Jumat, 22 Oktober 2021

Sin Tiauw Hiap Lu 180

“Tapi yang kukuatirkan justru kalau dia takkan bisa bersua lagi dengan Siao-liong-li,” kata Oey Yong gegetun.

Kwe Siang melengak. “Apa? Mana bisa? Toakoko sendiri berkata kepadaku bahwa karena lukanya, Liong-cici telah ditolong pergi Lam-hay Sin-ni dan berjanji 16 tahun kemudian akan berjumpa pula. Betapa pun cinta kasih mereka, sudah sekian lamanya saling tunggu masa takkan bersua kembali?” Namun Oey Yong mengkerut kening sambil bersuara tak acuh.

“Kata Toakoko,” sambung Kwe Siang pula. “Liong-cici telah mengukir tulisan pada tebing gunung yang berbunyi: ‘16 tahun kemudian bertemu lagi di sini, cinta kasih suami isteri, harap jangan salah janji’, Apakah mungkin ukiran tulisan itu palsu belaka?”

“Tulisan itu memang tulen, sedikit pun bukan palsu,” sahut Oey Yong. “Cuma yang aku kuatirkan justru karena cinta Siao-liong-li terhadap Yo Ko terlalu mendalam, hingga sebab itu Yo Ko takkan bisa melihat dia lagi untuk selamanya.”

Kwe Siang menjadi bingung, dengan tercengang ia pandang sang ibu penuh tanda tanya.

“16 tahun yang lampau,” demikian tutur Oey Yong, “Yo-toakomu suami-isteri terluka parah. Yo-toako masih ada obat yang bisa menyembuhkannya, tetapi racun jarum yang mengenai Siao-liong-li telah meresap sampai ke tulang. Menyaksikan isteri tercintanya itu sukar disembuhkan lagi, Yo-toakomu itu pun tidak ingin hidup sendirian, maka sekali pun dia diberi obat dewa dia takkan mau meminumnya.” berkata sampai di sini suaranya berubah halus, katanya pula: “Aih, masih banyak hal lain, tapi karena usiamu masih kecil, sementara ini kau takkan paham.”

Kwe Siang ter-mangu oleh cerita itu, selang sejenak barulah dia menjungat dan berkata:

“Ibu, kalau aku jadi Liong-cici, aku akan pura-pura sehat dan minta dia minum obat untuk menyembuhkan lukanya.”

Sungguh Oey Yong tak menyangka puterinya yang masih kecil itu bisa berpikir demikian untuk orang lain, maka sesaat itu dia tertegun,

“Ya, benar, makanya aku kuatir tatkala itu Siao-liong-li juga berpikir seperti pendapatmu ini dan sengaja meninggalkan Yo Ko,” kata Oey Yong kemudian. “la mengukir tulisan di tebing batu dan berjanji akan bertemu 16 tahun lagi, waktu itu aku lantas menduga menghilangnya Siao-liong-li secara mendadak boleh jadi demi kepentingan Yo-toakomu agar mau bertahan hidup selama 16 tahun untuk menantikannya. Aih, rupanya dia mengira setelah lewat 16 tahun yang Iama itu, cinta Yo-toakomu padanya tentu akan mendingin, dengan begitu sekali pun dalam hati masih berduka, tapi pasti akan sayang juga pada badan sendiri dan takkan membunuh diri lagi.”

“Jika begitu, bagaimanakah tentang cerita Lam-hay Sin-ni?” tanya Kwe Siang.

“Lam-hay Sin-ni itu justru adalah karanganku. Maka hakikatnya tidak pernah ada seorang tokoh seperti itu,” sahut Oey Yong.

“Hah? Tidak ada tokoh Lam-hay Sin-ni?” Kwe Siang menegas terkejut.

“Ya, sebab waktu itu aku melihat keadaan Yo Ko yang sedih dan merana, hatiku tak tega, lalu aku mengarang nama Lam-hay Sin-ni untuk menghiburnya agar suka menanti selama 16 tahun ini,” sahut Oey Yong. “Aku katakan kepadanya bahwa Lam-hay Sin-ni tinggal di pulau Tati, padahal di jagad ini hakikatnya tak pernah ada pulau itu. Aku pun bilang Lam-hay Sin-ni pernah mengajarkan sejurus ilmu pukulan kepada Gwakong-mu, dengan begitu supaya dia bertambah percaya. Sebab si Yo Ko ini sangat cerdik, kalau aku tidak bicara seakan-akan benar dan hidup, tidak bakalan dia mau percaya. Dan kalau dia tak percaya, maka maksud baik Siao-liong-li pun akan sia-sia.”

“Apakah ibu maksudkan Liong-cici sudah meninggal dan janji 16 tahun bertemu lagi hanya untuk membohonginya saja?” tanya Kwe Siang.

“Tidak, tidak, boleh jadi Siao-liong-li masih hidup. Sampai hari yang dijanjikan nanti, kalau dia betul-betul datang berkumpul kembali dengan Yo Ko, maka kita harus berterima kasih pada yang maha kuasa,” sahut Oey Yong cepat. “Dia adalah ahli waris Ko-bong-pay satu-satunya. Cikal bakal Ko-bong-pay, Lim Tiau-eng, telah menurunkan ilmu kepandaian yang maha hebat kepadanya, rasanya Siao-liong-li takkan meninggal begitu saja.”

“Ya, memang aku pun berpikir, Liong-cici adalah orang yang begitu baik, Yo-toako juga sedemikian cinta padanya, pasti dia takkan mati selagi muda,” demikian kata Kwe Siang dengan hati rada lega. “Akan tetapi bila sampai hari yang dijanjikan itu Yo-toako tak bisa menjumpainya kembali, bukankah pukulan ini akan membuatnya menjadi gila?”

“Makanya kedatangan Gwakong-mu tadi sebenarnya akan kuminta agar suka membantu membulatkan bualanku tentang Lam-hay Sin-ni,” kata Oey Yong.

Kwe Siang menjadi kuatir “Ya, saat ini tentu Yo-toako berada bersama dengan Gwakong dan ia akan bertanya tentang Lam-hay Sin-ni. Tapi Gwakong tak tahu duduknya perkara, tentu Gwakong akan bilang tidak kenal, dengan demikian terbongkarlah rahasia itu, lalu bagaimana baiknya?”

“Jika benar-benar Siao-liong-li dapat bersua kembali dengan dia, itu yang kita harapkan dan segalanya akan beres,” kata Oey Yong “Tetapi bila sampai saatnya dia tidak melihat Siao-liong-li, menurut wataknya yang tak terkendali itu, entah keonaran apa yang akan diperbuatnya. Tentu dia akan dendam karena aku membohonginya dan bikin susah dia menunggu selama 16 tahun ini!”

“Ibu, hal itu tak perlu kau kuatirkan,” ujar Kwe Siang. “Kau membohongi dia demi kebaikannya. Kau bermaksud menolong jiwanya.”

“Hubungan kekeluargaan selama tiga keturunan tidaklah perlu dibicarakan, hanya diri Ko-ji saja, beberapa kali ia telah menolong jiwa ayahmu, ibumu dan enci-mu, bahkan hari ini dia kembali berjasa begitu besar untuk kota Siang-yang. Seandainya kita ada sedikit budi padanya juga tidak cukup untuk membalasnya,” kata Oey Yong. “Aih, hidup Ko-ji selama ini menderita sebatang kara, kini umurnya sudah 30 tahun lebih, tetapi saat bahagia yang pernah ia kenyam rasanya juga tiada beberapa hari saja.”

Kwe Siang menjadi muram. Ia menunduk, dalam hati berpikir: “Kalau Toakoko tak bisa berjumpa kembali dengan Liong-cici, mungkin ia bisa gila benar!”

“Yo-toakomu itu adalah seorang perasa dan beradab, cuma semenjak kecil banyak mengalami pukulan hidup, maka wataknya menjadi rada aneh, tindak tanduknya selalu di luar dugaan orang,” ujar Oey Yong.

“Ya. Dia, Gwakong dan aku, semuanya golongan aneh,” kata Kwe Siang tertawa tawar.

“Betul, ia adalah orang baik, hanya bersifat rada latah,” kata Oey Yong sungguh-sungguh. “Makanya, bila tak beruntung Siao-liong-li meninggal, selanjutnya sekali-kali jangan kau bertemu dia lagi.”

Terkejut sekali anak dara itu, sama sekali tidak diduganya ibunya dapat berkata begitu. “Sebab apa? Kenapa tak boleh bertemu dengan Yo-toako lagi?” tanyanya cepat.

Oey Yong menggenggam tangan puterinya dan berkata: “Jika akhirnya dia dapat bertemu kembali dengan Siao-liong-li, biar kau ikut mengembara ke ujung langit sekali pun aku tak akan keberatan. Tapi kalau Siao-liong-li tak bersua lagi dengan dia... Siang-ji, kau belum kenal sifat Yo-toakomu, bila ia sudah gila, segala apa dapat diperbuatnya.”

“Ibu,” tanya Kwe Siang gemetar, “jika Liong-cici tidak dapat dijumpainya lagi, tentu ia akan sangat berduka, kita harus menghiburnya baik-baik.”

“Dia takkan mendengar hiburan orang,” kata Oey Yong menggeleng kepala.

“Ibu, setelah menunggu 16 tahun dengan sia-sia, dalam berdukanya nanti apakah ia akan membunuh diri?” tanya Kwe Siang lagi sesudah merandek sejenak,

Oey Yong merenung sejenak, kemudian baru menjawabnya: “Pikiran orang lain dapat aku menerkanya, tapi Yo-toakomu itu semenjak kecil aku tidak dapat meraba pikiran apa yang terkandung di dalam otaknya, justru karena itulah maka aku melarang kau bertemu lagi dengannya, kecuali kalau dia datang bersama Siao-liong-li, itu lain perkara.”

Kwe Siang termenung dan tidak bertanya lebih jauh.

“Siang-ji,” kata Oey Yong pula, “Ibu hanya berpikir demi kebaikanmu, jika kau tak menurut nasihat ibu, kelak pasti akan menyesal.”

Setelah itu ia lantas menceritakan kejadian dulu, di mana puteri angkat Yo Tiat-sim yang bernama Bok Liam-cu, dalam suatu pertandingan sayembara Bok Liam-cu dikalahkan Yo Khong. Meski Yo Khong banyak melakukan kejahatan, tetapi cinta Bok Liam-cu padanya tetap kekal hingga kemudian Bok Liam-cu gugur menyusul kekasihnya di kelenteng Ong-tiat-jiang.

KEMBALI BERTUALANG

“Bok Liam-cu sebenarnya wanita baik yang sukar dicari, tapi karena salah menyerahkan cintanya hingga berakhir mengenaskan demikian,” kata Oey Yong.

“Ibu,” kata Kwe Siang tiba-tiba. “Ia menyukai Yo-sioksiok, betapa pun Yo-sioksiok berbuat salah, ia tetap akan suka padanya sampai akhir jaman.”

Oey Yong terkesima memandangi muka sang puteri yang mungil itu, dalam hati ia pikir: “Usia sekecil ini, dari manakah bisa paham begini banyak?”

Dilihatnya anak dara itu sudah letih dan mengantuk, maka segera ia menarik selimut dan menyuruhnya tidur sambil dinina-bobokannya. Memang semalam suntuk Kwe Siang tidak tidur, maka sebentar saja ia sudah pulas.

Oey Yong lantas kembali ke kamarnya sendiri.

**** 180 ****





OBJEK WISATA MANCA NEGARA


Teluk Wilhelmina Antartika

Kota Tua Samarkand, Uzbekistan
Pulau Falkland Antartika Inggris
Pulau Falkland Antartika Inggris
Air Terjun Victoria Afrika
Air Terjun Victoria Afrika
Panci Makgadikgadi Botswana, Afrika
Panci Makgadikgadi Botswana, Afrika
Pulau Falkland Antartika Inggris
Pulau Falkland Antartika Inggris
Panorama Alam Georgia
Panorama Alam Georgia
Kebun Raya Singapura
Kebun Raya Singapura
Pagoda Shwedagon Yangon, Myanmar
Pagoda Shwedagon Yangon, Myanmar
Dataran Guci Xiangkhouang, Laos
Dataran Guci Xiangkhoung, Laos
Danau Iskanderkul Tajikistan
Danau Iskanderkul Tajikistan
Piramida Giza Mesir
Piramida Giza Mesir
Ngarai Sungai Ikan Namibia, Afrika
Ngarai Sungai Ikan Namibia, Afrika
Taman Nasional Ala Archa Kirgistan
Taman Nasional Ala Archa Kirgistan
Selat Drake Antartika Amerika
Selat Drake Antartika Amerika
Istana Kekaisaran Tokyo
Istana Kekaisaran Tokyo
Jembatan Gerbang Emas
Jembatan Gerbang Emas - Amerika
Air Terjun Niagara
Air Terjun Niagara Prancis
Grand Canyon
Grand Canyon Amerika
Pasar Terbesar di Bangkok
Pasar Terbesar di Bangkok
Taman Nasional Yellowstone
Taman Nasional Yellowstone - Amerika
Burj Khalifa - Dubai
Budj Khalifa Dubai
Taj Mahal
Taj Mahal India
Musium Amir Temur Uzbekistan
Musium Amir Temur Uzbekista
Blackpool - Amerika
Blackpool Irlandia
Taman Nasional Blue Mountain - Sydney
Taman Nasional Blue Mountain Sydney
Jembatan Baja Terbesar di Australia
Jembatan Baja Terbesar di Australia
Taman Nasional Kakadu Australia
Taman Nasional Kakadu Australia
Danau Baikal Rusia
Danau Baikal Rusia
Biara Meteora Yunani
Biara Meteora Yunani
Pantai Bondi Australia
Pantai Bondi Australia
Menara Eiffel Prancis
Menara Eiffel Prancis
Musium Van Gogh Belanda
Musium Van Gogh Belanda
Gedung Opera Sydney
Gedung Opera Sydney
Gunung Meja Afrika
Gunung Meja Afrika
Menara Kembar Petronas Malaysia
Menara Kembar Petronas Malaysia

===============================




Air Terjun Victoria Afrika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar