Sabtu, 09 Oktober 2021

Sin Tiauw Hiap Lu 159

Kwe Hu hendak membantah, tetapi Oey Yong lantas membentaknya: “Hu-ji, jika kau bersikap kurang adat lagi kepada orang, lekas kau pulang saja ke Tho-hoa-to dan jangan kembali ke Siang-yang.”

Kwe Hu tidak berani bersuara lagi, dia hanya mendelik kepada Liok Bu-siang. Yo Ko menghela napas panjang, katanya kepada Bu-siang:

“Kejadian itu amat kebetulan dan nona Kwe tak sengaja hendak mencelakai Liong-ji, maka urusan ini selanjutnya tidak usah diungkit lagi, adik Liok.”

Mendengar dirinya dipanggil ‘adik’, sebaliknya menyebut Kwe Hu sebagai ‘nona’, jelas sekali bedanya antara orang sendiri dan orang luar. Hati Bu-siang menjadi girang, segera dia masukkan golok ke sarungnya sambil mencibir pada Kwe Hu.

“Yo-sicu telah makan Toan-jong-cau dan tidak terganggu apa pun, tampaknya rumput ini amat mujarab untuk menawarkan racun bunga cinta,” kata It-teng kemudian, “Tapi sebaiknya jangan diminum terus menerus, bolehlah tujuh hari kemudian baru minum untuk kedua kalinya.”

Yo Ko menerima saran itu sambil memberi hormat. Melihat hari sudah terang benderang, Oey Yong berkata:

“Sudah cukup Iama kita meninggalkan kota Siang-yang, entah bagaimana situasi di sana. Aku menjadi sangat kuatir. Ko-ji kau pun ikut pulang saja ke sana, paman Kwe tentu amat kangen padamu.”

“Aku tinggal di sini saja menunggu... menunggu dia,” jawab Yo Ko.

“He, kau hendak menunggu dia selama 16 tahun di sini?” tanya Kwe Hu heran.

“Entahlah,” jawab Yo Ko. “Rasanya aku tidak tahu harus pergi ke mana.”

“Baiklah, kau menunggu dulu sepuluh hari atau setengah bulan di sini,” ujar Oey Yong, “Andai kata adik Liong benar-benar tak ada kabar berita, hendaklah segera kau pergi ke Siang-yang saja.”

Dengan termangu-mangu Yo Ko memandangi tebing curam di seberang sana tanpa menjawabnya lagi. Semua orang lantas mohon diri untuk berangkat. Melihat Liok Bu-siang tiada tanda-tanda mau ikut pergi, Kwe Hu tidak tahan dan bertanya:

“Liok Bu-siang, apakah kau hendak tinggal di sini menemani Yo-toako?”

“Peduli apa dengan kau?” semprot Bu-siang dengan muka merah.

Tiba-tiba Thia Eng berkata: “Yo-toako belum sehat, biarlah aku dan Piaumoay merawatnya beberapa hari lagi di sini.”

Oey Yong tahu Sumoay cilik ini berwatak lembut di luar dan keras di dalam, jika puterinya sampai membikin sakit hati dia, kelak pasti akan banyak mendatangkan kesulitan, maka cepat ia pelototi Kwe Hu supaya jangan banyak bicara lagi. Lalu berkata:

”Ko-ji mendapat perawatan Sumoay, tentu takkan berhalangan apa pun. Nanti bila mana sudah sembuh, hendaklah kalian bertiga datang ke Siang-yang.”

Begitulah Yo Ko, Thia Eng dan Liok Bu-siang memandangi kepergian It-teng Taysu, Oey Yong dan rombongannya hingga makin jauh dan akhirnya menghilang di balik pepohonan sana. Api yang berkobar semalaman kini sudah mulai padam. Yo Ko lalu berkata:

“Kedua adik, ada suatu pikiranku yang kurang pantas, jika kukatakan hendaklah kalian jangan marah.”

“Katakan saja, siapa yang akan marah padamu?” ujar Bu-siang.

“Sejak berkenalan rasanya kita bertiga sangat cocok satu sama lain,” tutur Yo Ko. “Aku sendiri tidak mempunyai saudara, maka aku ingin mengikat saudara angkat dengan kalian berdua sehingga untuk selanjutnya kita benar-benar menjadi kakak beradik. Entah bagaimana pendapat kalian dengan usulku ini?”

Pilu rasa hati Thia Eng. Dia tahu cinta Yo Ko kepada Siao-liong-li tak akan pernah buyar, lantaran ada janji bertemu 16 tahun lagi maka dia mengajak mengangkat saudara supaya hubungan mereka tidak menjadi kikuk. Melihat Bu-siang menunduk dengan mengembeng air mata, cepat dia berkata:

“Jika begitu kehendak Toako, tentu saja kami setuju. Punya Toako sebaik engkau, apa lagi yang kami harapkan?”

Bu-siang mencabut tiga tangkai rumput dan ditancapkan di tanah serta berkata: “Di sini tidak ada Hiosoa (dupa sembayang), biarlah kita gunakan rumput sebagai gantinya,” ia berkata dengan tersenyum, tapi kemudian suaranya menjadi ter-sendat dan sebelum Yo Ko menjawab ia sudah mendahului berlutut dan memberi hormat.

Cepat Yo Ko dan Thia Eng ikut berlutut dan saling memberi hormat delapan kali sebagai tanda pengikatan kakak beradik secara resmi. Kata Yo Ko kemudian:

“Ji-moay dan Sam-moay, kukira barang yang paling jahat di dunia ini tak lebih dari pada pohon bunga cinta ini. Bagaimana kalau kita membabat hingga akarnya supaya hancur dan lenyap seluruhnya?”

Tanpa pikir Thia Eng dan Bu-siang menyatakan setuju. Mereka lantas mencari cangkul dan sekop di perkampungan yang sudah menjadi tumpukan puing, dengan bersemangat mereka membabati dan mendongkel setiap pohon bunga cinta yang mereka lihat. Karena tumbuhan bunga itu cukup banyak, pula berduri, mereka harus hati-hati bekerja. Setelah sibuk enam hari barulah tumbuhan berbisa itu dibasmi habis. Sejak itu tumbuhan aneh yang membikin celaka manusia itu pun tidak pernah bersemi lagi dan lenyap dari permukaan bumi. Besoknya pagi-pagi Bu-siang sudah memberi setangkai rumput rantas usus kepada Yo Ko dan berkata:

“Toako, hari ini kau harus minum lagi rumput berbisa ini.”

Karena sudah berpengalaman tujuh hari yang lampau, Yo Ko tahu rumput rantas usus itu berbisa, tapi dirinya mampu bertahan, maka begitu dia minum segera mengerahkan tenaga dalam. Karena sekarang kadar racun dalam tubuhnya sudah berkurang, rasa sakitnya tidak sehebat tempo hari. Selang agak lama, ia muntahkan darah segar, lalu hilanglah rasa sakitnya. Yo Ko berdiri melemaskan kaki tangannya. Dilihatnya Thia Eng dan Bu-siang ikut girang bagi kemajuan penyakitnya itu. Pikirnya: “Kedua adik angkat ini sungguh baik sekali padaku, cuma sayang aku tidak dapat membalas kebaikan mereka.” Sesudah berpikir sejenak, timbul lagi pikirannya: “Ji-moay memiliki guru kosen, asal berlatih lebih lama lagi tentu ia akan mencapai tokoh tingkatan atas, sedangkan nasib Sam-moay jelas kurang beruntung dari pada Ji-moay.” Karena itu ia lantas berkata kepada Bu-siang:

“Sam-moay, gurumu dan guruku adalah saudara seperguruan, jadi kita berdua sesungguhnya masih sesama saudara seperguruan juga. Ilmu silat tertinggi dari Ko-bong-pay tercantum semua dalam Giok-li-sim-keng, sedangkan kitab itu sudah direbut Li Bok-chiu dan ikut terkubur di lautan api. Untung aku masih ingat isi kitabnya, dari pada iseng biarlah kuajarkan sedikit ilmu silat perguruan kita, bagaimana pikiranmu?”

Tentu saja Bu-siang kegirangan, jawabnya: “Terima kasih, Toako, lain kali kalau bertemu Kwe Hu aku tidak takut dia bertindak kasar lagi.”

Yo Ko tersenyum. Segera dia mulai menuturkan dasar-dasar dari ajaran Giok-li-sim-keng beserta kunci-kuncinya, dimulai dari yang cetek kemudian makin mendalam. Lalu dia memberi pesan:

“Hendaklah kau hafalkan dulu kuncinya, waktu latihan bila perlu boleh minta bantuan Ji-moay, di lembah ini sangat tenang, tempat latihan yang baik.”

Begitulah selama beberapa hari Bu-siang tekun menghafalkan ajaran Yo Ko. Memang ilmu yang pernah dipelajarinya adalah aliran Ko-bong-pay, maka dengan mudah baginya menerima dan memaham. Kalau ada bagian-bagian sulit yang sukar dipecahkan, Yo Ko menyuruh Bu-siang menghafalkannya saja untuk diulangi lagi lain hari. Dengan begitu selama hampir satu bulan dapatlah Bu-siang mengingat seluruh isi Giok-li-sim-keng di luar kepala. Suatu hari, pagi-pagi dia dan Thia Eng sudah menyiapkan sarapan, tapi ditunggu sampai lama sekali tidak tampak munculnya Yo Ko. Mereka lantas mendatangi goa tempat tinggal Yo Ko. Terlihat di tanah sana tertulis huruf-huruf besar yang berbunyi:

‘Berpisah untuk sementara, biarlah kelak bertemu lagi. Hubungan baik kakak beradik tetap kekal dan abadi’.

Bu-siang melenggong dan bergumam: “Akhirnya dia... dia sudah pergi.” Dia berlari-lari ke puncak gunung dan memandang jauh ke selatan.

Thia Eng menyusulnya. Mereka memandang jauh ke sana, tetapi yang kelihatan hanya awan mengambang di udara, pepohonan menghijau permai, mana ada bayangan Yo Ko? Dengan rasa pilu Bu-siang berkata terguguk-guguk:

“Ji-ci, kau kira dia... dia pergi ke mana? Apakah kelak kita dapat... dapat berjumpa lagi dengan dia?”

“Sam-moay,” jawab Thia Eng, “lihatlah gumpalan awan itu yang bergerombol menjadi satu untuk kemudian terpancar. Hidup manusia juga begitu, buat apa kau merasa susah?” Meski begitu ucapannya, tapi dalam hatinya dia pun bersedih.

Kiranya selama hampir sebulan Yo Ko merasa sudah cukup mengajarkan isi Giok-li-sim-keng kepada Bu-siang. Tapi selama itu tiada kabar berita Siao-liong-li. Ia tahu menunggu lebih lama juga tak ada gunanya, maka dia meninggalkan tulisan di tanah dan pergi. Ia pikir bila pulang ke Cong-lam-san tentu akan menambah rasa duka, maka seorang diri ia mengembara di Kangouw.

**** 159 ****





OBJEK WISATA MANCA NEGARA


Teluk Wilhelmina Antartika

Kota Tua Samarkand, Uzbekistan
Pulau Falkland Antartika Inggris
Pulau Falkland Antartika Inggris
Air Terjun Victoria Afrika
Air Terjun Victoria Afrika
Panci Makgadikgadi Botswana, Afrika
Panci Makgadikgadi Botswana, Afrika
Pulau Falkland Antartika Inggris
Pulau Falkland Antartika Inggris
Panorama Alam Georgia
Panorama Alam Georgia
Kebun Raya Singapura
Kebun Raya Singapura
Pagoda Shwedagon Yangon, Myanmar
Pagoda Shwedagon Yangon, Myanmar
Dataran Guci Xiangkhouang, Laos
Dataran Guci Xiangkhoung, Laos
Danau Iskanderkul Tajikistan
Danau Iskanderkul Tajikistan
Piramida Giza Mesir
Piramida Giza Mesir
Ngarai Sungai Ikan Namibia, Afrika
Ngarai Sungai Ikan Namibia, Afrika
Taman Nasional Ala Archa Kirgistan
Taman Nasional Ala Archa Kirgistan
Selat Drake Antartika Amerika
Selat Drake Antartika Amerika
Istana Kekaisaran Tokyo
Istana Kekaisaran Tokyo
Jembatan Gerbang Emas
Jembatan Gerbang Emas - Amerika
Air Terjun Niagara
Air Terjun Niagara Prancis
Grand Canyon
Grand Canyon Amerika
Pasar Terbesar di Bangkok
Pasar Terbesar di Bangkok
Taman Nasional Yellowstone
Taman Nasional Yellowstone - Amerika
Burj Khalifa - Dubai
Budj Khalifa Dubai
Taj Mahal
Taj Mahal India
Musium Amir Temur Uzbekistan
Musium Amir Temur Uzbekista
Blackpool - Amerika
Blackpool Irlandia
Taman Nasional Blue Mountain - Sydney
Taman Nasional Blue Mountain Sydney
Jembatan Baja Terbesar di Australia
Jembatan Baja Terbesar di Australia
Taman Nasional Kakadu Australia
Taman Nasional Kakadu Australia
Danau Baikal Rusia
Danau Baikal Rusia
Biara Meteora Yunani
Biara Meteora Yunani
Pantai Bondi Australia
Pantai Bondi Australia
Menara Eiffel Prancis
Menara Eiffel Prancis
Musium Van Gogh Belanda
Musium Van Gogh Belanda
Gedung Opera Sydney
Gedung Opera Sydney
Gunung Meja Afrika
Gunung Meja Afrika
Menara Kembar Petronas Malaysia
Menara Kembar Petronas Malaysia

===============================




Air Terjun Victoria Afrika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar