Selasa, 18 Mei 2021

Sin Tiauw Hiap Lu Jilid 013

Kembali pada diri Yo Ko yang tadi sedang mencari jangkerik bersama Kwe Hu. Tatkala kedua bocah ini mulai berkenalan memang terjadi perselisihan paham, akan tetapi dasar watak kanak-kanak, lewat beberapa hari saja perselisihan paham itu sudah terlupa semua maka sesudah Yo Ko dipanggil Kwe Ceng, sekembalinya dia lantas mencari Kwe Hu lagi.

Tapi pada waktu hampir sampai di-semak-semak tadi, ia mendengar suara tertawa ngikik yang ramai, kiranya kedua saudara Bu sedang berjongkok dan lagi bongkar batu dan singkap rumput mencari jengkerik juga.

Setelah Yo Ko mendekat, ia lihat tangan Bu Tun-si memegangi sebuah bumbung bambu, sedang Kwe Hu membawa sebuah belanga, Bu Siu-bun sendiri sedang membongkar dan membalik batu. Dalam pada itu, tiba-tiba seekor jangkerik besar meloncat keluar dari tempat sembunyinya, lekas-lekas Siu-bun menubruk dan menangkapnya, maka bersoraklah dia kegirangan.

“Berikan padaku! Berikan padaku!” demikian Kwe Hu ber-teriak-teriak.

“Baiklah, buat kau,” kata Siu-bun sambil membuka tutup belanga yang dipegang Kwe Hu dan memasukkannya ke dalam.

Ia lihat jangkerik yang baru ditangkap itu kepalanya bundar besar, kakinya panjang kuat, tubuhnya bulat dan gagah sekali.

“Ha, jangkerik ini pasti jagoan yang tak ada tandingannya.” demikian Bu Siu-bun berkata, “Yo-koko, semua jangkerikmu pasti tidak bisa menangkan dia.”

Tentu saja Yo Ko tak mau mengalah, segera ia pilih satu di antara jangkerik tangkapannya yang paling besar dan paling berangasan untuk diadu. Akan tetapi baru sekali gebrak saja, jangkerik Yo Ko kena digigit jangkrik besar tadi pada bagian tengah pinggangnya terus dilempar keluar dari belanga, atas kemenangan ini jangkerik itu lantas berbunyi “krik-krik” dengan senang sekali.

“Hura, aku punya yang menang,” demikian Kwe Hu kegirangan sambil bertepuk tangan.

“Jangan senang dulu, ini masih ada yang lain,” kata Yo Ko. Lalu ia ajukan jagonya yang lain lagi.

Di luar dugaan, meski beruntun tiga kali ia tukar jangkeriknya, selalu dikalahkan jangkerik orang, bahkan jagonya yang ketiga malahan kena digigit jangkerik musuh yang besar itu hingga terkutung menjadi dua.

Dengan sendirinya Yo Ko merasa kehilangan muka. “Sudahlah, tidak mau lagi!” katanya terus bertindak pergi.

Pada saat itu juga, tiba-tiba di antara semak-semak di belakang sana terdengar ada suara “krok-krok” yang aneh.

“Ha, ada satu lagi,” seru Bu Tun-si.

Habis ini ia lantas singkap rumput yang lebat itu, di luar dugaan mendadak dia mencelat mundur sambil berteriak kaget:

“He ular, ada ular!”

Mendengar kata “ular”, Yo Ko yang sudah melangkah pergi seketika berhenti, bahkan dia putar kembali untuk melihatnya, Betul saja dia lihat di situ ada seekor ular belang-bonteng yang jelas kelihatan jenis ular berbisa, sedang melelet lidah dan tegakkan kepala sambil menyembur, hanya badannya yang masih meringkuk di antara semaksemak rumput.

Sejak kecil Yo Ko sudah tergolong ahli tangkap ular, sudah tentu ia tidak pandang sebelah mata pada binatang ini. Segera ia maju dan begitu ulur tangannya, seketika leher ular dia tangkap terus dibanting ke atas batu dengan kuat. Tanpa ampun lagi ular itu terbanting mati. Diluar dugaan, tempat di mana ular tadi meringkuk ternyata ada lagi seekor jangkrik hitam kecil, bentuknya aneh dan jelek, tetapi sedang geraki sayapnya dan mengeluarkan suara “krik-krik” yang nyaring.

“Nah, tangkaplah setan hitam kecil itu saja, Yo-koko,” dengan tertawa Kwe Hu mengejek Yo Ko yang kalah beberapa kali tadi.



Watak Yo Ko justru paling tidak senang kalau dihina orang. “Baik, tangkap ya tangkap,” sahutnya ketus.

Segera jangkerik hitam kecil itu ditangkapnya lantas dilepaskan ke dalam belanga yang dipegang Kwe Hu. Sungguh aneh bin ajaib! Begitu melihat jangkrik hitam kecil ini, jangkrik besar tadi seketika mengunjuk rasa jeri, bahkan terus mundur-mundur dan hendak lari. Tetapi Kwe Hu dan kedua saudara Bu masih ber-teriak-teriak untuk membangkitkan semangat jagonya.

Sementara itu jangkrik hitam kecil sudah melompat maju dengan tegang leher, sebaliknya jangkrik yang besar ternyata tidak berani menyambut tantangan itu dan berniat melompat keluar dari tempurung. Tak tersangka gerak-gerik jangkrik hitam ternyata sebat dan aneh luar biasa. Dia melompat maju dan gigit ekor jangkrik besar tadi, dengan kuat dia gigit, tahu-tahu jangkrik besar itu berkelejetan beberapa kali terus terbalik dan mati.

Kiranya di antara para jangkrik itu terdapat semacam jangkrik yang suka tinggal bersama dengan binatang berbisa lain, kalau tinggal bersama kelabang disebut ‘’jangkrik kelabang’, kalau tinggal bersama ular disebut ‘jangkrik ular’. Oleh karenanya tubuh mereka terjalar hawa berbisa dari binatang yang tinggal bersamanya, maka jenis biasa tidak sanggup melawannya. Jangkrik yang ditangkap Yo Ko tadi justru adalah seekor jangkrik ular.

Di lain pihak, sesudah Kwe Hu melihat jangkrik besarnya mati, ia menjadi kurang senang. “Yo-koko, setan hitam kecil milikmu ini berikan padaku saja,” katanya kemudian sesudah berpikir.

“Berikan padamu sebenarnya tidak menjadi soal, tetapi mengapa kau memaki dia sebagai setan hitam kecil?” sahut Yo Ko.

Kwe Hu menjadi jengkel oleh jawaban ini. “Tak mau beri ya sudah, siapa kepingin?” katanya dengan mulut menjengkit, berbareng itu dia tuang belanganya dan banting jangkrik hitam kecil itu ke tanah, bahkan dia injak pula dengan kakinya sehingga perut binatang kecil itu mecotot.

Melihat jangkriknya diinjak mati, Yo Ko kaget bercampur marah. Perasaan halus pemuda ini paling gampang tertusuk, seketika itu dia naik darah hingga mukanya merah padam, tanpa pikir lagi ia baliki telapak tangannya terus menampar pipi Kwe Hu.

Pukulan ini cukup keras sehingga Kwe Hu merasa pipinya panas pedas. Dia terlongong sesaat dan belum lagi mengambil keputusan apakah harus menangis atau tidak, tiba-tiba dia mendengar Bu Siu-bun sudah mendamperat.

“Kau berani pukul orang?!” bentak anak itu, Berbareng ia lantas menjotos ke dada Yo Ko.

Karena terlahir dalam keluarga jago silat, lagi pula sejak kecil ia sudah peroleh ajaran dari ibunya sendiri, maka ilmu silat Siu-bun sudah memiliki dasar-dasar yang kuat, jotosannya tadi dengan tepat kena sasaran. Dengan sendirinya Yo Ko menjadi marah, kontan ia balas meninju, tetapi Siu-bun sempat berkelit hingga pukulannya luput.

Yo Ko masih penasaran, ia mengudak maju terus menubruk dan menghantam pula. Diluar dugaan, se-konyong-konyong Bu Tun-si ulur kakinya menjegal hingga Yo Ko mencium tanah, ia jatuh ngusruk ke depan.

Kesempatan ini segera digunakan kedua saudara Bu itu dengan baik. Cepat Bu Siu-hun menunggangi tubuh Yo Ko, Bu Tun-si pun ikut maju dan menahan bokongnya dengan kencang, menyusul empat kepalan mereka menghujani tubuh Yo Ko dengan gebukan-gebukan.
Sungguh pun usia Yo Ko lebih tua dari kedua saudara Bu, tetapi karena satu melawan dua, pula Siu-hun dan Tun-si sudah pernah berlatih silat sebaliknya Yo Ko hanya belajar sedikit dasar lwekang saja dari ibunya dan belum terlatih sempurna, dengan sendirinya dia bukan tandingan kedua lawan ciliknya. Namun demikian dia tidak menyerah mentah-mentah, dia kertak gigi menahan sakit pukulan orang, sedikit pun dia tidak merintih.

“Lekas minta ampun, kami lepaskan kau,” kata Bu Tun-si.

“Kentut!” sahut Yo Ko dengan marah

Karena itu, susul-menyusul Bu Siu-hun menggebuk lagi dua kali di punggungnya. Melihat kedua saudara Bu itu membela dirinya dan menghajar Yo Ko, Kwe Hu merasa senang sekali.

Siu-bun dan Tun-si juga cukup cerdik, mereka tahu kalau menghantam orang di bagian kepala atau muka tentu akan meninggalkan bekas babak-belur, nanti kalau dilihat Kwe Ceng dan Oey Yong pasti akan didamperat, karena itu kepalan dan kaki mereka selalu mengarah di atas badan Yo Ko.

Dalam pada itu, melihat makin hebat gebukan yang menghujani Yo Ko, akhirnya Kwe Hu sendiri rada takut dan merasa ngeri, tapi bila mana ia meraba pipi sendiri yang masih terasa sakit pedas, segera ia merasa belum puas dengan hajaran itu.

“Hantam dia, hantam yang keras!” demikian dia ber-teriak-teriak.

Mendengar seruan Kwe Hu, benar juga Tun-si dan Siu-bun lalu kerjakan kepalan mereka semakin cepat dan menjotos lebih ganas lagi. Sudah tentu seruan Kwe Hu tadi didengar juga oleh Yo Ko yang kena ditindih di atas tanah.

“Kau sungguh kejam, kelak aku Yo Ko pasti membalas sakit hati ini,” demikian katanya dalam hati.

Akan tetapi segera ia merasakan pinggang, punggung dan bagian bokong tidak kepalang sakitnya, perlahan2 ia mulai tidak tahan. Harus diketahui meski kecil, tetapi sejak kecil kedua saudara Bu sudah berlatih silat, kalau mereka menjotos, meski orang tua sekali pun tidak akan tahan, kalau bukan Yo Ko yang sudah mempunyai dasar-dasar lwekang tentu sejak tadi ia sudah semaput.

Dalam keadaan terpaksa Yo Ko mengertak gigi menahan sakit sekuatnya. Tiba-tiba pandang matanya menjadi gelap, kedua tangannya meraba dan me-raup-raup serabutan di atas tanah, mendadak sebelah tangannya menyentuh sesuatu benda yang licin dingin. Seketika pikirannya tergerak, ia tahu itu adalah bangkai ular berbisa tadi yang dia banting mati, maka tanpa ayal lagi segera ia cekal terus disabetkan ke belakang.

Begitu melihat ular yang sudah mati dengan kulitnya yang belang-bonteng, kedua saudara Bu menjadi kaget dan menjerit ngeri. Kesempatan ini segera digunakan Yo Ko dengan baik, sekali membalik ia sudah berdiri lagi, menyusul ia putar tinjunya terus manghantam, tepat sekali hidung Bu Tun-si kena dia genjot hingga keluar kecapnya, Habis ini segera Yo Ko angkat kaki dan lari ke belakang pulau. Sudah tentu kedua saudara Bu menjadi marah, segera mereka mengudak.

Kwe Hu memang suka dengan keonaran, ia pun ingin tahu lanjutannya, maka ia menyusul dari belakang, bahkan tiada hentinya ia ber-teriak-teriak:

“Tangkap, tangkap dia!”

Setelah ber-lari-lari, ketika Yo Ko menoleh, ia melihat muka Tun-si penuh darah, baju di bagian dada lebih nyata lagi dengan bekas darah yang mengucur, hingga mukanya kelihatan sangat beringas sekali.

Yo Ko insaf kalau sampai dirinya kena ditangkap kedua saudara Bu lagi, maka pukulan yang bakal dia terima pasti akan jauh lebih lihay dari pada tadi, oleh karena itu dia berlari semakin cepat, dia lari menuju tebing gunung dan memanjat ke atas.

Sesungguhnya meski hidung Bu Tun-si kena di-jotos, tetapi tidak begitu sakit, cuma demi melihat darah mengucur, dia menjadi panik dan marah, maka dia menguber semakin kencang.

Makin lama semakin tinggi Yo Ko memanjat ke atas, tetapi sedikit pun kedua saudara Bu belum mau berhenti mengejar. Sedang Kwe Hu sesudah sampai di tengah tebing gunung lantas berhenti, dari sini ia mengikuti orang udak-udakkan dengan mendongak saja.

Sementara itu Yo Ko telah sampai di tempat buntu, di hadapannya adalah tebing curam dan tidak ada jalan lagi buat lari terus. Pemuda ini mempunyai kecenderungan pikiran yang nekat, dalam keadaan kepepet ia berpikir: “Hm, sekali pun aku harus mati terjun ke dalam jurang, tidak akan aku rela ditangkap kedua bocah itu untuk dihina mentah-mentah.”

Karena pikiran itulah maka ia lantas putar balik kemudian membentak: “Hayo berhenti, jika berani mengejar setapak lagi, segera aku terjun ke bawah!”

Gertakan ini membikin Bu Tun-si rada terkejut juga, anak ini tertegun sejenak, berlainan dengan adiknya, Bu Siu-bun, bocah ini malah menantang.

“Hm, kalau mau terjun lekas terjun saja, siapa kena kau gertak?” demikian dia mengejek, sambil berkata ia mendesak maju lagi beberapa tindak.

Melihat ini seketika Yo Ko naik darah dan timbul pikiran pendek, mendadak ia berjongkok hendak terjun ke dalam jurang. Syukur sebelum itu sekilas terlihat olehnya di samping ada sebuah batu yang besar dan letaknya miring.

Dalam keadaan marah, Yo Ko sudah tidak memikirkan akibatnya. Segera dia dorong batu besar itu yang memang kelihatan miring, betul juga ia merasakan batu besar ini ber-goyang-goyang. Segera ia melompat mundur ke belakang batu, lalu sekuatnya ia dorong, maka terdengarlah suara gemuruh hebat memecah angkasa, batu besar itu menggelinding ke bawah bukit dengan kecepatan luar biasa.

Di lain pihak kedua saudara Bu menyadari juga gelagat jelek. Demi melihat Yo Ko hendak mendorong batu, muka mereka menjadi pucat, segera akan menyingkir akan tetapi terlambat. Dengan mata terbelalak mereka lihat pasir berhamburan dari atas kepala, seketika mereka tidak tahu apa yang harus diperbuat.

Dalam detik yang sangat berbahaya itu, mendadak mereka merasa punggung se-akan-akan ditarik, tahu-tahu tubuh mereka mumbul ke udara, menyusul terdengarlah suara kaokan burung rajawali. Tubuh mereka sudah dibawa terbang melintasi bukit.

Kiranya sepasang burung rajawali itu sedang terbang bermain di udara, menggelindingnya batu besar tadi telah dilihat mereka, syukur dengan cepat kedua burung ini masih sempat menolong jiwa Tun-si dan Siu-bun.

Sementara itu dengan menerbitkan suara gemuruh keras batu besar tadi telah menerjang banyak pepohonan, akhirnya menggelinding masuk ke laut.

Oey Yong juga mendengar suara kaokan rajawali yang menandakan rasa kuatir tadi, disusul dengan suara gemuruh yang aneh, maka lekas berlari keluar dari rumah. Tampak olehnya debu pasir berhamburan, puterinya kelihatan bersembunyi di semak-semak pinggir gunung, dalam takutnya sampai anak perempuan ini tidak sanggup mengeluarkan suara tangisan.

Dalam pada itu sepasang burung rajawali yang mencengkeram kedua saudara Bu dengan perlahan kemudian turun ke hadapan Oey Yong sambil tegang leher dan pentang sayap, kedua burung ini seperti unjuk jasa di hadapan sang majikan.

Dengan aleman Kwe Hu menjatuhkan diri dalam pangkuan sang ibu, lalu menangis ter-sedu-sedu. Sesudah menangis sejenak, kemudian baru ia ceritakan bagaimana ia dipukul Yo Ko. Ia ceritakan juga bagaimana kedua saudara Bu membela dirinya dan Yo Ko mendorong batu besar itu hendak menggilas mati kedua bocah itu.

Demikianlah ia tumplekkan semua kesalahan pada Yo Ko, tetapi ia sendiri menginjak mati jangkerik orang dan cara bagaimana kedua saudara Bu itu memukul Yo Ko, semua dia tutup dan tidak dituturkan. Sehabis mendengar, Oey Yong kelihatan termangu-mangu, ia tidak bersuara.

Dalam pada itu Kwe Ceng sudah menyusul datang, waktu dia lihat muka serta baju Tun-si berlepotan darah, ia menjadi kaget. Ia tanya sebab-musababnya, dalam hati ia pun merasa marah. Tetapi ia kuatir pula terjadi sesuatu atas diri Yo Ko, maka lekas ia lari ke atas bukit mencarinya.

Akan tetapi meski pun dia sudah mencari kian kemari, dari depan sampai belakang bukit ternyata sama sekali tidak nampak bayangan bocah itu.

“Ko-ji, Ko-ji!” ia berteriak, Namun tetap tidak ada suara sahutan.

Teriakannya ini ia lakukan dengan keras dan di atas bukit, dalam lingkaran seluas belasan li pasti suaranya akan terdengar, tetapi aneh, Yo Ko tidak kelihatan. Sesudah menunggu lagi dan tetap masih belum berhasil, Kwe Ceng menjadi makin kuatir. Segera dia dayung sebuah perahu kecil mengelilingi pulau untuk mencari, namun sampai petang masih belum juga diketemukan jejak Yo Ko.

**** 013 ****







OBJEK WISATA MANCA NEGARA


Teluk Wilhelmina Antartika

Kota Tua Samarkand, Uzbekistan
Pulau Falkland Antartika Inggris
Pulau Falkland Antartika Inggris
Air Terjun Victoria Afrika
Air Terjun Victoria Afrika
Panci Makgadikgadi Botswana, Afrika
Panci Makgadikgadi Botswana, Afrika
Pulau Falkland Antartika Inggris
Pulau Falkland Antartika Inggris
Panorama Alam Georgia
Panorama Alam Georgia
Kebun Raya Singapura
Kebun Raya Singapura
Pagoda Shwedagon Yangon, Myanmar
Pagoda Shwedagon Yangon, Myanmar
Dataran Guci Xiangkhouang, Laos
Dataran Guci Xiangkhoung, Laos
Danau Iskanderkul Tajikistan
Danau Iskanderkul Tajikistan
Piramida Giza Mesir
Piramida Giza Mesir
Ngarai Sungai Ikan Namibia, Afrika
Ngarai Sungai Ikan Namibia, Afrika
Taman Nasional Ala Archa Kirgistan
Taman Nasional Ala Archa Kirgistan
Selat Drake Antartika Amerika
Selat Drake Antartika Amerika
Istana Kekaisaran Tokyo
Istana Kekaisaran Tokyo
Jembatan Gerbang Emas
Jembatan Gerbang Emas - Amerika
Air Terjun Niagara
Air Terjun Niagara Prancis
Grand Canyon
Grand Canyon Amerika
Pasar Terbesar di Bangkok
Pasar Terbesar di Bangkok
Taman Nasional Yellowstone
Taman Nasional Yellowstone - Amerika
Burj Khalifa - Dubai
Budj Khalifa Dubai
Taj Mahal
Taj Mahal India
Musium Amir Temur Uzbekistan
Musium Amir Temur Uzbekista
Blackpool - Amerika
Blackpool Irlandia
Taman Nasional Blue Mountain - Sydney
Taman Nasional Blue Mountain Sydney
Jembatan Baja Terbesar di Australia
Jembatan Baja Terbesar di Australia
Taman Nasional Kakadu Australia
Taman Nasional Kakadu Australia
Danau Baikal Rusia
Danau Baikal Rusia
Biara Meteora Yunani
Biara Meteora Yunani
Pantai Bondi Australia
Pantai Bondi Australia
Menara Eiffel Prancis
Menara Eiffel Prancis
Musium Van Gogh Belanda
Musium Van Gogh Belanda
Gedung Opera Sydney
Gedung Opera Sydney
Gunung Meja Afrika
Gunung Meja Afrika
Menara Kembar Petronas Malaysia
Menara Kembar Petronas Malaysia

===============================




Air Terjun Victoria Afrika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar