Minggu, 04 April 2021

Pendekar Pemanah Rajawali Jilid 147

Kwee Ceng lantas berteriak-teriak: "Kita semua adalah saudara-saudara bangsa Mongolia, tidak dapat kita saling membunuh diri. Lekas kalian meletakkan golok dan panah, supaya Khan yang agung tidak menghukum potong kepala kalian"

Berpengaruh suara anak muda ini, tentara Jagatai lantas saja lompat turun dari masing-masing kudanya dan meletakkan senjata mereka. Jagatai panas bukan main, dengan memimpin seribu lebih pengiringnya, ia merangsak si anak muda, untuk menyerang.

Di antara pasukan Kwee Ceng lantas terdengar tiga kali suara tambur, lantas ada delapan barisan kecilnya yang bergerak dari delapan penjuru, mereka bukannya menyambut penyerangan hanya memapakinya dengan tambang-tambang kalakan, maka hampir serentak, seribu lebih serdadunya Jagatai itu roboh, karena kaki kuda mereka telah terkalak, lantas mereka ditubruk dan diringkus, tangan mereka ditelikung ke belakang.

Juji kaget berbareng girang melihat sepak terjang Kwee Ceng. Ia hendak menghampiri untuk bicara, tetapi mendadak ia melihat pasukan Kwee Ceng bergerak lebih jauh, mengurung pihaknya. Ia terkejut sekali menyaksikan cara bergeraknya tentara si anak muda. Ia adalah seorang peperangan ulung, meski ia bingung, ia lantas memberikan titahnya untuk melakukan perlawanan. Tapi tentaranya juga, dalam waktu yang pendek. kena dibubarkan dan ditawan tentaranya si anak muda.

Juji dan Jagatai menjadi berkhawatir sekali. Mereka ingat saat pertemuan pertama kali mereka dengan Kwee Ceng .Juji telah mencambuki si anak muda sampai mati hidup dan hidup mati, sedang Jagatai pernah menganjurkan anjing mengeroyok dan menggigitinya. Maka mereka khawatir si anak muda menggunakan kesempatan ini untuk membalas dendam. Saking khawatir dan kaget, mereka sadar dari mabuk arak mereka. Sekarang mereka pun menjadi takut dihukum ayah mereka, bukan main mereka menyesalnya.

Juga Kwee Ceng, setelah tindakannya itu, menjadi tidak tentram hatinya. Bukankah ia bergerak lancang, tanpa titah siapapun? Bukankah ia, biar bagaimanapun, adalah orang luar? Tidakkah tindakannya ini berarti sangat besar? Maka ia tidak tahu, apa akibatnya: bencana atau kebaikan? Karena ini, ia pikir, baiklah ia berdamai sama ogotai dan Tuli. Tapi ia tidak dapat kesempatan menemui kedua pangeran itu, kupingnya sudah lantas mendengar suara terompet, lalu ia melihat lari mendatangi jenghiz Khan, yang akhirnya sadar juga dari pusingnya, hingga dia kaget dan gusar mendengar hal pertempuran dua putranya itu, tanpa dandan lagi, dengan rambut riap-riapan dia lari keluar dari tendanya, dia kaburkan kudanya. Ketika dia tiba, dia menjadi heran. semua serdadu dari Juji dan Jagatai duduk diam di tanah, dan tentara Kwee Ceng menilik mereka. Pula kedua putranya, meski mereka tetap duduk di atas kuda, mereka masing-masing diawasi oleh delapan pahlawan yang bersenjatakan golok, yang mengurung mereka.

Kwee Ceng lantas menghampiri, sambil berlutut menuturkan duduknya perkara, juga tentang tindakannya sendiri untuk mencegah pertumpahan darah. Sesudah mengetahui duduknya kejadian Jenghiz Khan girang bukan kepalang. Ia lantas mengumpulkan semua panglimanya, ia menegur hebat kepada Juji dan Jagatai. Sebaliknya, Kwee Ceng dan opsir-¬opsirnya diberi persenan.

Kwee Ceng menerima persenan, tetapi ia tidak ambil untuk dirinya sendiri, ia lantas menghadiahkan itu kepada tentaranya, maka semua serdadunya bersorak kegirangan. Setelah itu Kwee Ceng diberi selamat oleh sekalian panglima atas jasanya itu.

Anak muda itu menanti sampai semua tetamu sudah mengundurkan diri, ia ambil surat yang dibawa Lou Yoe Kiak. Surat yang mengajari ia bagaimana harus bertindak tadi. Ia meneliti itu. Ia heran.

"Dua barisan coa-poan dan Houw-ek memang telah aku melatihnya terhadap tentaraku tetapi belum pernah aku menyebutkan nama-namanya," pikirnya. "Kenapa sekarang dia mengetahuinya? Mungkinkah dia mencuri baca kitab ilmu perangku? Tapi kitab itu selalu tersimpan di tubuhku, tidak pernah aku berpisah dengannya, cara bagaimana dia dapat membacanya?"

Ia masih berpikir sekian lama, lantas memerintahkan orangnya memanggil Lou Yoe Kiak.

"Lou Tiang lo," ia berkata setelah si pengemis tiba. "Kitab ini ilmu perangku, jikalau kau suka melihatnya. Ini aku beri pinjam."

Yoe Kiak tertawa. "Si pengemis melarat ini, selamanya tidak bakal menjadi jendral" katanya. "Untukku buat apa sebuah kitab ilmu perang?"

Kwee Ceng menunjuk kepada surat yang ia terima dari pengemis itu. "Kalau begitu, mengapa kau tahu tentang dua pasukan coa-poan dan Houw-ek ini?" ia tanya.

"Bukankah koanjin pernah membicarakan itu padaku?" balik tanya si pengemis. Agaknya ia heran. "Apakah koanjin sudah lupa?"

Kwee Ceng berdiam. Ia tahu orang mendusta, ia tetap bingung. Ia tidak bisa menerka duduknya perkara yang sebenarnya.

Besoknya siang Jenghiz Khan berapat pula. Kali ini ia mengatur angkatan parangnya. sebagai pasukan nomor satu ditetapkan pasukan Jagatai dengan ogotai sebagai komandannya. Jagatai sendiri dijadikan sianhong ialah pasukan depan. Pasukan nomor tiga ialah pasukan kiri Jenghis Khan sendiri bersama Tuli memimpin pasukan utama.

Sebat sekali tindakan itu diambil, maka dilain saat berangkatlah angkatan perang ini beserta iring-iringan rangsumnya menuju ke Barat, menghampiri Khoresm. Majunya makin lama makin jauh, masuknya makin lama makin dalam di wilayah shah Muhammad Ala-ed-Din. Angkatan perang shah itu besar jumlahnya tetapi mereka bukan tandingan tentara Mongolia dalam ketangkasan berperang, dengan begitu dia kena terdesak.

Pada suatu hari Kwee Ceng menunda pasukan perangnya di tepi sungai. Malamnya, selagi ia membaca kitab perang, untuk dipahamkan terlebih jauh, ia mendengar suara berkelisik di atas tendanya, lalu pintu tenda tersingkap dan satu orang bertindak masuk. Beberapa serdadu penjaga mencegah, mereka membentak. tetapi satu demi satu mereka kena ditotok roboh. Kwee Ceng segera menyimpan kitabnya, ia berbangkit. Orang yang menerobos masuk itu lantas memandang kepadanya dan tertawa. Dialah See Tok Auwyang Hong.

Kwee Ceng kaget berbareng girang. Siapa sangka di tempat jauh sepuluh ribu lie dari Tiong-goan dia bertemu sama si Bisa dari Barat itu.

"Mana nona Oey?" itulah pertanyaan yang pertama.

See Tok (Si Racun Barat) Auwyang Hong "Aku justru hendak menanya kau, budak cilik itu ada di mana" Auwyang Hong balik menanya. "Lekas kau serahkan dia padaku"

Mendengar itu, Kwee ceng terperanjat karena girangnya. Ia lantas berpikir: "Kalau begitu, Yong-jie masih hidup dan dia telah lolos dari tangan iblis ini"

Tapi ia jujur, perasaan hatinya gampang berpeta pada wajahnya, kegirangan itu lantas dapat dilihat See Tok.

"Mana dia budak cilik itu?" Auwyang Hong membentak




"Entahlah," menyahut Kwee ceng sejujurnya. "Selama di Kang lam dia mengikuti kau, kemudian bagaimana?"

See Tok tahu pemuda ini tidak pernah mendusta, ia menjadi heran. Menurut dugaannya, Oey Yong mesti berada dalam pasukan perang ini. Kenapa pemuda ini tidak mengetahuinya? Ia lantas duduk bersila untuk berpikir.

Kwee ceng membebaskan orang-orangnya dari totokan, ia menitahkan menyuguhkan teh koumiss.

Auwyang Hong meminum satu cawan tanpa curiga. "Anak tolol, tidak ada halangannya aku bercerita kepadamu," katanya kemudian. "Memang benar bocah itu telah kena aku tawan di kuil Tiat ciang Bio di Kee-bin, hanya malam itu juga dia berhasil meloloskan diri."

Kwee Ceng girang hingga ia berseru: "Bagus" Ia pun menambahkan: "Dia sangat cerdik, jikalau dia memikir untuk lari, pasti dia dapat lari. Bagaimana dia lolosnya?"

"Dia lolos di Kwie-in-chung di telaga Than ouw" menyahut See Tok sengit sekali. Hm, untuk apa menuturkannya? Tegasnya dia sudah kabur"

Kwee Ceng tidak mendesak. Dia tahu orang besar kepala dan kejadian itu pastilah membuat See Tok gusar, malu dan menyesal.

"Setelah dia kabur, aku mengejarnya," See Tok toh menuturkan. "Beberapa kali aku dapat menemui dia, hanya saban-saban dia lolos lagi. Aku mengejar terus, terus aku berada di dekatnya, dia tidak dapat kabur pulang keTho Hoa To. Kita main kejar-kejaran, sampai di perbatasan Mongolia. Mendadak dia lenyap. Maka aku menduga dia mesti berada dalam pasukan perangmu ini. Demikian aku datang padamu."

Mendengar oey Yong telah tiba di Mongolia, Kwee Ceng heran berbareng girang. “Apakah kau pernah melihat dia?" ia tanya.

Ditanya begitu, See Tok mendongkol. "Kalau aku dapat melihat dia, mustahil aku tidak dapat membekuknya?" katanya keras. "Siang dan malam aku mengintai dia di dalam pasukanmu ini. Aku menyangka dia tinggal bersama kau tetapi aku belum pernah melihat dia. Eh, bocah tolol, kau sebenarnya lagi main gila apa?"

Kwee Ceng terbengong. "Siang dan malam kau mengintai, mengapa aku tidak tahu?" Ia balik tanya.

Auwyang Hong tertawa puas. "Aku ialah satu serdadu orang Wilayah Barat yang tidak berarti dalam barisanmu yang dinamakan barisan Thian-cian-ciong" sahutnya. "Kaulah si kepala perang, mana kau kenal aku?"

Dalam tentara Mongolia terdapat banyak serdadu-serdadu musuh yang tertawan dan diberi pekerjaan, maka itu kalau seorang Wilayah Barat, atau see Hek nyelip dalam satu barisan, memang sukar untuk diketahuinya. Tapi mendengar keterangan itu, Kwee Ceng terkejut. Ia berpikir. "Jikalau dia menghendaki jiwaku, pastilah jiwaku sudah lenyap lama" Lalu dengan suara tak tegas ia menanya:

"Kenapa kau bilang Yong-jie berada dalam pasukanku?"

"Kau telah meringkus kedua putra jenghiz Khan, kau berhasil memukul pecah kota-kota dan melabrak musuh," menyahut Auwyang Hong, "Tanpa petunjuk dari si budak cilik itu, mana dapat kau si tolol melakukan semua itu? Hanya budak itu tidak pernah memperlihatkan dirinya, ini benar-benar heran. sekarang tidak bisa lain, kau mesti bertanggung jawab, kau mesti menyerahkan dia padaku"

Kwee Ceng tertawa. "Kalau Yong-jie memperlihatkan dirinya, itu hal yang aku paling harapkan" ia berkata lagi. "Sekarang cobalah kau pikirkan, dapatkah aku menyerahkan dia padamu?"

"Jikalau kau tidak mau menyerahkannya, aku mempunyai jalanku sendiri" kata Auwyang Hong. Dia mulai mengancam. "Kau berkuasa atas pasukan tentara besar, akan tetapi di mata Auwyang Hong tendamu ini, di luar dan di dalam, adalah seperti tempat di mana tidak ada barang satu manusiapun. Asal aku mau datang, aku datang, asal aku mau pergi, aku pergi siapa dapat melarang aku"

Omong besar itu bukan omong besar belaka, maka Kwee Ceng membungkam.

"Eh, bocah tolol, bagaimana kalau kita membuat perjanjian?" Auwyang Hong tanya.

"Perjanjian apakah itu?"

"Kau menyebutkan tempat sembunyinya si bocah, aku tanggung tidak akan mengganggu sekalipun selembar rambutnya. Jikalau kau tidak sudi menyebutkannya, aku akan mencari dia terus, biar perlahan, tetapi satu kali aku mendapatkannya, hm Itu pasti bukan urusan yang menyenangkan"

Kwee Ceng tahu See Tok sangat lihay, kecuali si nona bersembunyi di Tho Hoa To, mesti dia akan dapat dicari.

"Baik, suka aku berjanji," katanya. "Hanya bukan menurut caramu"

"Habis?"

"Auwyang sianseng, sekarang ini ilmu silat kau jauh lebih menang daripada kepandaianku," berkata si anak muda, "Akan tetapi usiaku jauh lebih muda daripada usiamu, maka di belakang hari, setelah usiamu bertambah dan tenagamu berkurang, mesti datang satu hari kau bakal tidak sanggup melawanku"

Auwyang Hong tidak pernah memikir saat dari "Usia bertambah dan tenaga berkurang", sekarang ia mendengar suara anak muda ini, hatinya bercekat. "Kata-kata bocah ini bukan kata-kata dungu," pikirnya. Maka ia tanya:

"Habis bagaimana?"

"Di antara aku dengan kau ada permusuhan disebabkan kau membinasakan guru-guruku," berkata pula Kwee Ceng, "Dan sakit hati itu tidak dapat tidak dibalas, maka itu walaupun kau kabur ke ujung langit, akan ada satu harinya yang aku dapat mencari dirimu"

See Tok tertawa terbahak. "Tapi sebelum aku tua dan loyo, sekarang aku bunuh dirimu" Ia berseru. Belum lagi suaranya berhenti, kedua kakinya telah lantas dipentang dan ditekuk untuk berjongkok, sedang kedua tangannya diangsurkan hebat ke depan, ke arah si anak muda.

Kwee Ceng tahu orang menyerang dengan ilmu Kodoknya, tetapi la telah meyakinkan sempurna "Ie¬kin toan-kut-pian", ilmu " menukar otot dan melatih tulang", maka begitu serangan tiba, ia berkelit, setelah berkelit, dengan cepat ia membalas menyerang dengan jurus "Kian liong can tian" dari Hang Liong sip¬pat Ciang.

Auwyang Hong menarik kembali tangannya, ia menyambut serangan balasan si anak muda. Ia mengenal baik ilmu silat orang, ajarannya Ang Cit Kong, ia merasa bahwa ia sanggup melayaninya. Hanya kali ini ia salah menduga. Begitu ia menyambut, begitu tubuhnya tergerak hampir kuda-¬kudanya bergoyang. Ia menjadi kaget. Kalau ia tidak bisa mengegos, pastilah ia terluka.

"Jangan-jangan belum lagi aku tua dan loyo, bocah ini bakal dapat menyusul aku," pikirnya. Maka segera ia menyerang dengan tangan kirinya. Kwee Ceng berkelit, terus ia membalasnya pula.

Sekali ini Auwyang Hong tidak mau menyambut keras dengan keras, ia menekuk tangannya menangkis sambil berkelit, guna mengasih lewat ancaman bahaya. Kwee Ceng tidak dapat menangkap hati lawan, ia mengira orang cuma berkelit, ia tidak tahu Auwyang Hong terus menyerang pula, maka kagetlah ia ketika merasakan dorongan keras sekali. Dengan terpaksa ia mengeluarkan tangan kanannya, guna menolak itu.

Mengenai tenaga dalam, Kwee Ceng kalah, maka kalau terus ia bertahan secara demikian, tidak lama, ia bakal roboh. Ia memang dipancing lawannya ini. Auwyang Hong girang pancingannya memakan. Lantas dia merasa tangannya Kwee Ceng menjadi lunak. seperti orang tidak dapat melawan lebih jauh. segera dia menambah tenaganya. justru itu, tangan si anak muda melejit licin.

"Hari ini tibalah saat kematianmu" pikir see Tok. yang meneruskan mengulur lengannya hingga jeriji tangannya segera akan tiba di dada lawan.

Kwee Ceng menggunakan tangan kirinya untuk menangkis di depan dadanya, sembari menangkis, tangan kanannya yang melejit itu, dengan telunjuknya, menotok ke arah jalan darah tay-yang-hiat dari see Tok. Inilah It Yang Cie, ilmu silat totokan ajaran It Teng Taysu, yang telah lama ia meyakinkannya tetapi belum pernah dipakai. It Yang Cie ialah penakluk dari Hap Moa Kang, ilmu silat Kodok.

Auwyang Hong menjadi kaget sekali, lantas ia menjejak tanah, untuk melompat mundur, sembari lompat, dia berseru:

"Ha, Toan Tie Hin si tua bangka hendak membikin susah padaku"

It Yang Cie dari Kwee Ceng ini belum mencapai kemahiran, masih belum dapat dipakai memecahkan Kap Moa Kang, sudah begitu, ia pun tidak paham betul cara menggunakannya, habis menotok dan gagal, ia lantas menarik kembali pula. See Tok yang belum mundur lebih jauh, melihat itu. seharusnya serangan dilanjutkan. Melihat ini, jago tua itu tahu orang belum mahir, maka tanpa menanti kesempatan, dia terus menyerang lagi, kembali dengan kedua tangannya.

Kwee Ceng terkejut. Dengan luar biasa gesit, ia berlompat berkelit. Celakalah meja kecil di belakang, terhajar tangan lihay si Bisa dari Barat, tidak mau berhenti, dia terus mengulangi serangannya. Rupanya dia pikir, anak muda yang lihay itu mesti didesak habis-habisan.

Selagi menyerang, Auwyang Hong merasa ada bokongan dari arah belakang. Dia tidak takut, tanpa berpaling menendang ke belakang. Inilah tipu mendahului musuh, atau serangan dibalas serangan. Kebetulan dia dibokong dengan tendangan, maka kedua kaki bentrok, kaki si penyerang tertolak. tubuhnya roboh, kakinya tidak patah. Dia heran, lantas menoleh. sekarang di muka pintu tenda dia melihat tiga pengemis tua, tiang lo Lou, Kan dan Nio.

Louw Yoe Kiak segera berlompat, kedua tangannya memegang masing-masing lengan kedua tangannya. Itulah siasat pembelaan diri dari kaum Kay Pang. Ini pula siasat yang digunakan Kay Pang di hari rapat di Kun san dengan dimana mereka dapat mengadakan pembelaan bagaikan tembok tangguh untuk mendesak Kwee Ceng dan oey Yong, sampai muda-mudi itu kewalahan.

Auwyang Hong tertawa terbahak. Ia lantas menggunakan siasat. Melawan Kwee Ceng cuma menang seurat, kalau ia dikepung tiga pengemis ini, yang cukup lihay, ia bisa berabe. Ia pun berkata:

"Anak tolol, ilmu silatmu maju pesat sekali" setelah itu ia menekuk kedua kakinya, duduk bersila, sama sekali tidak menghiraukan Yoe Kiak bertiga. Ia berkata lagi kepada si anak muda: "Kau hendak membuat perjanjian denganku, jelaskanlah"

"Kau menghendaki nona oey memberi penjelasan Kiu Im Cin-keng terhadapmu," berkata si anak muda, "Mengenai itu, dia sudi menjelaskannya atau tidak. terserah kepadanya, tidak dapat kau membikin dia celaka."

Auwyang Hong tertawa. "Jikalau dia suka memberi penjelasan, memang aku pun tidak tega mencelakainya," sahutnya. "Memangnya Oey Laoshia dapat dibuat permainan? Kecuali kalau dia tetap tidak suka bicara, mana dapat aku tidak menggunakan sedikit kekerasan?"

"Tidak. aku larang" Kwee Ceng menggeleng kepala. "Kau menghendaki aku berjanji, habis apa tukarannya untuk itu?"

"Semenjak hari ini, jikalau kau terjatuh ke tanganku, aku akan memberi ampun hingga tiga kali, kau akan dibebaskan dari kematian."

See Tok berbangkit, dia tertawa lebar. Tajam tertawanya itu, terdengar sampai jauh, hingga banyak kuda menjadi kaget dan meringkik saling sahutan.

Kwee Ceng mengawasi dengan tajam. "Ini tidak lucu, tidak ada yang harus ditertawakan," katanya perlahan, "Hanya kau harus ketahui sendiri, akan datang satu hari kau bakal terjatuh ke tanganku"

Auwyang Hong tertawa, tetapi dalam hatinya, ia berpikir. sedikitnya ia merasa jeri juga. Ia lantas mendapat satu pikiran. Ia tertawa ketika berkata:

"Aku Auwyang Hong, menghendaki keampunan dari kau, bocah busuk? Hm Tapi baiklah, kita lihat saja nanti"

Kwee Ceng mengulur sebelah tangannya. "Kata-kata seorang ksatria" ujarnya.

Auwyang Hong tertawa, dia menyahut: "seumpama kuda tercambuk satu kali" see Tok menepuk perlahan tangannya si anak muda hingga tiga kali.

Itulah janji mereka - janji menurut caranya orang di jaman dinasti song. Siapa menyangkal janji, selanjutnya dia akan terhina.

Habis membuat perjanjian, Auwyang Hong hendak menanya Kwee Ceng tentang oey Yong, hanya sebelum ia membuka mulut, ia melihat bayangan berkelebat di luar kemah, gerakannya sangat gesit. Ia curiga, lantas melompat keluar, untuk menyusul. Ia ketinggalan, tidak melihat bayangan siapapun. Maka ia berpaling ke arah tenda dan berkata:

"Dalam waktu sepuluh hari, aku datang lagi ke mari. Kita lihat, kau yang memberi ampun padaku, atau aku yang mengampunimu"

Sambil tertawa lebar tubuh Sea Tok mencelat, lantas lenyap. Sekejap saja dia sudah memisahkan diri belasan tombak.

Lou Yoe Kiak bertiga saling mengawasi dengan bengong, hati mereka mengatakan "Dia sangat lihay, tidak heran sama tersohornya seperti Ang Pangcu."

Kwee Ceng lantas memberitahu ketiga tiang lo itu bahwa datangnya Auwyang Hong untuk mencari Oey Yong.

"Dia bilang Oey Pangcu ada di dalam pasukan ini, dia ngaco belo" berkata Yoe Kiak, "Jikalau itu benar, mustahil kita tidak tahu?"

Kwee Ceng menunjang janggut. "Akan tetapi aku pikir dugaannya beralasan," katanya perlahan. "sering aku merasakan nona oey berada di sampingku, kalau ada soal-soal sukar. selalu dia membantu memecahkannya. Hanya tidak perduli apa yang aku pikir, dia tetap tidak sudi memperlihatkan diri padaku" Tanpa merasa, kedua mata pemuda itu menjadi merah.

"Baiklah koanjin jangan berduka," Yoe Kiak menghibur. "Ini perpisahan sekejab mata, akhirnya kita bakal berkumpul."

"Aku telah berbuat keliru terhadap nona oey, aku khawatir dia tidak akan sudi menemui aku lagi," kata Kwee Ceng, yang mengaku salah. "Aku tidak tahu bagaimana harus berbuat menebus dosaku "

Yoe Kiak bertiga saling memandang.

"Taruh kata dia tidak sudi bicara sama aku," Kwee Ceng berkata pula, "Kalau dia membiarkan aku melihatnya satu kali saja, hatiku tentu terhibur"

"Kau letih, koanjin," berkata Yoe Kiak. "Silahkan kau beristirahat. Besok kita berdamai pula untuk menjaga Auwyang Hong datang mengacau lagi."

Kwee Ceng mengangguk, maka ketiga tiang lo itu mengundurkan diri

Besoknya angkatan perang maju terus, malamnya mereka singgah, Yoe Kiak datang ke kemah. Kwee Ceng membawa sehelai gambar lukisan. Ia berkata

"Pada tahun yang lalu selama di Kang lam aku telah mendapatkan gambar ini, aku seorang kasar, tidak mengerti maksudnya, maka selagi sekarang koanjin kesepian, dapatlah koanjin menikmati ini perlahan-lahan." Lantas gambar itu ia letakkan di atas meja.

Kwee Ceng membeber. Ia tercengang begitu melihat lukisannya: Seorang nona tengah menenun, romannya mirip sama oey Yong, hanya lebih perok, alisnya turun, romannya lesu. Ia mengawasi terus. Di samping itu ia mendapat dua baris huruf halus, bunyinya mirip dengan syair Eng Kouw. Yang pertama: "Tujuh perkakas tenun Suteranya habis, citanya rampung, jangan sembarang dibuat pakaian nanti tergunting rusak tak disengaja, hingga burung-burung hong dan loan, terpisah menjadi dua pinggiran baju" Dan yang kedua: "Sembilan perkakas tenun Sepasang bunganya, sepasang daunnya, sepasah cabangnya Cinta tipis semenjak dahulu kala sering berpisah, dari mulanya sampai di akhimya, hati terikat, menembusi sehelai benang"

Tidak lama si anak muda berpikir, lantas ia ingat. "Ini gambar mesti dilukis Yong-jle Entah dari mana Lou Tiang lo mendapatkannya" Ketika ia mengangkat tangan, untuk menanya, pengemis itu sudah berlalu dari kemahnya. Ia lantas menyuruh serdadunya memanggil, akan tetapi waktu ditanya, pengemis itu berkukuh dia membelinya dari toko buku di kang lam.

Biarnya ia sepuluh kali tolol, Kwee Ceng dapat menduga, hanya disebabkan Yoe Kiak menutup mulut, ia kewalahan. Ia berpikir. Saat itu Kan Tiang lo datang, pengemis itu bicara dengan perlahan:

"Barusan aku melihat bayangan orang di ujung timur laut, waktu aku menyusul, bayangan itu lenyap entah ke mana. Maka aku khawatir malam ini Auwyang Hong si bangsat tua nyelundup ke tangsi."

"Biarlah," kata Kwee Ceng. "Mari kita bersiap untuk membekuk dia."

"Aku mempunyai satu akal, entah koanjin setuju atau tidak." kata Kan Tiang lo.

"Mesti bagus. Coba kau tuturkan."

"Ini tipu daya sangat sederhana," kata tiang lo she Kan itu. "Kita menggali liang jebakan. Kita menyuruh duapuluh serdadu menyiapkan karung terisi pasir menjaga di luar kemah. Beruntung bangsat tua itu jika tidak datang, kalau dia muncul, aku tanggung dia dapat datang tetapi tidak dapat pergi."

Kwee Ceng setuju dengan akal itu, ia girang. Ia percaya Auwyang Hong bakal terjebak sebab See Tok sangat jumawa dan tidak melihat mata kepada orang lain.

Lou Tiang lo bertiga lantas mengepalai sejumlah serdadu menggali tanah sedalam kira-kira dua puluh tombak, atasnya ditutup rapi dengan permadani, di situ ditaruh sebuah kursi kayu yang enteng. Duapuluh serdadu dengan karung-karung pasir disembunyikan di luar tenda.

Pekerjaan menggali tanah tidak mencurigakan siapa juga sebab di gurun pasir biasa orang menggali sumur untuk mendapatkan air. Setelah rapi, Kwee Ceng menanti sambil duduk membaca buku. Malam itu, Auwyang Hong tidak muncul. Besoknya Auwyang Hong tidak muncul.

Besoknya, tentara maju terus, malamnya singgah pula. Yoe Kiak bertiga menggali liang jebakan yang baru. Malam kedua, tetap Auwyang Hong tidak muncul, juga tidak di malam ketiga. Hanya di malam keempat, Kwee Ceng mendengar suara di kain tendanya, selagi hatinya berdebaran, ia melihat Auwyang Hong muncul sambil tertawa panjang.

See Tok bertindak dengan tenang, dia menghampirkan kursi, untuk berduduk. Mendadak. Bruk. Kejebloslah kursi itu berikut orangnya. Liang yang dalamnya duapuluh tombak. tidak bisa Auwyang Hong segera berlompat naik. Di lain pihak, duapuluh serdadu yang sembunyi segera datang menguruk dengan karung pasir.

Lou Yoe Kiak girang sekali, ia memuji. "Dugaan Oey Pangcu tepat bagai malaikat" Tapi ia berhenti secara tiba-tiba sebab Kan Tianglo mendelik kepadanya.







OBJEK WISATA MANCA NEGARA


Teluk Wilhelmina Antartika

Kota Tua Samarkand, Uzbekistan
Pulau Falkland Antartika Inggris
Pulau Falkland Antartika Inggris
Air Terjun Victoria Afrika
Air Terjun Victoria Afrika
Panci Makgadikgadi Botswana, Afrika
Panci Makgadikgadi Botswana, Afrika
Pulau Falkland Antartika Inggris
Pulau Falkland Antartika Inggris
Panorama Alam Georgia
Panorama Alam Georgia
Kebun Raya Singapura
Kebun Raya Singapura
Pagoda Shwedagon Yangon, Myanmar
Pagoda Shwedagon Yangon, Myanmar
Dataran Guci Xiangkhouang, Laos
Dataran Guci Xiangkhoung, Laos
Danau Iskanderkul Tajikistan
Danau Iskanderkul Tajikistan
Piramida Giza Mesir
Piramida Giza Mesir
Ngarai Sungai Ikan Namibia, Afrika
Ngarai Sungai Ikan Namibia, Afrika
Taman Nasional Ala Archa Kirgistan
Taman Nasional Ala Archa Kirgistan
Selat Drake Antartika Amerika
Selat Drake Antartika Amerika
Istana Kekaisaran Tokyo
Istana Kekaisaran Tokyo
Jembatan Gerbang Emas
Jembatan Gerbang Emas - Amerika
Air Terjun Niagara
Air Terjun Niagara Prancis
Grand Canyon
Grand Canyon Amerika
Pasar Terbesar di Bangkok
Pasar Terbesar di Bangkok
Taman Nasional Yellowstone
Taman Nasional Yellowstone - Amerika
Burj Khalifa - Dubai
Budj Khalifa Dubai
Taj Mahal
Taj Mahal India
Musium Amir Temur Uzbekistan
Musium Amir Temur Uzbekista
Blackpool - Amerika
Blackpool Irlandia
Taman Nasional Blue Mountain - Sydney
Taman Nasional Blue Mountain Sydney
Jembatan Baja Terbesar di Australia
Jembatan Baja Terbesar di Australia
Taman Nasional Kakadu Australia
Taman Nasional Kakadu Australia
Danau Baikal Rusia
Danau Baikal Rusia
Biara Meteora Yunani
Biara Meteora Yunani
Pantai Bondi Australia
Pantai Bondi Australia
Menara Eiffel Prancis
Menara Eiffel Prancis
Musium Van Gogh Belanda
Musium Van Gogh Belanda
Gedung Opera Sydney
Gedung Opera Sydney
Gunung Meja Afrika
Gunung Meja Afrika
Menara Kembar Petronas Malaysia
Menara Kembar Petronas Malaysia

===============================




Air Terjun Victoria Afrika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar