Rabu, 31 Maret 2021

Pendekar Pemanah Rajawali Jilid 144

"Bukankah kau telah menggigitkan ularmu kepada Lam Hie Jin?" berkata si nona. "Ketika itu aku bertemu dia di Tho Hoa To, dia telah memukulku satu kali. Tinjunya itu mengenai pundakku yang kiri. Dengan begitu, di duri baju lapisku lantas ketinggalan sisa bisanya. Barusan siauw-ongya menghajar aku, kebetulan dia kena mencengkeram baju lapisku, karena dia terluka, darah beracun itu masuk ke dalam darahnya. Hm Dialah ikan cucut yang ketiga"

Mendengar keterangan si nona, orang merasa bergidik sendiri. sungguh hehat bisanya Auwyang Hong. Yo Kang telah menerima pembalasannya sendiri, dia mau mencelakai orang lain, dia sendiri yang menjadi korban.

Mendengar sampai di situ, Wanyen Lieh menghampiri Auwyang Hong di depannya ia menekuk lutut.

"Auwyang sianseng," ia berkata, "Siauw-ong minta sukalah kau menolong jiwa putraku, nanti siauw¬ong tidak bakal melupakan budimu yang sangat besar ini."

Auwyang Hong tertawa lebar. "Jiwa anakmu ialah jiwa keponakanku bukan jiwanya" katanya. Ia lantas menyapu Pheng Lian Houw semua, muka siapa terang di sinar rembulan, terus ia berkata dengan suara dalam: "orang gagah yang mana yang tidak puas, baik lekas-lekas maju untuk bicara"

"Bisa Bisa" serunya. "Kau menggunakan bisa melukakan aku?"

Bukannya orang maju, orang justru mundur. Pula tidak ada yang berani membuka mulut. Selagi orang menjublak, mendadak Yo Kang berlompat bangun dan menghajar Nio Cu ong hingga pahlawan itu roboh. Wanyen Lieh lantas bangun berdiri.

"Lekas bawa siauw-ong ya ke Lim-an" ia memberi titah. "Mari kita mengundang tabib yang pandai untuk mengobatinya "

Auwyang Hong mendengar perkataan pangeran itu, sembari tertawa ia berkata "Racun si bisa bangkotan mana ada tabib di kolong langit ini yang sanggup mengobatinya? Lagi pula mana ada tabib pandai yang tidak menyayangi jiwa" dengan berani merusak usaha Wanyen Lieh tidak mau melayani bicara.

"Kamu masih tidak mau lekas-lekas menolong siauw-ongya?" bentaknya kepada semua pahlawannya.

Belum lagi Yo Kang dipegang, untuk dibawa pergi, dia sudah berlompat tinggi hingga hampir kepalanya sundul dengan penglari, ketika dia sudah turun pula, dia menuding pangeran Kim itu sambil berseru:

"Kau bukan ayahku sudah kau bikin celaka ibuku, sekarang kau bikin celaka juga aku"

"Siauw-ongya, sabar" See Thong Thian membujuk. Ia mendekati, untuk memegang kedua lengan pangeran itu.

Yo Kang lihay, dia mendahului menangkap lengan orang she see itu, lalu dia menggigit jempolnya. See Thong Thian menjerit karena sakit, dia menarik tangannya, terus dia melengak. Lantas dia merasakan tangannya kaku, hingga dia menjadi kaget tidak terkira. Oey Yong mengawasi jago itu, ia berkata dingin

"Inilah ikan cucut yang keempat"

Cian Ciu Jin-touw Pheng Lian Houw kaget sekali. Dia memang bersahabat paling rapat dengan See Thong Thian. Dia pula paling pandai menggunakan racun, maka dia tahu apa yang dia mesti lakukan. See Thong Thian itu sudah keracunan. Dengan sebat luar biasa, dia menghunus goloknya, dengan itu dia membabat kutung sebelah lengannya sahabatnya itu Hauw Thong Hay kaget bukan main. Ia tidak tahu maksud Lian Houw.

"Pheng Lian Houw, kau melukai sukoku" ia membentak. Ia lantas maju untuk menyerang.

Tapi Thong Thian, yang menahan sakitnya, berteriak: "Tolol Pheng Toako justru menolong aku" Thong Hay batal menyerang, ia melengak.

Yo Kang menjadi kalap. pikirannya waswas. Ia menyerang kalang kabutan, ia meninju, menendang dan menggigit juga. Orang telah melihat contoh dalam diri see Thong Thian,

Mereka semua ketakutan, mereka pada menyingkirkan diri, semua lari keluar, hingga kacaulah mereka. Burung-burung gagak dengan turut kaget lagi dan beterbangan dengan berisiknya. Maka di pekarangan yang kosong di depan kuil, terlihat bayangan mereka terbang serabutan, suara mereka saling sahut dengan teriakan-teriakannya Yo Kang

Wanyen Lieh juga turut pergi ke luar kuil, tapi ia masih menoleh dan memanggil: "Anak Kang Anak Kang"

Yo Kang mengucurkan air mata.

Wanyen Lieh girang, ia mementang kedua tangannya, untuk menyambut putranya. Maka berdua mereka saling merangkul.

"Anak. kau sudah mendingan?" tanya ayahnya.

Tapi di sinar rembulan, ia menampak wajah orang yang tidak wajar, yang matanya terbuka lebar, terang dia belum sadar, sedang giginya bercatrukan. Ia kaget ketika si anak mengangkat tangan kirinya, menghajar ke arahnya. Dalam kagetnya ia bukan lompat mundur atau lari, ia menjorokkan tubuh putranya itu. Pangeran muda itu kehabisan tenaga, dia roboh terguling, terus dia tidak merayap bangun.

Menampak demikian, hati Wanyen Lieh mencelos, tidak berani ia mengawasi lagi, lantas ia lari terus, di luar kuil, ia melompat naik ke atas kudanya, untuk dikasih kabur, maka ia segera diiringi sekalian pahlawannya. Lekas sekali, mereka telah lenyap berikut bayangan, mereka.

Auwyang Hong mengawasi tubuh Yo Kang. Pemuda itu lagi bergulingan. Oey Yong pun mengawasi. Maka mereka berdua punya pikiran masing-masing yang satu berduka berbareng gusar, yang lain terharu dan puas. Mereka sama-sama membungkam, sampai mendadak mereka mendengar suara berkeresek di atas genting.

"Mau apa kau mencuri mendengar?" menegur Auwyang Hong. "Turunlah"

Oey Yong kaget. Ia menyangka Kwa Tin ok yang naik ke genting. Ia lantas melihat satu bayangan orang berlompat turun, orang itu lari masuk.

"enci Bok" ia berseru. Ia lantas mengenali orang. "Enci kau datang"

Nona itu tidak menghiraukan panggilannya, ia lari terus pada Yo Kang, yang ia lantas angkat tubuhnya untuk dipondong.

"Kau masih kenali aku?" ia menanya halus.




Yo Kang menyahut, suaranya tidak karuan, terdengarnya cuma "Ho ho"

"Ah, kau tidak dapat melihat aku" kata Liam Cu. Ia memutar tubuh, untuk mendapat sinar rembulan, untuk si anak muda melihat mukanya. Ia tanya pula: "Kau kenali aku atau tidak?"

Yo Kang mendelong mengawasi nona itu. Selang sesaat, baru ia mengangguk. Liam Cu girang.

"Hidup di dunia sungguh sengsara" katanya perlahan. "Kau menderita, aku juga, Mari kita pergi, Maukah kau?" Yo Kang mengangguk pula. Tapi mendadak dia berteriak. Liam cu duduk mendeprok. dia memeluk erat-erat.

Menyaksikan semua itu, Oey Yong menghela napas. Tapi lekas juga ia menjadi heran. Tubuh Liam Cu bergerak turun, menindih tubuh Yo Kang, kepalanya jatuh di pundak si anak muda. Habis itu, keduanya terlihat tidak bergerak lagi.

"enci Bok… enci Bok" ia memanggil-manggil, kaget.

Liam Cu tidak menyahut, ia seperti tidak mendengar, tubuhnya terus diam. Nona Oey bingung, ia segera menghampiri, dengan perlahan ia pegang pundak si nona, untuk diangkat, mendadak tubuh itu roboh ke belakang

Sekali lagi Oey Yong berteriak karena kagetnya. Hanya sekarang ia melihat di dada si nona menancap ujung tombak buntung, napas si nona sudah berhenti. Ketika ia memandang Yo Kang, dada itu pun bekas tertusuk tombak, darahnya mengalir keluar. Anak muda itupun sudah putus jiwanya.

Liam Cu tidak tega mengawasi Yo Kang tersiksa, maka ia memeluknya dengan memasang tombak pendek didada sianak muda, waktu ia memeluk kuat, ujung tombak melesak dalam, maka matilah kekasihnya itu, setelah mana, ia menikam dadanya sendiri dengan cara serupa. Dari itu keduanya pulang bersama ke lain dunia

Oey Yong mendekam di tubuh Liam Cu, ia menangis sedih. Ia bersedih untuk nasib buruk nona itu. Kemudian, kapan ia ingat peruntungannya sendiri, yang masih kusut, ia menangis semakin sedih.

Auwyang Hong terus mengawasi semenjak tadi, sampai kemudian ia berkata "Bagus matinya mereka, buat apa ditangisi lagi? Setengah malaman sudah orang mengacau, sekarang akan lekas terang tanah. Mari kita melihat ayahmu"

Si nona berhenti menangis. "Di saat ini mungkin ayahku sudah pulang ke Tho Hoa To, buat apa dilihat lagi?" bilangnya.

Auwyang Hong melengak, terus ia tertawa dingin. "Oh, budak, budak, kiranya kau menjual orang" katanya keras.

"Di bagian depan dari kata-kataku, memang aku mendustai kau," berkata oey Yong. "Ayahku orang macam apa, mustahil dia membiarkan dirinya dikurung imam-imam busuk dari Coan Cian Kauw? Jikalau aku tidak menyebut-nyebut Kiu Im Cin-keng, maka kau mau mengijinkan aku memeriksa Sa Kouw?"

Kwa Tin ok mendengar semua itu, ia kagum dan menyayangi Oey Yong. Ia sekarang mengharap- harap si nona mendapat akal untuk menyingkir dari hadapan manusia yang lihay dan berbahaya ini.

"Dalam kata-katamu ada terkandung tiga bagian kebenaran, kalau tidak, aku si bisa bangkotan tidak akan kena terpedayakan," kata Auwyang Hong. "Baiklah, sekarang kau menjelaskan salinan dari ayahmu itu, jangan ada satu hurufpun yang dilompati"

"Jikalau aku lupa, bagaimana?" oey Yong tanya.

"Paling baik kau mengingat- ingatnya. Kalau budak secantik kau ini kena dicatol ularku, itulah harus disayangi"

Oey Yong jeri juga. Ia telah menyaksikan hebatnya kebinasaan Yo Kang. Maka ia berpikir keras¬ "Taruh kata aku memberitahukan terjemahan It Teng Taysu, tidak akan dia gampang-gampang melepaskan aku. Bagaimana caranya aku harus menyingkir dari dia ini?"

Ia tidak dapat pikiran yang baik, maka ia anggap baiklah ia bersikap ayal-ayalan, untuk menang waktu.

"Jikalau aku melihat huruf sansekertanya, mungkin aku dapat menjelaskan semua," katanya kemudian. "Coba kau membacakan, nanti aku mencoba-coba."

"Siapa sanggup membaca di luar kepala bahasa asing itu?" kata Auwyang Hong. "Sudah, jangan kau main gila denganku"

Mendengar orang tidak dapat menghapal, oey Yong mendapat pikiran. Ia menganggap pastilah See Tok memandang kitabnya itu sebagai jiwanya.

"Baik," katanya, "Sekarang kau keluarkan kitabmu itu."

Auwyang, Hong menurut. Dari dalam sakunya, ia mengeluarkan satu bungkusan, yang ia buka. Bungkusan itu terdiri dari tiga lapis kertas minyak. Itu dia kitab yang ditulis Kwee Ceng.

"Hm" tertawa si nona di dalam hatinya. "Engko Ceng menulis ngaco, dia memandangnya sebagai mustika"

Auwyang Hong menyalakan api, untuk menulis sisa lilin. Ia lantas membaca. "Itu artinya mesti pandai melihat lalu membuatnya menjadi dua belas macam tarikan napas," oey Yong menjelaskan. See Tok girang. Ia membaca pula. "Setelah dapat menghindari diri dari pelbagai ancaman maka perlahan-lahan akan masuk kejalan kesempurnaan," si nona menjelaskan pula. Kembali see Tok membaca. si nona berpikir, lalu ia menggeleng kepala. "salah, kau salah membacanya" katanya.

Auwyang Hong membaca lagi tetapi si nona menggoyang pula kepalanya. "Tidak salah, begini tulisnya," kata see Tok. "Heran Kenapa aku tidak mengerti?"

Oey Yong bergelisah, ia mengawasi tajam. Ia ingin orang lekas-lekas ingat dan mengerti.

"Ah, mungkin Kwee Ceng si bocah salah menulisnya" kata si nona kemudian. "Mari aku lihat."

See Tok tidak takut orang main gila, ia menyerahkan kitabnya. Oey Yong menyambut dengan tangan kanan, tangan kirinya mengambil api, ia bersikap hendak menyuluhi, mendadak ia berlompat ke belakang hingga setombak lebih. Lilin dan kitab ia lantas dekati satu dengan lain.

"Auwyang Peehu, kitab ini kitab palsu" katanya mendadak. "Biar aku bakar saja"

Auwyang Hong kaget bukan main. "Eh, eh, kau kata apa?" katanya. "Lekas kembalikan padaku"

"Kau menghendaki kitab atau jiwaku?" si nona tanya.

"Jiwamu buat apa" bentak SeeTok. "Lekas kembalikan" Ia bersikap hendak berlompat maju, guna merampas.

Oey Yong tidak takut, ia malah membawa lebih dekat ke kitab. "Kau bergeraklah" katanya mengancam. "setiap kali kau bergerak. setiap kali aku membakar sehelai. Akhirnya kau akan menyesal seumur hidupmu"

Auwyang Hong kalah gertak. "Hm" ia mendongkol. "Kau letakkan kitab itu. Kau pergilah"

"Kau seorang guru besar tidak dapat kau menelan kata-katamu" kata si nona tertawa.

See Tok mengasih lihat roman bengis. "Aku bilang lekas kau letakkan kitab itu" katanya, suaranya dalam. "Kau pergilah"

Oey Yong percaya, sebagai orang kenamaan, biarpun kejam, See Tok akan pegang perkataannya itu, maka ia lantas meletakkan kitab dan lilin¬

"Auwyang Peehu, maaf," katanya tertawa. Ia memutar tubuh untuk pergi dengan membawa tongkatnya.

Auwyang Hong tidak berpaling lagi, mendadak ia menghajar ke belakang, kepada patung Ong Gan ciang, hingga patung itu pecah separuhnya dan roboh dengan berisik. Terus dia membentak:

"orang buta she Kwa, kau keluarlah"

Oey Yong kaget bukan kepalang. Ia tidak menyangka. Ia lekas menoleh. Kwa Tin ok tidak mau bersembunyi lebih lama, ia berlompat turun seraya memutar tombak di depannya.

Nona oey sadar. orang selihay See Tok tidak gampang diakali, pasti suara napas ketua Cit Koay itu telah terdengarnya, hanya semenjak tadi, si Bisa dari Barat berlagak pilon saja. Terpaksa ia kembali, ia berlompat ke samping Tin ok. bersiap untuk membelanya.

"Auwyang Peehu, aku tidak jadi pergi," katanya "Kau kasihlah dia pergi"

"Jangan, Yong-jie" berkata Tin ok. "Kau pergilah, kau cari anak Ceng. Kau menyuruh dia membalaskan sakit hati kami enam saudara"

Si nona menjadi berduka. "Kalau Kwee Ceng percaya aku, dia sudah mempercayainya dari siang-siang," ia kata masgul. "Kwa Tayhiap. jikalau kau tidak pergi, penasaran ayahku sukar dijelaskan, sukar dilenyapkan. Kau bilangi Kwee Ceng, aku tidak sesalkan dia dan minta dia jangan bersusah hati."

Tin ok seorang laki-laki, tidak sudi ia ditolong si nona mengorbankan diri, maka ia berkutat sama nona itu.

Auwyang Hong jadi babis sabar. "Eh, budak cilik" tegurnya. "Aku telah memberi ijin kau pergi, perlu apa kau masih banyak rewel?"

"Aku justru tidak mau pergi" si nona membelar. "Auwyang Peehu, baik kau usir pergi ini si buta yang menyebalkan, nanti aku melayani kau berunding. Asal jangan kau melukai dia"

Auwyang Hong berpikir: "Kau tidak mau pergi, itu lebih baik lagi. Apa sangkut pautnya dengan aku kalau si buta ini mampus atau hidup terus?" Maka ia bertindak maju, ia menjambak dada Tin ok.

Ketua cit Koay itu menggerakkan tombaknya untuk membela diri, tetapi ketika tombak bentrok sama tangan, toya itu terlepas dan tangannya kesemutan, dadanya juga sedikit sakit. Tombaknya mencelat ke atas, menembusi wuwungan. Terpaksa ia berlompat mundur. Akan tetapi belum lagi ia dapat menaruh kaki, tubuhnya sudah disambar See Tok dan diangkat. Ia seorang berpengalaman, ia tidak menjadi gugup atau takut, tangan kirinya diayun, hingga dua biji lengkak besi menyambar ke muka jago dari Wilayah Barat itu.

Auwyang Hong tidak menduga orang dapat bertindak demikian, terpaksa ia berkelit sambil melengak seraya tangannya melemparkan tubuh jago Kang Lam itu ke arah belakang.

Melihat itu, Oey Yong menjerit. Tubuh Tin ok terlempar mendahului lengkaknya, hingga dia terancam bahaya senjata rahasianya sendiri. Tapi si buta itu lihay sekali, dia mendengar suara angin, dia mengulur tangannya, menyambut lengkaknya itu, maka ia turun ke bawah dengan tidak kurang suatu apapun.

"Bagus" berseru Auwyang Hong memuji. "orang buta she Kwa, kau lihay. Nah, kau pergilah, aku beri ampun padamu"

Kwa Tin ok bersangsi, ia tidak lantas bertindak pergi. Oey Yong mengerti keragu-raguan orang, ia tertawa dan mengatakan

"Kwa Tayhiap. Auwyang Hong hendak mengangkat aku menjadi guru, dia mau belajar Kiu Im Cin-keng, maka kalau kau tidak mau pergi, apa kau juga hendak mengangkat aku menjadi gurumu?"

Tin ok masih berdiri diam. si nona boleh tertawa tetapi ia ketahui baik ancaman bahaya untuk nona itu.

Auwyang Hong memandang langit. "Langit sudah terang mari kita pergi" ia mengajak oey Yong. Ia menarik tangan si nona, untuk dituntun pergi. Cepat jalannya ke luar kuil.

"Kwa Tayhiap. kau ingat apa yang aku tulis di tanganmu" kata oey Yong sambil mengikuti See Tok.

Ketika ia mengakhiri pesannya itu, ia sudah terpisah belasan tombak. Tetapi Tin ok masih dapat mendengar. Hanya tertua Cit Koay ini heran, terus ia berdiri menjublak. Ia masih berdiri diam kendati orang sudah pergi jauh. Maka tak lama kemudian, riuhlah suara kawanan gagak yang beterbangan di udara.

Masih Tin ok berdiri diam sampai ia mendengar burung-burung itu terbang ke dalam kuil, untuk berebut makan mayat orang. Ia ingat Bok Liam Cu, ia merasa kasihan untuk nasib buruk nona itu, tidak pantas si nona menjadi umpan burung, maka ia lari ke dalam kuil, ia cari mayatnya, terus ia bawa keluar, ke belakang, di mana ia menggali lubang untuk menguburnya. setelah itu ia lompat naik ke atas genting, mencari tombak buntungnya.

"Ke mana aku mesti pergi?" tanyany kepada dirinya sendiri sambil berdiri bengong. Ia pun telah menjadi sebatang kara.

Sementara itu, banyak burung gagak mengasih dengar suaranya yang sedih, lalu bergantian mereka jatuh sendirinya dari udara dan mati. Mereka telah makan daging beracun dari Yo Kang dan mati karenanya.

Menduga kepada nasibnya burung-burung itu, Tin ok menghela napas, lalu ia bertindak ke utara. Dihari ketiga, selagi berjalan, ia mendengar suara burung rajawali, yang terbang di atasan kepalanya.

"Mungkin anak Ceng ada di sini," pikirnya. Maka lantas ia memanggil-manggil, "Anak Ceng… Anak Ceng"

Belum lama maka terdengarlah suara kuda lari mendatangi, lantas Kwee Ceng tiba bersama kuda merahnya. Dia girang sekali melihat gurunya yang terpisah dalam pertempuran kacau. Dia lompat turun dari kudanya, untuk merangkul gurunya seraya memanggil.

"suhu suhu"

Tapi Tin ok menggaplok muridnya dua kali, hingga si murid melengak, lekas-lekas dia melepaskan pelukannya. Tin ok masih mencoba menyerang dengan tangan kirinya dan tangan kanannya berulang-ulang dipakai menggaplok mukanya sendiri

Menampak demikian, Kwee Ceng kaget dan heran. "suhu" katanya. "Suhu, kau kenapa?"

"Sebab kau si tolol cilik dan aku si tolol bangkotan" menjawab guru itu keras.

Masih Tin ok memukuli muridnya dan dirinya sendiri. sampai muka mereka pada bengap. baru dia berhenti sendiri. setelah ini, dia mencaci kalang kabutan kepada muridnya itu.

"Suhu, kenapa?" tanya si murid, yang tetap bingung.

Sekarang ini Tin ok telah menjadi tenang, maka ia lantas menuturkan apa yang telah terjadi di kuil, terutama tentang penuturan oey Yong, yang membuka rahasia Yo Kang dan Auwyang Hong yang membinasakan Cu Cong dan lainnya. Mendengar keterangan itu, Kwee Ceng heran dan girang, malu dan berduka.

"Dengan begitu aku telah berlaku keliru terhadap Yong-jie," katanya, menyesal.

"Maka itu kau bilanglah," Tin ok menutup ceritanya, "Kita berdua harus mampus atau tidak?"

"Memang suhu," berkata si murid. "Suhu, sekarang mari kita lekas menolong Yong-jie" Kwee Ceng menganggap oey Yong berada dalam bahaya.

"Bagaimana dengan ayahnya?" Tin ok tanya.

"Oey Tocu membawa Ang Insu ke Tho Hoa To untuk berobat. suhu, ke mana kiranya Auwyang Hong membawa Yong-jie?"

Tin ok berdiam, nampaknya ia berpikir. "Jikalau Yong-jie tidak dapat lolos dari tangan Auwyang Hong, entah dia bakal tersiksa bagaimana" katanya. "Anak Ceng, pergilah kau tolong dia Aku sendiri hendak membunuh diri untuk menghaturkan terima kasih kepadanya.."

Kwee Ceng terkejut. "Suhu, janganlah memikir demikian" ia berkata. Ia berkhawatir karena ia tahu benar tabiat keras gurunya, yang biasa melakukan apa yang dikatakan. "Suhu, lebih baik pergi ke Tho Hoa To untuk mengasih kabar, kau minta Oey Tocu lekas menolong putrinya. Sebenarnya aku bukan lawan dari Auwyang Hong."

Kwa Tin ok bisa berpikir, maka ia menganggap perkataan muridnya benar adanya. Karena ini ia batal membunuh diri, lantas ia berangkat, guna pergi ke pulau Tho Hoa To.

Kwee Ceng merasa berat sekali berpisahan lagi, ia mengikuti.

"Kenapa kau masih belum mau pergi?" membentak sang guru, yang mendapat tahu dirinya diikuti. "Lekas pergi. Jikalau kau tidak dapat menolong Yong-jie, maka jiwamu akan aku ambil"

Kwee Ceng menghentikan tindakannya, ia mengawasi gurunya berjalan terus, sampai si guru lenyap dari pandangan matanya. Ia masih berdiam sekian lama, karena ia benar-benar bingung ke mana ia mesti mencari Oey Yong. Akhirnya sambil menunggang kuda dan mengajak burungnya, ia menuju ke arah Tiat Ciang Bio.

Hebat apa yang disaksikan di kuil Ong Gan ciang dan sekitarnya. Banyak sekali bangkai burung gagak bergeletakan, di luar dan di dalam, dan di dalam terlihat seperangkat tulang belulang manusia. Terang itulah sisa tubuhnya Yo Kang. Ia menjadi terharu meskipun ia tahu pemuda itu musuh dari guru-¬gurunya. Ia masih ingat persahabatannya dengan Yo Kang dan perhubungan di antara kedua pihak orang tua mereka. Maka ia pungut semua tulang itu, ia kubur di belakang kuil di sisi kuburan Bok Liam Cu. Ia memberi hormat sambil berlutut dan mengangguk¬-angguk dan memuji: "saudara Yo, saudara Yo Jikalau kau masih ingat budiku ini mengubur tulang-tulangmu, kau harus memayungi aku hingga aku berhasil mencari Yong-jie, dengan begini dapatlah kau menebus segala dosamu selama hidupmu"

Habis memuji, Kwee ceng masih menjura empat kali kepada kuburan Yo Kang dan Bok Liam cu, baru ia keluar dari kuil, untuk mulai dengan perkataannya mencari Oey Yong. Di sepanjang jalan, di mana saja, ia menanya-nanya orang tentang nona itu dengan menunjukkan petaan roman dan potongan tubuhnya si nona serta Auwyang Hong. Ini pekerjaan sukar. Setengah tahun lamanya ia merantau. Ia telah minta keterangan pihak Kay Pang dan coan cin Kauw dan orang-orang yang ia kenal, ia tetap tidak memperoleh hasil. Ia bertabiat keras, ia tidak mau menyerah kalah, terus ia mencari. Selama itu pernah ia pergi ke Pakhia, dan dua kali ia mendatangi kota Pianliang, di sana pun ia tidak mendengar kabar halnya Wanyen Lieh.

Pada suatu hari pemuda ini tiba di propinsi Shoatang, kebetulan ia berada di satu daerah yang kosong, sebab di sepanjang jalan, dari sepuluh rumah, sembilan yang ditinggalkan pergi penghuninya. Dijalan besar banyak orang yang lagi berangkat mengungsi. Katanya tentara Mongolia dan Kim telah berperang, pihak Kim kalah dan tentaranya kabur buyar, sembari kabur mereka merampok dan memperkosa.

Tiga hari sudah Kwee ceng berjalan - ia menuju ke Utara - ia mendapat kenyataan daerah semakin kosong dan keadaannya semakin menyedihkan. Dengan begini ia menjadi semakin menyedihkan. Dengan begini ia menjadi menginsyafi bahaya perang itu yang sangat merusak. Terutama sangat mengganggu rakyat negeri.







OBJEK WISATA MANCA NEGARA


Teluk Wilhelmina Antartika

Kota Tua Samarkand, Uzbekistan
Pulau Falkland Antartika Inggris
Pulau Falkland Antartika Inggris
Air Terjun Victoria Afrika
Air Terjun Victoria Afrika
Panci Makgadikgadi Botswana, Afrika
Panci Makgadikgadi Botswana, Afrika
Pulau Falkland Antartika Inggris
Pulau Falkland Antartika Inggris
Panorama Alam Georgia
Panorama Alam Georgia
Kebun Raya Singapura
Kebun Raya Singapura
Pagoda Shwedagon Yangon, Myanmar
Pagoda Shwedagon Yangon, Myanmar
Dataran Guci Xiangkhouang, Laos
Dataran Guci Xiangkhoung, Laos
Danau Iskanderkul Tajikistan
Danau Iskanderkul Tajikistan
Piramida Giza Mesir
Piramida Giza Mesir
Ngarai Sungai Ikan Namibia, Afrika
Ngarai Sungai Ikan Namibia, Afrika
Taman Nasional Ala Archa Kirgistan
Taman Nasional Ala Archa Kirgistan
Selat Drake Antartika Amerika
Selat Drake Antartika Amerika
Istana Kekaisaran Tokyo
Istana Kekaisaran Tokyo
Jembatan Gerbang Emas
Jembatan Gerbang Emas - Amerika
Air Terjun Niagara
Air Terjun Niagara Prancis
Grand Canyon
Grand Canyon Amerika
Pasar Terbesar di Bangkok
Pasar Terbesar di Bangkok
Taman Nasional Yellowstone
Taman Nasional Yellowstone - Amerika
Burj Khalifa - Dubai
Budj Khalifa Dubai
Taj Mahal
Taj Mahal India
Musium Amir Temur Uzbekistan
Musium Amir Temur Uzbekista
Blackpool - Amerika
Blackpool Irlandia
Taman Nasional Blue Mountain - Sydney
Taman Nasional Blue Mountain Sydney
Jembatan Baja Terbesar di Australia
Jembatan Baja Terbesar di Australia
Taman Nasional Kakadu Australia
Taman Nasional Kakadu Australia
Danau Baikal Rusia
Danau Baikal Rusia
Biara Meteora Yunani
Biara Meteora Yunani
Pantai Bondi Australia
Pantai Bondi Australia
Menara Eiffel Prancis
Menara Eiffel Prancis
Musium Van Gogh Belanda
Musium Van Gogh Belanda
Gedung Opera Sydney
Gedung Opera Sydney
Gunung Meja Afrika
Gunung Meja Afrika
Menara Kembar Petronas Malaysia
Menara Kembar Petronas Malaysia

===============================




Air Terjun Victoria Afrika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar