Rabu, 02 Juni 2021

Sin Tiauw Hiap Lu Jilid 023

“Marilah, ikut padaku!” dengan tersenyum In Ci-peng berkata.

Namun Yo Ko tidak menyerah begitu saja, kembali dia gunakan ilmu Ha-mo-kang, kedua telapak tangannya dengan cepat dipukulkan ke depan.

In Ci-peng menjadi terkejut. Ia tahu akan lihaynya pukulan ini, maka lekas ia mendahului orang. Belum sempat tenaga pukulan Yo Ko dilontarkan, dengan kencang dua tangannya lebih dahulu mencengkeram pergelangan Yo Ko, dengan terpaksa Ha-mo-kang yang hendak dilontarkan itu dia tolak kembali.

Harus diketahui bahwa sesungguhnya Ha-mo-kang adalah ilmu kelas wahid dalam dunia persilatan, cuma sayang Yo Ko belum banyak mempelajarinya dan waktunya pun belum lama, maka dengan sendirinya ia bukanlah tandingan murid Coan-cin-kau angkatan ketiga yang tangguh ini. Oleh karena tangannya dipegang orang, dalam gugupnya Yo Ko berjingkrak-jingkrak, dan selagi ia hendak mencaci maki, mendadak terdengar Ci-peng menghela napas, kemudian Yo Ko pun dilepaskan.

“Sudahlah, lekas kau lari saja, biarlah aku melindungi kau disini,” demikian ia berkata pula. “Kalau kau kena ditangkap kembali oleh gurumu, maka jiwamu yang kecil ini pasti takkan terampunkan lagi.”

Ternyata tadi waktu Yo Ko bertanding dengan imam cilik, tatkala itu In Ci-peng tidak ikut menyaksikan, tetapi kemudian anak muridnya telah melapor kepadanya apa yang terjadi setelah Ceng-kong kena dihantam oleh ilmu weduk katak Yo Ko. Maka ia pun lekas menyusul datang hendak mencari tahu bagaimana kelanjutannya. Kini setelah berhadapan dengan Yo Ko dan melihat mulut anak ini pecah, juga hidungnya bengkak mukanya penuh berlepotan darah, ia menduga bocah ini tentu sudah mengalami hajaran yang kejam pula.

Ci-peng memang cukup kenal watak Ci-keng yang keras, orangnya tak berbudi, ia sendiri tidak akur dengan Ci-keng, lebih-lebih kalau teringat olehnya ayah Yo Ko yang masih terhitung saudara seguru dengan dirinya, tiba-tiba hatinya menjadi lemah. Dia tidak tega kalau sampai Yo Ko ditawan kembali oleh Ci-keng, maka dia sengaja melepaskan anak ini.

Sebaliknya Yo Ko menjadi heran ketika mendengar orang mau melepaskan dirinya begitu saja. Sesaat itu dia jadi bingung. Ini dapat dimengerti karena beberapa tahun ini dia telah kenyang merasakan segala hinaan, terhadap siapa saja tiada seorang pun yang dapat dia percayai. Karena itu dia kuatir Ci-peng sengaja melepaskan dirinya untuk kemudian ditangkap lagi, maka tanpa menoleh segera Yo Ko lari ke depan, sementara sayup-sayup ia mendengar di belakang sana In Ci-peng sedang cekcok mulut dengan orang.

Ber-lari dalam jarak panjang ini sebenarnya sangat payah bagi Yo Ko. Syukur ia memiliki kekuatan dasar Iwekang belasan tahun Iamanya, maka dia pun masih sanggup bertahan dengan seluruh tenaganya. Kemudian ia memilih jalan lain. Kini ia lari menyusur semak dan berbelak-belok di antara batu pegunungan yang tak teratur. Sementara cuaca telah mulai gelap, seluruh tubuhnya terasa lemas, hampir saja ia jatuh terkulai saking letihnya, napasnya juga sudah kempas-kempis.

Sesudah duduk sejenak, selagi Yo Ko hendak berdiri buat melanjutkan buronnya, tiba-tiba ia mendengar di belakangnya ada suara orang mendengus. Keruan saja Yo Ko kaget. Dengan cepat ia menoleh, tapi ia menjadi tambah kaget hingga jantungnya se-akan melocat keluar dari mulut. Kiranya di belakangnya sudah berdiri satu imam dengan mata mendelik dan alis berkerut tegak serta berjenggot panjang, siapa dia kalau bukan Thio Ci-keng yang pernah dia angkat menjadi guru.



Sesaat itu kedua orang ini menjadi saling pandang dengan mata mendelik marah, untuk beberapa detik itu mereka sama-sama tidak bergerak sedikit pun. Akan tetapi se-konyong-konyong Yo Ko berteriak sekali, berbareng ia putar tubuh terus lari.

Sudah tentu Thio Ci-keng tidak membiarkan anak ini lari begitu saja, dia menyerobot maju terus mencengkeram tengkuk orang. Tahu akan ancaman bahaya ini, tiba-tiba Yo Ko mendak lalu menubruk ke depan, dengan cepat ia meraup sepotong batu terus ditimpukkan ke belakang.

Karena serangan mendadak yang tidak masuk teori ilmu silat ini, maka terpaksa Ci-keng cepat mengegos menghindarkan diri, setelah itu ia mengudak lagi terlebih cepat sehingga jarak mereka menjadi semakin dekat.

Dalam keadaan demikian Yo Ko sudah tidak menghiraukan akibatnya lagi. Setelah berlari kesetanan beberapa langkah pula, tiba-tiba di depannya adalah tebing yang curam. Dia tidak pusingkan di bawah sana apakah jurang yang dalam atau sungai yang berbahaya, tanpa pikir lagi ia ceburkan diri ke bawah, seketika ia pun tidak tahu apa-apa lagi.

Sesudah dekat, Ci-keng coba melongok ke bawah tebing yang curam itu. Ia melihat tubuh Yo Ko menggelinding ke bawah mengikuti tanah miring yang menghijau dengan rumputnya yang lebat, kemudian lantas menghilang dalam semak di bawah pohon yang rindang. Ci-keng sendiri tidak berani ikut melompat ke bawah begitu saja, maka ia segera mencari jalan lain. Ia memutar ke tanah miring itu, kemudian mengikuti bekas yang tergilas oleh tubuh Yo Ko yang menggelinding itu dan mencari ke dalam hutan di bawah sana.

Tetapi hutan itu makin dimasuki ternyata semakin lebat hingga akhirnya sedikit pun sinar matahari tidak tampak. Saat itu ia sudah menempuh sejauh beberapa tombak ke dalam hutan, ketika mendadak ia teringat bahwa daerah itu adalah ‘kuburan kuno’ di mana kakek gurunya, Tiong-yang Cosu pernah menetap. Ia lalu teringat bahwa di dalam Coan-cin-kau mereka selamanya terdapat peraturan keras yang melarang siapa pun untuk mendatangi daerah kuburan ini. Akan tetapi bila Yo Ko harus dilepaskan saja, inilah Ci-keng tidak rela.

“Yo Ko, Yo Ko, lekas keluar!” segera ia ber-teriak-teriak.

Meski ia ulangi beberapa kali teriakannya, tetapi sama sekali tiada jawaban yang terdengar. Ia menjadi murka, dengan tabahkan hati ia melangkah maju lagi beberapa tindak. Dalam keadaan remang tiba-tiba terlihat olehnya di atas tanah sana berdiri satu pilar batu, waktu ia tegasi sambil berjongkok, maka terbacalah olehnya apa yang tertulis di atas batu itu, yaitu yang berarti: ‘Orang luar berhenti disini’.

Tulisan yang melarang orang maju lebih jauh ini membikin Ci-keng menjadi ragu-ragu. Ia bingung apa maju terus atau tidak? Karena itu segera ia berteriak lagi:

“Hayo keluar, Yo Ko! Kau bangsat cilik ini, kalau nanti tertangkap pasti kuhajar mampus kau!”

Baru habis ia menggembor, sekonyong-konyong dari dalam hutan terdengar suara aneh riuh mendengung, menyusul itu segerombolan bayangan kelabu tiba-tiba datang berkelebat, serombongan tawon putih menyambar keluar di antara daun pepohonan.

Tentu saja Ci-keng sangat terkejut, lekas dia kebutkan lengan bajunya dengan maksud mengusir kawanan tawon itu. Dia mempunyai tenaga dalam yang kuat, dengan sendirinya tenaga kebutan lengan bajunya itu pun tidak kecil. Di luar dugaan, baru saja ia mengebas beberapa kali, mendadak kawanan tawon itu terpencar menjadi dua barisan, yang satu menyambar dari depan dan yang lain menyergap dari belakang. Keruan Ci-keng semakin kaget, sedikit pun ia tak berani ayal lagi, segera ia putar lengan bajunya buat melindungi seluruh tubuhnya.

Siapa tahu, kawanan tawon putih ini ternyata sangat pintar. Beberapa kali mereka gagal menyerang, segera dari dua barisan mereka terpencar menjadi empat barisan, dari empat jurusan mereka lantas mengepung. Dalam keadaan demikian Ci-keng tak berani bertahan lebih lama lagi, sambil ayun lengan bajunya untuk melindungi kepala dan mukanya, segera ia putar tubuh dan angkat langkah seribu. Akan tetapi kawanan tawon itu tidak membiarkan sasarannya kabur begitu saja. Dengan mengeluarkan suara “ngung-ngung” yang riuh, segera mereka menguber.

Walau pun terbangnya tidak terlampau cepat namun tawon putih ini menguber terus tiada hentinya, kemana Ci-keng lari, ke sana mereka mengudak, Ci-keng lari ke timur, mereka ikut ke timur, lari ke barat, mereka ngintil ke barat sehingga akhirnya Ci-keng kewalahan sendiri. Ketika lengan bajunya sedikit terlambat mengebut, secepat kilat dua ekor tawon putih sudah menerobos masuk melalui lowongan itu dan mengantup sekali di pipi kanannya.

Luar biasa sakitnya sengatan itu hingga Ci-keng meringis. Oleh karena itu cara mengebas lengan bajunya menjadi kacau dan asal kena saja.

“Hari ini jiwaku pasti melayang!” demikian ia pikir, sebab ia sangka rombongan tawon itu segera pasti akan merubung kepala dan mukanya lagi.

Tak tahunya dugaannya ternyata meleset, sekali sengat saja kawanan tawon itu rupanya merasa sudah cukup. Agaknya mereka tidak mau membuang banyak tenaga, sesudah bisa tawon mulai bekerja hingga Ci-keng berkelejotan kesakitan di tanah rumput, segera kawanan tawon itu mundur teratur ke dalam hutan.

**** 023 ****







OBJEK WISATA MANCA NEGARA


Teluk Wilhelmina Antartika

Kota Tua Samarkand, Uzbekistan
Pulau Falkland Antartika Inggris
Pulau Falkland Antartika Inggris
Air Terjun Victoria Afrika
Air Terjun Victoria Afrika
Panci Makgadikgadi Botswana, Afrika
Panci Makgadikgadi Botswana, Afrika
Pulau Falkland Antartika Inggris
Pulau Falkland Antartika Inggris
Panorama Alam Georgia
Panorama Alam Georgia
Kebun Raya Singapura
Kebun Raya Singapura
Pagoda Shwedagon Yangon, Myanmar
Pagoda Shwedagon Yangon, Myanmar
Dataran Guci Xiangkhouang, Laos
Dataran Guci Xiangkhoung, Laos
Danau Iskanderkul Tajikistan
Danau Iskanderkul Tajikistan
Piramida Giza Mesir
Piramida Giza Mesir
Ngarai Sungai Ikan Namibia, Afrika
Ngarai Sungai Ikan Namibia, Afrika
Taman Nasional Ala Archa Kirgistan
Taman Nasional Ala Archa Kirgistan
Selat Drake Antartika Amerika
Selat Drake Antartika Amerika
Istana Kekaisaran Tokyo
Istana Kekaisaran Tokyo
Jembatan Gerbang Emas
Jembatan Gerbang Emas - Amerika
Air Terjun Niagara
Air Terjun Niagara Prancis
Grand Canyon
Grand Canyon Amerika
Pasar Terbesar di Bangkok
Pasar Terbesar di Bangkok
Taman Nasional Yellowstone
Taman Nasional Yellowstone - Amerika
Burj Khalifa - Dubai
Budj Khalifa Dubai
Taj Mahal
Taj Mahal India
Musium Amir Temur Uzbekistan
Musium Amir Temur Uzbekista
Blackpool - Amerika
Blackpool Irlandia
Taman Nasional Blue Mountain - Sydney
Taman Nasional Blue Mountain Sydney
Jembatan Baja Terbesar di Australia
Jembatan Baja Terbesar di Australia
Taman Nasional Kakadu Australia
Taman Nasional Kakadu Australia
Danau Baikal Rusia
Danau Baikal Rusia
Biara Meteora Yunani
Biara Meteora Yunani
Pantai Bondi Australia
Pantai Bondi Australia
Menara Eiffel Prancis
Menara Eiffel Prancis
Musium Van Gogh Belanda
Musium Van Gogh Belanda
Gedung Opera Sydney
Gedung Opera Sydney
Gunung Meja Afrika
Gunung Meja Afrika
Menara Kembar Petronas Malaysia
Menara Kembar Petronas Malaysia

===============================




Air Terjun Victoria Afrika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar