Senin, 27 September 2021

Sin Tiauw Hiap Lu 142

Sementara itu Kwe Hu dan Yalu Ce berlima sedang kelabakan terkurung di kamar batu itu. Mereka duduk di lantai tanpa berdaya, semakin dipikir semakin mendongkol dan penasaran, tiada hentinya Bu Sam-thong mencaci maki Li Bok-chiu yang kejam itu. Dalam keadaan gelisah Kwe Hu menjadi sebal mendengar caci maki Bu Sam-thong yang tiada henti, tanpa pikir dia berkata padanya:

“Bu-pepek kekejian perempuan she Li itu kan sudah lama kau ketahui, apa gunanya sekarang kau mencaci makinya?”

Bu Sam-thong melengak dan tidak bisa menjawab, sebaliknya Bu Siu-bun menjadi marah karena ayahnya diomeli si nona, segera dia menanggapi:

“Kedatangan kita ke kuburan ini demi menolong adikmu, kalau tidak beruntung mengalami kesukaran, biarlah kita mati bersama saja, kenapa kau marah-marah segala...”

“Diam, adik Bun!” cepat Bu Tun-si menghardik sehingga Siu-bun tidak melanjutkan kata-katanya.

Ucapan Siu-bun itu sesungguhnya hanya terdorong oleh rasa ingin membela sang ayah saja, begitu tercetus katanya, ia sendiri pun merasa heran. Padahal biasanya ia sangat penurut kepada Kwe Hu, malah se-dapatnya ia ingin mengerjakan apa pun bagi si nona, mana berani ia berbantah dengan Kwe Hu. Tapi siapa tahu sekarang berani menjawab dengan sama kerasnya.

Kwe Hu juga melenggong karena tidak pernah menyangka si Bu cilik itu berani berbantah dengan dia. Ingin dia bicara lagi, tetapi rasanya tidak ada sesuatu kuat yang dapat diketemukannya. Teringat bahwa dirinya akan mati terkurung di kuburan kuno ini dan tak akan bertemu selamanya dengan ayah bunda, ia menjadi sedih dan menangis. Dalam kegelapan dan tidak dapat memandang keadaan sekitarnya, tanpa terasa ia mendekap di atas sesuatu dan menangislah terguguk-guguk.

Melihat si nona mendadak menangis, Siu-bun merasa tidak enak, katanya: “Baiklah, aku mengaku salah, biarlah aku minta maaf padamu.”

“Apa gunanya minta maaf?” jawab Kwe Hu dan tangisnya semakin menjadi. Sekenanya ia tarik sepotong kain untuk mengusap ingusnya, tetapi mendadak disadarinya ternyata dia mendekap di atas paha seseorang dan kain yang dibuat mengusap ingus itu kiranya ujung baju orang itu.

Dengan terkejut cepat Kwe Hu menegakkan tubuhnya. Dari persiapan Bu Sam-thong dan kedua anaknya tadi, jelas mereka bertiga duduk di sebelah sana, cuma Yalu Ce saja yang berdiam tanpa bersuara, jelas orang ini adalah dia. Keruan Kwe Hu menjadi malu.

“Aku... aku...,” katanya dengan tersipu-sipu.

Pada saat itulah tiba-tiba Yalu Ce berkata: “He, dengarkan, suara apakah itu?”

Waktu mereka pasang kuping, tiada mendengar sesuatu. Tapi Yalu Ce berkata lagi: “Ehm, itu suara tangisan anak kecil. Nona Kwe, pasti suara adikmu.”

Karena teraling oleh dinding batu, suara itu amat halus. Kalau bukan indera pendengaran Yalu Ce sangat tajam pasti tidak mendengarnya. Cepat dia bangkit dan melangkah ke sana, suara itu terdengar Iemah. Dia coba membalik ke sebelah lain, ternyata suara itu tambah jelas, maka segera dia menuju ke ujung sana, dia gunakan pedangnya untuk menusuk dan mencungkil perlahan.

Terdengar suaranya agak lain, agaknya dinding di situ rada tipis. Segera dia menyimpan pedangnya, kedua tangan coba menahan dinding batu itu dan didorongnya, namun bergeming sedikit pun. Ia coba ganti haluan, menarik napas kuat-kuat, lalu kedua tangan menolak, menyusul terus dibalik menjadi daya tarik dengan gaya ‘lengket’.

“Blangg...!” mendadak terdengar suara satu kali. sepotong batu kena ditarik lepas oleh tenaga sedotan tangannya dan jatuh ke lantai.

Tentu saja Kwe Hu dan lain sangat girang. Sambil bersorak mereka terus memburu maju ikut menarik dan membongkar, sebentar saja beberapa potong batu kena dilepaskan dan kini sebuah lubang sudah cukup digunakan untuk menerobos. Berturut-turut mereka lantas menerobos ke sana, Kwe Hu lalu mencari dengan mengikuti arah suara. Akhirnya mereka sampai di sebuah kamar batu yang kecil, dalam kegelapan suara tangisan anak itu terdengar sangat keras, cepat Kwe Hu mendorongnya.

Bayi itu memang betul Kwe Siang adanya. Demi menyembuhkan Siao-liong-li, pula harus menempur Li Bok-chiu, maka Yo Ko tidak sempat menyuapi orok itu. Karena lapar, anak itu menangis sejadinya. Kwe Hu berusaha menimang sambil membujuk, tetapi saking kelaparan, bukannya diam, sebaliknya tangis Kwe Siang semakin keras. Akhirnya Kwe Hu menjadi tidak sabar dan menyodorkan kepada Bu Sam-thong, katanya:

“Paman Bu, coba kau memeriksanya apakah ada sesuatu yang tidak beres.”

Dalam pada itu Yalu Ce sedang meraba-raba ke sana kemari, akhirnya di atas meja dapat ditemukan sebuah cek-tay (tatakan lilin), menyusul teraba pula batu api dan alat ketiknya. Setelah membuat api dan bisa menyulut lilin, seketika pandangan semua orang terbeliak. Sesudah terkurung di tempat gelap sekian lamanya, baru sekarang dada mereka merasa lapang oleh cahaya terang.

Betapa pun Bu Sam-thong adalah orang tua yang berpengalaman. Dari suara tangisan Kwe Siang itu, dia tahu anak ini pasti lapar. Dilihatnya di atas meja ada setengah mangkuk air madu, juga sebuah sendok kayu kecil, segera dia menyuapi anak itu dengan air madu sedikit-sedikit. Betul saja, begitu ada air madu memasuki mulutnya, Kwe Siang berhenti menangis.

“Kalau nona Kwe cilik ini tidak menangis kelaparan, mungkin kita semua akan mati dalam kamar batu itu,” ujar Yalu Ce tertawa.

“Segera kita pergi mencari jahanam Li Bok-chiu,” Bu Sam-thong berkata dengan penuh dendam.

Mereka masing-masing lantas memotong kaki kursi untuk dipergunakan sebagai obor, lalu menyusuri Iorong. Setiap ada pengkolan Bu Tun-si memberi tanda dengan ujung pedang supaya nanti kembalinya tidak tersesat. Begitulah mereka terus mencari jejak Li Bok-chiu dari sebuah ruangan ke ruangan yang lain. Rupanya dulu Ong Tiong-yang telah gagal memimpin pasukannya melawan pasukan Kim, kemudian dia dan anak buahnya membangun kuburan raksasa ini di lereng Cong-Iam-san sebagai tempat tirakat.

Yalu Ce dan lain-lain sama terheran-heran melihat betapa luasnya kuburan ini, sungguh tak tersangka bahwa di bawah sungai kecil terdapat bangunan raksasa. Ketika mereka sampai di kamar Siao-liong-li, tampak kebut Li Bok-chiu yang putus berserakan di lantai, di samping sana ada pula dua jarum perak milik Li Bok-chiu. Kwe Hu membungkus tangannya lantas menjemput jarum itu.

“Sebentar aku pun akan gunakan jarum berbisa ini untuk balas menusuk iblis keparat itu,” katanya dengan tertawa.

**** 142 ****






OBJEK WISATA MANCA NEGARA


Teluk Wilhelmina Antartika

Kota Tua Samarkand, Uzbekistan
Pulau Falkland Antartika Inggris
Pulau Falkland Antartika Inggris
Air Terjun Victoria Afrika
Air Terjun Victoria Afrika
Panci Makgadikgadi Botswana, Afrika
Panci Makgadikgadi Botswana, Afrika
Pulau Falkland Antartika Inggris
Pulau Falkland Antartika Inggris
Panorama Alam Georgia
Panorama Alam Georgia
Kebun Raya Singapura
Kebun Raya Singapura
Pagoda Shwedagon Yangon, Myanmar
Pagoda Shwedagon Yangon, Myanmar
Dataran Guci Xiangkhouang, Laos
Dataran Guci Xiangkhoung, Laos
Danau Iskanderkul Tajikistan
Danau Iskanderkul Tajikistan
Piramida Giza Mesir
Piramida Giza Mesir
Ngarai Sungai Ikan Namibia, Afrika
Ngarai Sungai Ikan Namibia, Afrika
Taman Nasional Ala Archa Kirgistan
Taman Nasional Ala Archa Kirgistan
Selat Drake Antartika Amerika
Selat Drake Antartika Amerika
Istana Kekaisaran Tokyo
Istana Kekaisaran Tokyo
Jembatan Gerbang Emas
Jembatan Gerbang Emas - Amerika
Air Terjun Niagara
Air Terjun Niagara Prancis
Grand Canyon
Grand Canyon Amerika
Pasar Terbesar di Bangkok
Pasar Terbesar di Bangkok
Taman Nasional Yellowstone
Taman Nasional Yellowstone - Amerika
Burj Khalifa - Dubai
Budj Khalifa Dubai
Taj Mahal
Taj Mahal India
Musium Amir Temur Uzbekistan
Musium Amir Temur Uzbekista
Blackpool - Amerika
Blackpool Irlandia
Taman Nasional Blue Mountain - Sydney
Taman Nasional Blue Mountain Sydney
Jembatan Baja Terbesar di Australia
Jembatan Baja Terbesar di Australia
Taman Nasional Kakadu Australia
Taman Nasional Kakadu Australia
Danau Baikal Rusia
Danau Baikal Rusia
Biara Meteora Yunani
Biara Meteora Yunani
Pantai Bondi Australia
Pantai Bondi Australia
Menara Eiffel Prancis
Menara Eiffel Prancis
Musium Van Gogh Belanda
Musium Van Gogh Belanda
Gedung Opera Sydney
Gedung Opera Sydney
Gunung Meja Afrika
Gunung Meja Afrika
Menara Kembar Petronas Malaysia
Menara Kembar Petronas Malaysia

===============================




Air Terjun Victoria Afrika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar