Rabu, 21 April 2021

Pendekar Pemanah Rajawali Jilid 158

Ang Cit Kong girang mendapati muridnya dapat bertahan demikian bagus. "Anak ini dapat maju, tak kecewa aku men¬didiknya." pikirnya. "Tapi kalau aku merobohkan¬nya dalam dua ratus jurus, itu jelek untuk si Sesat Tua. Lebih baik aku menanti sampai dua ratus jurus lebih, baru aku menggunakan tangan berat...."

Lalu Pengemis Utara menggunakan ilmu silat tiang Liong Sip-pat Ciang, Delapan Belas Jurus Menaklukkan Naga. Ia mengurung muridnya, angin serangannya mendesir-desir. Dalam sikapnya ini Ang Cit Kong telah membuat kekeliruan. Kalau ia terus mendesak, mungkin Kwee Ceng kewalahan dan perlawanannya patah. Tapi ia mengulur waktu, mau menanti hingga dua ratus jurus. Ia lupa Kwee Ceng orang muda, tenaganya sedang penuh. Apalagi setelah mempelajari Kiu Im Toan Kut Pian, pemuda ini telah maju jauh sekali.

Sebaliknya Cit Kong sendiri orang tua, jadi tidak dapat beradu ulet. Demikianlah, ketika ia sudah menyerang hingga sembilan putaran, artinya 162 jurus, serangannya tidak dahsyat lagi seperti semula. Bahkan sesudah sampai jurus kedua ratus, di samping tangan kanannya memegang pedang, tangan kiri Kwee Ceng jadi semakin hebat.

"Ini hebat," pikir si Pengemis Utara yang merasa tidak tenang. Tapi ia orang yang berpengalaman, ia tahu tidak bisa beradu tenaga, maka terpaksa ia menggunakan akalnya dan mementang terbuka kedua lengannya.

Kwee Ceng dapat melihat perubahan itu, ia heran. "Ini jurus yang belum pernah Suhu ajarkan padaku...," pikirnya. Kalau menghadapi orang lain, tentu ia lelah merangsek ke nong-kiong tengah, untuk menyerang dada. Namun menghadapi guru¬nya, ia tidak bisa bertindak telengas. Karena itu ia mesti berpikir dulu untuk menyerang.

"Tolol!" tegur si guru. "Kau teperdaya!"

Mendadak kaki kiri sang guru melayang naik, menendang pedang muridnya hingga terlepas, sedangkan tangan kanannya menyambar ke pundak. la lianya menggunakan delapan bagian tenaganya, karena tidak berniat melukai si murid. Ia yakin muridnya akan roboh dan ia sendiri akan menang. Tapi ia keliru.

Walaupun muda, Kwee Ceng telah banyak pengalaman, tubuhnya sering menderita, hal itu bagaikan semacam latihan untuknya. Hajaran itu hanya membikin ia terhuyung beberapa langkah dan membuat pundaknya terasa sakit, tidak sampai membikin ia roboh. Maka kagetlah si guru yang lantas berseru,

"Lekas kibaskan tanganmu tiga kali, lalu sedot napas, nanti kau terluka dalam!"

Kwee Ceng menurut. Benar saja, ia langsung merasa lega. "Saya menyerah," katanya.

"Tidak!" kata guru itu. "Kalau kau menyerah,si Sesat Tua mana puas! Sambutlah!" Tangannya lantas menyambar.

Sekarang Kwee Ceng tidak mempunyai senjata, ia mesti melawan dengan tangan kosong. Ia meng¬hindar dengan jurus Kong-beng-kun ajaran Ciu Pek Thong, semacam ilmu silat lunak yang paling lunak yang diciptakan Bocah Tua Nakal setelah ia membaca kitab Too Tek Keng bagian "Serdadu kuat bisa musnah, kayu kuat bisa patah, yang keras kuat jatuh di bawah, yang lunak lemas jatuh di atas." Air adalah benda terlunak di kolong langit ini, tidak ada yang melebihinya, tetapi kuat serangannya tidak ada yang dapat menahan.

Hang Liong Sip-pat Ciang adalah ilmu silat yang ter¬keras, maka mesti dilawan dengan ilmu yang ter¬lunak. Tapi Kwee Ceng tidak melawan hanya dengan yang lunak, melainkan juga dengan yang keras, sebab di samping pandai Kong-beng-kun, Pukulan Memisah Diri, ia pun paham Hang Liong Sip-pat Ciang dari gurunya ini. Jadi kedua tangan¬nya bergerak masing-masing, keras dan lunak. Dengan begitu, gurunya kewalahan.

Oey Yong menonton sambil menghitung. Melihat tidak ada tanda-tanda Kwee Ceng bakal kalah, ia girang. Ia menghitung terus sampai 299. Ang Cit Kong mendengar hitungan itu. Men¬dadak muncul tabiatnya yang suka menang sendiri, ia menyerang dengan jurus Kang Liong Yu Hui yang hebat sekali, bagaikan gunung roboh dan laut terbalik. Setelah itu ia menyesal, karena khawatir Kwee Ceng tidak dapat mempertahankan diri dan akan terluka parah, la berteriak,

"Hati-hati!"

Kwee Ceng mendengar peringatan itu saat tangan gurunya sudah di depan mukanya, la kenal baik serangan itu, sebab waktu mempelajari Hang Liong Sip-pat Ciang, itulah jurus pertamanya. Ia mengerti bahwa tidak ada jurus Kong-beng-kun yang dapat menghindari serangan itu, maka ia menggunakan jalan keras lawan keras, ia menyambut dengan Kang Liong Yu Hui juga. Tidak ampun lagi kedua tangan beradu keras, hingga terdengar bunyi nyaring. Sebagai akibatnya, tubuh kedua orang itu sama-sama bergetar.

Oey Yok Su dan putrinya terkejut, hingga mereka berseru, keduanya melangkah menghampiri. Guru dan murid itu seperti berpegangan, tangan mereka bagaikan menempel satu sama lain. Kwee Ceng mempertahankan diri. ia lantas tahu, kalau mengalah ia akan terluka parah. Ia tahu baik bahwa gurunya lihai. Maka ia hendak menanti sampai tangan gurunya sudah tidak begitu mem¬bahayakan, baru ia mau menyerah kalah.

Ang Cit Kong kaget berbareng girang mendapati muridnya bisa bertahan, segera timbul rasa sayang¬nya, hingga berkuranglah tabiat suka menang sen¬dirinya. Ia lantas memikirkan cara untuk mengalah supaya muridnya mendapat nama. Maka pelan-pelan ia memperlunak tenaganya.

Tepat selagi guru dan murid itu tidak menang dan tidak kalah, dari balik jurang terdengar tiga kali seruan nyaring, dibarengi munculnya seorang yang berjungkir balik hingga tiga kali. la adalah Racun Barat Auwyang Hong, yang muncul lagi tiba-tiba.

Kwee Ceng dan Ang Cit Kong mengendurkan tenaga mereka berbareng serta melompat mundur. Dengan begitu mereka bisa mengawasi si Racun Barat yang bajunya robek rubat-rabit dan mukanya berlepotan darah. Kembali orang itu berteriak,

“Raja Langit telah tiba! Giok Hong Taytee turun ke bumi!" Lantas dengan tongkat ularnya ia merabu keempat orang yang berada di situ.

Ang Cit Kong menjumput tongkatnya, lalu me¬nangkis, hingga mereka jadi bertempur. Setelah beberapa jurus, ia heran. Oey Yok Su, Kwee Ceng, dan Oey Yong juga tidak kurang herannya. Aneh sekali kelakuan Racun Barat ini. la berkelahi tetapi adakalanya mencakar muka sendiri, me¬nyentil, mendepak kempolannya sendiri, atau tengah menyerang, mendadak ia menarik pulang serangan¬nya untuk diubah dengan jurus yang lain. Menyaksikan demikian, Ang Cit Kong mengambil sikap membela diri.

Lewat beberapa jurus kembali Auwyang Hong memperlihatkan keanehannya. Beruntun tiga kali ia menggaplok mukanya sendiri, hingga terdengar suara nyaring diikuti jeritannya yang keras. Setelah itu mendadak ia melonjorkan kedua tangannya untuk merayap di depan Cit Kong.

Pengemis Utara girang. Ia berpikir, "Menyerang anjing adalah keistimewaan tongkatku ini. sekarang kau bersikap seperti anjing, bukankah kau meng¬antarkan dirimu sendiri masuk ke jaring?" Ia me¬nusuk pinggang lawannya itu.

Sekonyong-konyong Auwyang Hong membalik¬kan tubuh, dengan begitu ia menindih ujung tong¬kat, terus menggelindingkan tubuhnya mendaki tongkat. Cit Kong terkejut hingga tongkatnya ter¬lepas. Menyusul itu, tubuh Racun Barat mencelat tinggi, kedua kakinya berbareng menendang ke arah kedua mata lawannya, Cit Kong terkejut, ia melompat mundur. Oey Yok Su maju seraya mencabut pedangnya, lalu menusukkannya pada si Racun Barat.

"Toan Hongya, aku tak takut It Yang O-mu!" kata Auwyang Hong yang menangkis, tapi terus merangsek untuk menubruk.




Oey Yok Su mengerti jago dari See Hek ini sedang kacau pikirannya, namun heran, serangannya justru lebih hebat daripada waktu ia sadar, la tentu tidak tahu, karena Auwyang Hong belajar Kiu Im Chi Keng palsu yang sangat menyita pikiran dan tenaganya, ia menjadi tersesat, tetapi karena bakatnya baik dan ilmu silatnya sudah tinggi, sesat atau tidak, ia telah memperoleh kemajuan yang luar biasa, hingga dua orang kosen ini menjadi kewalahan.

Selang beberapa puluh jurus, Oey Yok Su keteter hingga mesti mundur. Tempatnya segera diambil alih Kwee Ceng yang maju dengan pedangnya.

Tiba-tiba Racun Barat menangis dan berkata, "Oh, anakku, kau mati sangat mengenaskan...." Tiba-tiba ia melemparkan tongkat ularnya untuk melompat dan merangkul anak muda di depannya.

Kwee Ceng tahu tentunya ia disangka Auwyang Kongcu. Karena mendengar jeritan dan keluhan orang itu, ia menjadi tidak tega menurunkan tangan jahat. Di lain pihak, ia juga takut. Maka ia meng¬ulurkan tangannya untuk menolak.

Auwyang Hong lihai sekali. Walaupun ia ber¬kelakuan aneh, gerakannya sangat gesit, tangan kirinya lantas memegang lengan Kwee Ceng dan tangan kanannya memeluk. Si anak muda meronta, tapi kalah tenaga, ia tidak berhasil meloloskan diri.

Ang Cit Kong dan Oey Yok Su terkejut, keduanya melompat maju untuk menolong. Dengan It Yang Ci Cit Kong menotok jalan darah hongbwee-hiat di punggung Racun Barat agar Kwee Ceng dilepaskan.

Arah aliran darah Auwyang Hong telah ber¬tentangan, sehingga ia tidak dapat ditotok. Totokan itu tidak terasa olehnya, ia tidak menghiraukannya. Oey Yong memungut batu untuk menyerang kepala Auwyang Hong, tetapi tangan kanan si Racun Barat meninju batu itu sampai terpental masuk ke jurang. Karena itu, Kwee Ceng dapat memberontak sambil terus melompat mundur.

Oey Yok Su juga sudah menyerang si edan ini. Auwyang Hong tidak lagi memakai ilmu silat biasa, tetapi hebat bukan main, sering ia memiringkan tubuh, atau berdiri tegak, atau menjatuhkan diri tengkurap dengan sebelah tangannya menekan tanah, hingga tangannya yang lain dapat digunakan untuk berkelahi terus. Tentu saja cara berkelahi itu sulit dilayani Sesat Timur.

Oey Yong khawatir ayahnya akan salah tangan maka ia berteriak, "Suhu, menghadapi orang edan ini jangan pakai aturan lagi, mari kita keroyok dia!"

"Di waktu biasa, kita bisa berbuat begitu untuk membekuknya," kata Ang Cit Kong. "Tapi sekarang adalah hari pibu di Hoa San ini. Dunia tahu kita mesti bertempur satu lawan satu, kalau sekarang kita mengepungnya, kita bakal ditertawakan orang kangouw"

Selagi Pengemis Utara bicara, serangan aneh Auwyang Hong bertambah dahsyat, bahkan orang itu meludahi Oey Yok Su hingga majikan Pulau Persik itu gelagapan dan melangkah mundur. Sehabis itu Auwyang Hong menyerang sambil membungkuk, berarti ia tidak melihat ke atas. Oey Yok Su girang melihatnya, dalam hati ia berkata, "Dasar dia edan, dia kacau!" Langsung ia menotok jalan darah genghiang-hiat.

Totokan itu baru mengenai kulit muka, tapi mendadak Auwyang Hong menyambar dengan mulut¬nya, menggigil jari telunjuk penyerangnya. Dalam kagetnya Oey Yok Su segera menyerang dengan tangan kirinya ke jalan darah tayyong-hiat. Tapi Auwyang Hong juga sebat sekali, ia menangkis de¬ngan tangan kanannya dan memperkeras gigitannya.

Kwee Ceng maju berbareng bersama Oey Yong, masing-masing dengan pedang kayu dan tongkat bambu. Baru sekarang Auwyang Hong melepaskan gigitannya, tapi sebagai gantinya, ia mencakar ke muka si nona, untuk itu ia memakai kedua tangannya atau kesepuluh jarinya. Selagi berbuat begitu ia memperlihatkan roman bengis sekali, sedangkan mukanya berlepotan darah. Oey Yong kaget hingga menjerit, ia melompat ke samping. Tapi ia disusul.

Kwee Ceng menggempur punggung jago dari See Hek itu, ia menangkis. Dengan begitu barulah Oey Yong lolos dari ancaman bahaya. Baru belasan jurus si anak muda melayani orang edan itu, pundak dan pahanya beberapa kali kena hajar, syukur tidak berbahaya.

"Anak Ceng, mundur!" kata Cit Kong. "Biar aku yang mencoba melayaninya!"

Pengemis Utara melompat maju, hingga ia bertempur lagi melawan Racun Barat. Kali ini mereka bertempur lebih hebat daripada tadi. Setelah menyaksikan serangan orang itu terhadap Oey Yok Su dan Kwee Ceng, Cit Kong melihat masih ada jalan untuk menghadapi ilmu silat kacau Auwyang Hong itu, maka sekarang ia melawan dengan perhatian.

Kap-mo¬kang digunakan si Racun Barat secara bertentangan, yang mestinya ke kanan menjadi ke kiri, yang mestinya ke atas menjadi ke bawah, demikian seterusnya. Umumnya, tujuh dalam sepuluh, gerakan itu tidak meleset. Maka, meski keteter Cit Kong bisa juga balas menyerang, satu kali melawan tiga kali.

Oey Yok Su juga memperhatikan ilmu silat Racun Barat itu. Selagi anaknya mengurus lukanya, ia meneliti lebih jauh. Dalam hal ini, ia lebih cerdas daripada Ang Cit Kong, maka ia pun lantas menemukan cara menghadapi ilmu itu. Segera ia mengajari Cit Kong berulang-ulang,

"Cit Kong, tendang dia! Hajar dia pada jalan darah ki-koat. Serang jalan darah thian-cui" Semua petunjuk ini diberikan selagi semua jalan darah itu terbuka. Sebagai penonton, Oey Yok Su dapat melihat jelas sekali.

Ang Cit Kong menuruti petunjuk itu, maka tidak lama kemudian kedudukannya seimbang de¬ngan lawannya. Meski begitu Cit Kong dan Yok Su jengah sendiri, sebab mereka berdua mesti mengepung Racun Barat.

Suatu ketika Cit Kong mendapat kesempatan untuk bisa menghajar Racun Barat dengan tepat, namun tiba-tiba Auwyang Hong kembali meludah, hingga Cit Kong batal menyerang dan mesti ber¬kelit. Lalu ia dirabu dan diludahi lagi hingga gelagapan. Biarpun cuma ludah, tapi bisa merusak mata bila mengenainya. Si pengemis tidak sudi mandah begitu saja. Tidak ada jalan lain, ia me¬nangkap ludah itu dengan tangannya, lantas terus menyerang. Baru beberapa jurus kembali Auwyang Hon meludah. Rupanya inilah siasatnya untuk mengacaukan lawan.

Cit Kong mendongkol sekali. Ia merasa dirinya seperti dihina. Ia juga jijik dengan ludah Racun Barat yang masih melekat di tangan kanannya, karena sangat repot, ia tidak sempat mengusapkan tangan ke bajunya.

"Kena!" serunya mendadak setelah lewat beberapa jurus. Tangan kanannya menepuk muka Auwyang Hong. Tampaknya ia hendak memulas muka orang itu dengan ludahnya sendiri, tidak tahunya diam¬-diam ia hendak menotok dengan It Yang Ci, totokan istimewa untuk menaklukkan Kap-mo-kang.

Meski seperti gila, Auwyang Hong sebenarnya sangat gesit dan dapat berpikir, la menanti tibanya tepukan tangan lawan. Ketika jari-jari tangan Cit Kong dikeluarkan untuk menotoknya, ia hendak menyambut dengan gigitan seperti sebelumnya ia menggigit tangan Oey Yok Su.

Oey Yok Su, Kwee Ceng, dan Oey Yong yang pasang mata jadi terkejut. Mereka melihat berke¬lebatnya gigi putih Racun Barat. Ketiganya lang¬sung berteriak,

"Awas!"

Mereka lupa bahwa Ang Cit Kong, yang ber¬juluk Kiu Ci Sin Kay si Pengemis Aneh Berjari Sembilan, sudah tidak mempunyai telunjuk kanan, yang telah dikutunginya sendiri untuk mengurangi keserakahannya gegares. Ketika Auwyang Hong menggigit sasaran kosong, seluruh gigi atas dan gigi bawahnya bercatrukan keras sekali.

Inilah kesempatan yang paling baik, Ang Cit Kong tidak mau menyia-nyiakannya. Selagi mulut Racun Barat terkatup rapat, Cit Kong mengeluarkan jari tengahnya untuk menotok jalan darah tee¬chong-hiat di pinggir mulut lawannya.

Ong Tiong Yang dan Toan Hongya biasa meng¬gunakan telunjuk, tetapi Cit Kong tidak mem¬punyainya, maka ia menggunakan jari tengah se¬bagai pengganti. Auwyang Hong tidak menyangka, maka ia menggigit seperti biasa untuk menyambut totokan, tidak tahunya ia kehilangan sasaran.

Melihat Cit Kong berhasil, Oey Yok Su bertiga akan berseru girang, namun sebelum itu tiba-tiba mereka tersentak. Mendadak Pengemis Utara ber¬jumpalitan roboh ke tanah, sedangkan Racun Barat terhuyung mundur beberapa langkah, gerakannya mirip orang mabuk. Setelah dapat berdiri tegak, ia tertawa terbahak sambil melengak.

Sudah diketahui bahwa jalan darah Auwyang Hong telah bertentangan semuanya, maka totokan Ang Cit Kong bukan mengenai tee-chong-hiatt tapi justru jalan darah besar ciok-yang-beng wi¬keng. Tapi waktu ditotok tubuh Racun Barat cuma mati sedetik, sehabis itu ia pulih seperti biasa. Maka ia sebat luar biasa balas menghajar pundak lawannya.

Cit Kong melihat serangan itu. Ia tidak sempat menangkis, ia lantas berkelit. Benar ia kena hajar, tapi karena sembari berkelit, ia bisa membuang diri dengan berjumpalitan. Tentu saja ia tidak menyerah begitu saja. sambil berkelit tadi ia ber¬bareng menyerang dengan jurus Kian Liong Cay Tians tapi karena kenanya tidak telak, Racun Barat cuma terhuyung.

Cit Kong tidak terluka parah. Sejenak tubuhnya terasa kaku, ia tidak dapat lantas bergerak leluasa, tidak dapat segera maju lagi. Karena orang ternama, ia malu dengan kekalahannya, maka setelah bangun lagi ia memberi hormat pada Racun Barat seraya berkata,

"Saudara Auwyang, aku si pengemis tua takluk padamu, kaulah orang kosen nomor satu di kolong langit ini!"

Auwyang Hong mendongak, ia tertawa lama. Kemudian ia mengulap-ulapkan kedua tangannya ke udara.

"Toan Hongya." katanya pada Oey Yok Su, "kau takluk atau tidak padaku?"

Sesat Timur mendongkol sekali, dalam hati ia berkata. "Bagaimana bisa gelar orang gagah nomor satu di kolong langit ini dirampas orang edan? Bagaimana kami bisa menemui orang banyak?" Meski begitu ia menginsafi kenyataan, la tidak bisa melawan jago dari Barat ini. Maka akhirnya ia mengangguk. Ia pun tidak peduli dipanggil Toan Hongya oleh si edan itu.

Auwyang Hong lantas berpaling pada Kwee Ceng. "Nak," katanya, "ilmu silat ayahmu sangat lihai, di kolong langit ini tak ada tandingannya lagi, kau girang atau tidak?"

Orang-orang merasa aneh mendengar Racun Barat memanggil anak pada keponakannya. Itu tidak mengherankan, karena tidak seorang pun mengetahui rahasianya. Sebenarnya Auwyang Kongcu dilahirkan oleh kakak ipar Auwyang Hong setelah berbuat serong dengannya, maka walaupun bagi orang luar mereka itu anak dan keponakan, sebenarnya mereka adalah ayah dan anak. Ia belum sadar, ia masih menganggap Kwee Ceng sebagai anaknya, sepertinya ia mengira Oey Yok Su adalah Toan Hongya. Setelah puluhan tahun, ia seolah membuka rahasianya sendiri dengan menyebut-nyebut anaknya itu.

Kwee Ceng jujur, tanpa menghiraukan panggilan orang ia berkata, "Kami semua tak sanggup mengalahkanmu."

Auwyang Hong tertawa geli sekali. "Nona mantuku yang baik, kau girang atau tidak?" ia bertanya pada Oey Yong sambil me¬mandangnya.

Oey Yong tengah masygul, karena terpaksa me¬nyaksikan ayahnya, Ang Cit Kong, dan Kwee Ceng dipecundangi Racun Barat, hingga ia me¬mikirkan upaya untuk menghadapi orang kosen yang edan ini. Begitu sekarang ditegur si edan. ia langsung menyahut,

“Siapa bilang kau orang kosen nomor satu di kolong langit ini? Ada satu orang yang mesti kau hadapi, kau pasti tak sanggup me¬ngalahkannya!"

Mendengar perkataan itu Auwyang Hong gusar hingga-menepuk dadanya. "Siapa? Siapa dia?" tanyanya keras. "Suruh dia datang melawanku!"

Oey Yong menatap mata orang itu. Ia memusat¬kan tenaganya untuk Uap Sim Tay-hoat ilmu mempengaruhi hati dari Kiu im Cin Keng yang semacam ilmu sihir. Selama rapat di Gunung Kun San, Telaga Tong Teng, ia telah mempergunakan ilmu itu terhadap Pheng Tianglo hingga pengemis itu tertawa tidak mau berhenti.

Kalau diterapkan terhadap orang yang tenaga dalamnya cetek, ilmu itu gampang mempan; namun tidak demikian hal¬nya terhadap orang lihai. Dalam kitab itu tercantum pesan bahwa ilmu itu tidak dapat sembarang di¬gunakan, sebab bisa mencelakai diri sendiri. Tapi Oey Yong menggunakannya juga karena tidak me-nemukan cara lain, sedangkan Auwyang Hong tampaknya kacau pikirannya.

Dalam keadaan biasa, memang Auwyang Hong tidak dapat dipengaruhi Oey Yong, yang tenaga dalamnya kalah jauh, kalau dibalik ia bisa celaka. Tapi sekarang ia sedang kacau, ia tidak dapat melawan. Sambil mengawasi ia masih bertanya,

"Siapa? Siapa dia? Suruh dia datang melawanku!"

"Dia lihai luar biasa, kau pasti tak dapat me¬lawannya!" kata Oey Yong, matanya tetap meng¬awasi tajam.

"Siapa? Siapa dia? Suruh dia datang melawanku!"

"Dia bernama Auwyang Hong!"

"Auwyang Hong?" Racun Barat menggaruk-garuk kepalanya.

"Benar, Auwyang Hong! Kau boleh lihai, tapi kau tak bakal dapat melawan Auwyang Hong!"

Kacau pikiran Racun Barat. Ia merasa mengenal baik nama Auwyang Hong itu, tetapi tidak dapat mengingatnya. Ia cuma merasa Auwyang Hong itu sangat berdekatan dengannya, hanya entah siapa....

"Sebenarnya siapa aku ini?" tanyanya kemudian.

"Kau adalah kau!" jawab Oey Yong tertawa dingin, matanya terus menatap. "Kau sendiri tak tahu, mengapa kau menanyaiku?"

Auwyang Hong bingung. Ia seperti berpikir keras untuk mengetahui siapa dirinya sendiri.

"Aku ini siapa? Sebelum dilahirkan, aku ini apa? Setelah mati, aku ini apa?' Lalu ia bertanya lagi, "Sebenar¬nya aku siapa? Aku berada di mana? Aku kenapa?"

"Auwyang Hong mau mencarimu untuk mengadu kepandaian!" kata si nona. "Dia hendak merampas kitabmu, kitab Kiu Im Cin Keng\"

"Mana dia sekarang? Dia ada di mana?"

"Itu dia, di belakangmu!" jawab Oey Yong sambil menunjuk ke belakang Racun Barat.

Auwyang Hong memutar tubuhnya cepat luar biasa, lantas melihat bayangannya sendiri yang berdiri di belakangnya. Ia melengak.

"Lihat, dia hendak menghajarmu!" kata Oey Yong cepat.

Auwyang Hong mendak, segera menyerang - Ka¬rena ia bergerak, bayangannya turut bergerak. Ia terkejut. Segera ia menyerang lagi, tangan kiri dan kanannya bergantian. Ia bergerak sangat cepat, bayangannya bergerak sama cepatnya. Satu kali ia melompat berkelit, tubuhnya diputar hingga ia meng¬hadap matahari. Sudah tentu ia kehilangan bayang¬annya.

"Hai. kau lari ke mana?" teriaknya. Ia melesat ke kiri.

Di sebelah kirinya ada lereng, di situ terlihat bayangannya. Tidak ayal lagi Auwyang Hong me¬ninju. Tentu saja ia menghajar batu gunung. Ia merasa sakit bukan main dan berteriak,

"Kau sangat lihai!" la lantas menendang. Tentu saja ia berjengit sendiri, sebab ia menendang gunung dan kakinya terasa sakit sekali seperti kepalannya barusan. Sekarang ia jadi jeri sendiri. Mendadak ia memutar tubuhnya dan lari.

Karena berlari ke arah matahari, ia tidak melihat bayangannya lagi. Setelah lari beberapa tombak, ia menoleh. Ia kaget melihat bayangannya berada di belakangnya dan berteriak,

"Biar kau saja yang menjadi orang kosen nomor satu di kolong langit ini! Aku menyerah kalah!"

Karena ia berhenti lari dan tidak bergerak, bayang¬annya pun diam. Ia tidak berkata apa-apa lagi, ia memutar tubuh lagi untuk berlalu. Namun ia masih menoleh, hingga melihat bayangannya itu meng¬ikutinya. Ia menjadi kaget dan takut, lantas berlari sekeras-kerasnya sembari menjerit-jerit. Ia menuruni gunung, sampai sekian lama masih terdengar jeritannya,

"Jangan kejar aku! Jangan kejar aku!"

Oey Yong dan Ang Cit Kong saling mengawasi, sama-sama menghela napas. Mereka tidak me¬nyangka, demikian rupa nasib jago yang lihai sekali. Oey Yong duduk bersila. Sehabis mengerahkan tenaga dan pikirannya demikian keras, ia letih. Setelah sekian lama bersemadi, ia baru bangkit.

Suara Auwyang Hong kadang-kadang masih ter¬dengar, tetapi ia sudah terpisah dari mereka. Yang terdengar hanyalah kumandangnya.

"Dia tak bakal hidup lebih lama lagi," kata Cit Kong.

"Aku... aku siapa ya?" mendadak Kwee Ceng bertanya seorang diri.

Oey Yong terkejut. Ia mengira pemuda tolol ini tentunya telah dibikin bingung oleh Racun Barat.

"Kau Kwee Ceng! Kau Kakak Ceng!" kata Oey Yong lekas-lekas. "Jangan pikirkan dirimu, pikirkan diri orang lain!"

Anak muda itu melengak. lalu sadar. "Benar!" katanya. "Suhu, Tuan, mari kita turun gunung!"

"Anak tolol!" bentak Cit Kong. "Kau masih memanggilnya Tuan! Nanti kau kugaplok!"

Kwee Ceng melengak, ia menatap Oey Yong yang tersenyum. "Ayah Mertua!" panggilnya kemudian dengan jengah.

Oey Yok Su tertawa, rupanya ia senang dipanggil Ayah Mertua. Ia menarik tangan anak gadisnya, lalu menarik tangan menantunya. dan berkata pada Pengemis Utara,

“Saudara Cit, hari ini barulah kita berdua mengerti, ilmu silat itu tak ada batas habisnya, jadi di kolong langit ini juga tak ada orang kosen nomor satu!"

"Tapi aku berani bilang ilmu masak Anak Yong paling hebat!" kata Pengemis Utara tanpa ditanya.

Oey Yong tersenyum. "Jangan puji-puji aku!" katanya. "Mari kita lekas-lekas turun gunung! Kalian akan kumasakkan beberapa macam hidangan!"







OBJEK WISATA MANCA NEGARA


Teluk Wilhelmina Antartika

Kota Tua Samarkand, Uzbekistan
Pulau Falkland Antartika Inggris
Pulau Falkland Antartika Inggris
Air Terjun Victoria Afrika
Air Terjun Victoria Afrika
Panci Makgadikgadi Botswana, Afrika
Panci Makgadikgadi Botswana, Afrika
Pulau Falkland Antartika Inggris
Pulau Falkland Antartika Inggris
Panorama Alam Georgia
Panorama Alam Georgia
Kebun Raya Singapura
Kebun Raya Singapura
Pagoda Shwedagon Yangon, Myanmar
Pagoda Shwedagon Yangon, Myanmar
Dataran Guci Xiangkhouang, Laos
Dataran Guci Xiangkhoung, Laos
Danau Iskanderkul Tajikistan
Danau Iskanderkul Tajikistan
Piramida Giza Mesir
Piramida Giza Mesir
Ngarai Sungai Ikan Namibia, Afrika
Ngarai Sungai Ikan Namibia, Afrika
Taman Nasional Ala Archa Kirgistan
Taman Nasional Ala Archa Kirgistan
Selat Drake Antartika Amerika
Selat Drake Antartika Amerika
Istana Kekaisaran Tokyo
Istana Kekaisaran Tokyo
Jembatan Gerbang Emas
Jembatan Gerbang Emas - Amerika
Air Terjun Niagara
Air Terjun Niagara Prancis
Grand Canyon
Grand Canyon Amerika
Pasar Terbesar di Bangkok
Pasar Terbesar di Bangkok
Taman Nasional Yellowstone
Taman Nasional Yellowstone - Amerika
Burj Khalifa - Dubai
Budj Khalifa Dubai
Taj Mahal
Taj Mahal India
Musium Amir Temur Uzbekistan
Musium Amir Temur Uzbekista
Blackpool - Amerika
Blackpool Irlandia
Taman Nasional Blue Mountain - Sydney
Taman Nasional Blue Mountain Sydney
Jembatan Baja Terbesar di Australia
Jembatan Baja Terbesar di Australia
Taman Nasional Kakadu Australia
Taman Nasional Kakadu Australia
Danau Baikal Rusia
Danau Baikal Rusia
Biara Meteora Yunani
Biara Meteora Yunani
Pantai Bondi Australia
Pantai Bondi Australia
Menara Eiffel Prancis
Menara Eiffel Prancis
Musium Van Gogh Belanda
Musium Van Gogh Belanda
Gedung Opera Sydney
Gedung Opera Sydney
Gunung Meja Afrika
Gunung Meja Afrika
Menara Kembar Petronas Malaysia
Menara Kembar Petronas Malaysia

===============================




Air Terjun Victoria Afrika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar