang, Oey Yong sendiri yang paling pandai menyelam. Tanpa disuruh lagi ia ringkaskan bajunya, ia telan sebutir pil ‘Kiu-hoa-giok-loh-wan’ untuk menjaga kemungkinan ular air berbisa dan lain-lain, habis itu ia terjun ke dalam kolam. Cepat Oey Yong menyelam ke bawah, makin dalam air kolam itu semakin dingin hingga serasa menusuk tulang. Diam-diam Oey Yong terkejut melihat air hijau berlumut se-akan membeku itu. Tetapi dia belum putus asa, setelah menongol ke permukaan air menghirup udara, dia menyelam lebih dalam lagi.

Ketika sampai tempat yang sangat dalam, dari dasar kolam itu dengan sendirinya timbul semacam daya penolak yang kuat. Sekali pun Oey Yong sudah berusaha sebisanya tak sanggup menyelam sampai dasar kolam. Apa pula dinginnya tak tertahan, sekitarnya juga tiada tanda-tanda yang aneh, terpaksa ia timbul kembali ke atas. Melihat Oey Yong kedinginan hingga bibirnya kebiruan, rambutnya mengkilat putih, ternyata terbeku selapis es tipis, sungguh semua orang terkejut sekali.

Lekas-lekas Thia Eng dan Liok Bu-siang mengumpulkan kayu kering membuat api unggun untuk menghangatkan badan Oey Yong.

**** 188 ****





OBJEK WISATA MANCA NEGARA


Teluk Wilhelmina Antartika

Kota Tua Samarkand, Uzbekistan
Pulau Falkland Antartika Inggris
Pulau Falkland Antartika Inggris
Air Terjun Victoria Afrika
Air Terjun Victoria Afrika
Panci Makgadikgadi Botswana, Afrika
Panci Makgadikgadi Botswana, Afrika
Pulau Falkland Antartika Inggris
Pulau Falkland Antartika Inggris
Panorama Alam Georgia
Panorama Alam Georgia
Kebun Raya Singapura
Kebun Raya Singapura
Pagoda Shwedagon Yangon, Myanmar
Pagoda Shwedagon Yangon, Myanmar
Dataran Guci Xiangkhouang, Laos
Dataran Guci Xiangkhoung, Laos
Danau Iskanderkul Tajikistan
Danau Iskanderkul Tajikistan
Piramida Giza Mesir
Piramida Giza Mesir
Ngarai Sungai Ikan Namibia, Afrika
Ngarai Sungai Ikan Namibia, Afrika
Taman Nasional Ala Archa Kirgistan
Taman Nasional Ala Archa Kirgistan
Selat Drake Antartika Amerika
Selat Drake Antartika Amerika
Istana Kekaisaran Tokyo
Istana Kekaisaran Tokyo
Jembatan Gerbang Emas
Jembatan Gerbang Emas - Amerika
Air Terjun Niagara
Air Terjun Niagara Prancis
Grand Canyon
Grand Canyon Amerika
Pasar Terbesar di Bangkok
Pasar Terbesar di Bangkok
Taman Nasional Yellowstone
Taman Nasional Yellowstone - Amerika
Burj Khalifa - Dubai
Budj Khalifa Dubai
Taj Mahal
Taj Mahal India
Musium Amir Temur Uzbekistan
Musium Amir Temur Uzbekista
Blackpool - Amerika
Blackpool Irlandia
Taman Nasional Blue Mountain - Sydney
Taman Nasional Blue Mountain Sydney
Jembatan Baja Terbesar di Australia
Jembatan Baja Terbesar di Australia
Taman Nasional Kakadu Australia
Taman Nasional Kakadu Australia
Danau Baikal Rusia
Danau Baikal Rusia
Biara Meteora Yunani
Biara Meteora Yunani
Pantai Bondi Australia
Pantai Bondi Australia
Menara Eiffel Prancis
Menara Eiffel Prancis
Musium Van Gogh Belanda
Musium Van Gogh Belanda
Gedung Opera Sydney
Gedung Opera Sydney
Gunung Meja Afrika
Gunung Meja Afrika
Menara Kembar Petronas Malaysia
Menara Kembar Petronas Malaysia

===============================




Air Terjun Victoria Afrika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar