Rabu, 24 Maret 2021

Pendekar Pemanah Rajawali Jilid 137

Kwee Ceng berlayar terus menuju ke barat sesudah melalui beberapa puluh lie, mendadak ia mendengar suara burung di atas. Ia mengenali sepasang burungnya, yang terbang menyusul padanya. Dengan cepat kedua burung menclok di atas layar.

"Burung ini mengikuti aku, Yong-jie berada sendirian di pulau, ia bakal jadi bertambah kesepian," pikirnya. Maka timbullah rasa kasihannya.

Dihari ketiga, pemuda ini mendarat. Ia membenci segala benda dari Tho Hoa To, dari itu ia mengangkat jangkar, menghajar perahunya, maka tenggelamlah kendaraan air itu. Ia sendiri lompat ke darat sebelum air memenuhi perahu, ia lihat perahu Perlahan-lahan masuk ke dalam air dan lenyap. Ia berjalan tanpa tujuan. Ia mampir di rumah seorang petani di mana ia membeli beras untuk masak nasi, guna menangsal perut. Habis dahar, setelah menanya jalanan untuk Kee-hin, iapun berangkat.

Malam itu pemuda ini bermalam di tepi sungai Cian Tong Kang, ketika tengah mengawasi permukaan air, tiba-tiba melihat bayangan rembulan. Ia terkejut, la telah lupa tanggal. Tentu sekali ia khawatir nanti melewati janji pertemuan di Yan Ie Lauw. Lantas ia menanya tuan rumah. Lega sedikit hatinya ketika ia diberitahukan hari itu tanggal tigabelas. Karenanya malam ini juga, ia menyeberangi sungai, terus menyewa keledai guna melanjutkan perjalanan, untuk lega hatinya, ia tiba di kota Kee-hin selebatnya tengah hari. Di sini segera ia menanya orang di mana pernahnya Cui Sian Lauw, rumah makan Dewa Mabuk.

Rumah makan itu Paling berkesan untuknya. Semenjak masih kecil, guru-gurunya telah menuturkan kepadanya tentang pertempuran mereka dengan Khu Cie Kie di rumah makan itu. Ia tidak diberitahukan sebab musababnya tetapi ia ketarik sama caranya Pertempuran, mengadu minum arak memakai jambangan perunggu. Kemudian lagi ia ketahui tentang asal usul dirinya, maka tahulah ia, rumah makan itu ada hubungan sama kehidupannya.

Ketika orang menunjukkan bahwa rumah makan itu berada di tepi telaga Lam Ouw, segera ia pergi ke sana. Setibanya, ia mengangkat kepala, mengawasi rumah makan itu. Ia mendapatkan cocok apa yang dijelaskan Han Siauw Eng. Setelah sepuluh tahun lebih mengingat-ingat rumah makan itu, baru sekarang ia melihat dengan mata sendiri.

Memang rumah makan itu indah dengan lauwtengnya yang berukiran, sedang di tengah-tengah ada berdiri sepotong bokpay, atau papan, yang bertuliskan empat huruf besar: "Tay Pek Ie Hong", artinya, peninggalan kebiasaan dari Lie Thay pek si sastrawan yang dijuluki Dewa Mabuk, sedang nama "Cui Sian Lauw", yang memakai leter emas, ada tulisannya Souw Tong Po. Bersih dan berkilap tiga huruf emas itu.

Dengan hati berdebar, Kwee Ceng naik dengan tindakan cepat ke atas lauwteng. Segera ia dipapaki seorang palayan, yang memberitahukan bahwa hari itu sudah ada yang memborong rumah makannya. Ia heran, ia hendak minta keterangan, ketika mendengar panggilan:

"Anak Ceng Kau sudah datang?"

Ia lantas mengangkat kepalanya. Ia terkejut mengenali orang yang memanggilnya, Khu Cie Kie, yang lagi duduk bersila - Ia lari rnenghampiri, lantas berlutut dengan cuma dapat memanggil:

"Khu Totiang!"

Khu Cie Kie mengasih orang bangun. "Apakah keenam gurumu juga sudah sampai?" ia tanya. "Aku telah memesan barang santapan untuk kita" ia menunjuk ke kanan, di mana Kwee Ceng melihat telah disiapkan sembilan buah meja yang dilengkapi sama sumpit dan cangkir. Ia berkata pula. "Ketika delapanbelas tahun yang lalu untuk pertama kali aku bertemu di sini dengan ketujuh gurumu, mereka mengatur meja begini rupa. Ini satu meja kepunyaan Ciauw Bok Taysu, maka sayang ia dan gurumu yang nomor lima sudah tidak dapat berkumpul pula di sini" Kelihatannya imam itu sangat berduka.

Kwee Ceng berpaling ke lain arah, tidak berani ia mengawasi langsung imam itu. Khu Cie Kie tidak melihat sikap orang, ia berkata lagi:

"Jambangan perunggu yang dulu itu kita pakai untuk minum arak, hari ini aku telah mengambilnya dari kuil, maka kalau semua gurumu datang, kita boleh minum arak lagi."

Kwee Ceng melihat jambangan itu di samping sekosol. Karena usianya sudah tua, warnanya sudah hijau gelap, pula jambangan itu sudah dimuati arak hingga dari sana tersiar bau minuman. Ia terus mengawasi dengan mata mendelong. Kemudian ia mengawasi delapan meja yang masih kosong itu. Ia pikir, kecuali gurunya yang nomor satu, tidak ada orang lain yang dapat duduk di situ minum arak. Ia ngelamun: "Asal aku bisa memandang satu kali saja tujuh guruku duduk di sini dan minum arak dengan gembira, mati pun aku puas"

Kembali terdengar suara Khu Cie Kie; "Tadinya telah dijanjikan tahun ini bulan tiga tanggal duapuluh empat kau berdua Yo Kang mengadu kepandaian di sini. Aku mengagumi semua gurumu yang berhati mulia, mengharap-harap kaulah yang nanti menang, supaya dengan begitu nama Kanglam Cit Koay menjadi bertambah kesohor. Aku sendiri senantiasa merantau, tidak dapat aku mencurahkan perhatianku sepenuhnya kepada Yo Kang, tidak dapat aku mengajari ia ilmu silat dengan baik. Sudah begitu, aku juga tidak berhasil mendidik sifatnya agar dia menjadi seorang gagah. Berhubung dengan ini aku menyesal terhadap pamanmu, Yo Tiat Sim. Benar Yo Kang membilang dia sudah menyesal akan tetapi untuknya sangat sukar untuk merubah sipatnya "

Sebenarnya Kwee Ceng hendak memberitahukan halnya Yo Kang telah mati tetapi ia tidak tahu bagaimana harus mulai bicara, dari itu si imam kembali melanjutkan kata-katanya:

"Dalam hidupnya manusia, kepandaian ilmu surat dan ilmu silat untuknya ialah soal terakhir yang paling utama ialah Tiong Gie - kesetiaan dan kejujuran. Boleh dianggap Yo Kang lebih kosen seratus kali daripada kau akan tetapi dalam perilaku, gurumulah yang menang. Kau tahu aku kalah dengan puas."

Habis berkata, saking puasnya, Khu Cie Kie tertawa lebar. Sebaliknya Kwee Ceng mengucurkan air mata .

"Eh, kenapa kau berduka?" tanya si imam heran.

Anak muda itu maju lebih dekat, lantas menjatuhkan diri, berlutut sambil menangis. "Kelima guruku sudah meninggal dunia" katanya sukar.

Khu Cie Kie terkejut- "Apa?" dia bertanya dengan keras.

"Kecuali guruku yang nomor satu, yang lainnya, semua sudah meninggal dunia," kata pula Kwee Ceng.




Khu Cie Kie melengak, ia bagaikan disambar guntur, inilah tidak sangka, sedang ia mengharap sangat pertemuan ini. Sebagai seorang jujur; ia sangat menghargai Kanglam Cit Koay, yang ia anggap sebagai sahabat-sahabat sejati, ia telah tak melupakan mereka itu selama deiapanbelas tahun, meskipun benar mereka sangat jarang bertemu. Maka ia pergi ke loneng matanya mengawasi ke telaga, kemudian ia mendongak dan mengeluarkan napas panjang. Segera berbayang romannya Cit Koay. Kemudian ia menoleh, Pergi mengangkat jambangan perunggu untuk berkata;

“Sahabat-sahabatku telah menutup mata, kau ini untuk apa?" dengan mengerahkan tenaga, ia melemparkannya.

Hebat ketika jambangan itu tercebur ke telaga, suaranya nyaring, airnya muncrat tinggi. Kemudian ia dekati Kwee Ceng, untuk mencekal keras sekali tangan anak muda itu¬.

"Bagaimana meninggalnya mereka itu?" ia bertanya. "Lekas tuturkan!"

Kwee Ceng mau memberikan keterangan, hanya belum lagi ia membuka mulut, mendadak ia melihat tubuh seseorang berkelebat, di antara mereka lantas tertampak seorang lain, yang bajunya hijau, sikapnya tenang. Ia menjadi kaget ketika mengenalinya, ia mengawasi, tidak salah mata. Orang itu Oey Yok Su, tocu, atau pemilik Tho Hoa To. Juga Oey Yok Su melengak melihat anak muda ini. Selagi ia berdiam mengawasi, mendadak datang serangan untuknya. Sebab Kwee Ceng, dengan melompati meja menerjang dengan jurus Hang liong yoe hui", itulah serangan sangat hebat. Tapi ia tabah dan awas, dengan cepat ia berkelit, tangan kirinya dipakai menolak.

Hebat serangannya si anak muda, hebat perlawanan majikan dari Tho Hoa To, hebat juga kesudahannya. Anak muda itu terjerunuk ke depan, dia menerjang papan lauwteng pemisah ruangan, tubuhnya jatuh ke bawah lauwteng, menimpa para-para cangkir, maka dengan suara sangat berisik hancurlah perabotan itu - cangkir, piring, mangkok dan lainnya.

Pemilik rumah makan mengeluh. Ingatlah ia akan kejadian delapanbelas tahun yang lampau. Tadipun, melihat Khu Cie Kie mengambil jambangan, hatinya sudah berkhawatir, sekarang kekhawatirannya berbukti.

Kwee Ceng takut terluka oleh pecahan cangkir, lantas lompat naik lagi ke lauwteng. Di lain pihak, Oey Yok Su dan Khu Cie Kie berbareng berlompat turun, hanya mereka itu mengambil jalan dari jendela. Dengan terpaksa anak muda ini lompat dari jendela, untuk menyusul, hanya kali ini ia menyiapkan senjatanya, karena ia pikir; "Si tua itu lihay, tidak dapat aku melawan dengan tangan kosong."

Maka ia mengeluarkan tiga rupa senjata: Dengan mulutnya ia menggigit pedang pendek dari Khu Cie Kie, tangan kanannya mencekal kim-too, golok emas, pemberian jenghiz Khan, dan tangan kirinya memegang tombak pendek warisan ayahnya - Ia pikir juga; "Biar bagaimana, mesti aku dapat menikam dia dua lubang"

Ketika itu lagi banyak orang, maka kagetlah mereka menampak si anak muda lompat turun dari jendela dengan menghunus senjata, sedang tadinya mereka berkumpul untuk menonton karena mendengar suara ribut disusul dengan lompat turunnya dua orang.

Kwee Ceng, tidak melihat Oey Yok Su dan Khu Cie Kie. Ia melepaskan pedang pendek, ia menanya seorang tua di dekatnya. Orang tua itu kaget dan ketakutan. Ia salah menduga.

"Ampun, hoohan," katanya- "Aku tidak tahu urusan mereka itu"

"Sebenarnya mereka Pergi ke mana?" Kwee Ceng tanya lagi.

Orang tua itu makin ketakutan, ia minta-minta ampun, sudah lama si anak muda tinggal di gurun pasir, sekarang pun hatinya lagi tegang, maka suaranya menjadi keras luar biasa. Saking sebal, si anak muda menolak si empeh, ia pergi mencari, tapi tanpa hasil, maka ia naik lagi ke lauwteng rumah makan. Dari sini ia memandang ke telaga, maka terlihatlah sebuah perahu kecil, yang memuat Cie Kie dan Yok Su, yang tengah menuju ke Yan Ie Lauw. Khu Cie Kie duduk di buntut perahu di mana dia mengayuh.

“Tentu mereka berdua pergi ke Yan Ie untuk bertempur mati dan hidup," pikir Kwee Ceng." Meskipun Khu Totiang lihay, mana dia sanggup melawan itu bangsat tua?" Maka ia lantas mengambil keputusan, ia lari turun dari lauwteng, lari ke tepi telaga, untuk menyambar sebuah perahu kecil, terus ia kayuh ke arah Yan Ie Lauw juga, menyusul dua orang itu.

Adalah maksudnya si anak muda untuk dapat menyandak, di luar tahunya lantaran ia menggunakan tenaga terlalu besar, pengayuhnya patah. Terpaksa ia memakai selembar papan sebagai pengganti Pengayuh, maka sekarang Perahunya laju ayal sekali. Ia ketinggalan jauh, kehilangan mereka. Ia mengayuh terus. Akhirnya tiba di darat, ia menyesal. Di saat seperti itu, ia dapat mengendalikan diri¬

"Aku mesti sabar," demikian pikirnya- Ia bertindak ke arah iauwteng - Ketika ia sudah datang dekat, ia mendengar di belakang situ suara senjata beradu, suara sambar menyambarnya angin serta bentakan berulang-ulang. Kalau orang bertempur, itu mestinya bukan cuma Khu Cie Kie dan Oey Yok Su.

Sesudah melihat ke sekitarnya, dengan berindap-¬indap si anak muda bertindak masuk ke lauwteng. Di bagian bawah tidak melihat siapapun, maka ia naik di tangga-Segera ia melihat seseorang lagi menyender di jendela, mulutnya menggayam hingga terdengar suara menggayamnya itu. Ia menjadi heran.

"Suhu!" ia memanggil seraya menghampiri.

Orang itu benar Ang Cit Kong. Dia mengasih lihat roman sungguh-sungguh, tangannya menunjuk ke bawah jendela- Dengan lain tangannya ia mengangkat sepaha kambing untuk digerogoti.

Kwee Ceng lari ke tepi jendela, untuk melongok. Ia lantas melihat satu permandangan yang mengherankan. Oey Yok Su lagi bertempur, dia dikurung oleh enam anggota dari Coan Gin Pay. Menyaksikan pemilik Tho Hoa To itu dikepung, pemuda ini merasa lega juga. Ia hanya kaget ketika melihat di situ pun ada gurunya yang nomor satu, gurunya lagi menyerang dengan tongkatnya, di belakangnya ada In Cie Peng. Dia ini berdiri membelakangi, tangannya memegang pedang, dia tidak turut berkelahi.

"Heran, kenapa toasuhu ada di sini?"

Kwee Ceng tidak usah menanti lama, lantas ia mengetahui Coan Cin Liok Cu lagi berkelahi dengan mengatur barisannya yang istimewa, Thian Kong Pak Tauw Tin- Hanya karena Tam Cie Toan telah meninggal dunia, dia digantikan Kwa Tin Ok, yang mengambil kedudukan thain-soan- Sebab ketua Kanglam Cit Koay ini cacat matanya, ia ditunjang oleh In Cie Peng supaya ia tidak usah mengkhawatirkan serangan dari belakang.

Demikian Oey Yok Su dikurung. Ketika pertempuran di Gu-kee-cun, cuma dua orang Goan Gin Pay yang menggunakan pedang, yang lainnya bertangan kosong, tetapi sekarang mereka bertujuh sama Kwa Tin Ok atau berdelapan sama In Cie Peng, semuanya bersenjatakan pedang. Yok Su tetap bertangan kosong, hebat ia diserang hingga nampaknya ia tidak bisa melakukan penyerangan membalas, bahkan membela diri pun kewalahan - Melihat demikian, Kwee Ceng kata dalam hatinya; "Biar kau sangat lihay, hari ini kau tidak bakal dapat lolos lagi!"

Disaat terdesak, mendadak terlihat Oey Yok Su menekuk kaki kiri dan kaki kanan menyambar, menyapu kaki lawannya semua. Rengkasan itu sangat berbahaya. Serentak, delapan lawan berlompat mundur tiga tindak¬.

"Bagusi" Kwee Ceng berseru - Rengkasan itu dilakukan sambil berputar, maka semua musuh mesti menyingkir dengan hampir berbareng.

Habis menyerang, Oey Yok Su mengangkat kepala sambil mengulapkan tangan ke atas lauwteng kepada Ang Cit Kong berdua Kwee Ceng, tandanya ia senang dengan pujian si anak muda.

Menyaksikan sikap orang itu, Kwee Ceng kagum. Walaupun terdesak, tocu dari Tho Hoa To itu tetap tenang dan napasnya juga tidak memburu. Ia pun heran. Dari heran, ia menjadi bercuriga. Bukankah Oey Yok Su tengah berakal muslihat?

Selang sekian lama, datanglah yang mendebarkan hati- Mendadak tangan ketua Tho Hoa To menyambar embun-embunan Tiang Seng Cu Lauw Cie Hian. Kalau serangan itu mengenai sasaran, pecahlah batok kepalanya si imam yang nomor tiga itu. Dengan itu pun teranglah Oey Yok Su sudah memulai dengan serangan membalasnya. Oey Yok su menyerang dengan dua tangan berbareng - Seharusnya LaUui Cie Hian tidak boleh menangkis, ia mestinya ditolong oleh Khu Cie Kie di kedudukan Thian-koan dan Kuia Tin ok di kedudukan thian-soan di pinggir. Apa mau dikata, Hui Thian Pian-hok tidak dapat melihat, dia cuma mengandalkan kupingnya, maka ketika ia menyerang dari kiri ia terlambat, ia kena didului Khu Cie Kie. Dengan begitu, Oey Yok Su jadi tidak terancam bahaya.

Cie Hian melihat ancaman datang, terpaksa ia menjatuhkan diri dengan bergulingan. Ma Giok dan Ong Cie It melihat saudaranya terancam, mereka maju bersama, menyerang lawannya. Semua gerakan berlaku sangat cepat- Lauw Cie Hian lolos dari bahaya, tetapi dengan begitu, Pak Tauw menjadi kacau.

Oey Yok su tertawa terbahak, lantas ia menyerang Ceng Ceng Sanjin Sun Put Jie, imam yang termuda, hanya begitu ia maju begitu lekas juga ia berlompat mundur, guna berbalik menyerang Kong Leng Cu Cek Tay Thong. Serangan itu luar biasa, Sun Put Jie heran, Cek Tay Thong melengak. Ketika Ceng Ceng Sanjin menangkis, untuk terus menyerang, Oey Yok Su sudah keluar dari kepungan dan berdiri diam di tempat dua tombak jaraknya¬.

"Hebat Oey Yok Su!" Ang Cit Kong memuji¬.

"Biar aku Pergi!" berkata Kwee Ceng, yang terus memutar tubuh, untuk lari turun di tangga.

"Sabar, sabar!" mencegah Cit Kong. "Semenjak tadi mertuamu itu tidak melakukan Perlawanan, aku sebenarnya berkhawatir untuk gurumu yang nomor satu, tetapi sekarang aku melihat dia tidak ada niat mencelakai orang."

Kwee Ceng kembali ke jendela¬ "Kenapa begitu, suhu?" ia tanya.

"Kalau dia hendak mencelakai orang, barusan si imam kurus seperti kera tidak bakal ketolong jiwanya,” menyahut sang guru. "Semua imam itu bukan tandingan Oey Lao Shia, bukan tandingannya!" Ia menggigit daging kambingnya dan mengganyam, lalu menambahkan. "Ketika mertuamu dan Kim Coa Long-kun belum datang, aku melihat beberapa imam itu serta gurumu mengatur barisan, agaknya mereka masih menantikan satu orang guna membantu gurumu itu, agar tiga orang bersama menjaga garis thian-soan. Entah kenapa, sampai sekarang orang itu tetap tidak muncul - Sekarang garis tnian-soan dijaga hanya dua orang, tak cukup guna bertahan dari mertuamu"

“Dia bukan mertuaku I" kata Kwee Ceng sengit.

“Eh!" Cit Kong heran- "Kenapa bukan mertuamu?!"

“Dia! Dia! Hm!"

“Bagaimana dengan Yong-jie? Apakah kamu berdua bercedera?"

“Ini tidak ada hubungannya, dia telah membikin mati kelima guruku! Aku bermusuh dengannya, dalamnya bagaikan lautan!"

Cit Kong heran hingga ia berjingrak. "Benarkah?" dia menegasi.

Kwee Ceng tidak mendengar pertanyaan itu, ia lagi menumpleki perhatiannya ke pertempuran di bawah.

Oey Yok Su menggunakan Pek Khong Ciang, ilmu silat Menyerang Udara Kosong, anginnya menderu-deru, membuatnya semua musuhnya tidak bisa mendekat. Tapi Pak Tauui Tin telah diatur rapi pula. ia tidak bisa lantas membebaskan diri seutuhnya. Hanya terpisah sedikit jauh. Dengan begitu, selagi pedang C0an Cin Cit Cu tidak sampai kepada lawan, sebaliknya pihak lawan, kalau dia menghendaki, dia dapat berlompat mendekati.

"Ah, kiranya begitu?" kata Cit Kong tiba-tiba.

"Apa suhu?"

“Oey Yok Su sengaja memancing Cit Cu menggunakan barisannya, untuk memahami sifatnya," menyahut sang guru. "Itu sebabnya kenapa ia berayal menurunkan tangan. Ia hendak memperkecil garis."

Cit Kong telah kehilangan ilmu silatnya tetapi tidak pikiran atau Pandangannya yang tajam. Benarlah, makin lama kalangan Coan Cin Cit Cu makin rapat, makin rapat, hingga membahayakan mereka sendiri kalau mereka menggerakkan pedangnya masing-masing.

Pernah Lauw Cie Hian, Khu Cie Kie, Ong Cie It dan Cek Tay Th0ng menyerang berbareng, waktu Oey Yok Su berkelit, hampir mereka saling menikam sendiri.

Hati Kwee Ceng menjadi tegang pula, ia cemas. Ia mengerti, begitu lekas Oey Yok Su turun tangan, gurunya yang nomor satu itu bisa menjadi korban yang pertama. Ia berada jauh, mana bisa ia menolong?

"Biarlah teecu turun!" katanya seraya terus lari - Hanya ketika ia mulai mendekati kalangan pertempuran, di antara mereka terlihat pula perubahan.

Oey Yok Su maju dengan tetap ke arah kiri dari Ma Giok, ia seperti memisahkan diri nampaknya hendak ia mengangkat kaki. Menampak demikian, Kwee Ceng lantas bersiap sedia, asal tocu dari Tho Hoa To itu berlompat menyingkir, ia hendak menyerang dengan Pedang pendeknya¬

Tiba-tiba terdengar suitan Ong Cie It, lalu bersama Cek Tay Thong dan SUn Put Jie, dia bergerak dari kiri dengan begitu mereka tetap mengurung lawannya yang tangguh dan lihay itu.

Oey Yok Su mencoba hingga tiga kali, tidak bisa mendekati Ma Giok - Ada saja, Khu Cie Kie atau Ong Cie It atau Cek Tay Thong berempat, yang mengganggu, yang melindungi Ma Giok ketua dari Coan Cin Pay itu.

Setelah percobaan Oey Yok Su yang keempat kali, Kwee Ceng pun sadar, hingga ia berseru di dalam hatinya: "Ah, benar! Dia hendak merampas kedudukan bintang utara Pak-kek-chee!"

Bintang Pak-kek-chee berada di utara di tengah sekali, sedang barisan Pak Tauw Tin itu berpokok pada bintang utara itu (Pak Tayui). Setelah Oey Yok Su menginsyafi sifatnya tin atau barisan lawan itu, ia memusatkan perhatiannya kepada garis tengah itu. Ia mengerti, asal bisa merangsak ke tengah, tin akan pecah, atau kalau tidak, ia akan bertahan di situ, hingga tidak dapat dikalahkan.

Juga Ma Giok semua dapat menerka maksud lawan, mereka menjadi cemas. Coba Tam Cie Toan masih hidup, mereka tidak usah terlalu berkhawatir, mereka tidak nanti membiarkan lawan merangsak ke utara, sekarang tidaklah demikian, di sebabkan lemahnya Kwa Tin Ok meskipun Tin Ok dibantu in Cie Peng. Tin Ok bercacad dan Cie Peng lemah, sudah begitu, keduanya masih asing dengan tin itu. juga kawanan Coan Cin Pay ini telah melihat Kwee Ceng. Mereka menduga sewaktu-waktu Kwee Ceng bakal membantu mertuanya. Maka mereka bingung. Mereka menantikan seseorang, guna mengambil tempatnya Tin Ok di garis thian-soan itu akan tetapi orang yang dinanti-nanti belum juga kunjung tiba. Mereka percaya, asal orang itu datang, garis thian-soan bakal jadi kuat sekali.

Sembari berkelahi oey Yok Su berkata sambil tertawa: "Sungguh aku tidak menyangka, murid-murid Ong Tiong Yang begini tidak tahu selatan!"

Kata-kata ini dibarengi rangsakan kepada Sun put Jie, yang diserang saling susul hingga tiga kali, hingga imam itu repot. Ma Giok bersama Cek Tay Thong segera maju membantu, guna menolong.

Oey Yok Su berkelit, setelah pedang kedua orang itu lolos, ia maju lagi. Tiga kali beruntun menyerang Sun put Jie. Hebat serangannya itu, sekalipun Ong Ti0ng Yang atau Cit Kong sembuh, sulit untuk melayani itu - Karena itu, Sun Put Jie terpaksa hanya membela diri. Atas itu, Oey Yok Su mengubah siasatnya, lantas menyerang di bawah, kedua kakinva bekerja bergantian enam kali menyapu kaki lawannya. Jadi beruntun tocu Tho Hoa To itu sudah menggunakan ilmu silatnya tangan kosong "Lok Eng Ciang" dan tendangan "Sauw Yap Twie".

Ma Giok beramai menjadi bingung. Serangan itu membahayakan Sun Put Jie - Pula, dengan Kwa Tin Ok tidak dapat melihat, mereka jadi bergerak lambat. Hebat akibatnya kalau Pak Tauw Tin kacau. Sebaliknya Oey Yok Su tidak mengambil mumat apa yang dipikir lawan, ia merangsak terus. Mendadak ia tertawa panjang dan tubuhnya melesat, terus terdengar jeritan yang keras dari satu orang yang tubuhnya terlempar ke ujung Yan Ie Lauw.

Itulah in Cie Peng, yang punggungnya kena disambar, hingga tanpa berdaya, tubuhnya kena dilemparkan Oey Yok Su. Setelah itu, tanpa menanti ketika, jago Tho Hoa To ini maju ke arah Ma Giok. Ia Percaya bakal berhasil. Tidak tahunya, imam itu tidak berkisar dari kedudukannya, malah dengan pedangnya membalas menikam ke alis.

"Bagus!" berseru Yok Su dengan pujiannya sambil ia berkelit. "Tidak kecewa kau menjadi murid kepala dari coan Cin Pay!"

Meski memuji, Oey Yok Su tidak menghentikan gerakannya. Mendadak ia menendang Cek Tay Thong hingga imam itu terguling, pedangnya terlepas, maka ia menubruk pedang itu, untuk dipakai menikam lawannya yang roboh. Layui Cie Hian kaget, ia menangkis guna menolong saudaranya.

Oey Yok Su melihat datangnya bantuan, ia tertawa, sembari tertawa, pedangnya dipakai menangkis Cie Hian - Dengan begitu bentroklah kedua senjata itu - Yang hebat ialah kedua pedang patah dengan suara keras. Bagaikan bayangan berkelebat gesit sekali tocu dari Tho Hoa To merangsak ke arah Pak-kek-chee.

Sejenak itu, kacaulah pak Tauw Tin. Coan Cin Cit Cu mengeluh saking berdukanya. Ma Giok menghela napas panjang, hendak ia melemparkan pedangnya, guna menyerah kalah. Saat itu satu bayangan berkelebat di antara mereka, lantas digaris utara itu tambah satu orang - itulah Kwee Ceng!

Khu Cie Kie menjadi girang sekali. Ia telah menyaksikan di Cui Sian Lauw di mana mertua dan menantunya itu bertempur mati-matian. Ma Giok dan Ong Cie It juga lantas mengenal si anak muda, seorang jujur, maka mereka percaya, anak muda itu tentunya bakal membantu mertuanya - Habislah Cian Cin Cit Cu - atau Coan Cit Liok Cu - kalau mertua dan mantu bekerja sama. Tentang Kuia Tin Ok tidak dikhawatirkan, sebab tidak mungkin Kwee Ceng mencelakai gurunya. Tapi selagi mereka itu berkhawatir dan berputus asa, lantas mereka menampak kenyataan yang luar biasa. Kwee Ceng bukan membantui mertuanya, justru menempur mertuanya itu!

Oey Yok Su percaya bakal dapat mengacau Pak Tauw Tin dan memecahnya, supaya dengan begitu Coan Cin Pay menyerah dan minta-minta ampun, maka heran ia atas datangnya bala bantuan kepada musuhnya itu, tidak menanti sampai memutar tubuh, ia segera menyerang ke belakang, ke arah dada, dengan pukulan Pek Khong Ciang. Serangan ini dihalau orang tanpa berkelit, cuma tangan kirinya dipakai menangkis. Ia terkejut¬

"Cuma beberapa orang saja yang dapat menangkis seranganku semacam ini," pikirnya. "Siapakah dia?" Maka ia segera menoleh, ketika mengenal Kwee Ceng, ia menjadi mendongkol berbareng menyesal. Dengan penasaran, ia menyerang lagi, beruntun tiga kali. Ia tahu tanpa dapat mengundurkan si anak muda, ia terancam bahaya terkepung, ia menyerang dengan tiap pukulannya bertambah hebat, tetapi tiga kali serangannya itu dapat dihindarkan. Untuk keempat kalinya, ia menyerang pula, dengan siasat berPura¬pura dan benar-benar. Siasat ini dapat membingungkan lawan.

Kwee Ceng tidak kena diakali, ia menjaga diri, ia tidak menyerang - Pedangnya menjaga dada, tangan kirinya melindungi perut.

Oey Yok Su menjadi heran. "Terang bocah ini mengenal baik sifat Pak Tamu Tin," pikirnya. "Dia tahu bagaimana harus membelai atau memukul pecah Lihatlah, dan tidak berkisar dari Pak-kek-chee! Rupanya dia telah diminta bantuannya untuk menentang aku"

Dugaan pemilik Tho Hoa To ini benar separuh, salah separuh. Benarnya ialah karena Kwee Ceng memang mengerti baik barisan pak Tauui Tin itu, hanya itu didapat bukan dari pengajarannya Coan Cin Cit Cu tetapi dari kitab Kiu Im Cin-keng. Dia salah menduga, sebab Kwee Ceng bukan diminta bantuannya oleh Coan Cin Pay hanya dia bertindak atas kehendaknya sendiri. Tidak saja di situ ada Tin Ok, dia pun telah dianggap si anak muda sebagai musunnya, karena dipercaya dialah yang membinasakan Cu Cong berlima. Hanya karena mengetahui lawannya lihay, Kwee Ceng mengambil sikap membela diri, sama sekali anak muda ini tidak mengambil mumat orang menyerang benar-benar atau menggertak saja.







OBJEK WISATA MANCA NEGARA


Teluk Wilhelmina Antartika

Kota Tua Samarkand, Uzbekistan
Pulau Falkland Antartika Inggris
Pulau Falkland Antartika Inggris
Air Terjun Victoria Afrika
Air Terjun Victoria Afrika
Panci Makgadikgadi Botswana, Afrika
Panci Makgadikgadi Botswana, Afrika
Pulau Falkland Antartika Inggris
Pulau Falkland Antartika Inggris
Panorama Alam Georgia
Panorama Alam Georgia
Kebun Raya Singapura
Kebun Raya Singapura
Pagoda Shwedagon Yangon, Myanmar
Pagoda Shwedagon Yangon, Myanmar
Dataran Guci Xiangkhouang, Laos
Dataran Guci Xiangkhoung, Laos
Danau Iskanderkul Tajikistan
Danau Iskanderkul Tajikistan
Piramida Giza Mesir
Piramida Giza Mesir
Ngarai Sungai Ikan Namibia, Afrika
Ngarai Sungai Ikan Namibia, Afrika
Taman Nasional Ala Archa Kirgistan
Taman Nasional Ala Archa Kirgistan
Selat Drake Antartika Amerika
Selat Drake Antartika Amerika
Istana Kekaisaran Tokyo
Istana Kekaisaran Tokyo
Jembatan Gerbang Emas
Jembatan Gerbang Emas - Amerika
Air Terjun Niagara
Air Terjun Niagara Prancis
Grand Canyon
Grand Canyon Amerika
Pasar Terbesar di Bangkok
Pasar Terbesar di Bangkok
Taman Nasional Yellowstone
Taman Nasional Yellowstone - Amerika
Burj Khalifa - Dubai
Budj Khalifa Dubai
Taj Mahal
Taj Mahal India
Musium Amir Temur Uzbekistan
Musium Amir Temur Uzbekista
Blackpool - Amerika
Blackpool Irlandia
Taman Nasional Blue Mountain - Sydney
Taman Nasional Blue Mountain Sydney
Jembatan Baja Terbesar di Australia
Jembatan Baja Terbesar di Australia
Taman Nasional Kakadu Australia
Taman Nasional Kakadu Australia
Danau Baikal Rusia
Danau Baikal Rusia
Biara Meteora Yunani
Biara Meteora Yunani
Pantai Bondi Australia
Pantai Bondi Australia
Menara Eiffel Prancis
Menara Eiffel Prancis
Musium Van Gogh Belanda
Musium Van Gogh Belanda
Gedung Opera Sydney
Gedung Opera Sydney
Gunung Meja Afrika
Gunung Meja Afrika
Menara Kembar Petronas Malaysia
Menara Kembar Petronas Malaysia

===============================




Air Terjun Victoria Afrika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar