Selasa, 13 April 2021

Pendekar Pemanah Rajawali Jilid 152

Setelah itu terdengar si tua tukang guyon itu menutup pintu dan mengangkat sebuah batu besar guna dipakai menunjang belakang pintu, kemudian berkata:

"Eh, bangsat bau, kau berada di mana?" Dia pun bertindak dengan tangannya meraba¬raba, seperti lagi mencari sesuatu.

Kwee Ceng yang telah lama berdiam di tempat gelap, dapat melihat samar-samar lagak kakak angkat, hendak ia menunjukkan bahwa orang ada di atas penglari, akan tetapi sebelum ia membuka mulut, mendadak Ciu Pek Thong berlompat sambil tertawa, dia menyambar kepada orang yang lagi sembunyi itu. Rupanya dia telah tahu di mana orang berdiam dan berlagak mencari, untuk bersiap berlompat naik.

Orang yang dipanggil jahanam itu benar-benar lihay. Tidak menanti sampai kena dicekuk, ia mendahului menyingkir dengan lompat jumpalitan turun, hingga sesaat kemudian sudah berjongkok di pojok rumah.

Pek Thong agaknya jeri juga terhadap sijahanam ini, ia berlaku hati-hati. sebelum mencari, ia memasang kuping dan matanya. Sebagai orang lihay, ia tahu, kecuali ia sendiri, di situ ada suara bernapas dari tiga orang. Ia heran kenapa orang berdiam saja. Mungkin orang kaget dan takut? Ketika tadi ia mendatangi rumah batu ini, menduga mesti ada penghuninya dan dibuktikan padamnya api serta sekarang suara bernapas. Akhirnya ia berkata:

"Tuan rumah, jangan takut Aku datang ke mari untuk membekuk maling cilik, setelah dia terbekuk, aku akan segera pergi dari sini."

Habis berkata, LooBoan Tong memasang kuping. Ia mendengar suara bernapas yang semakin perlahan. Suara bernapas itu datangnya dari tiga penjuru, timur, barat dan selatan - Ia terkejut tetapi segera berseru:

"Hm, jahanam, kiranya di sini kau menyembunyikan kawanmu" Ia tidak mendengar jawaban.

Kwee Ceng juga berdiam saja. Ia tahu, ciu Pek Thong menghadapi lawan tangguh, Pek Thong tentulah tidak bisa membantu dirinya. Ia pikir lebih baik menanti kesempatan.

Habis mementang mulut, Pek Thong bertindak perlahan ke pintu, dari mulutnya keluar ocehan.

“Jangan-jangan LooBoan Tong tidak bakal berhasil membekuk orang dan sebaliknya kena dicekuk." la bertindak terus.

Waktu itu dari kejauhan terdengar suara seruan ramai dibarengi tindakan kaki kuda yang riuh, rupanya dari satu pasukan tentara yang besar. Suara itu mendekat.

Mendadak terdengar suara Ciu Pek Thong: "Bantuanmu makin lama makin banyak, nah, sudahlah, LooBoanTong minta maaf saja, tidak dapat menemani kau lebih lama lagi"

Dia lantas memegang batu besar penunjang pintu, agaknya dia hendak menyingkirkan guna membuka pintu, guna angkat kaki. Akan tetapi, setelah batu itu terangkat kedua tangannya, mendadak dia melemparkan ke arah tempat sembunyinya orang yang dia kejar-kejar itu. Pintu itu menghadap ke selatan dan orang itu berada di utara.

Auwyang Hong dapat mendengar segalanya. Ia berpikir. "Dia menyerang, dengan begitu bagian kanannya menjadi tidak terlindung, baiklah aku hajar dirinya, kalau dia sudah mampus, maka berkuranglah bencana untukku di belakang hari, dan kalau nanti terjadi rapat yang kedua di Hoa san, musuhku juga lenyap satu" Begitu berpikir, begitu ia menongkrong, sebelah tangannya diajukan - Ia menyerang dengan Kap Moa Kang, ilmu Kedoknya. Dia berada di barat, dari barat dia menyerang ke timur.

Kwee Ceng sementara itu tidak berdiam saja. Ia memasang matanya ke segala penjuru, terutama terhadap See Tok. Seperti juga si Bisa dari Barat, ia biasa dengan tempat gelap. Ketika ia melihat sepak terjang Auwyang Hong. Bokongan itu berbahaya untuk Pek Thong. Tidak ayal lagi, dengan jurus "Hang Liong yu hui", ia menyerang ke arah manusia licik itu.

Di pihak orang yang dikejar-kejar Pek Thong itu, dia pun tidak berpeluk tangan, ketika dia mendapat tahu datangnya serangan, dia memasang kuda-kuda, terus kedua tangannya dipakai menyambut sambil menolak pergi batu besar itu. Karena ini dengan berbareng empat orang sama-sama mengeluarkan tenaganya.

Dengan suara nyaring, batu besar jatuh ke ¬tengah ruangan. Di situ ada sebuah meja, maka ringsaklah meja itu, suaranya berisik menulikan telinga.

Mendengar itu, Kwee Ceng girang, dia tertawa. sebenarnya dia tertawa nyaring sekali tetapi suaranya lenyap di antara seruan riuh pasukan tentara yang mendekat, yang sudah mulai memasuki dusun. Sekarang Kwee Ceng dapat mendengar lebih nyata. Itulah dua buah pasukan yang lagi bertempur.

Rupanya tadi orang main kejar-kejaran. Itu pula pasukan Khoresmia, yang kalah perang, yang kabur sambil dikejar tentara Mongolia. Mungkin tentara shah Muhammad hendak mempertahankan diri di dusun ini tepapi mereka tersusul. Demikian, suara anak panah pun terdengar swang-swing tak hentinya, disusul sama bentrokan pelbagai senjata lainnya.

Mendadak Pek Thong melihat orang menerobos masuk. Ia menyambar, mencekuk orang itu, terus melemparkannya keluar. Habis itu ia mengangkat batu, dipakai mengganjal lagi pintu itu, yang ia telah lantas menutup rapat kembali.

Sampai waktu itu Auwyang Hong, yang gagal dengan bokongannya karena dirintangi Kwee Ceng, mengasih dengar suaranya. Rupanya menyangka ia telah terpergoki. Ia tanya:

"LooBean Tong, tahukah kau aku siapa?"

Pek Thong tidak segera mengenali suara orang, sebaliknya, dengan sebelah tangan menjaga diri, tangan lain menyerang ke arah darimana suara datang. ia lantas mendapat perlawanan. Mulanya tangannya ditangkis untuk ditangkap. terus ia diserang. Ia kaget sekali ketika menangkis.

"Ha, bisa bangkotan, kau di sini?" tanyanya heran.

Untuk memperbaiki diri, ia menggeser tubuh ke kiri. Justru itu, orang yang bersembunyi di utara mendadak menghajar ke punggungnya. Ia lihay, sambil tangan kanannya menyerang See Tok, tangan kirinya menangkis ke belakang. Ia menganggap inilah kesempatan yang baik mencoba ilmu silat yang ia ciptakan di Tho Hoa To, ialah ilmu kedua tangannya berkelahi masing-masing, yang tadinya ia belum peroleh kesempatan mengujinya. Akan tetapi tangkisannya ke belakang telah ditalangi Kwee Ceng. si anak muda berlompat maju, tangan kanannya menangkis tangan kakak angkat itu, tangan kirinya menangkis serangan si lawan yang belum dikenal.

Berbareng sama bentrokan tangan ketiga orang itu, dua seruan terdengar berbareng. "saudara Kwee" demikian LooBoan Tong, si tua tukang berguyon

"Kiu Cian jin" berteriak Kwee Ceng.

Sudah tentu suara itu membuat Auwyang Hong heran, karena di sini ia dapat bertemu sama LaoBoan Tong serta ketua Tiat Ciang Pang.




Ketika terjadi pertandingan di Yan ie Lauw itu, lantaran takut ular berbisa, Pek Thong telah menyembunyikan dirinya di wuwungan lauteng, dengan begitu, ia bebas dari panah tentara negeri dan selamat juga dari pagutan ular. Ia berdiam terus di situ sampai kabut buyar dan orang semua bubaran- Habis itu, ia berkeliaran saja. Lewat beberapa bulan, ia bertemu dengan seorang anggota Kay Pang, yang memberikan sepucuk surat kepadanya. Itulah suratnya oey Yong, yang menagih janji padanya.

Ia pernah menjanjikan si nona, apa saja yang dia minta, ia tidak bakal tolak. Sekarang Oey Yong minta ia pergi membinasakan Kiu Cian Jin. Si nona menulis juga, kalau "tugas" ini rampung, maka Lauw Kui-hui atau Eng Kouw, tidak bakal mencari lagi dirinya. Ia menerima baik permintaan si nona. Ia pikir, Kiu Cian Jin toh jahat sudah bersekongkol sama bangsa Kim, sebagai pengkhianat, pantas dia dibinasakan - Maka seorang diri ia pergi ke Tiat Ciang Hong. Mulanya, mereka berimbang, sesudah Pek Thong menggunakan kedua tangannya menuruti caranya masing-masing, Kiu Cian Jin keteter, dia kabur, lantas dikejar - Sebetulnya Cian Jin heran kenapa Pek Thong memusuhinya, pernah ia minta keterangan, tapi Pek Thong tidak dapat memberikannya.

Begitu mereka berkejar-kejaran, sebentar kecandak dan bertempur, sebentar Cian Jin lari pula. Sampai akhirnya tibalah mereka di rumah batu di mana justru berada Auwyang Hong dan Kwee Ceng. Kiu Cian Jin lari ke Barat ini dengan pengharapan LooBoan Tong tidak kuat menahan hawa dingin, sedang Pek Thong tidak perduli, ia cuma tahu mengejar terus.

Sampai di situ, Kwee Ceng dan Ciu Pek Thong mengetahui baik, siapa dua orang yang berada bersama mereka di dalam rumah batu itu. Auwyang Hong juga mengetahui mereka bertiga dan bahwa Kiu Cian Jin musuhnya Pek Thong. Sebaliknya Kiu Cian Jin cuma mengenali Pek Thong dan Auwyang Hong, ia masih ragu-ragu untuk Kwee ceng.

Kiu Cian Jin, ciu Pek Thong dan Auwyang Hong adalah orang-orang lihay yang sebanding kepandaiannya, tetapi Kwee Ceng setelah melayani see Tok sekian lama, pesat kemajuannya, hingga ia jadi berimbang sama mereka. Hanya sekarang mereka merasakan rintangan dari ruang yang gelap dan suara sangat berisik di luar.

Kwee Ceng bebal tetapi sekarang ia dapat berpikiri "Baik aku merintangi See Tok biar Ciu Toako membinasakan Kiu Cian Jin, kemudian berdua mengepung si Bisa dari Barat ini." ia lantas mengambil putusannya.

Ia juga bisa berkelahi dengan dua tangannya seperti Pek Thong, maka sekarang ia menggunakan ilmu silat yang istimewa itu. Dengan tangan kanan ia menyerang ke dada, dengan tangan kiri menyambut satu serangan. Tapi ketika tangannya bentrok. la terkejut. Ia mengenal bentrok sama tangannya Pek Thong, Ia lantas lompat, ingin menarik tangannya toako itu. Mendadak Pek Thong bergerak mendahului, tangan kirinya ditarik kembali tangan kanannya menyerang. Inilah ia tidak sangka, maka tahu-tahu ia terhajar pundaknya. Ia merasa sakit dan kaget sekali.

"Ah, saudara yang baik, kau hendak menguji aku?" kata Pek Thong. "Hati-hatilah" Dan dia menyerang lagi dengan tangan kirinya.

Sekarang ini Kwee Ceng telah bersedia, ia berhasil menangkis. Selagi Pek Thong dan Kwee Ceng bertempur, Auwyang Hong juga bergebrak sama Kiu Cian jin - Cian Jin lantas berpikir: "Kita tidak bermusuh satu sama lain tetapi di Hoa san nanti, kita bakal bentrok, maka kalau sekarang aku dapat menghajar dia, pasti itulah baik," Maka itu ia menyerang dengan hebat. Hanya, baru beberapa jurus, ia dan seeTok mendapat pikiran yang serupa. Itu disebabkan mereka mendapat kenyataan Pek Thong bertempur sama Kwee Ceng. Mereka berpikir. "Pek Thong ini tidak karuan lagaknya, kenapa sekarang aku tidak memberi rasa padanya?" Maka itu, keduanya lantas menanti kesempatan yang baik,

Setelah belasan jurus, Pek Thong mendapat tahu kemajuan Kwee Ceng. Ia girang sekali, ia heran juga. Ia bertanya:

"Eh, saudara yang baik, darimana kau peroleh kepandaianmu?" suara di luar berisik sekali, Kwee Ceng tidak mendengar, ia tidak menjawab. Pek Thong menjadi gusar. Ia tidak ingat suara berisik itu.

"Baik" katanya. "Kau tidak mau memberitahu aku. Kau main gila, ya"

Justru itu datang serangan berbareng dari Kiu Cian Jin dan Auwyang Hong, ia lantas lompat berkelit, terus berkata kepada si anak muda.

"Baiklah, aku membiarkan kau sendiri melawan mereka"

Benar-¬benar, ia tidak melawan kedua penyerangnya. Ia digantikan Kwee Ceng, yang hendak membelai padanya. Auwyang Hong dan Kiu Cian Jin, yang mendapat tahu Ciu Pek Thong mundur, lantas menyerang Kwee Ceng.

Anak muda ini menjadi bingung. Tadi ia heran atas serangan Pek Thong. Sekarang menghadapi dua musuh tangguh. Satu Auwyang Hong saja sudah hebat. Tapi ia terpaksa harus berkelahi. Maka ia berkelahi dengan sungguh-sungguh.

Sesudah bertempur sekian lama, Auwyang Hong dan Kiu Cian Jin menjadi heran. Menurut mereka, siapa saja di antara mereka berdua, pasti akan dapat mengalahkan Kwee Ceng, siapa tahu sekarang mereka kesulitan. Ke mana mereka menyerang, si anak muda selalu dapat melayani. Akhirnya, mereka menjadi kewalahan.

Ciu Pek Thong beristirahat di atas penglari. Ia tahu berapa lama Kwee Ceng telah menempur dua musuh yang tangguh itu. Ia pikir, ia perlu lekas turun, untuk membantu, kalau tidak adik angkatnya itu bisa susah. Lantas ia turun dengan diam-diam, bertindak berindap-indap ke belakang Auwyang Hong. Di dalam gelap itu, ia sengaja menutup kedua matanya. Hanya tangannya yang diajukan ke depan, guna menjambret. Kebetulan ia melanggar punggung Auwyang Hong, yang lagi nongkrong guna menyerang Kwee Ceng dengan ilmu Kedoknya.

See Tok terkejut, segera menyerang ke belakang. Kwee Ceng mendapatkan tidak ada serangan, ia menendang Kiu Cian Jin, habis itu ia berlompat mundur ke pojok. Kebetulan untuknya, Pek Thong datang pada waktunya yang tepat, kalau tidak ia bisa celaka di tangan si Bisa dari Barat. Ia sudah bernapas memburu. Tapi ia tidak bisa beristirahat lama, segera harus menghadapi lagi ketua dari Tiat Ciang Pay, sedang ciu Pek Thong menyambut Auwyang Hong. Mereka saling ganti lawan. Yang lucu adalah kalau Pek Thong bertempur pula sama adik angkatnya itu seperti tadi. Di dalam gelap. sukar mereka lekas saling mengenali.

Pek Thong gembira sekali dengan ini pertempuran kacau. satu kali, selagi melayani Kwee Ceng, ia berkata kepada anak muda ini.

"Tangan kita masing-masing seperti melayani dua musuh, sekarang aku hendak mencoba, kau melayani empat tangan - Kau anggap mereka berdua hanya satu orang"

Kwee Ceng tidak mendengar apa yang orang bilang hanya ia lantas merasa seperti dikepung tiga orang. Tentu saja berbahaya. Maka ia lebih sering berkelit.

"Jangan takut, jangan takut," kata Pek Thong, yang ketahui orang lebih banyak menolong diri daripada membalas menyerang. “Jangan takut, kalau ada bahaya, aku yang bantu kau"

LooBoan Tong boleh mengatakan demikian, tetapi mereka berada di tempat gelap dia bisa terlambat, maka itu, Kwee Ceng menjadi letih pula, sedang begitu ia merasakan tangan kedua lawannya semakin berat. Ia telah memikir untuk lompat naik ke penglari, untuk beristirahat siapa tahu Pek Thong mendesak kepadanya. Ia kaget dan mendongkol, akhirnya ia berkata nyaring:

"Ciu Toako, manusia tolol, perlu apa kau mengganggu aku?"

Percuma anak muda ini mengasih dengar suaranya, suara itu tak terdengar Pek Thong. Di luar, suara pertempuran sangat berisik. Ia lantas mundur. Tiba-tiba kakinya terpeleset, hampir roboh. Di saat itu datanglah serangan Kiu Cian Jin - Sambil terhuyung, ia memungut batu yang ia injak itu, ia angkat tinggi kedadanya, guna dipakai melindungi tubuhnya. Maka serangan Cian Jin mengenai batu itu.

Menyusul itu datang serangan Auwyang Hong, yang menuju ke kirinya. Ia menggunakan terus batunya. Kali ini sambil menangkis, ia melemparkan batu keras sekali ke atas. Kesudahannya, membikin wuwungan bolong, hingga di sana nampak sedikit cahaya terang dan bintang-bintang di langit.

Pek Thong gusar melihat cahaya terang itu. Ia membentak "Sekarang segalanya tampak nyata. Mana menggembirakan?"

Kwee Ceng merasa sangat letih. la tidak memperdulikan teguran itu, bahkan ia lompat tinggi sekali, noblos di wuwungan yang bolong. Auwyang Hong berlompat naik, untuk menyusul.

"Jangan pergi Jangan pergi" Pek Thong berseru-¬seru. “Temani aku bermain-main" Dan ia berlompat juga, menyambar kaki see Tok. Auwyang Hong kaget, ia menendang. Kakinya bebas, tetapi karena itu, ia tidak dapat naik terus, ia mesti turun lagi.

Kiu Cian Jin melihat keadaan orang, tanpa menanti si Bisa dari Barat menginjak lantai, dia berlompat menendang ke dada, karena itu Auwyang Hong harus membikin mengkerat dadanya, sambil menolong diri, ia juga menotok ke kaki si penyerang. Karena ini, keduanya jadi bertarung lagi.

Sekarang dengan adanya cahaya terang, orang bertempur dengan satu sama lain bisa saling melihat. Hanya ketika itu, di luar, suara berisik semakin berkurang. Ciu Pek Thong menjadi lenyap kegembiraannya, ia mendongkol, karena uring-uringan, ia menyerang Auwyang Hong dan Kiu Cian Jin, menyerang dengan hebat sekali.

Kwee Ceng dilain pihak lari terus hingga ke luar dusun. Ia menyaksikan sisa kedua pihak tentara yang terluka dan terbinasa, ia pun mendengar rintihan datang dari sana sini. Ia tidak memperdulikan mereka, ia hanya mencari satu tempat sunyi di mana segera merebahkan diri, untuk beristirahat. Ia sangat letih, ia merasakan otot-otot dan buku-buku tulangnya ngilu dan nyeri. Tanpa merasa ia tidur pulas.

Lama anak muda ini tidur, ketika besoknya pagi ia bangun, dengan kaget ia berlompat bangun. Ia merasa mukanya di usap-usap sesuatu. Ketika ia berlompat, berbareng mendengar meringkiknya kuda, betapa girangnya melihat kuda merahnya, yang datang padanya dan menjilati mukanya. Ia menjadi girang sekali ia merangkul leher binatang itu.

Ketika si anak muda dikurung Auwyang Hong, kuda itu diumbar saja, dia dapat hidup sendiri. Waktu terjadi pertempuran tentara Kim dan tentara Mongolia, dia menyingkir jauh, setelah kedua pihak tentara pergi, dia mencari majikannya.

Dengan menuntun kudanya, Kwee Ceng berjalan perlahan-lahan kembali ke dusun. sekarang termelihat tegas sisa pertempuran, mayat serdadu dan bangkai kuda, berserakan di sisi pelbagai senjata. Masih ada serdadu yang terluka, yang merintih. Ia terharu sekali. Terpaksa ia tidak menghiraukan segalanya, ia langsung kembali ke rumah batu. Sebelum masuk memasang kuping dulu, lalu mengintai dari sela-sela pintu, setelah tidak mendengar apa-apa dan tidak melihat sesuatu, perlahan ia menolak daun pintu, untuk bertindak masuk. Tidak ada orang di situ, entah ke mana perginya ciu Pek Thong, Auwyang Hong dan Kiu Cian Jin bertiga. Untuk sejenak. la berdiri menjublak. Kemudian keluar, untuk naik kudanya, berangkat ke arah timur. Ia melarikan binatang tunggangannya itu. Tidak lama ia berhasil menyusul pasukan perang jenghiz Khan¬.

Waktu itu Khoresmia telah terpukul hebat, pelbagai kotanya pecah atau diserbu rusak. Angkatan perangnya hancur luluh, bahkan rajanya, shah Muhammad ed-Din, kabur entah ke mana. Tapi shah itu, atas titahnya Jenghiz Khan, dicari terus oleh subotai dan Jebe, yang menyusul ke arah Barat.

Jenghiz Khan sendiri berangkat pulang dengan membawa kemenangan. subotai berdua telah mengejar sampai di sebelah barat Moskwa, dekat kota Kiev, di tepi sungai Dnieper, di mana mereka telah melabrak beberapa puluh ribu jiwa serdadu Russia dan Kimchak. Dimana pun mereka menghukum hertog dari Kiev serta sebelas pangeran dengan jalan melindas mereka dengan kereta. Ini dia yang dinamakan "Perang Kalka". Demikian padang rumput Russia mengeluh di bawah injakan kaki kuda Mongolia.

Jenghiz Khan masgul dan cemas karena hilangnya Kwee Ceng di samarkand, sekarang ia melihat si anak muda kembali, hatinya girang. Pula tak dapat dikatakan girangnya putri GochinBaki.

Khu Cie Kie tetap turut di dalam angkatan perang yang pulang ke timur, saban-saban ia membujuk pendekar Mongolia untuk mencintai rakyat dan mencoba mengurangi pembunuhan. Jenghiz Khan sangat tidak menyetujui sikap imam ini tetapi karena ia tahu orang berilmu, ia tidak mau terlalu menentang nasihat itu. Dengan begitu, kata-katanya imam dari Coan cin Kauw ini telah menolong banyak sekali jiwa orang. Di dalam kitab Yuan shih - j asanya Khu Cie Kie tercatat jelas.

Untuk pemerintah "dunia", Cie Kie menasihati janganlah orang gemar membunuh. Ditanya tentang cara memerintah, ia menganjurkan menghormati Thian dan mencintai rakyat.

Mengenai pertanyaan ilmu umur panjang, ia menasihati untuk membersihkan hati dan mengurangi segala nafsu keinginan. Karena ini, ia disebut sin-sian atau dewa dan Jenghiz Khan menganjurkan putra-¬putranya mencontoh imam ini. Ketika kemudian Mongolia menyerang negara Kim, kembali Khu Cie Kie berhasil menolong banyak jiwa manusia. Untuk pulang dari Khoresmia ke negerinya Jenghiz Khan memerlukan banyak waktu.

Ketika akhirnya ia tiba di negaranya, ia membuat pesta besar. Terus ia memelihara tentaranya. Lewat lagi beberapa bulan, timbullah keinginan pendekar ini maju pula ke selatan, guna menyerang bangsa Kim. Untuk itu ia segera mengadakan rapat.

Dalam rapat ini, Kwee Ceng menutup mulut. Semenjak pulang, ia senantiasa berduka, sering seorang diri ia pesiar di tanah datar atau dipadang rumput, dengan menunggang kuda merahnya sambil membawa kedua burungnya. Ada kalanya selama bicara, ia berdiam terbengong saja. Semua ini disebabkan ia terlalu keras memikirkan Oey Yong yang lenyap. Putri Gochin membujuknya, ia tidak mengambil perduli, ia seperti tidak mendengar. Orang tahu ia bersusah hati, sampai tidak ada yang menyebut-nyebut urusan jodohnya. Demikian di hari rapat itu, selagi lain orang bicara banyak ia berdiam saja.

Habis rapat, Jenghiz Khan menitahkan semua panglimanya mengundurkan diri. seorang diri ia berdiam di atas bukit, otaknya bekerja. Besoknya pagi ia mengasih titah untuk angkatan perangnya maju ke tiga jurusan, untuk menyerang negeri Kim.

Tatkala itu Juji bersama subotai masih ada di Barat lagi mengurus negara-negara taklukannya, maka sekarang pasukan kesatu dikepalai oleh ogotai, putra nomor tiga pasukan kedua diserahkan di bawah pimpinan Tuli, putra nomor empat. Kwee Ceng dapat tugas pula, untuk memimpin pasukan ketiga.

Jenghiz Khan memanggil berkumpul ketiga kepala perangnya itu, ketika ia mau bicara, ia menitahkan semua pengiringnya mengundurkan diri Lantas ia berkata

"Pasukan perang Kim dipusatkan diTongkwan - Kota itu sukar dipukul pecah karena letaknya di selatan nempel pegunungan dan di utara berbatas dengan sungai besar. pikiran dari pelbagai perwira pun tidak ada yang akur satu sama lain - Kalau kita maju dari depan, gerakan kita tentu bakal meminta waktu yang lama. Maka aku pikir, jalan yang paling sempurna ialah kalau kita bangsa Mongolia berserikat sama kerajaan song. Aku pikir baiklah kita meminjam jalan dari negara song, kita maju dari Tong - ciu dan Teng - ciu untuk menuju langsung ke ibukota Kim, Tay- liang."

Mendengar itu, ogotai, Tuli dan Kwee Ceng berlompat untuk saling rangkul, buat bersama-sama berteriak:

"Bagus"

Jenghiz Khan memandang Kwee Ceng sambil bersenyum. "Kau pandai mengatur tentara, aku senang denganmu," kata pendekar ini. "sekarang aku hendak tanya kau, setelah Tay - liang kena dipukul pecah, bagaimana?"

Kwee Ceng menggeleng kepala. "Tidak menyerang Tay- liang," sahutnya.

Ogotai dan Tuli menjadi heran - Terang barusan ayah mereka menyebut menyerang ibukota Kim. Kenapa sekarang Kwee Ceng bilang demikian? Maka keduanya mengawasi dengan melongo.

Jenghiz Khan sebaliknya tetap bersenyum. "Kalau tidak menyerang Tay - liang, bagaimana?" dia tanya pula.

Kwee Ceng menjawab tenang: "Sudah tidak menyerang, bukan berarti juga tidak menyerang, ¬menyerang tetapi tidak menyerang, tidak menyerang tetapi menyerang"

Kedua pangeran itu menjadi heran bukan main. Jenghiz Khan tertawa, ia berkata pada si anak muda

"Menyerang tetapi tidak menyerang, tidak menyerang tetapi menyerang. Bagus kata-kata itu. Nah, kau menjelaskanlah kepada semua kakakmu."

Kwee Ceng mengangguk. la berkata: "Aku dapat menerka siasat perang dari Khan yang agung. Kita berpura-pura menyerang ibukota Kim, untuk membasmi musuh di kaki tembok kota. Tay-liang ialah kota tempat kediaman raja Kim, tetapi di sana tentaranya tidak banyak. Jikalau kita pergi ke sana, pasti raja Kim bakal segera mengirim pasukan dari Tong - kwan untuk menolong. Tong¬kwan terpisah jauh dari Tay - liang kalau tentara dikirim cepat, tentara akan keburu lelah di tengah jalan, umpama kata tentara itu dapat tiba tepat, mereka tentu tidak kuat berperang, dari itu tentara kita yang besar tinggal melabrak saja. Kita pasti menang. Kalau bala bantuan musuh dapat dipukul hancur, kota Tay-liang bakal jatuh tanpa diserang lagi. Sebaliknya kalau langsung kita menyerang Tay-liang, itu sulit, kita pun bisa digencet musuh dari depan dan belakang."

Jenghiz Khan bertepuk tangan sambil tertawa lebar. "Bagus Bagus" pujinya.

Lantas raja ini mengeluarkan sehelai peta bumi, ia membeber di atas meja. Menampak itu, semua ketiga panglima itu heran bukan main.

Peta itu ialah peta bumi sekitar kota Tay - liang, di situ terlukis garis dua pasukan tentara - pasukan Mongolia dan musuh. Di situ pun tercatat jelas siasat guna menyerang musuh, buat menghajar bala bantuan dari Tong-kwan selagi bala bantuan itu baru tiba dan masih letih. Jadi cocoklah dengan pikiran Kwee Ceng barusan. Kota Tay-liang mau diserang, toh tidak diserang - kota itu tidak diserang, toh bakal dirampas.

Ogotai dan Tuli sating memandang, mereka memandang ayahnya, lalu memandang Kwee Ceng. Pada wajah mereka terlukis nyata keheranan dan kekaguman. Jenghiz Khan berkata pula:

"Dengan penyerangan kita ke selatan kali ini, sudah pasti negara Kim bakal kena dipukul pecah. Di sini ada tiga buah surat tertutup, kamu bawalah seorang satu. Kalau nanti kota Tay - liang sudah dipukul pecah, kamu berkumpul di istana Kim-loan-thian raja Kim, di sana kamu membuka berbareng, lalu kamu bertindak menurut apa yang tertera di situ."

Sembari berkata, khan agung merogoh sakunya mengeluarkan surat tertutup atau kim-long atau " kantong sulam", ia menyerahkannya seorang satu. Kwee Ceng melihat surat itu tertutup dan tersegel, laknya dicap dengan cap khan sendiri

"Sebelum kalian memasuki kota Tay-liang, jangan lancang membuka surat tertutup ini, "Jenghiz Khan memesan. "Maka itu, sebelum kalian membuka, mesti kamu mengasih lihat satu sama lain, untuk diperiksa dulu ada atau tidak tanda rusaknya."

Ketiga panglima itu menjura seraya berjanji akan mentaati pesan itu

"Kau biasanya lambat, kenapa sekarang kau cerdas dan sebat?" kemudian khan menanya Kwee ceng.

Pemuda ini tidak mau berdusta, ia mengaku telah membaca kitab Gak Hui. Jenghiz Khan lantas menanyakan hal ikhwal Gak Hui dan sianak muda menuturkan Gak Hui telah melabrak bangsa Kim di Cu-sian-tin, hingga Gak Hui dipangil "Gak Yaya" alias "Kakek Gak", sampai timbul sebutan, "Menggoncang gunung gampang, menggoncang tentara Gak Hui sukar."

Mendengar itu, khan membungkam, ia jalan mondar-mandir di kemahnya sambil menggendong tangan, kemudian ia menghela napas dan mengatakannya:

"Menyesal aku tidak terlahir seratus tahun lalu supaya aku bisa bersahabat sama pendekar itu. Sekarang ini di dunia siapakah dapat menjadi tandinganku?"







OBJEK WISATA MANCA NEGARA


Teluk Wilhelmina Antartika

Kota Tua Samarkand, Uzbekistan
Pulau Falkland Antartika Inggris
Pulau Falkland Antartika Inggris
Air Terjun Victoria Afrika
Air Terjun Victoria Afrika
Panci Makgadikgadi Botswana, Afrika
Panci Makgadikgadi Botswana, Afrika
Pulau Falkland Antartika Inggris
Pulau Falkland Antartika Inggris
Panorama Alam Georgia
Panorama Alam Georgia
Kebun Raya Singapura
Kebun Raya Singapura
Pagoda Shwedagon Yangon, Myanmar
Pagoda Shwedagon Yangon, Myanmar
Dataran Guci Xiangkhouang, Laos
Dataran Guci Xiangkhoung, Laos
Danau Iskanderkul Tajikistan
Danau Iskanderkul Tajikistan
Piramida Giza Mesir
Piramida Giza Mesir
Ngarai Sungai Ikan Namibia, Afrika
Ngarai Sungai Ikan Namibia, Afrika
Taman Nasional Ala Archa Kirgistan
Taman Nasional Ala Archa Kirgistan
Selat Drake Antartika Amerika
Selat Drake Antartika Amerika
Istana Kekaisaran Tokyo
Istana Kekaisaran Tokyo
Jembatan Gerbang Emas
Jembatan Gerbang Emas - Amerika
Air Terjun Niagara
Air Terjun Niagara Prancis
Grand Canyon
Grand Canyon Amerika
Pasar Terbesar di Bangkok
Pasar Terbesar di Bangkok
Taman Nasional Yellowstone
Taman Nasional Yellowstone - Amerika
Burj Khalifa - Dubai
Budj Khalifa Dubai
Taj Mahal
Taj Mahal India
Musium Amir Temur Uzbekistan
Musium Amir Temur Uzbekista
Blackpool - Amerika
Blackpool Irlandia
Taman Nasional Blue Mountain - Sydney
Taman Nasional Blue Mountain Sydney
Jembatan Baja Terbesar di Australia
Jembatan Baja Terbesar di Australia
Taman Nasional Kakadu Australia
Taman Nasional Kakadu Australia
Danau Baikal Rusia
Danau Baikal Rusia
Biara Meteora Yunani
Biara Meteora Yunani
Pantai Bondi Australia
Pantai Bondi Australia
Menara Eiffel Prancis
Menara Eiffel Prancis
Musium Van Gogh Belanda
Musium Van Gogh Belanda
Gedung Opera Sydney
Gedung Opera Sydney
Gunung Meja Afrika
Gunung Meja Afrika
Menara Kembar Petronas Malaysia
Menara Kembar Petronas Malaysia

===============================




Air Terjun Victoria Afrika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar