Senin, 12 April 2021

Pendekar Pemanah Rajawali Jilid 151

Kwee Ceng menurut, lantas mengajak imam itu mengundurkan diri. Di luar istana ia segera disambut Oey Yong serta ketiga tianglo bersama semua anggota Kay Pang. Mereka datang dengan menunggang kuda. Si nona lantas mengajukan kudanya sambil menanya dengan tertawa:

"Tidak apa-apakah?"

Kwee Ceng menyahut sambil tertawa juga: "Untung totiang datang"

Oey Yong memberi hormat kepada Tiang Cun cu, lalu kepada Kwee Ceng ia menambahkan:

"Aku khawatir khan yang agung gusar dan nanti membunuh kau, maka kami datang ke mari untuk menolong. Apakah kata jenghiz Khan? Apakah dia menerima baik penampikan jodohmu itu?"

Ditanya begitu, Kwee Ceng berdiam. Ia ragu-ragu. "Aku tidak melakukan penolakan," katanya akhirnya. Tidak bisa ia berdiam terus.

Oey Yong tercengang. "Kenapa?" tanyanya selang sejenak.

"Jangan gusar, Yong-jie. Sebabnya….."

Baru pemuda ini mengatakan demikian, sana terlihat putri Gochin lari keluar dari istana, dia memanggil-manggil keras:

"Engko Ceng Engko Ceng"

Melihat putri itu, Oey Yong terkejut. Lantas ia melompat turun dari kudanya, untuk menyingkir ke samping. Kwee Ceng hendak memberi penjelasan kepada kekasihnya tapi Gochin Baki sudah menarik tangannya sambil berkata dengan bernafsu:

"Kau tentu tidak menyangka aku bakal datang ke mari, bukan? Kau telah melihat aku, kau girang atau tidak?"

Si anak muda mengangguk. terus ia menoleh ke samping, tetapi ia tidak melihat Oey Yong

Putri Gochin, yang hanya memikirkan Kwee Ceng, juga tidak melihat nona Oey. Ia tetap memegang tangan si anak muda, ia tanya ini dan itu, tidak perduli di situ ada banyak orang.

Kwee Ceng mengeluh dalam hati. Ia berpikir: "Tentu Yong-jie menganggap karena aku bertemu adik Gochin, aku menjadi tidak sudi menampik perjodohanku dengannya" Karena ini, apa yang si putri bilang, ia hampir tidak mendengarnya. Akhirnya Gochin melihat orang melengak saja, ia heran, ia tidak puas.

"Eh, kau kenapakah?" tanyanya. "Dari jauh-jauh aku datang menjenguk kau, kau tidak memperdulikan orang"

"Adikku, aku mengingat satu hal," berkata si anak muda. " Hendak aku melihat dulu itu, sebentar aku kembali untuk bicara denganmu"

Pemuda ini memesan serdadu pengiringnya, untuk melayani Khu Cie Kie, lantas ia lari ke kemahnya. Begitu tiba, serdadu pengiringnya memberi laporan

"Nona Oey baru saja pulang, dia mengambil gambar, terus pergi dari pintu kota timur."

Kaget pemuda itu. "Gambar apakah?" ia tanya.

"Gambar yang Huma sering pandang."

Kembali Kwee ceng kaget. Lantas ia mendapat pikiran: "Dia membawa pergi gambar itu, terang dia telah memutuskan segalanya denganku Tidak bisa lain, aku mesti menyusul dia ke Selatan"

Dengan cepat pemuda ini menulis surat untuk Khu cie Kie, lalu ia kabur dengan kuda merahnya keluar dari kota.

Kuda itu kuat dan cepat larinya, tetapi Kwee ceng masih tidak puas, ia mencambuki, maka sebentar saja ia telah melalui beberapa puluh lie. Di sini pun ia menyaksikan mayat orang dan bangkai kuda masih berserakan- Di tempat luas beberapa puluh lie, salju melulu yang nampak. Ia memperhatikan tapak kaki kuda, ia kabur ke timur. Lega sedikit hatinya. Ia berpikir "Kudaku kuat lari tanpa tandingan, sebentar lagi aku tentu dapat menyusul Yong-jie. Aku akan mengajak dia menyambut ibuku, untuk bersama-sama pulang ke Selatan - Adik Gochin boleh sesalkan aku tetapi apa boleh buat"

Belasan lie lagi, Kwee ceng melihat arah tapak kaki kuda menjurus ke utara, hanya di samping itu ada tapak kaki orang. Ia menjadi heran. Tapak kaki itu juga luar biasa, jarak di antara kaki kiri dengan kaki kanan kira-kira lima kaki. Tindakan demikian lebar, tetapi tapaknya, bekas injakannya, enteng sekali melesaknya salju hanya beberapa dim. Teranglah sudah, sebelum melesak ke dalam salju, kaki itu sudah lantas diangkat pula.

Kapan pemuda ini ingat kepada kepandaian enteng tubuh, ia terkejut. Ia tahu, untuk di tempat ini, kecuali Auwyang Hong, tidak ada orang lain yang mempunyai kepandaian demikian lihay. Maka itu, mungkinkah See Tok telah mengejar oey Yong?

Mengingat itu, meskipun diwaktu salju dingin begitu, tubuh si anak muda mengeluarkan peluh. Ia kaget dan berkhawatir bukan main- Itu artinya oey Yong terancam bahaya. Si kuda merah seperti mengerti kekhawatiran majikannya, tanpa dikeprak lagi, ia lari mengikuti tapak kuda dan tapak orang itu, yang terus berdampingan.

Lewat pula beberapa lie, kembali terjadi keanehan pada tapak kaki manusia itu. tujuannya telah berubah-¬ubah. sebentar tapak itu belok ke barat, sebentar mengkol ke selatan. Terputar-putar. Tidak ada yang tujuannya lempang. Tapi Kwee Ceng berpikir "Pastilah Yong-jie mengetahui Auwyang Hong mengejar, dia sengaja berjalan berputaran begini rupa. Di salju ini, tapak kaki terlihat tegas, tentulah Auwyang Hong melihatnya dan dapat mengejar terus."




Lagi-lagi belasan lie lewat. Di sini kedapatan banyak tapak kaki manusia, yang arahnya bertentangan. Melihat itu, terpaksa Kwee Ceng lompat turun dari kudanya, guna meneliti. Ia mendapat tahu, yang mana tapak lebih dulu, yang mana yang belakangan, atau yang mana yang di depan, yang mana yang di belakang. Ia pun mengawasi itu dari jauh. Tiba-tiba ia ingat, "Yong-jie bertindak menuruti ajaran kitab Gak Buk Bok. Ia mengguna i Pat Tin Touw, barisan rahasianya Cukat Liang, untuk mengacaukan arahnya Auwyang Hong, supaya See Tok jalan terputar-putar hingga dia tidal dapat keluar dari kurungan tin ini, supaya dia pergi serintasan lantas dia berjalan kembali"

Kwee Ceng lompat naik ke atas kudanya. sekarang ia girang berbareng masgul. Girang sebab ia percaya Auwyang Hong tidak bakal dapat mengejar si nona. Dan berduka, sebab kacaunya tindakan kaki, dia juga tidak dapat mengikuti jejak nona itu. Karena ini ia maju lebih jauh dengan tidak mengikuti jejak kaki hanya garis dari barisan rahasia Pat Tin Touw itu. Lebih dulu ia menuju ke timur selatan, lalu ke timur langsung. Tidak lama, ia melihat pula tapak kaki. lalu ia pun melihat di kejauhan, di antara salju dan langit, yang seperti menempel, ada petaan seperti bayangan manusia. Ia lantas mengaburkan kudanya, guna menyusul orang itu.

Lantas Kwee Ceng mengenal Auwyang Hong, siapa pun telah melihat kepadanya, bahkan dia segera memanggil-manggil:

"Lekas, lekas Nona Oey terjeblos ke dalam embal"

la kaget sekali, ia kaburkan kudanya. Ketika beberapa puluh tombak lagi mendekati See Tok, ia merasakan kaki kudanya menginjak bukan tanah keras hanya embal yang ketutupan salju. Kuda merah juga merasakan menginjak sesuatu yang empuk. dia mempercepat tindakannya.

Sekarang, setelah datang lebih dekat pada Auwyang Hong, Kwee Ceng melihat kelakuan orang yang luar biasa. See Tok lagi jalan mengitari sebuah pohon kecil, cepat tindakannya, dia tidak mau berhenti sejenakpun.

"Apa yang dia perbuat?" tanya si anak muda kepada dirinya sendiri Ia menahan kudanya, niatnya hendak menanya siBisa dari Barat itu, mendadak kudanya lari terus, lalu kembali. Sekarang ia baru mengerti. Kudanya berada di embal, kalau dia berdiam, dapat terpendam, Kakinya bakal melesak masuk ke dalam lumpur. Ia pun menjadi kaget. Sekelebatan otaknya berpikiri "Apakah Yong-jie kejeblos ke dalam embal ini?" Lantas dia menanya:

"Mana nona oey?"

Auwyang Hong berlari-lari terus, tapi ia menyahut: "Aku mengikuti tapak kudanya dan tapak kakinya sendiri, sampai di sini, dia lenyap Kau lihat" Ia menunjuk ke arah pohon

Kwee Ceng melarikan kudanya lewat, ia memandang ke atas pohon yang ditunjuk. Ia melihat tergantungnya gelang rambut dari emas. Tepat selagi lewat di bawahan pohon, ia menyambar itu. Ia mengenal baik gelang rambutnya oey Yong. Karena ini, ia memutar kudanya, untuk menuju ke timur. Baru lari sekitar satu lie, ia melihat benda berkilau di atas salju. Tanpa turun dari kudanya, sambil membungkuk dalam, ia menjumput itu selagi kudanya lewat. Sekarang ia mengenal bunga mutiara yang si nona biasa pakai. Hatinya menjadi tidak karuan rasa, Saking bingungnya.

"Yong-jie, Yong-jie" ia memanggil-¬manggil. "Yong-jie, kau di mana?" Tidak ada jawaban sama sekali.

Memandang jauh ke depan, Kwee Ceng melihat segalanya putih, tidak ada setitikpun yang hitam yang bergerak-gerak. Ia berkhawatir, ia penasaran. Ia lari terus lagi beberapa lie. Kali ini di sebelah kirinya, melihat sepotong baju bulu - baju bulu si nona. Kembali ia kaget. Baju itu dipandang sangat berharga oleh oey Yong dan biasanya tak pernah terpisah darinya, Sekarang baju itu berada di tengah jalan, bukankah itu alamat dari bencana? Kwee Ceng menyuruh kudanya lari mengitari baju itu, ia berseru

"Yong-jie."

Di situ tidak ada gunung atau lembah, suara keras itu tidak mendatangkan kumandang. Hampir anak muda itu menangis. selagi ia tidak berdaya, Auwyang Hong datang menyusul.

"Mari kasih aku mengasoh di atas kuda," berkata see Tok. "Mari kita sama-sama mencari nona oey"

Tapi Kwee Ceng gusar, ia membentak: "Kalau bukan kau yang mengejar-ngejar, mana bisa dia lari ke daerah embal ini?" Ia menjepit perut kudanya, hingga kuda merah itu berlompat.

Auwyang Hong menjadi gusar sekali, dia berlompat, baru tiga kali, dia sudah datang dekat, tangannya menyambar ekor kuda. Kwee Ceng kaget. Ia tidak menduga orang demikian gesit. segera ia menyabet ke belakang dengan jurusnya "sin liong pa bwee", atau "Naga sakti menggoyang ekor".

Kedua tangan beradu dengan keras. Kebetulan mereka sama-sama menggunakan tenaga penuh. Tubuh Kwee Ceng terpental, hingga ia mencelat dari atas kudanya. Syukur kudanya maju terus. Dengan tangan kiri, ia menjambret pelana kuda, ia menarik. maka sedetik kemudian, ia sudah bercokol lagi di punggung kuda.

Auwyang Hong sebaliknya mundur dua tindak. karena tolakan Kwee Ceng keras dan dia mesti memasang kuda-kuda, untuk mempertahankan diri, Kakinya melesak di embal. Kaki kirinya masuk ke lumpur sebatas dengkul, dia kaget tidak terkira. Dia tahu betul, asal menggunakan tenaga, dia bakal melesak semakin dalam, Kaki kanannya akan melesak juga. Karena ini dengan cepat dia merebahkan tubuhnya, kaki kanannya menendang ke udara. Berbareng dengan itu, dia mengangkat kaki kirinya, untuk dipakai menendang. Maka dengan lumpur bercipratan, kaki kirinya bebas dari dalam lumpur. setelah itu dia berlompat bangun.

"Yong-jie Yong-jie."

Ia mendengar Kwee Ceng memanggil-manggil pula. Lantas dia melihat pemuda itu, bersama kudanya, sudah meninggalkan pergi lebih dari satu lie jauhnya. Dia menduga orang sudah keluar dari daerah embal melihat larinya kuda yang mantap sekali. Dia mendongkol dan menyesal. Terpaksa dia lari mengikuti jejak kuda merah itu.Tetapi betapa kagetnya, dia merasakan kakinya menginjak dasar yang semakin lunak.

Rupanya dia bukan mendekati tepian hanya berada semakin tengah di embal itu. Dalam khawatir dan menyesalnya, dia jadi membenci si anak muda, yang berulang kali membuatnya malu, apalagi belakang ini, dia mesti bertelanjang dengan ditonton puluhan ribu serdadu. Lantas, dengan ilmunya enteng tubuh yang paling mahir, dia berlari mengejar anak muda itu.

Kwee Ceng tengah melarikan kudanya tatkala ia menoleh ke belakang. Tahu-tahu Auwyang Hong sudah berada dekat beberapa tombak. Ia lantas mengeprak kudanya, hingga kuda itu terkejut dan berlompat lari. Hingga kuda dan orang, menjadi berkejar-kejaran

"Yong-jie" si anak muda terus memanggil-manggil. Sementara itu, belasan lie telah dilalui.

Kwee Ceng bergelisah ketika melihat cuaca mulai gelap. Di waktu hari terang, Oey Yong susah dicari, apalagi setelah datang sang malam. syukur untuknya, kudanya lihay sekali, mendapat tahu dia menginjak salju yang longgar dia lari semakin keras, mirip terbang.

Auwyang Hong mengejar terus tetapi dia ketinggalan semakin jauh. Dia menjadi letih, larinya kendor. Tapi juga si kuda merah cape, keringatnya membasahi seluruh tubuhnya, bulunya menjadi mengkilap dan cahaya merahnya bertambah marong, nampak tegas di antara warna putih dari salju di sekitarnya, mirip dengan sekuntum bunga cherri.

Akhirnya ketika langit telah menjadi gelap. kuda merah pun sudah keluar dari daerah embal yang luas itu. Auwyang Hong ketinggalan jauh entah di mana. Hanya, meski ia bebas dari see Tok. Kwee Ceng tidak bebas dari kekhawatiran atas nasib Oey Yong. Di mana adanya si nona? Dia kependamkah di embal? Kalau benar, mana ada pertolongan lagi?

Anak muda ini mencoba menguasai dirinya. Ia turun dari kuda, untuk beristirahat, guna menentramkan hati, agar ia bisa menggunakan pikirannya. Ia mengusap-¬usap punggung kuda, katanya

"Kudaku yang baik, hari ini kau jangan takut sengsara, sebentar kau maju sekali lagi, ya"

Tidak lama ia beristirahat, melompat lagi ke punggung kudanya. Tali les ditarik membikin kuda itu berbalik ke embal, mencari Oey Yong di daerah lumpur. Kuda itu agaknya jerih, setelah dipaksa, baru dia lari. Keras larinya.

Sekonyong-konyong Kwee Ceng mendengar jeritan Auwyang Hong

"Tolong Tolong" See Tok menjerit berulang-ulang.

Dia ternyata terbelesak di dalam embal, sampai sebatas dada, kedua tangannya diangkat tinggi ke atas, digerak-gerakkan seperti lagi menjambret sesuatu. Kalau tubuhnya masuk terus ke dalam lumpur, sampai di mulutnya, melewati hidung, maka habislah dia

Kwee Ceng hampir lompat turun dari kudanya menyaksikan bahaya yang mengancam See Tok. Ia membayangkan, jangan-jangan Oey Yong pun bernasib serupa.

"Tolong" Auwyang Hong berteriak pula. "Lekas"

"Kau telah membunuh guruku Kau pun mencelakai nona oey" Kwee Ceng seraya menggertak gigi. "Kau ingin aku menolong mu? Jangan harap"

"Ingatlah janji kita" kata Auwyang Hong. "Tiga kali kau mesti memberi ampun padaku Dan ini yang ketiga kalinya. Apakah kau tidak mau memegang kepercayaanmu?"

Kwee Ceng mengucurkan air mata. "Nona Oey sudah tidak ada di dunia, apakah gunanya perjanjian kita?" katanya berduka.

Auwyang Hong menjadi sangat mendongkol, ia mencaci kalang kabutan. Kwee Ceng tidak memperdulikan, ia larikan kudanya. Baru belasan tombak. mendadak mendengar jeritan yang menyayat hati, lantas hatinya menjadi lemah. Ia menghela napas. Terpaksa ia memutar balik kudanya. Ia melihat See Tok sudah melesak sebatas leher.

"Suka aku menolong kau," katanya pada jago dari See Hek itu "Hanya kudaku ini, kalau kita menaikinya berdua, muatannya menjadi berat, aku khawatir dia pun akan kebelesak di embal"

"Kau gunakan tambang untuk menarik aku," Auwyang Hong mengasih pikiran.

Kwee Ceng tidak membekal tambang tetapi ia mengingat baju panjangnya, maka ia meloloskan itu, dengan memegang keras satu ujungnya, ia melemparkan itu.

Auwyang Hong menjambret dengan tangannya. Begitu dia dapat memegang, kuda merah dikasih lari keras, maka dia lantas kena tercabut dari dalam embal, terus dia diseret lari kuda itu ke arah timur. Belum lama, tibalah dia di tempat yang selamat.

Kwee Ceng mau mencari oey Yong, pikirannya selalu berada pada si nona, dari itu ia kabur terus bersama kudanya, hingga See Tok juga turut terbawa-bawa. Maka, dia memasang diri terlentang, dia membiarkan tubuhnya di bawa kabur di atas salju itu. Ketika ini dipakai dia untuk meluruskan jalan napasnya. selama apa yang terjadi itu, sang waktu lewat dengan cepat.

Kwee Ceng telah melintasi wilayah embal. Ia mendapatkan lagi tapak kuda dan tapak orang. Itu tempat darimana oey Yong datang, hanya sekarang, si nona tetap tidak ada. Ia lompat turun dari kudanya, ia bengong mengawasi tapak kaki itu

Dalam keadaan berduka dan berkhawatir itu, Kwee Ceng lupa kepada musuhnya. ia berdiri diam dengan tangan kiri memegangi les dan tangan kanan mencekal baju bulu Oey Yong. Setelah mengawasi tapak kaki, terus ia memandang jauh ke depan. ia baru terkejut ketika merasa benturan perlahan pada pundaknya. Hendak ia memutar tubuh, tahu-tahu tangan Auwyang Hong telah mengancam intay¬hiat, jalan darah di punggungnya, hingga ia tidak berdaya lagi. Inilah cara ketika ia pun mencekuk si bisa bangkotan ketika dia baru keluar dari liang perangkap. Auwyang Hong mengasih dengar tertawanya yang dingin¬

"Jikalau kau hendak membunuh aku, bunuhlah" kata si anak muda, yang hatinya sudah tawar. "Kita memang tidak membuat perjanjian aku menghendaki diberi ampun olehmu"

See Tok melengak. Dia memang berniat menyiksa pemuda ini, untuk menghina padanya, habis itu dia hendak mengambil jiwa orang. Di luar dugaan, si pemuda justru meminta kematiannya. "Si tolol ini sangat mencintai budak celaka itu, kalau aku binasakan dia maka tercapailah cita-citanya mencari kematian," ia berpikir. "Karena budak celaka itu sudah mampus, tentang artinya kitab Kiu Im Cin¬keng sekarang aku bergantung hanya kepada dia ini"

Karena ini, ia lantas mengangkat tubuh si anak muda, dibawa naik ke atas kuda, lalu kuda itu ia kasih lari ke selatan di mana ada sebuah lembah.

Selagi melewati sebuah kampung, Auwyang Hong masuk ke situ. Ia berniat singgah. Di situ berserakan banyak mayat. Hawa udara sangat dingin tidak membikin mayat-mayat itu rusak. bahkan segalanya tidak berubah, maka semua mayat terlihat tegas seperti waktu baru matinya - dipandang menggiriskan, sebab tubuhnya tidak sempurna lagi. Mereka semua korban kekejaman tentara Mongolia.

Beberapa kali Auwyang Hong memanggil, ia tidak mendengar penyahutan dari orang kampung, yang ada hanya suara beberapa puluh ekor kerbau dan kambing yang saling sahutan. Mengetahui ada binatang itu, ia senang juga. Kwee Ceng dibawa ke dalam rumah batu. Ia berkata:

"Kau sekarang tertawan olehku. tidak ada niatku membunuh kau, umpama kata kau dapat melawan aku, kau merdeka untuk pergi."

Kemudian ia menangkap seekor kambing, untuk disembelih dan dijadikan penangsal perutnya yang kosong. Kwee Ceng mendelu melihat sikap orang yang sangat bangga akan dirinya sendiri itu. see Tok sangat puas dengan kemenangannya itu. Dari mendelu, ia menjadi gusar sekali. Kemudian Auwyang Hong melemparkan sepotong paha kambing.

"Kau dahar biar kenyang, sebelum kita bertempur," katanya mengejek.

"Kalau kau mau bertempur, marilah" Kwee Ceng menjawab gusar. "Buat apa menanti sampai gegares kenyang" ia lantas berlompat maju dan menyerang

See Tok menekuk kedua kakinya, untuk menongkrong, dari mulutnya keluar dua kali suara kerak-kerok. Ia telah lantas menggunakan ilmu silat Kedoknya, membalas menyerang. Maka itu, di situ mereka lantas bertarung.

Setelah bertempur lebih dari seratus jurus, Kwee Ceng terdesak. Ia masih kalah dalam hal tenaga dalam. Begitu ia dirangsak satu tindak dan kemcungannya ditinju. Ia kaget dan tidak berdaya, maka ia menanti kebinasaan. Auwyang Hong tidak meneruskan hajarannya, dia hanya tertawa.

"Hari ini sampai di sini saja" dia berkata, "Pergi kau melatih ilmu silatmu dari kitab Kiu Im Cin-keng, besok aku akan melayani lagi padamu"

"Pui" menghina si anak muda, yang lantas pergi duduk di bangku. ia menjumput paha kambing, untuk dimakan. sembari makan, ia berpikiri "Dia hendak mempelajari ilmu silat dari kitab, kalau aku berlatih, dia akan menonton. Tidak, aku tidak boleh kena diakali Ah, ya, tadi serangannya ke kempunganku itu, bagaimana harus aku menangkis atau mengelakkannya? "

Ia lantas berpikir. Ia ingat, belum pernah ia mempelajari sesuatu jurus yang dapat memecahkan serangan lawan. Ada juga di dalam kitab, bagian "Hui Sie Keng", ialah ilmu "Kapas Terbang". Ilmu itu, kalau dapat diyakinkan, akan membikin tenaga di kempungan bisa menghindarkan serangan¬

"Biar aku mempelajari dalam hati, dia hendak menelan juga tidak mampu," pikirnya pula. Maka lekas-lekas ia menghabisi daging kambingnya, terus ia duduk bersila, belajar sambil bersemedhi.

Dengan begitu ia bisa memusatkan pikirannya. Menghapal kitab. Setelah mengerti "It kin toan kut pian", ia sudah mendapati inti ilmu silat, dan sesudah mendapatkan pengajaran dari It Teng Taysu, ia telah memperoleh kemajuan terlebih jauh, maka itu, tidaklah sukar meyakinkan "Hui Sie Keng". Belum dua jam, ia sudah berhasil. Ia lantas melirik kepada Auwyang Hong, yang lagi bersemedhi.

"Awas" ia berseru. Ia bangun, lantas ia lompat menerjang, sebelah tangannya melayang.

Auwyang Hong telah siap sedia. Ia menangkis. Tadi ia berhasil dengan tinjunya ke kempungan, maka selang tidak lama, setelah melihat lowongan, ia mengulangi serangannya itu. Hanya sekarang ia menjadi heran - Tinjunya melejit lewat, seperti mengenai sesuatu yang licin, tubuhnya sendiri sedikit terjerunuk ke depan-Justru itu, tangan kiri Kwee Ceng terbang ke lehernya.

"Bagus" pikirnya. Ia kaget dan girang. Ia menjerunuki tubuhnya terus ke depan, dengan begitu ia bebas dari serangan si anak muda. Setelah itu ia membalik diri, berkata: "Bagus ilmumu ini. Adakah dari dalam kitab? Apakah namanya?"

"Seecat iet-wi, ayboat kek-ji," sahut Kwee Ceng.

See Tok melengak. Ia tidak mengerti. Tapi segera ia ingat akan penyebutan lafal bahasa sansekerta. Maka ia pikir. "Baik aku melayani dia dengan akal." Karena ini, ia lantas melayani lebih jauh pemuda itu.

Semenjak itu, sebulan lebih keduanya berdiam di rumah batu. Kalau yang satu ingin mencangkok ilmu silat dari Kiu Im Cin-keng, yang lain hendak menuntut balas. Saban-saban Kwee Ceng kena dibikin tidak berdaya, ia tidak dihajar atau dibinasakan, maka terus saban-saban ia meyakinkan cara baru, untuk menandingi setiap pukulan dahsyat dari See Tok. Selama itu, terus mereka dahar daging kambing, sampai binatang itu hampir habis.

Lama-lama, Kwee Ceng sendiri mendapat kemajuan, sedangkan Auwyang Hong sebaliknya cuma dapat berlatih, tidak dapat ilmu dari Kiu Im Cin¬keng yang diharap-harap itu. Dia malah menjadi bingung. Apa yang dia lihat dari Kwee Ceng, tidak cocok sama bunyinya kitab yang dia suruh si pemuda menuliskan untuknya selama mereka berdiam di dalam perahu dulu itu. Karena ini, lama-lama jago dari See Hek ini berkhawatir juga. Dia berpikir "Secara begini, selagi aku sendiri tidak mendapatkan artinya kitab, bisa-bisa aku bukan tandingan dia lagi" Dia menjadi jeri sendiri.

Selama beberapa hari, dengan cara berlatih di otak. Kwee Ceng mulai mempelajari ilmu silat bersenjata. Ia menggunakan pedang pendeknya dengan pedang kayu. Dengan itu ia melayani tongkat ular See Tok.

Sekarang Auwyang Hong memakai tongkat kayu tanpa dibantu ularnya yang istimewa. Ketika dulu menempur Ang cit Kong, tongkatnya terlempar lenyap di laut. Kemudian dia membikin tongkat baja, dia melilitkan ular di ujung tongkatnya, tetapi tongkat ini lenyap di kurungan es selama dia digencet es oleh Lou Yoe Kiak. Meski hanya tongkat kayu dan tanpa ular, ilmu silatnva tak berubah, tongkatnya tetap lihay. Beberapa kali pedang kayu si anak muda dibikin mental. Coba tongkat itu ada ularnya, pasti lihaynya bertambah.

Selama itu, kuping mereka mendengar suara terompet, kuda dan tentara, dari tentara Jenghiz Khan yang berangkat kembali ke timur, yang mana berjalan beberapa hari lamanya. Semua itu tidak dihiraukan dua orang yang lagi bertarung ini. Adalah pada suatu malam, ketika pasukan Mongolia sudah pergi semua, baru mereka merasakan kesunyian.

"Malam ini tetap aku tidak bakal dapat mengalahkan kau tetapi juga tongkatmu tidak akan dapat berbuat banyak atas pedangku," kata Kwee Ceng di dalam hatinya selagi ia berdiri siap. dengan pedang di tangannya. Ia baru dapat memikir satu jurus yang baru dan hendak mencobanya, ia menanti lawannya menyerang lebih dulu. Mereka belum mulai bertempur tatkala mendadak mendengar bentakan di atas genting:

"Jahanam, kau hendak lari ke mana?" Itulah suaranya Ciu Pek Thong.

Kwee Ceng dan Auwyang Hong terbengong. Sama-sama mereka memikirkan "Kenapa dia datang begitu-jauh ke Barat ini?" Mereka baru mau membuka mulut terdengar tindakan kaki, dari dua orang, yang satu di depan, yang lain di belakang, datang mendekati ke rumah batu ini. Inilah mungkin disebabkan - selagi lain-lain rumah kosong, di sini nampak cahaya api. Dengan sebat see Tok mengebut dan apinya padam. Justru itu daun pintu tertolak hingga bersuara dan seseorang lari masuk.

Didengar dari tindakan kakinya yang enteng, orang yang dikejar Pek Thong itu tak usah kalah ilmunya enteng tubuh dari Loo Boan Tong. Maka heranlah See Tok hingga ia berkata di dalam hatinya: "Dia dapat lari puluhan ribu lie tanpa terbekuk Loo Boan Tong, dia lihay. orang dengan kepandaian seperti dia, sekarang ini tinggal Oey Yok su dan Ang cit Kong. Ini hebat untukku si bisa bangkotan"

Dalam gelap terdengar suara orang berlompat naik ke atas penglari di mana dia terus berduduk. terdengar tertawanya ciu Pek Thong, yang berkata:

"Kau main petak umpet dengan LooBoan Tong, aku senang sekali sekarang jangan kau molos lagi"







OBJEK WISATA MANCA NEGARA


Teluk Wilhelmina Antartika

Kota Tua Samarkand, Uzbekistan
Pulau Falkland Antartika Inggris
Pulau Falkland Antartika Inggris
Air Terjun Victoria Afrika
Air Terjun Victoria Afrika
Panci Makgadikgadi Botswana, Afrika
Panci Makgadikgadi Botswana, Afrika
Pulau Falkland Antartika Inggris
Pulau Falkland Antartika Inggris
Panorama Alam Georgia
Panorama Alam Georgia
Kebun Raya Singapura
Kebun Raya Singapura
Pagoda Shwedagon Yangon, Myanmar
Pagoda Shwedagon Yangon, Myanmar
Dataran Guci Xiangkhouang, Laos
Dataran Guci Xiangkhoung, Laos
Danau Iskanderkul Tajikistan
Danau Iskanderkul Tajikistan
Piramida Giza Mesir
Piramida Giza Mesir
Ngarai Sungai Ikan Namibia, Afrika
Ngarai Sungai Ikan Namibia, Afrika
Taman Nasional Ala Archa Kirgistan
Taman Nasional Ala Archa Kirgistan
Selat Drake Antartika Amerika
Selat Drake Antartika Amerika
Istana Kekaisaran Tokyo
Istana Kekaisaran Tokyo
Jembatan Gerbang Emas
Jembatan Gerbang Emas - Amerika
Air Terjun Niagara
Air Terjun Niagara Prancis
Grand Canyon
Grand Canyon Amerika
Pasar Terbesar di Bangkok
Pasar Terbesar di Bangkok
Taman Nasional Yellowstone
Taman Nasional Yellowstone - Amerika
Burj Khalifa - Dubai
Budj Khalifa Dubai
Taj Mahal
Taj Mahal India
Musium Amir Temur Uzbekistan
Musium Amir Temur Uzbekista
Blackpool - Amerika
Blackpool Irlandia
Taman Nasional Blue Mountain - Sydney
Taman Nasional Blue Mountain Sydney
Jembatan Baja Terbesar di Australia
Jembatan Baja Terbesar di Australia
Taman Nasional Kakadu Australia
Taman Nasional Kakadu Australia
Danau Baikal Rusia
Danau Baikal Rusia
Biara Meteora Yunani
Biara Meteora Yunani
Pantai Bondi Australia
Pantai Bondi Australia
Menara Eiffel Prancis
Menara Eiffel Prancis
Musium Van Gogh Belanda
Musium Van Gogh Belanda
Gedung Opera Sydney
Gedung Opera Sydney
Gunung Meja Afrika
Gunung Meja Afrika
Menara Kembar Petronas Malaysia
Menara Kembar Petronas Malaysia

===============================




Air Terjun Victoria Afrika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar