Senin, 20 September 2021

Sin Tiauw Hiap Lu 131

Li Bok-chiu merasa lengannya mulai kaku pegal, sejenak kemudian rasa kaku itu bahkan sudah sampai ketiak, kini kedua tangannya sudah tidak mau menurut perintah lagi. Cepat ia berseru:

“Berhenti dulu!” Berbareng ia melompat ke samping, lalu berkata dengan putus asa.

“Kwe-hujin, selama hidupku membunuh orang tak terhitung banyaknya, memang tidak kuharapkan hidup sampai sekarang. Mengadu tenaga mau pun mengadu akal memang aku bukan tandinganmu, kalau sekarang aku mati di tanganmu tak perlu penasaran. Hanya saja aku ingin memohon sesuatu padamu, entah kau sudi menerima tidak?”

“Urusan apa itu?” tanya Oey Yong sambil mengawasi lawan, ia kuatir Li Bok-chiu sengaja mengulur waktu untuk mengambil obat penawar.

Namun terlihat kedua tangan Li Bok-chiu sudah kaku lurus melambai ke bawah, terdengar dia berkata:

“Kwe-hujin, aku tidak akur dengan sumoay-ku, tapi anak itu sangat menyenangkan, karena itu kumohon kemurahan hatimu agar kau suka merawat dan jangan mencelakai jiwanya.”

Hati Oey Yong tergetar mendengar permohonan Li Bok-chiu yang diucapkan dengan hati tulus. Sungguh tak terduga bahwa iblis yang sudah menggunung kejahatannya itu saat mendekati ajal ternyata bisa juga mengeluarkan kasih sayangnya kepada seorang bayi. Maka dia pun lantas menjawab:

“Ayah dan ibu anak ini bukanlah orang biasa, kalau dibiarkan hidup di dunia bisa jadi akan membikin susah saja padaku, maka lebih baik...”

“Kumohon kemurahan hatimu...” kembali Li Bok-chiu memohon.

Oey Yong sengaja hendak mencoba lagi. Ia mendekati iblis itu dan mengebut Hiat-to yang membuatnya tak bisa berkutik lagi, lalu merogoh bajunya serta mengeluarkan botol obat, lalu bertanya:

“Apakah ini obat penawar racun jarummu?”

Tanpa pikir Li Bok-chiu mengiyakan. Oey Yong lalu berkata: “Dalam satu hari aku tak dapat membunuh dua orang, jika ingin kuampuni jiwamu, maka anak itu harus kubunuh, sebaliknya kalau kau rela mati, jiwa anak itu dapat kuampuni.”

Sama sekali tak terpikir oleh Li Bok-chiu bahwa dia masih diberi kesempatan untuk hidup, tapi kalau minta Oey Yong membunuh anak itu hatinya terasa tidak tega, sebaliknya menggunakan jiwa sendiri untuk menukar jiwa anak itu pun tidak rela. Sementara itu dilihatnya Oey Yong telah menuang sebutir obat dari botol dan diperlihatkan padanya, yang ditunggu hanyalah jawabannya saja. Karena itu dia menjadi nekat:

“Baik, aku...”

Tapi Oey Yong ternyata sudah mempunyai pertimbangannya sendiri. Dia lihat Li Bok-chiu ragu-ragu sekian lama, betapa pun hal ini menandakan ada pertentangan batin dalam hati nurani iblis itu. Bagaimana pun ia akan menjawab, melulu pikiran bajik ini saja sudah cukup pantas untuk mengampuni jiwanya. Bahwa dia sudah berlumuran darah dan penuh dosa, tentu kelak ada orang membinasakannya. Maka dia terus memotong ucapan Li Bok-chiu tadi dengan tertawa:

“Li-totiang, sesungguhnya aku harus berterima kasih atas perhatianmu terhadap anak Siang.”

“Apa katamu? Anak Siang siapa?” tanya Li Bok-chiu dengan bingung.

“Ketahuilah bahwa anak ini she Kwe bernama Siang, ia adalah puteri Kwe-tayhiap dengan diriku. Baru lahir jatuh ke tangan nona Liong, entah cara bagaimana terjadinya sehingga engkau salah paham menyangka dia itu puteri nona Liong. Berkat perawatanmu selama ini anak Siang tampak bertambah sehat dan kuat, sungguh aku merasa berterima kasih.” Selesai berkata dia lantas memberi hormat, kemudian menjejalkan obat yang dipegangnya itu ke mulut Li Bok-chiu sambil bertanya: “Apakah cukup?”

“Racun itu sudah mulai menjalar, harus kuminum tiga biji obat itu,” jawab Bok-chiu dengan cepat.

Segera Oey Yong menyuapi dua biji obat ke mulut Li Bok-chiu. Dia pikir obat penawar ini mungkin ada gunanya kelak, maka tidak dikembalikan kepada iblis itu tetapi dimasukkan ke saku sendiri, lalu berkata dengan tertawa:

“Setelah tiga jam Hiat-to yang kutotok akan punah sendiri dan kau dapat pergi sesukamu.” Habis itu cepat dia berlari ke dalam hutan tempat dia menaruh Kwe Siang tadi. Dia pikir: “Sudah selang sekian lama, entah anak Hu sudah pergi belum, kalau dia sempat melihat adik perempuannya tentu dia akan sangat gembira.”

Cepat dia memutar masuk ke tengah pagar rotan. Akan tetapi sesudah tiba di tempatnya seketika ia melongo kaget, sekujur badan menggigil bagai kejeblos ke dalam liang es. Ternyata lingkaran pagar rotan yang dibuatnya masih utuh tanpa sesuatu tanda yang mencurigakan, tapi bayangan Kwe Siang sudah tak nampak lagi. Keruan jantungnya ber-debar seperti hendak rontok, sekali pun biasanya dia banyak tipu akalnya, sekarang dia menjadi bingung dan kelabakan. Sebisanya dia berusaha menenangkan diri:

“Jangan gugup, tenang, tenang...! Hanya sebentar saja aku bertempur dengan Li Bok-chiu di Iuar sana, tahu-tahu anak Siang digondol orang, tentu orang itu pun belum jauh perginya.”

Segera dia memanjat ke pucuk pohon yang paling tinggi dan memandang ke sekelilingnya. Tanah di luar kota Siang-yang cukup datar, dipandang dari pucuk pohon itu dapat mencapai belasan li jauhnya, akan tetapi ternyata tiada terlihat sesuatu tanda yang mencurigakan. Sementara ini pasukan Mongol sudah mundur jauh ke utara, tanah datar yang luas ini tidak ada orang berlalu lalang, kalau saja ada seseorang dan seekor kuda tentu akan kelihatan meski dalam jarak yang jauh.

Oey Yong pikir kalau pencuIik itu belum pergi jauh tentu masih berada di sekitar sini saja. Segera ia berusaha mencari di sekitar pagar rotan, ia berharap bisa menemukan sesuatu jejak pencuIik itu. Tapi keadaan tali rotan itu sedikit pun tak tergeser atau rusak, hilangnya anak itu pasti bukan digondol oleh binatang buas dan sebagainya. Padahal pagar rotan yang dilingkari menurut perhitungan tai-tong-pat-kwa khas Tho-hoa-to itu, di dunia ini selain anak murid Tho-hoa-to sendiri tiada orang luar yang memahaminya, sekali pun tokoh besar macam Kim-lun Hoat-ong tak dapat bergerak bebas di tengah pagar rotan yang diaturnya ini. Apakah mungkin ayah sendiri yang datang? Begitulah ia menjadi sangsi. Mendadak dia menjerit dalam hati:

“Ahh, celaka!”

Tiba-tiba teringat olehnya. Ketika kepergok Kim-lun Hoat-ong beberapa waktu yang lalu, dalam keadaan kepepet ia telah mengatur barisan batu untuk menahan musuh, tatkala itu Yo Ko datang menolong, karenanya ia lantas menguraikan secara ringkas garis besar rahasia barisan batu yang diaturnya itu kepada anak muda itu. Teringat kepada Yo Ko, seketika kepala Oey Yong menjadi pusing dan menambah rasa kuatirnya. Anak muda itu amat pintar, diberi-tahu satu dapat dipahaminya tiga, walau pun hitungan Kiu-kiong-pat-kwa itu tidak mudah dipelajari dalam waktu singkat, tetapi setelah tahu garis besarnya, untuk memecahkan pagar rotan itu tidaklah sulit.

“Anak Hu sudah menebas kutung sebelah lengannya, sakit hatinya kepada keluarga Kwe semakin mendalam, sekali anak Siang jatuh di tangannya, tamatlah jiwanya.”

Begitulah Oey Yong menjadi sedih teringat kepada puteri yang baru lahir beberapa hari itu sudah mengalami nasib seburuk itu, tanpa terasa dia meneteskan air mata. Tetapi Oey Yong sudah banyak pengalaman dan kenyang gemblengan, pintar lagi cerdik, dia bukan perempuan biasa yang tak berdaya bila mana sedang berduka. Setelah berpikir sejenak, cepat dia menghapus air mata, lalu mulai mencari lagi jejak datang perginya Yo Ko.

Akan tetapi sungguh aneh, di sekitar situ ternyata tak ada sesuatu bekas kaki yang dapat ditemukan. Ia menjadi heran, biar pun Ginkang Yo Ko maha tinggi, kalau menginjak tanah pasti akan meninggalkan bekas, memangnya dia datang pergi dengan terbang?

Dugaan Oey Yong cukup mendekati kebenaran, memang Kwe Siang sudah dibawa pergi oleh Yo Ko dan datang perginya anak muda itu juga menyerupai terbang di udara.

**** 131 ****







OBJEK WISATA MANCA NEGARA


Teluk Wilhelmina Antartika

Kota Tua Samarkand, Uzbekistan
Pulau Falkland Antartika Inggris
Pulau Falkland Antartika Inggris
Air Terjun Victoria Afrika
Air Terjun Victoria Afrika
Panci Makgadikgadi Botswana, Afrika
Panci Makgadikgadi Botswana, Afrika
Pulau Falkland Antartika Inggris
Pulau Falkland Antartika Inggris
Panorama Alam Georgia
Panorama Alam Georgia
Kebun Raya Singapura
Kebun Raya Singapura
Pagoda Shwedagon Yangon, Myanmar
Pagoda Shwedagon Yangon, Myanmar
Dataran Guci Xiangkhouang, Laos
Dataran Guci Xiangkhoung, Laos
Danau Iskanderkul Tajikistan
Danau Iskanderkul Tajikistan
Piramida Giza Mesir
Piramida Giza Mesir
Ngarai Sungai Ikan Namibia, Afrika
Ngarai Sungai Ikan Namibia, Afrika
Taman Nasional Ala Archa Kirgistan
Taman Nasional Ala Archa Kirgistan
Selat Drake Antartika Amerika
Selat Drake Antartika Amerika
Istana Kekaisaran Tokyo
Istana Kekaisaran Tokyo
Jembatan Gerbang Emas
Jembatan Gerbang Emas - Amerika
Air Terjun Niagara
Air Terjun Niagara Prancis
Grand Canyon
Grand Canyon Amerika
Pasar Terbesar di Bangkok
Pasar Terbesar di Bangkok
Taman Nasional Yellowstone
Taman Nasional Yellowstone - Amerika
Burj Khalifa - Dubai
Budj Khalifa Dubai
Taj Mahal
Taj Mahal India
Musium Amir Temur Uzbekistan
Musium Amir Temur Uzbekista
Blackpool - Amerika
Blackpool Irlandia
Taman Nasional Blue Mountain - Sydney
Taman Nasional Blue Mountain Sydney
Jembatan Baja Terbesar di Australia
Jembatan Baja Terbesar di Australia
Taman Nasional Kakadu Australia
Taman Nasional Kakadu Australia
Danau Baikal Rusia
Danau Baikal Rusia
Biara Meteora Yunani
Biara Meteora Yunani
Pantai Bondi Australia
Pantai Bondi Australia
Menara Eiffel Prancis
Menara Eiffel Prancis
Musium Van Gogh Belanda
Musium Van Gogh Belanda
Gedung Opera Sydney
Gedung Opera Sydney
Gunung Meja Afrika
Gunung Meja Afrika
Menara Kembar Petronas Malaysia
Menara Kembar Petronas Malaysia

===============================




Air Terjun Victoria Afrika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar