Rabu, 11 Agustus 2021

Sin Tiauw Hiap Lu Jilid 075

Tentu saja Yo Ko sangat girang, tapi ia pura-pura menolak, “Ahh, agaknya tak boleh jadi,” demikian katanya, “kecuali kepada Pangcu dari Kay-pang, selamanya Pak-kau-pang-hoat tidak sembarangan diturunkan kepada orang luar.”

“Di hadapanku jangan kau pakai akal tengik!” kata Oey Yong sambil melototinya, “Suhu-ku sudah menurunkan padamu tiga bagian Pang-hoat, kau sendiri pun sudah mencuri dengar dua bagian, kini aku akan turunkan lagi dua bagian padamu, tiga bagian sisanya tergantung kecerdasanmu untuk mempelajarinya sendiri dan orang lain sekali-kali tak bisa mengajarkan kau. Soalnya kini terpaksa, pertama bukan orang mengajarkan Pang-hoat ini padamu, kedua disebabkan kepepet, tiada jalan lain.”

Segera saja Yo Ko berlutut sambil menjura beberapa kali, “Kwe-pekbo,” katanya tertawa, “Dahulu waktu aku kecil pernah kau berjanji akan turunkan ilmu silat padaku, sampai hari ini barulah kau benar-benar Kwe-pekbo yang baik.”

“Ya, selama ini kau terus dendam padaku, bukan?” sahut Oey Yong tersenyum.

“Mana aku berani?” kata Yo Ko.

Kemudian dengan bisik-bisik Oey Yong lantas uraikan intisari Pak-kau-pang-hoat, semuanya ia beri-tahukan kepada Yo Ko.

Di luar gundukan batu-batu Kim-lun Hoat-ong melihat Yo Ko tiba-tiba menjura pada Oey Yong, kedua orang ini bicara sambil ter-tawa-tawa, lalu bisik-bisik entah apa yang sedang dikerjakan, tampaknya seperti tidak merasa gentar dan sama sekali tak pandang sebelah mata pada dirinya. Meski Kim-lun Hoat-ong mendongkol, tapi seperti biasanya ia sangat tenang dan hati-hati. Ia yakin nanti setelah memecahkan letak penyakit barisan batu-batu barulah akan ambil tindakan.

Karena penundaan serangannya ini, Oey Yong dan Yo Ko tidak perlu melayani musuh, maka tak sampai setengah jam, semua kunci intisari sudah hampir selesai diuraikannya. Kepintaran Yo Ko boleh dikata ratusan kali lebih tinggi dibandingkan Loh Yu-ka, ditambah Pak-kau-pang-hoat ini memang sudah lama dipelajarinya, meski banyak yang belum dia pahami dan belum bisa dipecahkan, tapi setelah diberi petunjuk oleh Oey Yong, tentu saja segalanya lantas terang dengan sendirinya.

Dari jauh Kim-lun Hoat-ong melihat wajah Oey Yong tenang tapi bibirnya bergerak komat-kamit, sebaliknya Yo Ko kelihatan garuk-garuk kepala dan cakar-cakar kuping seperti girang tak terhingga. Dia menjadi bingung apa yang dilakukan kedua orang itu, urusannya tentu tidak menguntungkan dirinya, hal ini dapat dipastikan.

Sesudah Yo Ko selesai mendengarkan uraian istilah itu, disusul beberapa pertanyaan yang rada sulit dan semuanya dijelaskan Oey Yong dengan baik, lalu katanya:

“Sudahlah cukup, kau dapat bertanya beberapa persoalan menandakan banyak yang sudah kau pahami. Tindakan selanjutnya kita akan pancing Hoat-ong masuk barisan kemudian menawannya.”

“Apa?” tanya Yo Ko terkejut “Menawannya?”

“Ya, apa susahnya?” kata Oey Yong. “Sekarang kita berdua dapat bersatu padu, soal tipu sudah menanti dia, kekuatan pun di atasnya, sekarang biar aku terangkan di mana letak kehebatan Loan-ciok-tin (barisan gundukan batu). Seketika tentunya kau pun tak bisa paham, tapi asal kau ingat secara baik-baik 36 perubahannya kukira sudah cukup.”

Lalu ia pun menjelaskan cara bagaimana perubahan dari suatu pintu ke pintu lainnya dari barisan batu-batu. Kiranya Loan-ciok-tin adalah perubahan dari Pak-tin-toh ciptaan Khong Beng di jaman Sam-kok. Dahulu Khong Beng menggunakan batu-batu menjadi barisan pertahanan di tepi sungai untuk menjebak pihak musuh binasa sukar meloloskan diri. Kini apa yang diatur Oey Yong juga serupa tujuan Khong Beng, cuma karena terlalu buru-buru sehingga barisan batu-batu belum rampung diaturnya. Namun demikian Kim-lun Hoat-ong sudah dibuat bingung, dengan mata terbuka lebar ia pandang lima lawannya di depan sana tanpa berani turun tangan sembarangan.

Ke-36 perubahan dari Loan-ciok-tin sesungguhnya ruwet dan bagus sekali, sekali pun Yo Ko pintar luar biasa, tak bisa paham semua. Sudah dua kali Oey Yong ulangi uraiannya dan Yo Ko baru bisa paham kurang lebih 20 macam perubahan.

Sementara itu cuaca telah remang-remang Kim-lun Hoat-ong kelihatan bergegas2 hendak bergerak.

“Cukup likuran perubahan ini saja sudah dapat mengurung dia di dalam,” kata Oey Yong kemudian. “Sekarang juga kau keluar memancing dia masuk ke barisan, sekali aku ubah baris pertahanan, segera dia akan terkurung.”

Keruan Yo-Ko girang sekali, “Kwe-pekbo,” katanya, “kelak bila aku datang ke Tho-hoa-to, apakah engkau bersedia mengajarkan semua ilmu pengetahuan ini padaku?”

“Jika kau sudi datang, kenapa aku tidak sudi mengajarkan?” sahut Oey Yong tertawa, “Mati-matian kau sudah menolong aku dan Hu-ji dua kali, masakah aku masih melayani kau seperti dahulu?”

Mendengar itu, senang sekali rasa hati Yo Ko. Dalam keadaan demikian seumpama Oey Yong suruh dia kerjakan apapun, dipastikan tanpa tawar lagi akan dilakukannya. Maka tanpa pikir lagi segera ia sambar tongkat pemukul anjing terus berlari keluar barisan batu-batu.



“Hayo, Hoat-ong, kalau kau berani, mari kita bertempur 300 jurus!” demikian Yo Ko menantang.

Memang Kim-lun Hoat-ong sedang kuatir mereka main gila di dalam barisan batu-batu untuk membokong dirinya, kini melihat Yo Ko keluar menantang, keruan malah kebetulan baginya. Segera ia mengangkat roda besinya terus menghantam. Ia kuatir Yo Ko lari masuk lagi ke dalam gundukan batu, maka setelah dua gebrakan segera ia cegat jalan mundur si Yo Ko dengan tujuan memaksa pemuda ini jauh meninggalkan barisan batu. Tak ia sangka baru saja Yo Ko mempelajari Pak-kau-pang-hoat dan sekarang juga lantas dipraktekkan, nyata ilmu tongkat pemukul anjing ini memang luar biasa hebatnya dengan segala gaya memukul, menjojoh, menyandung, menyabet dan macam-macam lagi.

Karena gegabah sehingga sedikit meleng, paha Kim-lun Hoat-ong kena ditoyor sekali oleh tongkat bambu Yo Ko. Meski pun ilmu silatnya sangat tinggi dan cepat bisa menutup jalan darahnya hingga tidak terluka, namun terasa juga sakit sekali. Karena kecundang ini, ia tak berani asal lagi, roda besinya berputar cepat, ia lawan Yo Ko sepenuh perhatian. Meski lawannya hanya pemuda belasan tahun, tapi ia seperti menghadapi musuh tangguh, seakan-akan sedang melawan seorang tokoh silat yang maha lihay.

Karena orang bertempur sungguh-sungguh, Yo Ko kewalahan. Sekali pun hebat Pak-kau pang-hoat, tapi baru dipelajari lantas digunakan, betapa pun juga belum leluasa memainkannya. Lekas dia gunakan gaya ‘hong’ atau menutup untuk menahan serangan roda, berbareng dia geser langkah menerobos ke sini ke sana.

Melihat pemuda ini hendak menerjang keluar, Kim-lun Hoat-ong pikir kebetulan baginya, maka berulang-ulang dia pun mundur pancing Yo Ko jauh meninggalkan barisan batu. Siapa tahu baru belasan tindak dia mundur, mendadak kesandung batu besar, ternyata tanpa terasa dia sendiri malah terpancing masuk ke dalam Loan-ciok-tin.

Harus diketahui bahwa setiap langkah Yo Ko selalu menuruti ajaran Oey Yong. Dia bertindak menurut kedudukan Pat-kwa yang aneh, hanya beberapa kali ia menggeser dan arahnya sudah berganti, semakin dia menerjang maju, semakin masuk ke dalam barisan batu. Dan karena asyiknya menempur orang, Kim-lun Hoat-ong kena diselomoti, waktu ia sadar, sudah terjeblos di dalam Loan-ciok-tin. Dia pikir bisa celaka, dia dengar Oey Yong berulang kali berseru:

“Cu-jiok pindah Jing-liong, Soan-wi berubah Li-wi, It-bok ganti Kui-cui.” Apa yang disebut ini adalah nama tempat kedudukan yang harus dituju Yo Ko dalam barisan batu.

Berbareng dengan itu Bu-si Hengte dan Kwe Hu serentak memindahkan batu-batu besar dan mengurung rapat musuh di tengah-tengah.

Terkejut sekali Kim-lun Hoat-ong karena perubahan hebat itu. Pikirnya hendak berhenti buat periksa keadaan sekitarnya, tetapi tongkat bambu Yo Ko selalu mengganggu. Pak-kau-pang-hoat belum cukup kuat untuk menempurnya secara berhadapan, namun untuk mengacaukan pikirannya justru sangat tepat.

Sementara itu Kim-lun Hoat-ong beberapa kali kesandung batu hingga berdirinya tidak mantap. Ia tahu barisan batu-batu itu sangat lihay, asal kejeblos terlalu lama, makin putar makin kacau jadinya. Dalam keadaan bahaya, mendadak Kim-lun Hoat-ong menggertak sekali, ia keluarkan Ginkang dan melompat ke atas gundukan batu. Dengan berada di atas gundukan batu, seharusnya tidak terkurung lagi oleh barisan itu, tapi anehnya barisan batu itu bisa mengacaukan arah, apa bila lari ke timur dan menyangka bisa keluar, tahu-tahu dari timur sampai barat dan dari selatan ke utara tetap berputar-putar di satu lingkaran kecil sampai tenaga habis, akhirnya menyerah tak berdaya. Dilihatnya Yo Ko ayun tongkat memukul betisnya, terpaksa Kim-lun Hoat-ong melompat turun ke tanah datar lagi, dia putar rodanya balas menghantam.

Setelah belasan jurus lagi, cuaca sudah mulai gelap hingga makin menambah seramnya barisan batu. Dalam keadaan demikian biar pun Kim-lun Hoat-ong memiliki kepandaian setinggi langit mau tak mau ia pun berkuatir. Mendadak ia menjadi nekat. Ketika kedua kakinya menyapu kuat, lebih dulu sebuah batu besar lebih 20 kati kena didepak ke udara, menyusul sebuah batu besar lain terbang lagi ke angkasa. Ia bergerak cepat, kedua kakinya pun bergantian menendang hingga barisan batu itu pecah berantakan.

Terkejut luar biasa Oey Yong berlima, lekas-lekas mereka berkelit dari timpaan batu-batu terbang. Kini bila Kim-lun Hoat-ong mau lari keluar barisan sebenarnya tidak susah, namun dari terserang ia segera balas menyerang, sekali tangan mengulur, kontan Oey Yong hendak ditangkapnya.

Cepat Yo Ko menjojoh punggung orang dengan tongkatnya. Hoat-ong ayunkan roda besinya menangkis ke belakang, sementara telapak tangannya telah sampai di atas pundak Oey Yong. Kalau mau sebenarnya Oey Yong dapat menghindarkan diri dengan sedikit mundur. Tapi didengarnya di belakang sambaran angin yang keras, dari atas sebuah batu besar sedang menimpa ke arah punggungnya, terpaksa dia keluarkan Kim-na-jiu-hoat, ilmu menangkap dan melawan, ia papaki tangan Hoat-ong terus memegangnya kencang.

“Bagus!” seru Hoat-ong. Dia biarkan tangannya dipegang Oey Yong, ketika orang hendak membetot mendadak dia barengi menarik dengan tenaga raksasanya.

Bila dalam keadaan biasa, tidak susah bagi Oey Yong untuk melepaskan diri. Tapi kini ia tak bisa keluarkan tenaga, terdengarlah ia menjerit, lantas jatuh.

Yo Ko terperanjat sekali. Tidak dihiraukan lagi mati hidup sendiri, ia menubruk maju terus merangkul kedua kaki Kim-lun Hoat-ong hingga keduanya sama-sama terbanting roboh. Betapa pun juga ilmu silat Kim-lun Hoat-ong memang jauh lebih tinggi. Sebelum tubuhnya menggeletak, dengan tipu pukulan berat telapak tangan kanannya menghantam dan mengenai dada Yo Ko hingga pemuda ini terpental bagai bola. Tapi pada saat itu juga, sebuah batu besar terakhir yang terbang ke udara menimpa turun, maka terdengarlah suara “bluk” yang keras, dan dengan tepat punggung Hoat-ong sendiri kena tertimpa.

Betapa hebat tenaga tumbukan batu itu, sungguh pun Iwekang Hoat-ong amat tingginya juga tidak tahan. Meski dia masih bisa keluarkan tenaga untuk menendang pergi batu itu, tapi setelah sempoyongan beberapa kali, akhirnya ia pun roboh ke depan.

Begitulah, hanya sekejap saja batu bertebaran dan barisan berantakan. Oey Yong, Yo Ko dan Kim-lun Hoat-ong bertiga sama-sama roboh terluka. Darba dan para jagoan Mongol yang berada di luar barisan batu, serta Kwe Hu dan Busi Hengte yang berada di dalam barisan, sama-sama terkejut. Segera yang berada di luar berlari masuk hendak menolong.

Tenaga Darba besar luar biasa, lagi pula di antara jagoan Mongol itu ada beberapa orang yang kuat, sudah tentu Kwe Hu dan kedua Bu cilik tak bisa melawannya. Tiba-tiba tampak Kim-lun Hoat-ong berdiri sempoyongan, ketika rodanya bergerak lantas menerbitkan suara nyaring, wajahnya putih pucat. Mendadak dia menengadah dan bergelak tertawa, suaranya seram membikin orang mengkirik.

“Selama hidupku belum pernah menderita luka sedikit pun menghadapi musuh siapa saja, tak dinyana hari ini aku melukai diriku sendiri,” kata Hoat-ong, suaranya serak berat. Kemudian kembali tangannya mengulur hendak mencengkeram Oey Yong lagi.

Meski Yo Ko kena dipukul sekali di dadanya dan cukup parah, namun demi nampak Oey Yong terancam bahaya, sambil merangkak segera ia ayunkan tongkatnya menangkis tangan musuh, dan karena sedikit keluar tenaga ini, tanpa tertahan lagi darah menyembur keluar dari mulutnya.

“Sudahlah, Ko-ji, kita akui kalah saja, tidak perlu adu jiwa lagi, kau jaga dirimu baik-baik,” ujar Oey Yong sedih.

Sementara dengan pedang terhunus Kwe Hu menjaga di samping ibunya.

“Kau lekas lari dulu, Hu-moay, paling penting beri-tahukan ayahmu,” bisik Yo Ko perlahan.

Tetapi pikiran Kwe Hu sudah kusut, sekali pun tahu kepandaian sendiri terlalu rendah, mana tega ia meninggalkan sang ibu? Sementara itu sedikit ayunkan roda besinya, tahu-tahu pedang Kwe Hu terpental sesudah terbentur roda Kim-lun Hoat-ong. Terlihatlah sinar putih terbang masuk ke dalam hutan.

Selagi Kim-lun Hoat-ong hendak mendorong pergi Kwe Hu untuk menangkap Oey Yong, tiba-tiba didengarnya suara seruan seorang perempuan:

“Tahan dulu!”

Menyusul sesosok bayangan hijau melompat keluar dari dalam hutan terus menyambar pedang Kwe Hu yang sedang me-layang. Dengan beberapa kali loncatan lagi, cepat sekali orangnya sudah sampai di antara gundukan batu.


DITOLONG GADIS BERKEDOK SETAN

Melihat wajah orang seram luar biasa, tiga bagian seperti manusia dan tujuh bagian mirip setan, dan karena selama hidupnya belum pernah melihat wajah orang yang begitu aneh dan jelek, Kim-lun Hoat-ong tercengang.

“Siapa kau?!” ia pun membentak.

Perempuan itu tidak menjawab, bahkan dia berjongkok terus mendorong satu batu besar hingga melintang di tengah-tengah Hoat-ong dan Oey Yong, kemudian buka suara:

“Apakah kau ini Kim-lun Hoat-ong dari Tilbet yang tersohor itu?” Biar pun wajahnya jelek tapi suaranya ternyata amat merdu.

“Ya, betul dan kau siapa?” sahut Hoat-ong.

“Aku hanya seorang anak dara tak bernama, sudah tentu kau tak kenal aku,” sahut gadis itu. Sembari berkata, kembali ia geser satu batu lainnya ke samping.

Sementara itu dalam hutan rimba gelap gulita, tiba-tiba tergerak pikiran Hoat-ong, cepat ia membentak:

“Apa yang kau lakukan?!”

Selagi hendak merintangi orang memindahkan batu, dia dengar gadis itu sudah berseru:

“Kak-bok-kau berubah menjadi Hang-kim-liong!”

Seketika Kwe Hu dan kedua saudara Bu tercengang, pikir mereka: “Aneh, dari mana dia pun tahu cara perubahan barisan batu ini?”

Karena suaranya membawa perbawa, mereka turut perintah dan memindahkan batu sehingga batu yang tadinya sudah kacau berantakan segera berubah lagi.

Terkejut dan gusar Kim-lun Hoat-ong, tiba-tiba dia membentak: “Kau anak perempuan berani mengacau di sini?!”

Namun lagi-lagi gadis itu berseru beberapa istilah tentang perubahan barisan batu yang semuanya cocok dengan apa yang diajarkan Oey Yong pada Yo Ko. Mendengar orang dapat berteriak dengan betul dan teratur tiada ubahnya seperti dipimpin Oey Yong sendiri, Kwe Hu dan kedua Bu menjadi girang. Dengan bersemangat mereka menggeser batu dan tampaknya segera Kim-lun Hoat-ong akan terkurung lagi di dalam.

Tadi punggung Hoat-ong telah tertimpa batu. Ia coba tahan lukanya dengan Iwekangnya yang tinggi, meski belum berbahaya, tetapi tidak kecil penderitaannya, maka ia tak sanggup menendangi batu lagi. Betapa pun juga dia memang seorang tokoh terkemuka, dia tidak menjadi bingung dalam keadaan bahaya, ia tahu bila telat sebentar lagi hingga terjeblos dalam barisan batu, bukan saja Oey Yong tak jadi ditangkapnya, bahkan bisa-bisa ia sendiri malah tertangkap.

Walau Oey Yong tampak tergeletak di tanah tak berkutik, asal melangkah maju beberapa tindak segera dapat menawannya, tetapi keselamatan diri sendiri jauh lebih penting, maka cepat ia putar rodanya, tiba-tiba ia pura-pura menghantam ke atas kepala Bu Siu-bun. Dalam keadaan terluka parah sebenarnya Kim-lun Hoat-ong tidak punya tenaga lagi, asal Siu-bun berani menangkis mungkin roda besinya akan terlepas dari tangan, akan tetapi Bu Siu-bun telah jeri, mana berani ia tangkis serangan itu, lekas-lekas ia buang batu yang hendak dipindahnya terus menyelinap masuk barisan batu.

Sesaat Kim-lun Hoat-ong bingung di tempatnya, pikirannya bergolak: “Kalau kesempatan ini di-sia-siakan, mungkin kelak sukar lagi diketemukan. Apa memang Thian melindungi Tay Song (ahala Song Raya) sehingga tugasku harus gagal begini? Tampaknya banyak sekali bibit muda di kalangan Bu-lim di daerah Tionggoan, beberapa muda-mudi ini saja sudah pandai dalam segala hal dan tidak boleh dipandang enteng, agaknya ksatria dari Mongol dan Tibet masih jauh kalau dibandingkan dengan mereka!”

Karena itu ia menghela napas dan sesalkan diri, tiba-tiba ia putar tubuh terus melangkah pergi. Tapi baru belasan tindak saja, mendadak terdengar suara gemerenceng riuh, roda besinya terjatuh, tubuhnya pun terhuyung-huyung.

Terkejut sekali si Darba, “Suhu!” teriaknya cepat sambil memlburu maju memayangnya dan menanya lagi: “Kenapa kau, Suhu?”

Kim-lun Hoat-ong mengerut kening tanpa menjawab, ia gunakan tangan menahan di atas pundak Darba, kemudian barulah bersuara perlahan:

“Sayang, sungguh sayang, marilah kita pergi!”

Sementara itu seorang jagoan Mongol membawakan kuda Hoat-ong, namun karena lukanya yang parah hampir-hampir tiada tenaga buat naik ke atas kuda kalau tidak Darba menaikkan sang guru, kemudian rombongan mereka pun kabur ke arah timur.

Setelah menolong semua orang, gadis baju hijau tadi perlahan-lahan keluar dari gundukan batu. Ketika berlalu di samping Yo Ko yang menggeletak di tanah, tiba-tiba ia berhenti. Ia ragu-ragu apakah harus periksa luka orang ataukah tidak. Ia berpikir sejenak, akhirnya ia berjongkok juga untuk memeriksa lukanya karena pukulan Kim-lun Hoat-ong tadi.

Tatkala itu hari sudah gelap, supaya dapat melihat wajah orang dengan jelas terpaksa ia menunduk dekat. Ia lihat kedua mata Yo Ko terpentang lebar, pandangannya kabur tak bersemangat, pipinya merah dan napasnya memburu, tampaknya lukanya tidak ringan.

Dalam keadaan remang-remang tak sadar, tiba-tiba Yo Ko melihat sepasang mata bersinar halus berada di dekat mukanya, mirip seperti sinar mata Siao-liong-li bila sedang memandang kepadanya, begitu halus hangat dan begitu kasih sayang, tanpa tertahan dia pentang tangan mendadak terus peluk tubuh orang sambil berteriak:

“Kokoh, Oh, Kokoh, Ko-ji terluka, janganlah kau tinggalkan aku begitu saja!”

Sungguh tak pernah diduga oleh si gadis baju hijau itu bahwa orang akan merangkulnya. Keruan ia malu dan gugup, ia sedikit meronta, sebab itu dada Yo Ko yang terluka menjadi sakit, maka ia pun berteriak merintih.

Si gadis tak meronta lagi, dengan suara perlahan ia berkata: “Aku bukan Kokoh-mu, lekas lepaskan aku!”

Tetapi dengan mata tak berkedip Yo Ko masih memandang sepasang mata bola si gadis. “Kokoh, O, Kokoh, jangan kau tinggalkan aku, ak... aku adalah kau punya Ko-ji!” tiba-tiba ia memohon.

Hati si gadis menjadi luluh, tapi tetap dijawabnya dengan halus: “Aku bukan Kokoh-mu.”

Karena hari sudah terlampau gelap, maka wajah si gadis yang jelek seram itu tenggelam ditelan kegelapan, hanya sepasang mata bolanya yang bersinar. Yo Ko masih terus menarik tangannya dan memohon lagi:

“Ya, ya, kaulah Kokoh!”

Karena dipeluk tiba-tiba oleh seorang pemuda dan tangannya digenggam kencang pula, gadis itu malu tidak kepalang seluruh tubuhnya panas dingin, ia bingung apa yang harus dilakukannya. Tak lama kemudian tiba-tiba pikiran Yo Ko jernih kembali, ketika diketahui di hadapannya bukan Siao-liong-li, ia menjadi kecewa, pikirannya pepet lagi dan akhirnya jatuh pingsan.

Gadis itu terkejut. Ia lihat Kwe Hu dan kedua saudara Bu tengah sibuk mengerumuni Oey Yong dan tiada yang mau gubris Yo Ko. Ia pikir luka pemuda ini sangat parah, kalau tidak dicekoki ‘Kiu-hoa-giok-loh-wan’ (pil sari sembilan warna bunga), mungkin jiwanya tak akan tertolong lagi. Dalam keadaan terpaksa ia pun tak hiraukan adat istiadat lagi, lekas ia angkat pinggang Yo Ko, dengan setengah tarik dan setengah seret ia bawa Yo Ko keluar dari barisan batu.

Hendaklah diketahui bahwa bukannya Kwe Hu terlampau kejam dan tak berbudi, soalnya ibunya terluka parah hingga menggeletak tak dapat bangun. Karena cinta antara anak dan ibu maka Yo Ko harus dikesampingkan dahulu. Sedang kedua saudara Bu jelas tak mau mengurus Yo Ko.

Gadis itu memayang Yo Ko keluar hutan. Kuda kurus milik Yo Ko memang cerdik dan kenal majikan, dia mendekati mereka. Setelah Yo Ko dinaikkan kudanya, mengingat diri sendiri masih gadis, si nona tak mau bersatu tunggangan, maka tali kendali kuda dituntunnya dan ia berjalan kaki sendiri.

Keadaan Yo Ko tempo-tempo sadar, kadang-kadang remang-remang lagi. Tempo-tempo dia merasa gadis di sampingnya ini adalah Siao-liong-li hingga berteriak girang, tetapi ada kalanya tahu juga orang bukan Kokoh yang dirindukannya sehingga ia menjadi sedih, tubuhnya menggigil kedinginan.

Entah sudah berapa lama, ketika terasa olehnya bau harum segar menembus luka di dadanya melalui kerongkongannya dan rasanya menjadi nyaman luar biasa. Perlahan-lahan ia pentang matanya, dan ia menjadi heran sekaligus terkejut. Ternyata dirinya sudah rebah di atas sebuah ranjang, tubuhnya berlapiskan selimut. Ia hendak bangun duduk, tapi mendadak tulang dadanya kesakitan, ia masih belum boleh bergerak. Dia lihat di depan jendela seorang gadis berbaju hijau dengan tangan kiri menahan kertas di atas meja dan tangan kanan memegang pit sedang menulis sesuatu dengan tenang.
Gadis itu duduk mungkur hingga tak kelihatan mukanya, tapi melihat potongan tubuhnya yang langsing, pinggangnya ramping, tentu orangnya juga amat cantik. Tempat beradanya sekarang ternyata ruangan dari sebuah rumah gubuk beratap aIang-alang, tapi cara mengaturnya ternyata sangat rajin dan necis, di dinding sebelah timur tergantung sebuah lukisan wanita cantik sedang bersolek serta beberapa lukisan pemandangan, ada pun dinding barat dihiasi seperangkat lukisan tulisan.

Dalam herannya Yo Ko tidak sempat menikmati benda-benda seni itu. Ia lihat asap dupa mengepul dari sebuah anglo di suatu meja kecil, ia tak tahu kamar orang kosen siapa atau pujangga yang mana? Teringat olehnya pertarungan di barisan batu di hutan lebat dengan Kim-lun Hoat-ong dan terluka, kenapa sekarang bisa berada di sini, seketika ia menjadi bingung tak mengerti. Ia coba mengingat-ingat, lapat-lapat dapat diiingat dirinya waktu itu tengkurap di atas kuda dan ada orang menuntun kuda, orang itu pun seorang perempuan.

Ia lihat gadis di depannya ini sedang menulis penuh perhatian, ia rebah di atas ranjang, dengan sendirinya tak tahu apa yang sedang ditulisnya, tapi bisa melihat gaya tangannya yang bergerak-gerak dengan manisnya dan bagus luar biasa. Keadaan kamar itu sunyi senyap, dibanding pertarungan sengit di barisan batu itu kini seakan-akan berada di suatu dunia lain. Meski Yo Ko sudah sadar, tapi tak berani bersuara mengganggu si gadis, ia terus rebah diam-diam.

Sekonyong-konyong pikiran Yo Ko tergerak lagi, ia kenali si gadis baju hijau di depannya ini bukan lain adalah gadis yang beberapa kali mengirim berita peringatan padanya dalam perjalanan tempo hari dan belakangan ber-sama menolong Liok Bu-siang. Ia menjadi heran, bukan sanak bukan kadang, kenapa gadis ini begitu baik terhadapku?







OBJEK WISATA MANCA NEGARA


Teluk Wilhelmina Antartika

Kota Tua Samarkand, Uzbekistan
Pulau Falkland Antartika Inggris
Pulau Falkland Antartika Inggris
Air Terjun Victoria Afrika
Air Terjun Victoria Afrika
Panci Makgadikgadi Botswana, Afrika
Panci Makgadikgadi Botswana, Afrika
Pulau Falkland Antartika Inggris
Pulau Falkland Antartika Inggris
Panorama Alam Georgia
Panorama Alam Georgia
Kebun Raya Singapura
Kebun Raya Singapura
Pagoda Shwedagon Yangon, Myanmar
Pagoda Shwedagon Yangon, Myanmar
Dataran Guci Xiangkhouang, Laos
Dataran Guci Xiangkhoung, Laos
Danau Iskanderkul Tajikistan
Danau Iskanderkul Tajikistan
Piramida Giza Mesir
Piramida Giza Mesir
Ngarai Sungai Ikan Namibia, Afrika
Ngarai Sungai Ikan Namibia, Afrika
Taman Nasional Ala Archa Kirgistan
Taman Nasional Ala Archa Kirgistan
Selat Drake Antartika Amerika
Selat Drake Antartika Amerika
Istana Kekaisaran Tokyo
Istana Kekaisaran Tokyo
Jembatan Gerbang Emas
Jembatan Gerbang Emas - Amerika
Air Terjun Niagara
Air Terjun Niagara Prancis
Grand Canyon
Grand Canyon Amerika
Pasar Terbesar di Bangkok
Pasar Terbesar di Bangkok
Taman Nasional Yellowstone
Taman Nasional Yellowstone - Amerika
Burj Khalifa - Dubai
Budj Khalifa Dubai
Taj Mahal
Taj Mahal India
Musium Amir Temur Uzbekistan
Musium Amir Temur Uzbekista
Blackpool - Amerika
Blackpool Irlandia
Taman Nasional Blue Mountain - Sydney
Taman Nasional Blue Mountain Sydney
Jembatan Baja Terbesar di Australia
Jembatan Baja Terbesar di Australia
Taman Nasional Kakadu Australia
Taman Nasional Kakadu Australia
Danau Baikal Rusia
Danau Baikal Rusia
Biara Meteora Yunani
Biara Meteora Yunani
Pantai Bondi Australia
Pantai Bondi Australia
Menara Eiffel Prancis
Menara Eiffel Prancis
Musium Van Gogh Belanda
Musium Van Gogh Belanda
Gedung Opera Sydney
Gedung Opera Sydney
Gunung Meja Afrika
Gunung Meja Afrika
Menara Kembar Petronas Malaysia
Menara Kembar Petronas Malaysia

===============================




Air Terjun Victoria Afrika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar