Kamis, 25 Maret 2021

Pendekar Pemanah Rajawali Jilid 139

Selagi orang berdiam, cit Kong melirik kepada Kwee Ceng dan Oey Yok Su. Si anak muda tetap mengawasi dengan kemurkaannya yang hebat. Oey Yong mau menangis, air matanya mengembang, tandanya dia sangat berduka. Ia lantas berpikir, setelah itu ia berkata pula dengan keras

"Sekarang aku si pengemis tua hendak pergi tidur siapa yang bertempur pula, itu artinya dia tidak memandang lagi padaku, maka kalau besok malam kalian mengamuk hingga langit ambruk dan bumi gempa, aku tidak akan membantu siapapun. Ma Giok. hayo kau ajak kawanan bulu campur aduk dari kamu naik ke lauwteng, di sana tinggallah kalian dengan tenang Anak Ceng, anak Yong, mari turut aku, kau tumbuki pahaku"

Auwyang Hong jeri. Ia tahu kalau Cit Kong membantu Coan Cin Pay, sulit ia melawannya, maka ia pun berkata

"Eh, pengemis tua, saudara Yok bersama aku bentrok sama Coan cin Kauw, kalau kata-katamu bukan angin busuk belaka, baiklah hari ini aku memberi muka padamu, tetapi ingat, besok tidak dapat kau membantu siapapun"

Di dalam hatinya, Ang Cit Kong tertawa. Ternyata orang telah kena digertak. Pikirnya: "Kalau sekarang kau menolak aku dengan jari kelingkingmu, tentu aku roboh, siapa nyana kau takut"

Maka ia berkata pula dengan nyaring "Kalau aku sipengemis tua melepaskan angin busuk, bila itu dibandingkan sama kata-katamu, masih terlebih harum. Aku telah bilang, aku tidak akan membantu, pasti aku tidak akan membantu. Apakah kau merasa pasti bahwa kau bakal menang" ia tertawa dan melengak, kepalanya sampai mengenai tanah, tempat araknya dijadikan bantal. Ia berkata pula: "Anak-anak, mari kau memukuli pahaku"

Paha kambing Cit Kong tinggal tulangnya saja tetapi ia sayang untuk membuangnya, ia masih menggerogoti, baru kemudian, ia masukkan tulang itu ke dalam sakunya. Ia mengawasi langit di mana awan putih melayang-layang. Katanya perlahan:

"Jangan-¬jangan bakal terjadi perubahan udara " Ia terus menoleh pada Oey Yok su, untuk berkata "Saudara Yok, dapatkah kau meminjamkan putrimu supaya dia menumbuki pahaku?"

Ditanya begitu, Tong shia bersenyum. Oey Yong lantas menghampiri, ia duduk di sisi orang, terus ia menggebuki perlahan paha pengemis tua itu.

"Ah," kata Cit Kong sambil menghela napas. "Beberapa tulang tuaku ini belum pernah mendapat rejeki seperti ini" ia terus memandang Kwee Ceng, untuk mengatakan."Eh, anak tolol, apakah tanganmu tidak kena dibikin patah oleh oey Loshia?"

"Ya," menyahut si anak muda itu. Ia juga duduk di sisi si pengemis, untuk menumbuki pahanya.

Kwa Tin ok pergi menyenderkan tubuhnya di sebuah pohon yang liu di tepi telaga, sepasang matanya yang tidak ada bijinya diarahkan kepada Oey Yok su. Ia menggunakan kupingnya sebagai mata.

Oey Yok su berjalan mondar-mandir di tepi telaga itu, ia pergi ke timur atau ke barat, matanya Tin ok terus mengikuti. Ia tahu itu, ia tidak mengambil mumat, ia cuma bersenyum.

Khu Cie Kie berenam, bertujuh sama In cie Peng, duduk numprah di tanah dengan kedudukannya tetap seperti barisan rahasia itu. Kepala mereka tunduk. alis mereka turun. Mereka bersemedhi sambil berlatih secara diam-diam.

Budak-budak Auwyang Hong telah lantas bekerja. Dari perahu, mereka mengeluarkan meja dan kursi, mengatur di bawah Yan ie Lauw, mereka terus menyajikan hidangan serta arak. seorang diri see Tok bersantap dan minum, matanya memandang ke telaga. Ia duduk dengan membelakangi orang banyak.

Ang Cit Kong diam-diam memperhatikan Kwee Ceng dan Oey Yong. Keduanya saling menghindari pandangan mata. selama hampir satu jam, Pak Kay belum pernah melihat mereka memandang ataupun melirik satu sama lain. ia heran. ia telah menanyakan sebabnya, senantiasa dua orang itu menjawab dengan mengalihkan pertanyaan.

"Eh, saudara Yok," akhirnya Cit Kong tanya Tong shia, "Apa nama lainnya dari telaga Lam ouw ini?"

"Wan Yo ouw," Oey Yok su menjawab. Itu berarti "Telaga burung wanyoh".

"Kalau begitu, kau lihatlah" kata si Pengemis dari Utara. "Di telaga burung wanyoh ini anakmu dengan menantumu sudah main berdiam-diam, kenapa kau yang menjadi orang tua atau mertua, tidak hendak mengasih atau membujuk mereka?"

Mendengar itu, belum lagi Oey Yok su menjawab, Kwee Ceng sudah mendahului. Ia berlompat bangun, ia menuding Tong shia seraya berkata dengan keras:

"Dia dia telah membinasakan kelima guruku, bagaimana aku dapat masih memanggil dia mertua?"

"Toh tidak aneh, bukan?" kata Tong shia tertawa dingin. "Kang Lam Cit Koay belum mati habis, masih ketinggalan satu si buta Dan dia ini, aku akan membikin dia hidup tidak sampai besok"

Kwa Tin ok bertabiat keras, ia menjadi gusar sekali, maka ia berlompat akan menyerang si Bisa dari Timur. Tetapi Kwee Ceng telah mendahului, sebab biar dia bergerak belakangan, murid ini gesit sekali, serangannya sampai lebih dulu. Oey Yok su menangkis serangan itu, hingga si anak muda mundur setindak.

"Telah aku bilang jangan menggerakkan tangan" Ang cit Kong berseru. "Apakah kamu kira perkataanku si pengemis tua angin busuk belaka?"

Kwee Ceng tidak berani maju lebih jauh, cuma dengan sorot bengis ia mengawasi oey Yok su.

"Oey Lao shia," berkata Cit Kong. "Kang Lam Cit Koay itu laki-laki semua, mengapa kau membinasakan mereka? Aku si pengemis tua melihatmu, aku merasa tidak puas"

"Siapa aku suka, dapat aku membunuhnya" Yok su menyahut. "Dapatkah kau menguasai aku?"

"Ayah" Oey Yong menyelak. "Lima guru, dari dia ini bukan kau yang membinasakannya Ini aku tahu betul. Ayah, bilanglah bahwa bukan kau yang membunuh mereka"

Oey Yok su mengawasi anaknya, yang mukanya kucal, ia merasa kasihan sekali. Ia pun lantas mengawasi Kwee Ceng, atas mana hatinya yang barusan lunak lantas menjadi keras lagi.

"Memang aku yang membunuh mereka" katanya keras.




Oey Yong lantas menangis. "Ayah " katanya, "Ayah mengapa kau membunuh orang?"

"Di dunia ini orang mengatakan ayahmu sesat, kau tahu tidak?" si ayah tanya. "Kalau seorang jahat, dapatkah dia berbuat baik? semua perbuatan jahat di kolong langit ini, semua perbuatan ayahmu. Kang Lam Cit Koay menganggap diri mereka orang-orang gagah yang mulia tetapi aku, melihat lagak gagah perkasa dari mereka, tak senang hatiku"

Auwyang Hong mendengar pembicaraan itu, dia tertawa terbahak. "Saudara Yok. mari aku menghadiahkan suatu tanda padamu" katanya. Ia lantas melemparkan satu bungkusan.

Jarak di antara Auwyang Hong dan oey Yok su ada dua puluh tombak lebih akan tetapi hebat gerakan tangan siBisa dari Barat, cepat melesatnya bungkusan itu, segera sampai kepada si sesat dari Timur, yang menyambutnya dengan gampang.

Tong shia merasa memegang barang yang keras, ia menduga kepala manusia. Ia lantas membuka, maka tepatlah dugaannya. Itu adalah kepala orang, yang baru dikutungi dari lehernya. Kepala itu memakai kopiah persegi, ada kumisnya, hanya mukanya tidak dikenali.

Selagi Tong shia memandang kepala orang, See Tok tertawa dan berkata "Pagi ini aku datang dari Barat, aku singgah di sebuah kamar buku, di sana aku mendengar dia ini lagi berceramah di hadapan sekumpulan pelajar, dia mengajar orang untuk menjadi menteri yang setia atau anak yang berbakti. Aku sebal mendengarnya, aku menghunus senjataku dan mengutungi kepalanya. Maka kamu Tong shia dan Aku see Tok. kita berdua cocok satu sama lain" Lantas ia tertawa bergelak¬-gelak.

Mendengar itu, air muka si sesat dari Timur berubah. Ia berkata "Aku justru paling menghormati menteri setia dan anak berbakti"

Maka ia membungkuk, menggali tanah, di situ ia kubur kepala orang itu, lantas ia menjura dengan dalam tiga kali. See Tok kecele, hilang kegembiraannya barusan, tetapi ia tertawa lebar.

"Nama besar dari Oey Lao shia kosong belaka^ katanya. "Kiranya kaupun orang yang dikekang adat sopan santun"

"Kesetiaan dan kebaktian itu adalah kesucian hati, kehormatan besar, itu bukan adat istiadat" berkata oey Yok su, suaranya berpengaruh.

Baru Tong shia menutup mulutnya, di udara terdengar guntur hebat, ketika semua berdongak. mereka melihat mega tebal seperti menutupi langit, tandanya hujan besar bakal segera turun. Lalu itu disusul sama suara tetabuhan yang nyaring dan ramai, yang datangnya dari tujuh atau delapan buah perahu besar, yang mendatang ke tepian. Di atas semua perahu itu ada lentera merahnya. Itulah tanda dari perahunya orang berpangkat.

Begitu lekas perahu-perahu telah di kepinggirkan, dari sana lompat ke darat kira-kira tigapuluh orang, di antara siapa nampak Pheng Lian Houw dan kawan-¬kawannya. Yang paling belakang mendarat ialah dua orang, satu jangkung dan yang lain kate. Yang jangkung itu Chao Wang Wanyen Lieh, pangeran dari negeri Kim, dan yang kate Pangcu Khiu Cian Jin dari Tiat Ciang Pang, partai Tangan Besi.

Terang sudah, karena mengandalkan Auwyang Hong dan Khiu Cian Jin, pangeran Kim ini berani datang sendiri ke selatan. Rupanya ia percaya betul, dalam pibu di Hoa san itu, pasti pihaknya yang bakal menang.

Begitu melihat Khiu Cian Jin, Oey Yong menuding seraya berkata kepada ayahnya "Anak telah terkena tangan jahat dia, hingga hampir hilang jiwa anak"

Oey Yok su heran. Di Kwie-in-chung ia melihat sendiri orang she Khiu itu mempertontonkan keburukannya, maka itu kenapa anaknya dapat dilukakan dia? Ketika itu Wanyen Lieh berkumpul bersama Auwyang Hong, kelihatan mereka memasang omong dengan asyik, mereka kasak kusuk sambil tunduk. setelah itu Auwyang Hong menghampiri Ang cit Kong, untuk berkata

"Saudara Cit kalau sebentar kita mulai pibu, kau tidak bakal membantu pihak yang manapun, bukankah itu kata-katamu sendiri?"

Cit Kong berkata dalam hatinya: "Aku cuma mempunyai niat tetapi tidak punya tenaga, ada niatku membantu" Maka ia menjawab:

"Aku tidak tahu sebentar atau bukan sebentar, aku hanya membilang Pee-gwee Cap-gouw"

"Benar begitu" berkata see Tok, yang terus berkata kepada Oey Yok su "Saudara Yok, orang-orang Coan cin Pay dan Kang Lam Cit Koay menghina padamu tetapi kaulah seorang tertua, jikalau kau melayani mereka, kau merendahkan kehormatanmu, maka itu sebentar biarlah aku yang memberi hajaran kepada mereka, kau sendiri boleh menonton saja, bagaimana?"

Oey Yok su sudah lantas berpikir. Ia telah melihat keadaan kedua pihak. Kalau Ang Cit Kong tidak turun tangan, coan cin Pay pasti bakal kena dibikin mampus hingga sulit mencari tempat untuk mengubur mayat mereka. Dengan begitu maka akan musnahlah partai yang dulu dibangun Ong Tiong Yang. Sebaliknya kalau Kwee Ceng tetap membantu dengan terus mengambil kedudukan di garis utara, di kedudukan thian-soan itu, mungkin Auwyang Hong tidak bisa berbuat apa-apa. Hanya ia mendapatkan bocah itu memusuhi dirinya. Maka itu, dapatkah ia berpeluk tangan saja? Maka ia pikir dan akhirnya "Hidup atau mati, senang atau susah inilah saat keputusannya "

Auwyang Hong mengawasi, ia tidak memperoleh jawaban, ia cuma menampak air muka orang muram. Ia pikir, sang waktu pendek sekali, sekaranglah saatnya untuk turun tangan. Kalau sampai Ciu Pek Thong keburu datang, sulit untuk melayaninya. Maka itu, ia lantas bersiul panjang dan berkata nyaring

"Turun tanganlah sekarang Hendak menanti apa lagi?" Mendengar suara itu, Ang Cit Kong gusar.

"Eh, apa yang kau keluarkan dari mulutmu itu kata-¬kata manusia atau angin busuk seekor anjing?" dia menegur.

Auwyang Hong menunjuk ke langit, ia tertawa. "Bukankah jam Cu-sie telah lewat?" katanya. "Bukankah ini sudah termasuk saat dari fajar Pee¬gwee Capgouw?"

Pak Kay dongak. Ia melihat si Putri Malam mulai doyong ke barat, ada mega yang menutupinya sedikit. Jadi benarlah waktu ada detik perlintasan dari jam Cu-sie ke jam Tiu-sie.

Auwyang Hong tidak menanti orang membilang apapun, dengan menekankan tongkat kepala ularnya ke tanah, ia berlompat ke depan Khu Cie Kie, menyerang imam dari Coan cin Pay itu.

Coan cin Liok Cu menginsyafi suasana itu atau kedudukan mereka. Di pihak sana pun berkumpul rombongan dari Pheng Lian Houw, yang menanti kesempatan untuk turun tangan, maka kalau mereka sembrono, pasti akan musnahlah. Tapi sembrono atau tidak. setelah beberapa gebrak. mereka merasai kesulitan.Ini disebabkan lihaynya si Bisa dari Barat dengan tongkat ularnya - di ujung tongkat ada dua ekor ular berbisa yang jahat, yang saban-saban memainkan lidahnya. Beberapa kali ular itu ditikam Cie Kie beramai, keduanya terus dapat berkelit.

Oey Yong menyaksikan pertempuran itu tetapi ia tidak pernah lepas mata dari Kwee Ceng. Ia mendapatkan si anak muda mengawasi terus dengan bengis pada ayahnya. Mungkin malang kepada Cit Kong, Kwee Ceng dapat mengendalikan diri. Tiba-¬tiba ia mendapat pikiran, maka ia berkata.

"Setiap hari membilang hendak menuntut balas, hmm…. sekarang musuh benar-benar datang tetapi berbalik menjadi jeri"

Kwee Ceng tahu ia yang diejek. Ia sadar. Ia melirik kepada nona itu, hatinya berkata. "Baiklah aku bunuh dulu si anjing Kim, kemudian masih ada waktu untukku berurusan sama Oey Yoksu" Maka ia menghunus tombak pendek warisan ayahnya, ia lari kepada Wanyen Lieh untuk menyerang.

See Thong Thian dan Pheng Lian Houw melihat majunya si anak muda, keduanya lantas merintangi dengan maju ke depan pangeran Kim.

Kwee Ceng menyerang terus dengan tombaknya. Pheng Lian Houwcun lantas menangkis dengan paon¬koan-pit, semacam senjata mirip alat tulis. Ketika senjata mereka bentrok, dia merasakan tangannya gemetar dan kesemutan justru begitu, Kwee Ceng dapat melewati dia, lalu juga see Thong Thian, yang kalah sebat.

Mereka menjadi kaget, mendongkol dan berkhawatir untuk pangeran Kim. Segera mereka menyusul. Tapi di sana, sudah ada Leng Tie siangjin dan Tio Cu ong, yang menggantikan mereka memegat pemuda itu, bahkan Nio cu ong dengan bengis sudah lantas menimpuk dengan dua batang paku rahasianya. Kwee Ceng berkelit sambil terus menyerang dengan tangan kirinya, dengan jurus "in liong sam hian" atau "Naga muncul tiga kali". serangan itu adalah serangan berantai tiga kali.

Nio Cu ong berkelit dengan menjatuhkan diri burgulingan di tanah. Leng Tie siangjin bertubuh besar, ia kurang gesit, ia pun bersangsi menangkis, maka itu, selama ia ayal-ayal, Kwee Ceng sudah sampai di depan si pangeran. sampai waktu itu, terpaksa pendeta ini mengangkat kedua cecernya untuk menangkis.

Benar hebat serangannya si anak muda, dengan suara nyaring ia membikin kedua cecer penghadangnya mental tinggi, menyusul kemudian serangan yang ketiga telah menyusul yang pertama dan yang kedua.

Dalam keadaan seperti itu Leng Tie membela terus. Ia sekarang mengandalkan tangannya yang lihay, yang juga ada racunnya. Demikian ia menyampok serangan berantai dari lawannya. Tapi kesudahannya juga hebat untuknya. Ketika kedua tangan bentrok, ia merasakan lengannya seperti mati, lengannya itu lantas turun sendiri, tidak bisa digunakan lagi

Wanyen Lieh terkejut menyaksikan pemuda yang gagah itu, yang dalam sekejap saja telah membikin empat jagoan menjadinya tidak berdaya, maka ia lantas memutar tubuhnya untuk melarikan diri

Kwee Ceng tidak mau menyia-nyiakan kesempatan, ia lompat untuk mengejar. Belum ia menyusul, menampak berkelebatnya satu bayangan kuning, disusul sama sambaran dua tangan dari samping. Ia berkelit, menyerang dengan tombak tapi serangannya itu gagal, bahkan senjatanya seperti kena tertarik. Maka lekas-lekas ia menahan diri. segera ia mengenali lawannya yang baru, yang lihay sekali dialah Khiu Cian Jin. Dari itu, ia melawan dengan sungguh-sungguh, dengan tangan kanan ia menombak, tangan kiri meninju atau menyambar.

Pheng Lian Houw melihat Kwee ceng telah dilibat Khiu Cian Jin dan Wanyen Lieh sudah dilindungi see Thong Thian dan Io cu ong, ia maju pada Kwa Tin ok, yang ia tegur sambil ia tertawa:

"Kwa Tayhiap. kenapa Kang Lam cit Koay cuma datang satu orang saja?"

Tin ok telah kehilangan tongkatnya yang oleh Oey Yong kena dibikin mental ke telaga, maka itu, tanpa menyahut ejekan itu, ia menyerang dengan tiat-leng, leng kak rahasianya, hanya sambil menimpuk. la lompat mundur tiga tindak.

Lian Houw tahu lihaynya leng kak besi itu, ia berkelit sambil berlompat. Maka senjata rahasia itu lewat di bawah kakinya. Pernah ia terkena lengkak itu, benar ia tahu cara mengobatinya dan ia tidak terbinasa, tetapi mesti menderita sakit dan berobat selama beberapa bulan. Karena itu juga, ia menjadi bersakit hati dan segera menyerang si jago buta, untuk melampiaskan kemendongkolannya. Habis berkelit, ia merangsak lagi.

Kwa Tin ok bercacad di kaki, ia biasa jalan dengan mengandalkan tongkatnya, sekarang tongkatnya lenyap. Ia menghadapi musuh tangguh, terpaksa ia berlompat Pula. Hanya ketika kaki kirinya menginjak tanah, hampir ia terguling roboh.

Lian Houw melihat tubuh lawannya limbung, dalam girangnya ia maju pula. Ia maju sambil menjaga diri dengan tangan kirinya yang mencekal pitnya, ia menyerang dengan tangan kanan ke arah punggung.

Kuping Tin ok jeli sekali, terancam bahaya, ia juga bisa menggulingkan diri. Maka pitnya Lian Houw mengenai batu, Tapi Lian Houw gusar dan penasaran, ia menyerang lagi sambil mendamprat,

"Bangsat buta, kenapa kau begini licin?" Kali ini ia menotok dengan tangan kirinya.

Kwa Tin ok berguling lagi, sambil membuang diri, ia membarengi mengayun tangannya, menerbangkan sebatang leng kak besi. Ketika itu Leng Tie siangjin lagi berjaga-jaga seraya ia memegangi lengan kanannya, justru Kwa Tin ok berguling ke dekatnya, tidak ayal lagi, ia menjejak.

Tin ok terkejut. Ia mendengar nyata angin jejakan itu. Kebetulan tangan kirinya tertindih tubuhnya, ia mengerahkan itu, untuk membikin tubuhnya melesat menyingkir dari bahaya. Hanya, selagi ia berhasil lolos dari jejakan si pendeta, pitnya Lian Houw sudah tiba pula, hingga ia merasakan punggungnya sedikit kaku. Ia mengeluh, "celaka" di dalam hatinya, kulit matanya terus dirapatkan, untuk menerima binasa.

"Pergilah" mendadak kupingnya dengar bentakan halus tapi nyaring, bentakan mana disusul sama jeritan, "aduh" yang disusul pula sama suara robohnya tubuh yang berat.

Itulah oey Yong, yang turun tangan dengan tiba-¬tiba. Mulanya dengan tongkatnya ia menangkis poan koan-pit, menyusul itu, tongkat itu bergerak pula ke kaki, maka robohlah Lian Houw, yang terguling cuma kedua senjatanya tidak sampai terlepas dari cekalannya.

Lian Houw kaget dan gusar. ia lantas merayap bangun. Hanya sekarang ia melihat Oey Yong menghalang di depan Kang Lam cit Koay yang nomor satu itu. Untuk herannya, ia mendengar Tin ok membentak:

"Siluman perempuan cilik siapa yang kesudian ditolongmu?"

Oey Yong tidak menggubris teguran itu, ia berseru kepada ayahnya "Ayah, kau jagai si buta yang tolol ini, supaya orang tidak mencelakainya" segera setelah itu, ia lari kepada Kwee Ceng, untuk membantu anak muda itu melawan Khiu Cian jin. Tin ok berdiri menjublak, ia bingung.

Pheng Lian Houw melihat gerak-gerik Oey Yok su. Waktu itu Tong shia berdiri jauh dan membelakanginya, si sesat dari Timur itu seperti tidak mendengar suara putrinya tadi. Ia menjadi berani, diam-diam ia bertindak ke arah Hui Thian Pian-hok. Lalu dengan diam-diam ia menyerang dengan pitnya. ia telah mengerahkan tenaganya dan bersungguh-sungguh .

Jangankan Tin ok dibokong, biarpun tidak dan umpama kata dia memegang tongkatnya, diserang begitu dekat, belum tentu dia sanggup menolong dirinya, akan tetapi disaat Lian Houw menyerang, mendadak terdengar suara menggaung serupa barang, yang terus membentur poankoan-pit. Begitu membentur, barang kecil itu hancur. Meski begitu, orang she Pheng itu kaget dan kesakitan tangannya, tanpa ia merasa, pitnya terlepas jatuh. Herannya, ia tidak tahu dari mana datangnya serangan. Ketika ia berpaling kepada Oey Yok su, ia mendapatkan Tong shia lagi menggendong kedua tangannya dan mata¬nya memandangi awan hitam di langit. Pemilik dari Tho Hoa To itu tidak pernah menoleh ke arahnya

Tin ok si buta, yang kupingnya mendengar segalanya, menjadi mendelu sekali. Ia tahu siapa yang menolong dirinya, karena semasa di Kwie-in-chung, ia mengenal kepandaian Tan cie sin-thong dari oey Yok su. Maka ia bertindak cepat ke belakang Tong shia, ia berkata dengan nyaring, dengan nada mendongkol:

"Dari antara tujuh saudaraku tinggal aku satu orang, buat apa aku hidup lama lagi?"

Oey Yok su mendengar suara itu, ia tetap tidak memutar tubuhnya, hanya ketika ia merasa orang telah berada kira-kira tiga kaki darinya, mendadak ia menoleh ke belakang dengan tangan kirinya atas mana Tin ok lantas roboh terjengkang, karena Tiat sim sanggup dia mempertahankan diri. Bahkan dia roboh untuk tidak segera dapat bangun lagi.

Ketika itu Kwee Ceng, dengan bantuan Oey Yong, dapat melayani seimbang kepada Khiu Cian Jin. Tentu saja sekarang mereka tidak berani memandang enteng ketua dari Tiat Ciang Pang itu, sebab dia bukan lagi Khiu Cian Lie si pembual.

Perlawanan coan cin cit Cu juga menemui satunya yang hebat sekali. Paha Cek Tay Thong telah kena kesabet tongkat kepala ular dan jubahnya Sun put Jie telah tersontek robek. Ong cie It gentar hatinya, sebab ia mengerti, apabila pertempuran berlangsung terus, dalam waktu tiga puluh jurus, mesti ada saudaranya yang terbinasa. Ia menjadi sangat berkhawatir, karena orang yang mereka buat andalan tetap belum juga muncul. Terpaksa, selagi Ma Giok dan Lauw Cie Hian menyerang dengan berbareng, ia mengeluarkan dan menyulut hu-sen pertandaannya, yang ia meluncurkannya ke udara bagaikan kembang api.

Ketika itu udara gelap dan kabut pun tebal, kaki mereka seperti tertutup kabut. Makin lama, kabut makin tebal dan hidung orang mencium bau demak yang keras. Udara gelap itu membikin rembulan hampir tidak dapat memancarkan sinarnya. Maka lagi sekian saat, benar-benar lenyap binarnya si putri malam itu. Dengan cuaca gelap itu, sukar orang melihat tegas satu sama lain. Karena ini, semua pihak menggunakan siasat membela diri

Kwee Ceng dan Oey Yong terus mengurung Khiu Cian Cian. Si anak muda melihat si nona dan musuhnya itu, yang seperti terliput kabut. Ia menjadi girang sekali. Diam-diam ia mengambil kesempatan akan meninggalkan mereka, untuk pergi mencari Wanyen Lieh. Di dalam tempat yang gelap itu, ia mementang matanya lebar-lebat. Di luar jarak tiga kaki tidak bisa ia melihat orang, maka ia berlaku teliti. Ia mencari kelilingan. Tiba-tiba, di dalam gelap itu, terdengar suara nyaring:

"Di sini Ciu Pek Thong siapa yang mencari aku untuk mengajak berkelahi?"

Mendengar suara itu, Kwee Ceng girang sekali, hanya ketika ia hendak menyahut, lain orang sudah mendahuluinya. Di sana terdengar suara Khu Cie Kie:

"Ciu susiok baik?"

Kebetulan waktu itu, awan gelap terbuka sedikit, maka kedua pihak dapat melihat satu sama lain. Nyata mereka terpisah dekat sekali, asal mereka menyerang, dapat mereka mengenai sasaran. Tentu sekali mereka sama-sama terkejut, dengan sendirinya mereka pada lompat mundur. Awan gelap membikin pertempuran berhenti sendiri dan mereka pada berdiam diri

Ciu Pek Thong terlihat berdiri di antara kedua pihak, ia tertawa dan berkata dengan gembira:

"sungguh ramai Bagus, bagus" Terus tangan kanannya digerakkan, mulanya ke tangan kiri, lalu sambil berkata. "Nah, ini kau makan obat beracun" ia menyuapi ke arah see Thong Thian

Orang she see itu lihay, dia mengerti ilmu kegesitan "le heng hoan wie" atau Memindah diri menukar kedudukan, tidak urung dia masih kalah sebat, lengannya yang dipakai menangkis kena ditangkap Pek Thong, maka lain tangannya orang she ciu itu berhasil menjejalkan "obat beracun" yang ia sebutkan itu, ialah lumpur. Dia pernah merasai kesengsaraan dari Pek Thong kalau dia melepehkan lumpur itu, dia bakal dihajar, dengan terpaksa dia mengemut itu di dalam mulutnya.

Ong cie It mendapatkan, pertandaannya itu bukan mengasih datang orang yang mereka harap-harap hanya Ciu Pek Thong, sang paman guru, kalau itu membuatnva girang luar biasa. Maka ia berseru

"Susiok, kiranya kau tidak dibinasakan Oey Tocu"

Mendengar suara keponakan muridnya itu, Ciu Pek Thong gusar. "Siapa bilang aku sudah mati?" ia berteriak. "Memang Oey Lao shia berniat membinasakanku tetapi sudah berselang sepuluh tahun lebih, tidak pernah dia berhasil Ha, Oey Lao shia, kau lihatlah"

Lantas ia menyerang ke pundak Oey Yok su. Ia menggunakan ilmu silat Khong Beng un terdiri dari tujUh puluh dua jurus, yang ia ciptakan selama terkurung di pulau Tho Hoa To. Itulah ilmu yang berdasarkan kelunakan, lemas luar biasa.

Oey Yok su tidak berani memandang enteng, ia menangkis dengan Lok Eng ciang, terus ia membalas menyerang. Tapi ia pun menyahuti. Katanya:

"Kawanan imam-imam tua bulu campur aduk dari Coan Cin Pay mengatakan aku membunuh kau, mereka hendak balas dendam untukmu"







OBJEK WISATA MANCA NEGARA


Teluk Wilhelmina Antartika

Kota Tua Samarkand, Uzbekistan
Pulau Falkland Antartika Inggris
Pulau Falkland Antartika Inggris
Air Terjun Victoria Afrika
Air Terjun Victoria Afrika
Panci Makgadikgadi Botswana, Afrika
Panci Makgadikgadi Botswana, Afrika
Pulau Falkland Antartika Inggris
Pulau Falkland Antartika Inggris
Panorama Alam Georgia
Panorama Alam Georgia
Kebun Raya Singapura
Kebun Raya Singapura
Pagoda Shwedagon Yangon, Myanmar
Pagoda Shwedagon Yangon, Myanmar
Dataran Guci Xiangkhouang, Laos
Dataran Guci Xiangkhoung, Laos
Danau Iskanderkul Tajikistan
Danau Iskanderkul Tajikistan
Piramida Giza Mesir
Piramida Giza Mesir
Ngarai Sungai Ikan Namibia, Afrika
Ngarai Sungai Ikan Namibia, Afrika
Taman Nasional Ala Archa Kirgistan
Taman Nasional Ala Archa Kirgistan
Selat Drake Antartika Amerika
Selat Drake Antartika Amerika
Istana Kekaisaran Tokyo
Istana Kekaisaran Tokyo
Jembatan Gerbang Emas
Jembatan Gerbang Emas - Amerika
Air Terjun Niagara
Air Terjun Niagara Prancis
Grand Canyon
Grand Canyon Amerika
Pasar Terbesar di Bangkok
Pasar Terbesar di Bangkok
Taman Nasional Yellowstone
Taman Nasional Yellowstone - Amerika
Burj Khalifa - Dubai
Budj Khalifa Dubai
Taj Mahal
Taj Mahal India
Musium Amir Temur Uzbekistan
Musium Amir Temur Uzbekista
Blackpool - Amerika
Blackpool Irlandia
Taman Nasional Blue Mountain - Sydney
Taman Nasional Blue Mountain Sydney
Jembatan Baja Terbesar di Australia
Jembatan Baja Terbesar di Australia
Taman Nasional Kakadu Australia
Taman Nasional Kakadu Australia
Danau Baikal Rusia
Danau Baikal Rusia
Biara Meteora Yunani
Biara Meteora Yunani
Pantai Bondi Australia
Pantai Bondi Australia
Menara Eiffel Prancis
Menara Eiffel Prancis
Musium Van Gogh Belanda
Musium Van Gogh Belanda
Gedung Opera Sydney
Gedung Opera Sydney
Gunung Meja Afrika
Gunung Meja Afrika
Menara Kembar Petronas Malaysia
Menara Kembar Petronas Malaysia

===============================




Air Terjun Victoria Afrika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar