Jumat, 19 Maret 2021

Pendekar Pemanah Rajawali Jilid 138

Akhirnya Oey Yok Su mengeluh sendiri: "Anak ini tidak tahu maju atau mundur," pikirnya. "Hm! Biarlah, biar aku disesalkan Yong-jie, mesti aku hajar dia, sebab kalau tidak, tidak akan aku daPat lolos dari tin ini!" Ia pun lantas bergerak, tenaganya dikerahkan di kedua tangannya. Tepat di saat ia hendak menyerang, ia berpikir; "Kalau dia tetap berdiri diam dan tidak menyingkir, dia bakal terluka parah, kalau dia sampai kenapa-napa, mana Yong-jie mau mengerti?"

Kwee Ceng melihat gerakan lawannya yang tangguh itu, akan tetapi ia tidak mau berkisar dari tempat jagaannya itu - Ia menggertak gigi. ia menangkis dengan jurus "Kian Liong Cay Thian", atau "Melihat naga di sawah". Dengan Hang Liong Sip¬pat Ciang hendak ia bertahan, agar Pak Tauw Tin dapat dilindungi.

Dengan mendadak, Oey Yok Su menunda serangannya itu. "Bocah tolol, lekas menyingkir?" ia membentak. "Mengapa kau menentangku?"

Kwee Ceng bersiap dengan pedangnya, ia mengawasi dengan tajam. Ia takut jago itu menggunakan akal. Ia tidak menyahuti. Pihak Khu Cie Kie sudah lantas memperkokoh lagi barisannya.

"Di mana Yong-jie?" Oey Yok Su bertanya.

Kwee Ceng berdiam, matanya merah bagaikan api, romannya bengis. Yok Su heran. Ia lantas menduga telah terjadi sesuatu dengan putrinya¬.

"Kau perbuat apa atas Yong-jie?" ia membentak, ia mulai berkhawatir. "Lekas bilang!"

Masih si anak muda berdiam, hanya tangannya yang mencekal pedang bergemetar. Oey Yok Su terus mengawasi dengan tajam, maka heranlah ia. Ia menjadi curiga.

“Kenapa tanganmu gemetar?" ia tanya.

"Kenapa kau tidak mau bicara?"

Kwee Ceng tengah mengingat kebinasaan hebat dari kelima gurunya di pulau Tho Hoa To, ia lagi menahan hawa amarahnya, getaran hatinya, maka ia gemetar. Oey Yok Su curiga berbareng berkhawatir sekali. Hanya ia berkhawatir, mungkin sebab perebutan di antara putrinya itu dan putri Mongolia, si anak muda telah membunuh Yong-jie, anaknya. Dengan menjejak kedua kaki, ia lompat maju.

Khu Cie Kie melihat gerakan pemilik Tho Hoa To itu, ia segera menggerakkan barisannya. Ong Cie It bersama Cek Tay Thong menyerang dari kiri dan kanan. Kwee Ceng tidak menyingkir, ia cuma berkelit, pedangnya terus ditikamkan. Oey Yok Su pun tidak menyingkir, bahkan dengan satu tekukan tangan, ia menangkap tangan si anak muda, guna merampas pedangnya. Tapi ia gagal - Kecuali pedangnya Ong Cie It mengancam punggungnya, pedang Kwee Ceng pun bisa diegos, dipakai menikam pula.

Setelah segebrakkan, pertempuran terulang lagi, jauh lebih hebat daripada yang semula. Selagi Kwee Ceng panas hatinya, Khu Cie Kie semua tidak kurang gusarnya. Mereka ini hendak menuntut balas untuk Ciu Pek Thong dan Tam Cie Toan.

Oey Yok Su merasa bahwa di sini telah terbit salah mengerti tetapi ia beradat keras dan jumawa, tidak suka mengalah, sedangkan ia juga berderajat lebih tua, lebih tinggi. Ia ingin menghajar mereka, supaya mereka menyerah kalah, sampai waktu itu barulah ia mau memberi keterangan, untuk sekalian memberikan tegurannya. Begitulah, kedua pihak sama kerasnya.

Oey Yok Su ingin mendesak Kwee Ceng, yang ia berniat membekuknya, guna didengar keterangannya. Kalau benar dugaannya, Oey Yong terbinasa di tangan pemuda ini, ia hendak menghukum picis. Tapi Kwee Ceng berjaga diri di garis utara, teguh kedudukannya.

Ketika itu In Cie Peng, yang dilemparkan ke atas lauwteng Yan Ie Lauw, masih belum dapat merayap bangun, tetapi tanpa dia, Kwee Ceng tidak menjadi lemah. Oey Yok Su menghadapi kesulitan. Kalau ia mendesak Kwee Ceng, Khu Cie Kie beramai mendesak padanya - Ingin ia menggempur Khu Cie Kie semua, tetapi malang dengan si anak muda.

Ketika pertempuran telah berlangsung lima puluh jurus, terlihatlah Oey Yok su terdesak - Kepungan nampak menjadi ciut¬

"Tahan!" berseru Ma Giok disaat sangat tegang itu - Seruan itu ditaati, lima saudaranya lantas berhenti menyerang.

"Oey Tocu!" berkata tertua dari Coan Cit Liok Cu. "Kau seorang kenamaan dan juga dari golongan tua, maka kami orang-orang dari golongan lebih muda tidak berani berlaku kurang ajar terhadapmu, kalau toh sekarang kami mengurung, itu saking terpaksa. Sekarang aku hendak menanya, apakah kamu berhubungan dengan hutang darah dari paman kami Ciu Pek Thong dan sutee kami Tam Cie Than?"

Orang yang ditanya tertawa dingin. "Apa lagi yang hendak dipertanyakan?" katanya. "Lekas kau bunuh Oey Yok Su, untuk melindungi namanya Coan Cin Pay! Tidakkah itu bagus? Lihatlah!"

Tahu-tahu tangan kanan majikan Tho Hoa To ini melayang ke muka Ma Giok! inilah satu jursu dari Lok Eng Ciang, yang Oey Yok Su sudah melatihnya belasan tahun, gerak-geriknya sangat gesit, seperti juga tidak dapat terlihat. Dalam kagetnya, Ma Giok berkelit ke kanan. Justru berkelit, itulah kehendaknya Oey Yok Su, yang serangannya mempunyai dua maksud berbareng benar-benar dan berpura-pura. Maka itu ia bukannya kena ditinju hanya terjambak dadanya. Asal Oey Yok Su mengerahkan tenaganya gempurlah dadanya itu.

Semua orang terkejut, semua maju untuk menolong, tetapi terlambat. Hanya disaat Ma Giok itu bakal menerima nasibnya, Oey Yok Su tertawa dan jambakannya dilepaskan. Ia pun berkata:

"Jikalau dengan caraku ini aku memukul pecah barisan kamu, tentulah kamu tidak puas! Oey Lao Shia boleh mati tetapi tidak nanti dia mau menyebabkan tertawanya semua orang gagah di kolong langit ini! Kawanan imam yang baik, kamu majulah semua!"

Lauw Cie Hian mendongkol, tinjunya melayang, disusul pedang Ong Cie It. Maka itu, bergerak pula Thian Kong Pak Tauw Tin. Kali ini yang digerakkan ialah rintasan yang ketujuhbelas. Setelah Ong Cie It, serangan mesti disusul Ma Giok. Hanya setelah Ong Cie It menikam dia melompat mundur, Ma Giok bukannya menggantikan menyerang, dia malah lompat mundur juga.

"Tahan! ' serunya. Sekali lagi semua orang berhenti bergerak.

"Oey Tocu, aku menghaturkan terima kasih untuk kebaikanmu," berkata Ma Giok.

"itulah kata-kata bagus dariku," jawab yok su.




"Sebenarnya disaat ini jiwaku yang rendah sudah tidak ada," kata Ma Giok, "Sedang barisan warisan guru kami ini telah terpecahkan olehmu, dengan begitu sudah seharusnya saja kami menyerah kalah, kami mesti menyerah terhadap keputusan tocu. Tapi, sakit hati kami tidak dapat tidak dibalaskan! Oey Tocu, aku yang rendah, aku bersedia akan menggorok leherku sendiri untuk menghaturkan terima kasih padamu"

"Sudahlah!" berseru Oey Yok Su, wajahnya guram¬ "Tidak usah kita banyak omong lagi! Kamu boleh turun tangan! Memang juga, perkara sakit hati sukar sekali dijelaskannya"

Kwee Ceng telah mendengar semua itu, ia menjadi berpikir; Ma Totiang bilang dia bertempur guna membalas sakit hati paman guru dan saudara seperguruannya. Apakah artinya itu? Bukankah Toako Ci Pek Thong masih hidup? Pula kematian Tam Cie Toan, bukankah itu tidak ada hubungannya dengan Oey Tocu? Hanya kalau aku menjelaskan semua ini, apabila Coan Cin Liok Cu mengundurkan diri, hingga tinggal aku berdua guruku, mana sanggup aku melawan dia? Jangan kata soal sakit hati, buat melindungi jiwa sendiri pun sukar" Baru ia berpikir demikian tapi segera ia berpikir lain: "jikalau aku menutup mulut, apakah aku bukannya menjadi si hina dina? Bukankah semua guruku sering mengajari, kepala boleh kutung tetapi kejujuran tidak?" Karena ini segera ia mengasih dengar suaranya yang nyaring;

"Ma totiang, paman guru kamu tidak mati! Tam Totiang pun dibinasakan oleh AuWyang Hong!"

Belum lagi Oey Yok Su bilang apa-apa, Khu Cie Kee telah mendahulwnya. "Apa kau bilang?" imam itu tanya.

"Toako Ciu Pek Thong tidak mati dan Tam Totiang dibinasakan Auwyang Hong," Kwee Ceng menjawab seraya terus ia menjelaskan apa yang ia dengar selama sembunyi sembari merawat diri di kamar rahasia, bagaimana Khiu Cian Jin melepas cerita burung dan fitnahnya Auwyang Hong. Cerita itu luar biasa.

"Apakah kau omong sebenar-benarnya?" Khu Cie Kee menegaskan.

“Teecu sangat membenci dia, ingin teecu menelannya, maka itu apa perlunya teecu membantu dia?" kata Kwee Ceng dengan sengit sambil ia menuding Oey Yok Su. "Kenyataan adalah demikian rupa maka itu teecu tidak dapat tidak bicara dari hal yang benar."

Oey Yok Su menjadi heran - Sungguh ia tidak menyangka Kwee Ceng mau membelanya

"Kenapa kau membenci aku sampai begini?" ia tanya pemuda itu. "Mana Yong-jie?"

Tapi Kwa Tin Ok panas hatinya. "Apakah kau tidak tahu perbuatanmu sendiri?" dia membentak. "Anak Ceng, biarnya kita kalah mari kita mengadu jiwa!" Ia terus menyerang.

Kwee Ceng mengucurkan air mata. ia mengerti, sikap Oey Yok Su berubah sedikit. Tapi di situ ada gurunya, yang marah tak kepalang itu¬

"Toasuhu, jiesuhu semua mati secara sangat menyedihkan" katanya.

Oey Yok Su menyambar tongkatnya Kwa Tin Ok yang dihajarkan kepadanya. "Apa kau bilang?" ia tanya Kwee Ceng, suaranya keras. "Cu Cong berlima baik-baik saja berada di Pulauku menjadi tamu, kenapa mereka pada mati?"

Kwa Tin Ok tidak menanti jawaban muridnya, ia membetot tongkatnya. Tetapi tongkat itu tidak bergeming.

"Kau kurang ajar sekali, di depanmu seperti tidak ada orang yang lebih tua, kau juga ngoceh tidak karuan, bahkan kau menggepaki tangan dan kakimu, adakah itu untuk Cu Cong semua?" Oey Yok Su tanya pula Kwee Ceng.

Matanya si anak muda seperti mau mencelos, mata itu merah. "Dengan tanganmu sendiri kau membinasakan kelima guruku, kau masih hendak berpura-pura tidak tahu?" membentak dia.

Dia mengangkat pedang pendeknya dan menikam Oey Yok Su menangkis dengan tongkatnya Kwa Tin Ok, maka Pedang dan tongkat beradu nyaring, ujung tongkat somplak.

"Siapakah yang menyaksikan itu?" ia tanya.

"Kelima guruku aku yang menguburnya dengan tanganku sendiri, apakah dengan begini aku masih memfitnahmu?" Kwee Ceng balik menanya.

Yok Su tertawa dingin. Kelakuan anak muda itu membangkitkan hawa amarahnya. Ia memang besar kepala, tidak Pernah ia suka mengalah.

"Fitnah atau bukan, masa bodoh!" kata pemilik Tho Hoa To. "Seumur hidup Oey Lao Shia suka dipandang keliru maka itu dengan hanya membunuh beberapa jiwa, mungkinkah aku menyangkal? Tidak salah, semua gurumu akulah yang membunuhnya!"

Tepat disaat habisnya ucapan Tong Shia, di situ terdengar suara seorang perempuan: “Bukan, ayah, bukan kau yang membunuh mereka! Jangan kau sembarang bertanggung jawab!"

Semua orang terkejut, semua lantas berpaling. Di sana muncul Oey Yong, yang orang tak ketahw datangnya sebab mereka terlalu repot bertarung dan mengadu mulut - Kwee Ceng melongo. Ia tidak tahu mesti bergirang atau berduka - Oey Yok Su kaget sebentaran, lantas dia sadar - Bukan main girangnya menyaksikan putri tunggalnya tidak kurang suatu apapun. Dengan begitu juga lenyap semua kemendongkolannya kepada Kwee Ceng. Ia tertawa berkakakkan.

"Anak yang baik, ke mari!" ia kata. "Ayah sangat menyayangi kau!"

Sudah banyak hari Oey Yong berduka, sekarang ia mendengar suara demikian manis, lantas ia lari kepada ayahnya, untuk menubruk, melepaskan diri dalam rangkulan orang tua itu. Ia menangis.

"Ayah" katanya, "Anak tolol itu membikin kau penasaran, dia pun menghinaku"

Oey Yok Su merangkul putrinya, ia tidak gusar, malah ia tertawa¬ "Oey Lao Shia pergi, dia Pergi ke mana dia suka, dia bikin apa dia mau!" katanya. "Untukku, selama beberapa puluh tahun, pengalamanku luar biasa! Mereka yang tidak tahu apa-apa, semua menimpahkan kesalahan di atas kepala ayahmu, maka kalau itu ditambah lagi beberapa fitnah, apakah artinya? Lima anggota dari Kanglam Cit Koay itu musuh besar dari kakakmu seperguruan, memang aku yang telah membinasakan mereka!"

"Bukan, bukan!" berteriak Oey Yong cepat. "Aku tahu betul, bukan ayah yang membunuh mereka!"

Oey Yok Su bersenyum. "Si tolol itu sangat besar nyalinya, dia berani menghina anakku yang baik!" ia berkata. "Kau lihat ayahmu membereskan dia!"

Benar seperti perkataannya, pemilik Tho Hoa To itu lantas bekerja, cepat seperti tadi ia mencekuk Ma Giok. Kwee Ceng tengah memikirkan pembicaraan ayah dan anak itu tahu~tahu pipinya yang kiri kena ditampar, nyaring hingga ia merasakan pipinya panas. Ia mau mengangkat tangan, guna menangkis, tetapi orang telah menarik kembali tangannya, untuk dipakai mengusap-usap rambut indah putrinya. Ia menjadi bingung, tidak tahu ia mesti menyerang terus atau bagaimana. Tamparan itu keras suaranya tetapi tidak terlalu sakit. Kwa Tin Ok kaget - Ia tahu muridnya dihajar tetapi ia tidak melihat itu.

"Anak Ceng bagaimana?" ia lantas menanya.

"Tidak apa-apa," menyahut sang murid.

"Kau jangan dengar ocehan siluman serta anak silumannya!" kata pula Tin Ok. "Aku telah mendengar sendiri keterangan soe-suhu kau bahwa dia melihat sendiri bangsat tua itu membunuh jiesuhumu dan memaksakan kematiannya Cit"

Kwee Ceng tidak menanti habisnya perkataan gurunya itu, ia menerjang Oey Y0k su, sedang Tin Ok turut menyerang dengan tongkatnya. Oey Yok Su melihat datangnya serangan, ia melepaskan anaknya, sambil berkelit dari sepangan Kwee Ceng, ia maju untuk menanggapi tongkat si jago buta.

Kali ini Kwa Tin Ok sudah siap, tongkatnya tidak kena dirampas, maka itu berdua muridnya, ia menyerang terus, hingga mereka jadi berkelahi bertiga. Kwee Ceng telah menemw banyak orang lihay, yang memberikan ia pelajaran, akan tetapi untuk melayani Oey Yok Su, ia masih kalah jauh, meski ia dibantu Kwa Tin Ok, ia masih tidak bisa berbuat banyak. Baru tigapuluh jurus ia dan gurunya sudah terdesak.

Khu Cie Kie semua berdiam sejak tadi. Mereka dibikin bingung dengan keterangan Kwee Ceng - Belum mereka bisa berpikir, mereka melihat orang bertempur, maka yang pertama dipikir mereka ialah; "Tadi Coan Cin pay terancam bahaya, mereka guru dan murid membantu, maka sekarang mereka terdesak apa kami mesti berdiam saja? Biarlah urusan Ciu Susiok, dia benar masih hidup atau sudah mati, baiklah Oey Yok Su ini dibikin tunduk dulu!" Maka ia mengangkat pedangnya dan berseru: "Kwa Tayhiap, kembalilah ke kedudukanmu!"

Baru waktu itu, In Cie peng merayap bangun untuk turun dari lauwteng. ia kaget dan terbanting keras tetapi tidak teriuka Parah, cuma mukanya bengap dan matang biru - Ia lantas kembali ke belakang Tin Ok dengan pedang terhunus.

Sekali lagi Oey Yok Su terkurung, hingga ia menjadi sangat gusar. "Tadinya cuma salah mengerti, masih ada alasan kenapa orang menyerangku," pikirnya, "Sekarang setelah si bocah bicara, kawanan bulu campur aduk ini masih mengepung aku! Apakah mereka kira Oey Lao Shia takut membunuh orang?"

Maka ia lantas merangsak ke arah Kwa Tin Ok - Oey Yong berkhawatir melihat air muka ayahnya. Ia tahu kalau ayahnya sudah gusar, dia benar-benar tidak mengenal kasihan - Ong Cie It bersama Ma Giok lantas menghadang di depan tertua Cit Koay itu. Kwa Tin Ok mendongkol sekali, ia menyerang si nona sambil mendamprat:

"Manusia hina jahat yang tidak berampun, siluman perempuan!"

Oey Yong menjadi sangat gusar. "He, tua bangka, berani kau mencaci diriku?" ia berseru.

Untuk Kanglam Cit Koay, memaki bukan pekerjaan sukar, maka itu Tin Ok mengulangi dampratannya - Untuk Oey Yong, itulah hal langka - Ia tidak bisa mencaci orang, maka sambil berludah, ia kata;

"Cis! Tak malu kau menjadi guru orang sedang mulutmu begini kotor?"

Tapi Kwa Tin Ok berkata; "Aku bicara baik-baik sama orang baik, aku bicara kotor sama manusia hina dinai"

Oey Yong habis sabar, ia segera menyerang. Tin Ok mengetahw datangnya serangan, ia menangkis, tetapi ia belum kenal lek-tiok-thung yang luar biasa itu, begitu kedua tongkat beradu, tongkatnya seperti ditempel, tongkat itu kena diputar sekehendak si nona, ia seperti kehilangan kendali - Ia berdiam di garis thian-soan, dengan ia kena dipengaruhi si nona, Pak Tauw Tin menjadi macet.

Khu Cie Kie lantas menyerang si nona, punggung siapa ia arah, dengan begitu ia hendak membebaskan Tin Ok. Si nona tidak menghiraukan serangan. Ia mengandal pada baju lapisnya. Ketika ujung Pedangnya hampir mengenai sasaran, imam dari Coan Cin Pay itu berpikir. Ia ingat kepada derajatnya yang tinggi, maka mana dapat ia melayani seorang bocah. Karena ini, Pedangnya tidak diteruskan menikam. Karena itu, kesempatan yang baik digunakan Oey Yong, maka dengan satu sontekan, ia membuat tongkat Tin Ok terlepas dari cekalan, mental tinggi, nyemplung ke Lam Ouw, Telaga Selatan!

Khu Cie Kie khawatir si nona menyerang terus kepada tertua Kanglam cit Koay it, ia lompat untuk menghalang. Sementara itu ia heran atas lihaynya si nona, ilmu tongkat siapa ia tidak kenal. Kwee Ceng juga melihat gurunya terancam, ia berseru:

"Suhu, silahkan mengaso, aku nanti menggantikan kaul" Dan ia lompat ke garis thian-soan itu. Begitu ia bertindak, begitu tin menjadi hidup lagi, bahkan ke dudukan thian-soan ini lantas menggantikan kedudukan thian-kie.

Oey Y0k Su kembali terdesak. Biar ia dibantu gadisnya, ia tidak bisa berbuat banyak. Ia belum bisa menyelami arti atau sipatnya Thian Kong Pak Tauw Tin ini. Syukur untuknya, di antara lawannya itu cuma Kwee Ceng yang paling hebat, hingga ia seperti harus melayani satu orang saja. Hanya sulit untuknya, ia tidak berniat mencelakai anak muda itu.

Oey Yong mendapat lihat Kwee Ceng berkelahi hebat sekali dan air muka orang juga guram, Pemuda itu seperti dikurung sinar pembunuhan, ia terkejut. Belum pernah ia menyaksikan perubahan air muka semacam itu. Karena ini, ia maju ke depan ayahnya, ia kata pada itu anak muda;

"Kau bunuhlah aku lebih dulu"

"Minggir!" membentak si anak muda, bentakannya keras, romannya bengis.

Oey Yong heran hingga ia tercengang. Pikirnya; "Kenapa kau bicara begini rupa terhadapku?"

Kwee Ceng maju terus, ia menolak tubuh si nona untuk dikepinggirkan, habis itu, ia terus merangsak Oey Yok Su. Disaat tegang itu, di belakang mereka yang lagi bertarung terdengar suara tertawa terbahak disusul kata-kata nyaring;

"Saudara Yok, jangan berduka, mari saudaramu membantumu'"

Suara itu tajam, untuk kuping tak sedap terdengarnya. Semua orang heran, tetapi mereka tidak lantas menoleh, sesudah Oey Yok su terdorong. Cie Kie semua baru berpaling. Maka mereka melihat di tepian telaga ada lima atau enam orang dengan satu diantaranya Panjang kaki dan tangannya, sebab dialah See Tok Auwyang Hong, si Bisa dari Barat.

Coan cin Cit Cu lantas bertindak, sedang Khu Cie Kie berkata kepada Kwee Ceng; “Anak Ceng, mari kita membikin perhitungan pada See Tok dulu!” Ia mengulapkan pedangnya, terus ia lompat, guna mencoba mengurung Auwyang Hong.

Ketika itu Kwee Ceng tengah memperhatikan Oey Yok su, ia sampai mendengar suaranya Khu Cie Kie, ia terus menerjang ayahnya Oey yong itu, bahkan sebentar saja, mereka sudah bertempur lima enam jurus, hebat pertempuran mereka. Beberapa kali mereka sama-sama maju lagi, kembali mereka mundur lagi.

Khu Cie Kie berenam sudah mengatur barisannya, ketika ia melihat ke arah Kwa Tin Ok, orang buta itu lagi memasang kuping, guna mendengar suara pertempuran Kwee Ceng. Tin Ok bersedia akan berlompat menubruk Oey Yok Su, guna memeluk keras-keras, agar muridnya bisa membinasakan musuh ini, untuk itu ia bersedia mengorbankan dirinya.

Menampak demikian, Khu Cie Kie memerintahkan In Cie Peng menggantikan Tin ok mengambil kedudukan thian-soan. Auwyang Hong juga telah bersiap - Ia berjongkok dengan sikap ilmu kodoknya, tangan kanannya memegang tongkat. Sebagaimana biasanya, ia berlaku tenang, tidak mau lancang bergerak. Lagi pula ia memang rada jeri untuk barisan Pak Tauw Tin dari Coan Cin Pay itu. Adalah setelah Khu Cie Kie bergerak, terpaksa ia melayani. Ia bermata jeli, segera ia merasa kelemahan tin itu ada di pihak In Cie Peng, maka ia memasang mata ke garis thian-soan itu.

Oey Yong menaruh diri di antara Kwa Tin ok dan ayahnya serta Kwee Ceng yang lagi bertempur itu, ia masgul.

"Tahan dulu!" ia berseru. "Dengar perkataanku!"

Kwee Ceng tidak memperdulikan itu, ia menyerang terus, tetap hebat. Sikapnya ini membikin hilang kesabaran Oey Yok Su, dari bergerak setengah hati, ia mulai menggunakan tenaganya.

Di pihak Auwyang Hong, si Bisa dari Barat itu lagi mencoba mendesak Coan Cin Cit Cu, saban-saban ia mengasih dengar suaranya berkerak kerok mirip kodok - Itu artinya, bahaya tengah mengancam.

Si nona menjadi bingung - Kalau ayahnya dan Auwyang Hong sudah turun tangan benar-benar, akan hebat akibatnya. Ketika ia berpaling ke Van Ie Lauw, di sana Ang Cit Kong masih duduk bengong, menonton pertempuran itu.

"Suhu, suhu!" ia lantas memanggil "Suhu, tolong kau bicara!"

Sebenarnya, Cit Kong pun berkhawatir. Kalau ia masih gagah, ia tentu sudah maju menengahi. Maka ia menonton saja, sampai ia mendengar suara si nona. Ia lantas berpikir; "Asal Oey Lao Shia masih suka memandang aku, ini gampang."

Dengan menekan loteng, Pak Kay lantas menurunkan diri. ia terus berseru; "Tuan-tuan, tahan! Aku si pengemis tua hendak bicara!"

Kiu Cie Sin Kay kesohor sekali, melihat datangnya orang lantas berhenti berkelahi. Tapi yang berkhawatir sekali ialah Auwyang Hong, hingga dia berkata di dalam hatinya: "Kenapa kepandaian si pengemis tua dapat pulih kembali?"

See Tok tidak tahu, dengan bantuan Kiu Im Cin-keng menurut keterangan Kwee Ceng, Ang Cit Kong memperoleh sedikit kefaedahan, jalan darahnya mulai lurus sendiri, dalam ilmu ringan tubuh, kepandaiannya sudah pulih lima atau enam bagian. Cuma dalam ilmu silat, semua kepandaiannya masih hilang, ia mirip orang yang tidak mengerti silat sama sekali.

Melihat orang bersikap memandang mata kepadanya, cit Kong pikir bahwa ia harus sedikit beraksi, hanya ia belum dapat berpikir, apa yang ia mesti katakan agar Auwyang Hong suka mengundurkan diri. Karena lagi memikir, ia mendongak, terus tertawa terbahak. Ia melihat rembulan mulai muncul, lantas ia mendapat pikiran, maka ia berkata dengan nyaring,

"Yang ada di depan mata ini, semuanya orang-orang pandai dari Rimba Persilatan, tidak disangka lagaknya mirip buaya darat, kata-katanya seperti angin busuk"

Mendengar itu semua orang melengak. Memang orang tahu, cit Kong suka bilang apa yang ia pikir. Ma Giok lantas memberi hormat.

"Tolong Cianpwee memberi pengajaran," katanya.

Ang cit Kong berpura-pura gusar, ia berkata dengan nyaring: "Aku si pengemis tua telah mendengar dari siang-siang bahwa pada Pee-gwee Tiong ciu bakal ada orang bertarung di pinggir lauteng Yan Ie Lauw ini, maka itu hendak aku menyaksikan. Tapi aku adalah seorang yang kupingnya paling tidak suka mendengar suara berisik, maka itu justru waktunya masih siang, hendak aku tidur pulas dan nyenyak di sini, siapa tahu pagi ini lantas saja aku mendengar suara berisik dari anjing mau mampus, orang rebut mengatur barisan rombongan kuda atau tahang air kencing, juga ada suami memukul istri, ada menantu menyerang mertua, ada yang memotong ayam dan menyembelih anjing, ributnya bukan buatan, sampai aku si pengemis tua tidak dapat tidur tenang. Coba kalian angkat kepala dan lihat, hari ini tanggal berapa?"

Mendengar itu, orang lantas ingat bahwa hari itu adalah Pee-gwee Capsie, ialah bulan delapan tanggal empat belas, jadi hari pibu, harian mengadu kepandaian, adalah besok. Jadi tidaklah tepat bertempur mendahului hari yang dijanjikan.

"Locianpwee benar," kata Khu Cie Kie kemudian, "Memang tidak selayaknya hari ini kami membuat berisik di sini." Ia menoleh pada Auwyang Hong, untuk berkata " orang she Auwyang, mari kita mencari tempat lain di mana kita bisa bertempur terus mati-matian"

"Bagus, bagus" Auwyang Hong tertawa. "Memang harus aku menemani kamu"

Mendengar itu Ang Cit Kong mengasih lihat roman bengis, ia berkata keras "Satu kali Ong Tiong Yang menutup mata, kawanan bulu campur aduk dari Coan Cin Kauw lantas main gila tidak karuan. Aku bilang terus-terang kepada kalian, enam imam pria ditambah sama satu imam wanita, kamu semua masih bukan tandingan si bisa bangkotan Ong Tiong Yang tidak mewariskan apa-apa kepadaku, aku pun perlu memikirkan kalain, hanya sekarang aku hendak tanya, kalian telah membuat janji, habis bagaimana akan memenuhi janji kalian itu? Apakah yang bakal memenuhi janji ada imam-imam yang mati?"

Kata-kata itu berupa teguran atau dampratan tetapi di balik itu adalah pemberian ingat untuk menyadarkan kawanan imam itu bahwa dengan melawan Auwyang Hong, mereka adalah bagian mati, bukannya bagian hidup, Liok Cu menginsyafi itu tetapi mereka lagi menghadapi musuh besar, tidak dapat mereka memikir jauh







OBJEK WISATA MANCA NEGARA


Teluk Wilhelmina Antartika

Kota Tua Samarkand, Uzbekistan
Pulau Falkland Antartika Inggris
Pulau Falkland Antartika Inggris
Air Terjun Victoria Afrika
Air Terjun Victoria Afrika
Panci Makgadikgadi Botswana, Afrika
Panci Makgadikgadi Botswana, Afrika
Pulau Falkland Antartika Inggris
Pulau Falkland Antartika Inggris
Panorama Alam Georgia
Panorama Alam Georgia
Kebun Raya Singapura
Kebun Raya Singapura
Pagoda Shwedagon Yangon, Myanmar
Pagoda Shwedagon Yangon, Myanmar
Dataran Guci Xiangkhouang, Laos
Dataran Guci Xiangkhoung, Laos
Danau Iskanderkul Tajikistan
Danau Iskanderkul Tajikistan
Piramida Giza Mesir
Piramida Giza Mesir
Ngarai Sungai Ikan Namibia, Afrika
Ngarai Sungai Ikan Namibia, Afrika
Taman Nasional Ala Archa Kirgistan
Taman Nasional Ala Archa Kirgistan
Selat Drake Antartika Amerika
Selat Drake Antartika Amerika
Istana Kekaisaran Tokyo
Istana Kekaisaran Tokyo
Jembatan Gerbang Emas
Jembatan Gerbang Emas - Amerika
Air Terjun Niagara
Air Terjun Niagara Prancis
Grand Canyon
Grand Canyon Amerika
Pasar Terbesar di Bangkok
Pasar Terbesar di Bangkok
Taman Nasional Yellowstone
Taman Nasional Yellowstone - Amerika
Burj Khalifa - Dubai
Budj Khalifa Dubai
Taj Mahal
Taj Mahal India
Musium Amir Temur Uzbekistan
Musium Amir Temur Uzbekista
Blackpool - Amerika
Blackpool Irlandia
Taman Nasional Blue Mountain - Sydney
Taman Nasional Blue Mountain Sydney
Jembatan Baja Terbesar di Australia
Jembatan Baja Terbesar di Australia
Taman Nasional Kakadu Australia
Taman Nasional Kakadu Australia
Danau Baikal Rusia
Danau Baikal Rusia
Biara Meteora Yunani
Biara Meteora Yunani
Pantai Bondi Australia
Pantai Bondi Australia
Menara Eiffel Prancis
Menara Eiffel Prancis
Musium Van Gogh Belanda
Musium Van Gogh Belanda
Gedung Opera Sydney
Gedung Opera Sydney
Gunung Meja Afrika
Gunung Meja Afrika
Menara Kembar Petronas Malaysia
Menara Kembar Petronas Malaysia

===============================




Air Terjun Victoria Afrika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar