Kamis, 01 April 2021

Pendekar Pemanah Rajawali Jilid 145

Dihari ketiga anak muda kita tiba di sebuah dusun di lembah, di situ ia hendak singgah untuk mencari nasi dan air untuk kudanya, mendadak ia mendengar suara berisik dari kuda dan manusia, ketika ia menoleh ke arah dari mana suara itu datang, ia melihat tibanya beberapa serdadu Kim. Yang berjalan di muka adalah seorang punggawa di ujung tombak siapa ada tertusuk mayatnya seorang bayi, punggawa itu sendiri tertawa terbahak-bahak sedang barisannya mulai membakar dusun, yang penduduknya mereka usir keluar dari rumahnya, untuk diikat dan dibunuh mati, tak perduli tua dan muda, cuma wanita yang muda yang mereka belenggu untuk dibawa pergi.

Menyaksikan keganasan itu, Kwee Ceng menjadi naik darah. Ia mengajukan kudanya menghampiri punggawa itu. Paling dulu ia merampas tombak orang, habis itu tangan kirinya menyusul melayang. Punggawa itu tidak menyangka sama sekali, selagi ia kaget, tangan si anak muda sudah tiba kepada sasarannya, maka sebelum ia berdaya, ia roboh seketika, biji matanya sampai lompat ke luar, jiwanya terbang melayang. Semua serdadu Kim menjadi kaget dan gusar, dengan serempak mereka berseru-seru dan maju untuk mengepung si anak muda.

Kuda merah tidak takut dikendalikan majikannya. dia membawa tubuh majikannya ke manapun bergerak. Kwee Ceng pun gusar sekali, kecuali tombak di tangan kanannya, ia merampas sebatang golok besar, maka dengan kedua tangan ilmu silat pengajaran Ciu Pek Thong - ia melabrak tentara Kim. Ia menikam dan membacok dengan hebat.

Setelah melihat banyak kawannya yang roboh, serdadu Kim menjadi kuncup nyalinya. Mereka memang telah kehilangan pemimpin. Maka dengan berteriak-teriak mereka melarikan diri ke luar dusun.

Sementara itu dari sebelah depan terlihat muncul pasukan seratus lebih serdadu Mongolia, di depannya tampak bendera yang besar. Melihat itu tentara Kim yang jeri kepada tentara Mongolia, lantas lari balik, dengan terpaksa mereka menyerang Kwee Ceng, guna membuka jalan kabur.

Anak muda itu sangat membenci tentara Kim, ia lantas lari ke mulut lembah, di sana menghadang. Dengan cepat ia berhasil merobohkan belasan serdadu penunggang kuda, yang lari mendahului kawan-kawannya. Robohnya mereka membikin kawan-kawannya menjadi serba salah, mundur tidak bisa, maju tidak dapat.

Barisan Mongolia heran ada orang membantu pihaknya, dengan begitu mereka berhasil menumpas sisa tentara Kim. Mereka ingin tahu siapa pembantu yang merintangi jalan molosnya musuh. selagi pekhu-thio, yang mengepalai mau maju untuk mencari keterangan, tiba-tiba seorang siphu-thio berseru "Kim Too Huma" dan terus dia berlutut di tanah untuk memberi hormat.

Ketika pekhu-thio mengetahui orang adalah menantu dari junjungannya, ia pun melompat turun dari kudanya, guna memberikan hormat, setelah itu ia memberi perintah seorang serdadunya lekas memberi kabar kepada kepala perangnya.

Kwee Ceng tidak berdiam saja. Ia lantas menitahkan tentara Mongolia memadamkan api yang dilepaskan tentara Kim tadi untuk membakar dusun. Karena ini penduduk yang tertolong pada datang menghaturkan terima kasih.

Baru saja penduduk lega hatinya, segera mereka dibikin kaget pula dan ketakutan. Mereka tahu datangnya lagi satu pasukan besar sebagaimana suara kuda dan tentara membikin berisik di luar dusun. Dengan muka pucat mereka saling mengawasi.

Waktu itu lantas terlihat seorang penunggang kuda kabur ke dalam dusun, kudanya besar dan gagah. Dialah seorang panglima muda, yang lantas berseru:

"Yang namanya Kwee Ceng di mana?"

Ketika Kwee Ceng melihat panglima muda itu, ia girang sekali. "Anda Tuli" ia berseru.

Maka keduanya lantas lari saling menghampiri, terus mereka saling rangkul. Kedua burung rajawali mengenali Tuli, putranya jenghis Khan, keduanya terbang menghampiri, mengelus - elus panglima muda itu.

Tuli menitahkan seorang Cian-hu-thio mengejar terus tentara Kim, di lain pihak ia memerintahkan mendirikan tenda di mana bersama Kwee Ceng ia duduk berkumpul, bicara panjang lebar hal-hal semenjak mereka berpisah.

Tuli menceritakan urusan ketentaraan di utara, maka Kwee Ceng jadi tahu selama satu tahun lebih Jenghiz Khan tak hentinya berperang ke timur dan barat, hingga dia dapat merampas banyak daerah, keempat putranya yaitu Juji Jagatai, ogotai dan Tuli ini, telah membangun banyak jasa, demikian juga empat panglimanya yang kenamaan, Mukhali, Borehu, Boroul dan chilaun. Dan sekarang ini Tuli bersama Mukhali lagi memimpin angkatan perangnya menyerang negara Kim, dipropinsi shoa tang, beberapa kali tentara Kim kena dilabrak hingga kacau balau, hingga angkatan perangnya dipusatkan di kota Tongkwan di mana mereka mengunci pintu, tidak berani mereka melayani perang.

Baru beberapa hari berkumpul sama Tuli, ada perintah dari Jenghiz Khan di gurun utara. semua putra dan panglima dipanggil berkumpul di sana. Tuli dan Mukhali tidak berani menyangkal panggilan itu, setelah menyerahkan tentaranya kepada wakilnya, mereka lantas berangkat. Kwee Ceng ingat kepada ibunya, ia turut bersama. Dengan begitu ia jadi terus menemani Tuli.

Pada suatu hari tibalah mereka di tepi sungai onon, di sana memandang ke tegalan yang luas sekali terlihatlah tenda-tenda tentara yang sangat banyak jumlahnya, sedang suara meringkiknya kuda-kuda perang berisik sekali. Ujung-ujung tombak yang tajam bergemerlapan di antara cahaya matahari. Di antara puluhan ribu tenda itu ada sebuah yang besar luar biasa yang warnanya kuning, ujung tenda teratas terbuat dari pada emas. Di depan tenda besar itu dipancar sebuah bendera besar, bendera yang menjadi tanda kebesaran dari junjungan bangsa Mongolia. Dari situlah keluar titah Jenghiz Khan memanggil berkumpul semua putra dan kepala perangnya.

Berdiri di atas sebuah tumpukan pasir tinggi, Kwee Ceng memandang ke seluruh perkemahan. Ia merasakan keangkeran angkatan perang Mongolia, ia berdiam saja.

Tapi tak usah lama ia berdiam, dari arah markas kelihatan datangnya satu barisan berkuda yang kecil, yang menyambut Tuli dan Mukhali, maka dilain saat ia sudah mengikuti pangeran dan panglima itu menuju ke tenda besar. Setibanya mereka di dalam, pemuda ini terperanjat. Ternyata lain-lain kepala perang sudah berkumpul di situ.

Jenghiz Khan girang melihat tiga orang itu. Tuli bersama Mukhali segera memberikan laporannya, sedang Kwee Ceng memberi hormat sambil berlutut, kemudian ia menambahkan.

"Kha Khan menitahkan aku memotong batang leher Wanyen Lieh, untuk mengambil kepalanya, akan tetapi beberapa kali sudah aku menemui dia, saban-saban dia dapat meloloskan diri, dari itu aku mohon Kha Khan memberikan hukuman kepadaku"

Jenghiz Khan tertawa. Ia berkata: "Kalau burung elang sudah menjadi besar, suatu hari pastilah dia akan dapat menerkam si rase, maka itu kenapa aku mesti menghukum dirimu?"

Segera setelah itu, kepala bangsa Mongolia memulai dengan rapatnya untuk mengatur tindakan menyerang besar-besaran ke negara Kim. Kebanyakan panglima mengusulkan kerja sama dengan pemerintah song guna menggencet kota Tongkwan.

“Baiklah, begini kita mengambil keputusan," Jenghis Khan menyatakan setuju. Maka utusan segera dikirim ke selatan, ke kerajaan song.




Sampai sore baru rapat dibubarkan, Kwee Ceng keluar dari markas dalam cuaca remang-remang ia hendak mencari tenda ibunya. Tiba-tiba ia merasakan dua tangan halus menutupi matanya dan hidungnya dapat mencium bau harum. Ia melengak sejenak, lantas ia memanggil:

"Adik Gochin Baki" Ia pun memutar tubuhnya.

Putri Jenghiz Khan berdiri dengan wajah manis. Sekarang ia nampak lebih jangkung, romannya agung.

"Adik" Kwee Ceng memanggil pula.

Putri kegirangan ia menjadi terharu sendiri. "Ah, benar-benar kau kembali" katanya.

Menyaksikan kepolosan nona itu, hati Kwee Ceng tergerak. sampai tak tahu ia mesti mengucapkan apa. Keduanya berdiri diam, mata mereka saling mengawasi.

"Pergi kau menemui ibumu," katanya. "Kau pulang dengan masih hidup, maka kau terkalah, siapa yang lebih girang, aku atau ibumu"

"Pastilah ibu akan girang luar biasa," menyahut Kwee Ceng.

"Apakah aku pun tidak sangat bergirang?" tanya si nona.

Nona ini menunjukkan kepolosan bangsa Mongolia, yang selalu mengucapkan apa yang dia pikir. Mendengar itu, Kwee Ceng kembali merasa terharu. Lantas keduanya, sambil berpegang tangan, pergi ke tenda Lie Peng, maka tak usahlah dituturkan lagi bagaimana girangnya ibu dan anak

Lewat beberapa hari Jenghiz Khan panggil Kwee Ceng menghadap dan mengatakan "Tentang semua perbuatanmu, aku telah mendengar dari Tuli. Kau dapat memegang kepercayaanmu, anakku girang sekali. Kau tunggu beberapa hari lagi, nanti aku nikahkan kau dengan putriku."

Kwee Ceng kaget, ia ingat oey Yong. Pikirnya: "sampai sekarang ini masih belum ketahuan Yong-jie masih hidup atau sudah mati, mana bisa aku membelakangi dia menikahi orang lain?" Ia ingin menampik tetapi melihat roman angker dari Jenghiz Khan, ia gagal membuka mulut.

Jenghiz Khan tahu pemuda ini jujur, ia menyangka orang berdiam saking girangnya, maka dia lantas memberikan hadiah berupa uang emas seratus kati, kerbau lima ratus ekor dan kambing dua ratus ekor. Dia memerintahkan si anak muda menyiapkan sendiri segala keperluan nikahnya.

Gochin Baki adalah putri tunggal dan ia sangat disayang ayahnya, sedangkan waktu itu berkat pelbagai kemenanganJenghiz Khan, pelbagai suku bangsa Mongolia merasa senang, maka, berhubung sama pernikahan si putri, yang telah lantas diumumkan, dari sana sini segera datang pemberian selamat berikut rupa-rupa hadiah, barang permata tak terkecuali, hingga semua itu mesti ditempati dalam beberapa puluh tenda.

Gochin Baki girang bukan kepalang, akan tetapi Kwee Ceng sebaliknya murung, apalagi hari pernikahan semakin dekat. Lie Peng dapat melihat kedukaan dan kebingungan putranya, pada suatu malam ia menanyakan sebabnya. Kwee Ceng berlaku terus-terang dengan menutur hal pergaulannya dengan Oey Yong. Mengetahui hal putranya ini, nyonya Kwee berdiam.

"Ibu, anakmu menghadapi kesukaran ini, bagaimana baiknya?" Kwee Ceng tanya.

"Budi Khan sangat besar mana dapat disia-siakan?" kata sang ibu. "Halnya Yong-jie, anak ini walaupun aku belum pernah melihatnya, mesti dia manis sekali"

"Ibu, kalau umpama ayah menemui urusan begini, apa yang akan diperbuat?" Kwee Ceng tanya pula.

Ini pertanyaan luar biasa. Lie Peng melengak. Kemudian ia tunduk, memikirkan sifat suaminya, yang ia kenal baik sekali.

"Ayahmu lebih suka menderita daripada menyia-nyiakan orang lain," jawab ibu ini akhirnya.

Kwee Ceng bangkit, ia berkata dengan gagah: "Anak belum pernah bertemu sama ayah akan tetapi anak akan mencontoh siIatnya Jikalau Yong-jie selamat, anak akan memenuhi janji dan akan menikahi putri Cochin Baki, apabila Yong-jie terjadi sesuatu, anak tidak akan menikah seumur hidup,"

"Memang begitu mestinya," pikir sang ibu. "Tidak boleh keluarga Kwee dibikin putus turunan olehmu. Tapi anak ini kukuh seperti ayahnya, tidak ada gunanya" Maka ia tanya:

"Habis bagaimana kau hendak bicara sama Khan?"

"Aku akan bicara terus-terang," sahut sang anak.

Lie Peng adalah ibu bijaksana, ia bersedia mengiringi kehendak anaknya. "Baik," katanya. "Di sini kita tidak bisa tinggal lebih lama lagi, nah pergi kau bicara sama Khan. Besok pagi kita berangkat ke selatan."

Kwee Ceng mengangguk. Ibu dan anak ini lantas berbenah membuntal bungkusan. Mereka cuma membekal pakaian seperlunya dan sejumlah uang, yang lainnya, yang menjadi hadiahnya Jenghiz Khan, mereka biarkan saja.

"Sekarang aku hendak pamitan dari putri Gochin Baki," kata Kwee Ceng.

Lie Peng bersangsi. "Mana dapat itu diberitahukan dia," katanya. "Baik kau pergi dengan diam-diam saja supaya dia tidak bersusah hati"

"Tidak. ibu, aku mesti bicara sama dia," kata Kwee Ceng pasti. Dan ia bertindak pergi.

Putri Gochin Baki berdiam bersama ibunya di sebuah kemah. Selama beberapa hari ia gembira sekali, ia repot menyiapkan segalanya untuk pernikahan, maka ia heran waktu mendengar Kwee Ceng di luar kemah memanggil dirinya. Ia pun likat ketika ia berkata

“Ibu"

Sang ibu tertawa dan berkata: "Beberapa hari lagi kamu bakal menikah, satu hari tidak bertemu pun tidak dapat Baiklah, kau pergilah menemui dia"

Gochin bersenyum, lantas ia pergi keluar. "Engko Ceng" katanya perlahan.

"Adik, aku ingin bicara sama kau," berkata Kwee Ceng, yang lantas mengajak si nona bertindak ke arah barat, terpisah jauh dari perkemahan. Di sana mereka duduk di atas rumput.

Gochin menyenderkan tubuhnya di tubuh si anak muda. "Engko Ceng, aku juga ingin bicara denganmu," katanya perlahan.

Kwee Ceng terperanjat. "Oh, kau pun telah mengetahuinya?" katanya. Ia lantas pikir: "Dia sudah tahu, ini lebih baik lagi, jadi aku tidak usah bicara banyak"

"Tahu apa?" kata si putri, ia heran. "Aku hanya hendak memberitahukan kau bahwa aku bukan anak dari Kha Khan"

"Apa kau bilang?" tanya Kwee Ceng, heran.

Gochin mengangkat kepalanya memandangi si Putri Malam yang baru mulai muncul. "Kalau nanti aku sudah menikah sama kau," berkata si putri perlahan, "Aku akan melupakan diriku bahwa akulah anak Jenghiz Khan, melainkan aku ialah istrinya Kwee Ceng, maka apabila kau hendak memukul aku atau memaki aku, kau boleh memukul dan memakinya, jangan karena kau pikir ayahku Khan yang agung, kau nanti merasa terhina."

Kwee Ceng terharu sekali. "Adikku, kau sangat baik," katanya, "Maka sayang sekali, aku tidak setimpal dijodohkan dengan kau"

"Kenapa tidak setimpal?" Gochin tanya. "Di kolong langit ini kaulah orang yang paling baik, kecuali ayah, tidak ada yang dapat menimpali kau. Keempat kakakku itu, mereka tidak ada separuh mu"

Kwee Ceng berdiam, tidak dapat membuka mulut, untuk memberitahukan bahwa besok, saat sang pagi datang, ia bakal meninggalkan Mongolia.

"Di dalam beberapa hari ini, aku girang sekali," Gochin berkata pula. "Ketika aku mendengar kabar kau mati, aku ingin lantas turut mati juga, syukur sekali Tuli telah merampas golok dari tanganku. Kalau tidak mana bisa sekarang aku menikah denganmu? Engko Ceng, jikalau aku tidak dapat menikah sama kau, benar-benar aku tidak suka hidup lagi."

Kwee Ceng berdiam. "Kalau Yong-jie, tidak bisa ia bicara begini padaku," pikirnya. "Keduanya, mereka baik sekali terhadapku" Ingat oey Yong, ia menghela napas.

"Eh, mengapa kau menarik napas?" Gochin heran.

"Tidak apa-apa" menyahut si anak muda bersangsi.

"Ah, kau tentu ingat kakakku yang nomor satu dan nomor dua," kata si putri. "Mereka memang tidak menyukai kau. Tapi di sana ada kakakku yang nomor tiga dan nomor empat, mereka baik sekali kepadamu. Baik kau jangan berduka, di depan ayah aku telah mengatakan bahwa kakak yang nomor satu dan nomor dua itu tidak baik, yang baik ialah kakak nomor tiga dan nomor empat."

Kwee Ceng heran. "Kenapa begitu?" ia tanya.

Gochin agaknya senang. "Aku telah mendengar ibu berkata bahwa sekarang usia ayah sudah lanjut dan ayah lagi memikir mengangkat putra mahkota. Coba kau terka, siapa yang bakal terpilih?"

"Pasti kakakmu yang paling tua Juji," menyahut Kwee Ceng. "Dia berusia paling tua dan jasanya pun besar."

Putri itu menggeleng kepala ia tertawa. "Kau menerka keliru," bilangnya. "Menurutku, kakak yang nomor tiga, atau kakak yang nomor empat."

Juji, putra sulung dari Jenghiz Khan, pintar dan pandai bekerja, putra nomor dua Jagatai, gagah dan pandai berperang. ogotai, putra nomor tiga, gemar minum dan berburu, hatinya lapang dan jujur. Dia menginsyafinya, yang bakal menggantikan ayahnya tentu Juji atau Jagatai, bahwa ia tidak mempunyai pengharapan, dari itu ia tidak turut itu kedua saling bersaing mengejar kedudukan Khan yang maha agung, karena ini, beberapa saudaranya, juga adiknya yang perempuan, baik sekali dengannya. Maka itu Kwee Ceng menyangsikan hanya dengan kata-kata Gochin Jenghiz Khan akan menukar putra mahkota pilihannya itu. Kesangsian ini ia utarakan pada putri itu.

"Aku juga tidak tahu pasti, aku menduga saja," kata Gochin, " Hanya andaikata benar salah satu kakakku yang nomor satu atau yang nomor dua menjadi Khan, kau jangan khawatir, jikalau mereka berani mengganggumu, aku akan mengadu jiwa dengan mereka" GochinBaki berani berkata begitu, sebab ia sangat disayang ayahnya hingga keempat saudaranya mengalah terhadapnya.

Kwee Ceng tahu putri ini bakal lakukan apa yang dikatakannya, ia bersenyum. "Tak usahlah kau sampai berbuat demikian," katanya.

"Itu yang diharap. umpama kata saudaraku itu memperlakukan kita berdua tidak selayaknya,. kita berangkat saja ke selatan"

"Aku justru hendak membilangi aku hendak pulang ke selatan" kata Kwee Ceng seketika.

Gochin heran hingga ia melengak. "Aku khawatir ayah dan ibuku tidak akan memberi ijin" katanya.

"Tapi aku akan pergi seorang diri"

"Ah, aku selalu mendengar perkataanmu," kata putri itu. "Kau bilang hendak pulang ke selatan, aku akan turut kau, jikalau ayah dan ibuku tidak mengijinkannya, kita pergi secara diam-diam"

Kwee Ceng tidak dapat menahan sabar lagi. Ia berlompat bangun. "Aku berdua ibuku yang akan pulang ke selatan" katanya.

Kembali Gochin Baki heran, hingga dia duduk menjublak, matanya mengawasi si pemuda, yang juga memandang kepadanya. Dia masih belum mengerti maksud orang.

"Adikku, maafkan aku, menyesal aku tidak dapat menikah denganmu," kata Kwee Ceng sesaat kemudian.

"Apakah aku telah melakukan suatu kesalahan?" tanya si putri. "Apakah kau menyesal aku tidak membunuh diri? Benarkah itu?"

"Bukan, bukannya kau bersalah" kata Kwee Ceng. "Akupun tidak tahu siapa yang salah, hanya setelah aku pikir-pikir, yang salah itu ialah aku. Duduk perkaranya begini"

Pemuda ini lantas menuturkan hal persahabatannya sama oey Yong. Ketika ia menceritakan sampai di bagian Oey Yong ditawan Auwyang Hong dan ia telah mencarinya setengah tahun lebih dengan sia-sia, Gochin menepas air mata karena ia turut merasa kasihan atas nasib nona yang dianggap bernasib malang itu.

"Maka itu, adikku kau lupakanlah aku," kata Kwee Ceng. "Aku hendak mencari dia."

"Setelah kau berhasil mencari dia, kau akan datang menjenguk aku atau tidak?" menanya si nona bangsawan.

"Jikalau dia selamat, aku pasti akan kembali ke Utara ini," Kwee Ceng menyahut, "Waktu itu, jikalau kau tidak menyia-nyiakan aku dan tetap masih menginginkannya, aku akan menikah denganmu, aku tidak akan menyesal."

"Jangan kau bilang begitu," berkata si putri. "Kau tahu sendiri, aku ini untuk selama-lamanya ingin menikah sama kau. Nah, kau pergilah mencari dia. Kau cari dia, sepuluh tahun, dua puluh tahun, asal aku masih hidup, aku akan menantikan kau di padang rumput ini."

Kwee Ceng terharu bukan main. "Ya, sepuluh tahun, dua puluh tahun, akan aku cari dia," ia bilang. "sepuluh tahun, atau dua puluh tahun, aku pun akan selalu mengingat kau di sini, di padang rumput, lagi menantikan aku."

Gochin berlompat bangun, ia menyesapkan diri di dada si anak muda, ia menangis tersedu sedan. Kwee Ceng memeluk perlahan lahan, matanya pun merah.

Justru waktu itu, empat penunggang kuda lari mendatangi dari arah barat dan lewat di dekat sepasang muda-mudi ini, mereka langsung menuju ke kemah Jenghiz Khan. Ketika terpisah lagi beberapa puluh tombak dari kemah, kuda yang satu roboh terguling, tidak dapat bangun lagi. Itulah tanda latihannya yang sangat. Penunggang kudanya telah berlompat bangun, terus dia kabur ke dalam kemah.

Hanya sejenak saja, maka dari dalam kemah lari keluar sepuluh serdadu, mereka berdiri di empat penjuru kemah, untuk memperdengarkan suara terompetnya.

Itulah terompet tanda panggilan kilat untuk sekalian perwira. Kalau terompet itu dibunyikan, tidak perduli pangeran atau panglima yang tersayang, apabila Khan yang agung menghitung dengan tekukan sepuluh jarinya tetapi ada yang belum datang memenuhi panggilan, maka dia bakal segera dihukum potong kepala tanpa ampun lagi. Kwee ceng ketahui itu.

"Kha Khan menghimpun panglima perang" katanya.

Tanpa banyak bicara lagi, ia meninggalkan Gochin Baki untuk kabur pulang. Ia menggunakan ilmunya ringan tubuh. Dari segala penjuru, ia mendengar derap kaki kuda. Ketika ia tiba di kemah Jenghiz Khan justru baru menekuk jeriji tangannya yang ke lima. Waktu delapan jari tangan telah tertekuk. maka kumpullah semua putra dan panglimanya.

Jenghiz Khan sudah lantas berkata nyaring: "Adakah raja anjing itu mempunyai putra-putra yang begini gesit? Adakah dia mempunyai panglima-¬panglima perang yang begini gagah?"

"Tidak" menyahut sekalian pangeran dan panglima berbareng.

Jenghiz Khan menepuk dada. "Kalian lihat" katanya pula. Dia menunjuk. "Inilah perutusanku yang dikirim ke Khoresm. Apakah yang raja anjing telah perbuat atas budak-¬budakku yang setia?"

Semua orang berpaling ke arah yang ditunjuk junjungan mereka. Di situ ada beberapa orang Mongolia dengan muka bengkak dan matang biru dan kumisnya terbakar bersih. Kumis tanda keagungan dari seorang pahlawan Mongolia. Kalau kumis terbentur saja sudah satu penghinaan, sekarang terbakar habis. Maka semua panglima itu menjadi sangat gusar hingga mereka berseru-seru.

KHORESM atau KHIVA, Dahulu suatu negara dibawah pemerintahan seorang Khan, dan sekarang menjadi salah satu propinsi daripada negara bagian USBEKISTAN di UNI SOVIET.

"Khoresmia itu suatu negara besar di sebelah Barat kita," berkata pula Jenghiz Khan. "Oleh karena kita memusatkan perhatian dalam penyerangan kepada anjing Kim, terhadapnya kita suka mengalah .Juji, anakku, kau bilang, bagaimana sikapnya itu anjing Muhammad terhadap kita?"

Juji maju satu tindak. ia menyahut dengan nyaring: "Satu Tahun lalu ayah menitahkan anakmu menyerang bangsa Mergid yang harus mampus, anak pulang dengan kemenangan. Ketika itu Muhammad telah mengirim satu pasukan perangnya menggencet bangsa Mergid itu. Karena kedua pasukan telah bertemu satu sama lain. Anak lantas mengirim utusan untuk mengadakan perhubungan baik dengan membilang ayah suka bersahabat dengan Khoresm. Lantas Muhammad bilang: "Meskipun Jenghiz Khan tidak menitahkan kamu menyerang aku akan tetapi Tuhan memerintahkan aku menghajar kamu." Kita jadi bertempur dan kita menang, hanya pada waktu tengah malam, lantaran jumlah musuh lebih besar sepuluh lipat, diam-diam aku mengundurkan diri"

"Walaupun demikian, Kha Khan masih tetap berlaku baik terhadapnya," berkata Boroul. "Waktu kita mengirim kafilah perdagangan, semua barang kita dirampas Muhammad dan semua saudagarnya dibunuh mati, sekarang mengirim utusan untuk mengikat persahabatan, Muhammad telah mendengar ojokannya Wanyen Lieh si pangeran anjing dari negara Kim, dia membunuh utusan kita yang gagah dan menyerang pengiring-pengiring utusan itu, separuh pengiring dibinasakan dan separuhnya lagi dibakar kumisnya lalu diusir pulang"

Mendengar disebutnya nama Wanyen Lieh, Kwee Ceng ikut bicara. "Apakah Wanyen Lieh ada di Khoresm?" ia tanya.

"Anjing Kim itu berserikat sama Khoresm," berkata Jenghiz Khan, "Mereka hendak menggencet kita. Apakah kita takut?"

"Khan kita yang agung tak ada tandingannya di kolong langit ini" berseru para panglima. "Kha Khan, kau titahkan kita pergi menyerang Khoresm, nanti kita menggempur kota-kotanya, kita membakar rumah¬-rumahnya, kita membunuh habis rakyatnya laki-laki dan perempuan, kita rampas hewan mereka"

"Muhammad mesti dibekuk, Wanyen Lieh mesti dibekuk" Jenghiz Khan menambahkan.

"Ya" berseru para hadirin hingga api lilin di dalam kemah jadi berkelak- kelik,







OBJEK WISATA MANCA NEGARA


Teluk Wilhelmina Antartika

Kota Tua Samarkand, Uzbekistan
Pulau Falkland Antartika Inggris
Pulau Falkland Antartika Inggris
Air Terjun Victoria Afrika
Air Terjun Victoria Afrika
Panci Makgadikgadi Botswana, Afrika
Panci Makgadikgadi Botswana, Afrika
Pulau Falkland Antartika Inggris
Pulau Falkland Antartika Inggris
Panorama Alam Georgia
Panorama Alam Georgia
Kebun Raya Singapura
Kebun Raya Singapura
Pagoda Shwedagon Yangon, Myanmar
Pagoda Shwedagon Yangon, Myanmar
Dataran Guci Xiangkhouang, Laos
Dataran Guci Xiangkhoung, Laos
Danau Iskanderkul Tajikistan
Danau Iskanderkul Tajikistan
Piramida Giza Mesir
Piramida Giza Mesir
Ngarai Sungai Ikan Namibia, Afrika
Ngarai Sungai Ikan Namibia, Afrika
Taman Nasional Ala Archa Kirgistan
Taman Nasional Ala Archa Kirgistan
Selat Drake Antartika Amerika
Selat Drake Antartika Amerika
Istana Kekaisaran Tokyo
Istana Kekaisaran Tokyo
Jembatan Gerbang Emas
Jembatan Gerbang Emas - Amerika
Air Terjun Niagara
Air Terjun Niagara Prancis
Grand Canyon
Grand Canyon Amerika
Pasar Terbesar di Bangkok
Pasar Terbesar di Bangkok
Taman Nasional Yellowstone
Taman Nasional Yellowstone - Amerika
Burj Khalifa - Dubai
Budj Khalifa Dubai
Taj Mahal
Taj Mahal India
Musium Amir Temur Uzbekistan
Musium Amir Temur Uzbekista
Blackpool - Amerika
Blackpool Irlandia
Taman Nasional Blue Mountain - Sydney
Taman Nasional Blue Mountain Sydney
Jembatan Baja Terbesar di Australia
Jembatan Baja Terbesar di Australia
Taman Nasional Kakadu Australia
Taman Nasional Kakadu Australia
Danau Baikal Rusia
Danau Baikal Rusia
Biara Meteora Yunani
Biara Meteora Yunani
Pantai Bondi Australia
Pantai Bondi Australia
Menara Eiffel Prancis
Menara Eiffel Prancis
Musium Van Gogh Belanda
Musium Van Gogh Belanda
Gedung Opera Sydney
Gedung Opera Sydney
Gunung Meja Afrika
Gunung Meja Afrika
Menara Kembar Petronas Malaysia
Menara Kembar Petronas Malaysia

===============================




Air Terjun Victoria Afrika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar