Selasa, 30 Maret 2021

Pendekar Pemanah Rajawali Jilid 143

"Tidak salah Barang-barang permata ibuku yang disimpan di dalam kuburannya, aku telah melihatnya semenjak aku kecil, aku ingat dan mengenali semuanya, hanya ini sepatu mungil belum pernah aku melihatnya. Cu Cong menggenggam ini erat-erat, mesti ada sebabnya. Pula sepatu ini ada ukiran hurufnya, yang dasarnya huruf Pie yang di baliknya huruf Ciauw. Lama aku pikirkan artinya kedua huruf itu, tidak dapat aku jawabannya, maka ketika malam itu aku bermimpi, memimpikan enci Bok menjual silat di kota Pakhia dengan dia memancar bendera yang bersulamkan empat huruf Pie Bu Ciauw Cin, baru aku ingat dan sadar, baru aku mengerti Bukankah Pie Bu Ciauw Cin itu berarti mengadu silat untuk mengamproki jodoh? Bukankah kedua huruf Pie dan ciauw diambil dari empat huruf itu?"

Auwyang Hong tertawa bergelak. "Sepatu ini mempunyai riwayat asmara demikian bagus. Ha ha Ha ha"

see Tok tertawa berulang-ulang, agaknya dia sangat gembira, sebaliknya Kwa Tin ok, kemurkaannya tidak terkira-kirakan. Ia menjadi mendapat tahu semakin jelas nasib saudara-¬saudaranya, lelakon yang hebat dan menyedihkan sekali dipulau Tho Hoa To.. Ia hanya heran mengapa oey Yong dapat menerka demikian jitu.

Putri oey Yok su percaya Tin ok masih belum mengerti jelas, maka ia sengaja berkata laGI. Tapi sebab Tin ok lagi bersembunyi, ia menjelaskannya kepada Auwyang Hong, yang juga tentunya masih bingung. Ia berkata

"Ketika itu enci Bok mengadakan pertunjukan silat, buat mengadu kepandaian untuk mencari jodoh, maka paduka pangeran yang muda telah turun ke dalam gelanggang di mana ia telah memperlihatkan kepandaiannya. Aku berada di tempat itu, aku menyaksikan sendiri pertandingan itu. Akhirnya dalam pertempuran, paduka pangeran yang muda telah merampas sebelah sepatu enci Bok. Itu artinya, dalam pertandingan dialah yang menang. Hanya mengenai perjodoh, urusan menjadi ruwet sekali"

Mendengar keterangan Oey Yong sampai di situ, mereka yang hadir lantas pada berpikir sendiri. Ketika itu saksi-saksi terdiri dari Nio Cu ong dan see Thong Thian. Mereka menjadi teringat akan peristiwa yang telah lewat itu, yang ada hubungannya sama halnya Wanyen Lieh kematian istrinya dan Yo Kang menemui ayahnya.

Oey Yong tidak memperdulikan mereka yang lagi berpikir, ia melanjutkan keterangannya

"Sampai di sini, maka teranglah sudah duduknya perkara. Paduka pangeran yang muda dan enci Bok telah mengikat janji, tanda mata dari pertunangan mereka ialah sepasang sepatu enci Bok, sepatu kumala yang berukiran huruf-huruf Pie Bu Ciauw Cin. Sepatu yang sebelah memakai huruf-huruf Pie dan ciauw, dan yang sebelah lagi tentulah Bu dan cin. Paduka pangeran muda bukankah terkaanku ini tidak salah?" Yo Kang berdiam, tidak dapat ia berbicara.

"Setelah mengerti ini, yang lainnya tak sulit lagi," si nona masih meneruskan. "Han Po Kie terbinasa karena cengkeraman ilmu silat Kiu Im Pek kut Jiauw. Di dalam dunia ini, yang meyakinkan ilmu dahsyat itu cuma Hek Hong siang sat berdua, tetapi dua-duanya sudah mati maka orang luar pastilah lantas mengingat kepada guru mereka, yang mestinya pandai ilmu itu. Guru itu bukan lain daripada Oey Yok su ayahku siapa tahu semasa hidupnya Tiat sie Bwee Tiauw Hong, si Mayat Perunggu, telah mengambil seorang murid yang pandai. Tentang huruf sip yang ditulis Lam Hie Jin huruf tidak lengkap itu pasti diartikan huruf Yo, hanya sungguh aku tidak nyana Kwee Ceng si bocah dungu itu, dia memaksa membilangnya huruf Oey"

Waktu mengucapkan kata-katanya yang terakhir ini, nona itu muram mukanya, tanda ia sangat berduka. Auwyang Hong tertawa pula terbahak dan lama.

"Kalau begitu tidaklah heran Kwee Ceng si bocah itu selama di Yan Ie Lauw mengadu jiwa dengan ayahmu" katanya.

"Memang tipu daya keji kamu ini sangat bagus," kata Oey Yong. "Dan dia, dalam murka dan sedihnya, sukar dapat menerka. Aku juga mulanya menyangka kau telah menawan budak-budak gagu dan memaksa mereka menunjukkan jalan, tetapi hari ini barulah aku ketahui sebenarnya Sa Kouw adalah orang yang mengajak kalian masuk ke dalam. Dalam ini hal tentunya, ini engko Yo telah menjanjikan dia membawa pulang ke Gu-kee-cun. Sa Kouw sangat girang maka ia lantas menuruti saja kata-kata kamu. Sekarang aku mengerti, pasti kamu telah menyembunyikan diri dalam kuburan ibuku, lalu kamu menyuruh mengundang Kanglam Liok Koay datang ke situ. Pasti kamu memakai alasan ayahkulah yang mengundang mereka. Setelah Liok Koay masuk, terang sudah Auwyang Peehu yang menjaga pintu Mana Liok Koay dapat meloloskan diri lagi dari tangan beracun? Ini dia yang dinamakan akan menangkap pie di dalam keranjang." (pie = sejenis kura-kura).

Tin ok merasakan hatinya menggetar. Ia heran dan kagum sekali. Si nona bercerita seperti menyaksikan sendiri peristiwa hebat di liang kubur itu. Di dalam otaknya maka berbayangkan kejadian hari itu.

"Auwyang Peehu," berkata pula oey Yong. "Ketika di tepi laut, kau telah menemukan baju dan topeng ayahku, kau mengenakan itu untuk menyamarkan diri. Di dalam kuburan, cahaya memang remang-remang. Begitu bergebrak, beberapa orang dari Liok Koay telah terluka atau terbinasa. Dalam keadaan seperti itu, maka bisa mereka mengenali baik-baik siapa musuh mereka? Demikian sudah terjadi Lam Hie Jin mengatakan kepada Kwa Tin ok bahwa musuh mereka ialah ayahku. Yang benar ialah Cu Cong dan Coan Kim Hoat terbinasakan di tangan peehu, Han Po Kie dibunuh engko Yo. Dan Han Siauw Eng mati membunuh diri. Kwa Tin ok dan Lam Hie Jin telah mencoba melarikan diri. Mereka bertempur pula di kamar semedhi ayahku, di sana kamu sengaja melepaskan Tin ok satu orang. Ketika Lam Hie Jin mengetahui babwa si penjahat ialah si orang she Yo, ia telah menjadi korbannya racun hingga ia tidak sempat menyelesaikan suratnya."

Auwyang Hong menghela napas. "Eh, budak cilik, dugaanmu lihay sekali," ia berkata, memuji. "Sebenarnya kejadian ada hal yang sangat kebetulan. Itu dasar nasibnya Liok Koay Ketika aku bersama anak Kang pergi ke pulau Tho Hoa To, kami tidak tahu mereka berada juga di pulau itu."

"Nasib Itulah benar" berkata oey Yong. "Kang Lam Cit Koay tersohor namanya, itu disebabkan perbuatan-perbuatan mereka yang mulia. Bicara tentang ilmu silat, dia mana ada di pandangan mata peehu. Maka itu, kalau kamu berdua sampai bertindak demikian rupa, bercapai lelah secara demikian, mesti ada maksud tujuannya."

"Melihat kecerdikan kau, bocah, kau tentu tidak dapat dikelabui" kata Auwyang Hong tertawa.

"Nanti aku menerka," berkata oey Yong, "Kalau aku menerka keliru, harap peehu tidak buat kecil hati. Aku menduga pada permulaannya kamu datang ke Tho Hoa To, kamu mengharap-harap Coan Cin Cit Cu serta ayahku nanti bertarung hebat hingga keduanya terbinasa, supaya kau yang menjadi Pian Chong yang menikam harimau, agar dengan satu kali bergebrak saja, dapat kau memusnahkan Coan Cin Cit Cu dan Tho Hoa To. Sayang kamu datang terlambat satu tindak. ayahku bersama Coan Cin Cit Cu sudah berangkat meninggalkan pulau. Waktu itu engko Yo bicara sama sa Kouw, ia mendapat tahu kehadiran Liok Koay, maka lantas saja kamu berdua menunjukkan kepandaian kalian yang lihay, kamu membunuh lima di antaranya, kamu membuat segalanya seperti mereka terbinasakan ayahku. Kamu juga membunuh habis semua bujang gagu di situ, guna melenyapkan saksi-¬saksi. Dengan begitu bukankah kemudian akan terjadi Ang Cit Kong, Toan Hongya dan yang lainnya nanti membikin susah ayahku? Engko Yo ini cerdik, dia khawatir ayahku nanti keburu pulang lebih dulu dan ayahku mungkin akan melenyapkan segala bukti, maka itu ialah yang mengusulkan supaya Kwa Tin ok dibiarkan lari. Tin ok buta tetapi lidahnya tidak kurang suatu apapun, benar dia tidak dapat melihat, dia dapat ngoceh tidak karuan"

Tin ok menjadi bersedih, gusar dan malu sekali, ia menyesalkan kesembronoannya telah menduga yang tidak-tidak terhadap Oey Yoksu dan putrinya ini.

Auwyang Hong menghela napas. Ia berkata pula saking kagumnya: "Aku sangat mengagumi Oey Laoshia yang telah mempunyai anak dara begini cerdas dan pintar, setiap kata-katanya tepat mengenai ulu hatiku"




Oey Yong tidak bilang apa-apa atas kekaguman see Tok itu, ia hanya bilang: "sekarang ini Kwee Ceng telah kena tipu daya kalian, dia memusuhi aku dan ayah, dia sampai seperti tidak mau hidup bersama kami di dunia ini. Tapi biarkanlah dia. sekarang urusan di antara kita. Kalau besok kau menolong ayahku, apabila keponakanmu masih hidup, ah, pembicaraan dulu tentang perjodohan, tidakkah itu dapat ditimbulkan lagi? "

Auwyang Hong heran. "Mau apa dia menimbulkan urusan perjodohan itu?" pikirnya.

"Sa Kouw," menanya Oey Yong kepada si nona tolol tanpa ia menantikan perkataannya see Tok. "Ini saudara she Yo orang baik sekali, bukan?"

"Benar," menyahut si tolol itu. "Dia hendak membawa aku pulang ke rumahku. Aku tidak suka berdiam di pulau."

"Kau mau pulang, kau hendak bikin apa di rumah?" tanya putri Tong shia. "Di rumahmu itu telah ada orang yang mati, di sana ada setan"

"Oh, ya" berseru si tolol itu. "Benar sekali. Tidak. Aku tidak mau pulang"

"Kau tahu siapa yang membunuh orang yang mati di rumahmu itu?"

"Aku tahu, aku melihatnya sendiri, ialah ini saudara yang baik"

Menyusul perkataan Sa Kouw ini, terdengar dua kali suara nyaring, dari beradu dan jatuhnya dua rupa senjata rahasia, lalu oey Yong tertawa dan berkata

"Engko Yo, biarkanlah dia bicara terus. Kenapa kau menggunakan senjata rahasia untuk mengambil jiwanya?"

"Si tolol ini ngaco belo" berseru Yo Kang, yang barusan menyerang Sa Kouw. "Dia dapat menyebutkan segala omongan yang tidak-tidak"

"Sa Kouw bicara terus" berkata nona Oey kepada si tolol itu. "Kau bicaralah, kakek ini sangat suka mendengarkannya."

"Tidak aku tidak mau bicara," menyahut Sa Kouw. "saudara yang baik ini melarang aku bicara"

"Benar," berkata Yo Kang cepat. "Kau rebahkan dirimu dan tidurlah. Jikalau kau membuka mulut satu kali saja, nanti aku menyuruh setan makan dirimu"

Nona itu ketakutan, ia menyahut, "Ya," berulan-g¬ulang.

Kwa Tin ok mendengar suara seperti orang mengerebongi diri,

"Sa Kouw," berkata Oey Yong, yang tidak berputus asa, "Jikalau kau tidak suka bicara sama aku, untuk menghilangkan saat iseng ini, nanti aku menyuruh kakek membawa kau pergi"

"Tidak, aku tidak mau pergi" kata nona tolol itu.

"Kalau begitu, kau bicaralah. Ini saudaramu yang baik telah membunuh orang di rumahmu. Kau tahu, orang macam apakah yang dia bunuh itu?"

Semua orang menjadi heran. Tidak karu-karuan nona ini bicara dari hal pembunuhan. Akan tetapi Yo Kang, bulu romanya telah bangun berdiri semua. Ia lantas menyiapkan senjata rahasianya. Kalau Sa Kouw membuka rahasia, hingga Auwyang Hong menjadi bercuriga, ia hendak membinasakan si nona. Meski begitu, ia berkata dalam hatinya: "Ketika aku membinasakan Auwyang Kongcu, yang melihatnya cuma tiga orang yaitu Bok Liam Cu, Thia Yauw Kee dan Liok Koan Eng. Mungkinkah rahasiaku ini telah bocor?"

Kuil itu menjadi sunyi sekali. Orang tinggal menanti jawaban Sa Kouw. Kwa Tin ok bahkan menahan napas.

Lewat sekian lama, Sa Kouw tidak terdengar suaranya, hanya terdengar suara napas di hidungnya, tandanya ia sudah tidur. Yo Kang merasa hatinya lega, tetapi telapak tangannya basah, karena kekhawatirannya, disebabkan menggenggam terus senjata rahasia. Ia pikir "Kalau dia dikasih tinggal hidup terus, dia bisa jadi bahaya untukku, maka aku mesti mencari jalan untuk menyingkirkannya "

Pangeran ini melirik Auwyang Hong. Ia mendapatkan See Tok duduk dengan kedua matanya ditutup rapat, mukanya tertuju cahaya rembulan. Dia tenang sekali, dia seperti tidak menghiraukan apapun di sekitarnya.

Selama itu, orang mulai menyangka Oey Yong cuma mengoceh. Dengan Sa Kouw sudah tidur pulas, urusan tadi artinya telah beres. Maka kemudian mereka pada merebahkan diri atau menyender, untuk beristirahat. Di antaranya ada yang lantas meram melek.

Saat kesunyian menguasai kuil itu, mendadak orang dibikin terkejut dengan jeritannya sa Kouw:

"Jangan pelintir tanganku. Aduh. Aduh"

Oey Yong pun segera berteriak-teriak: "Setan setan setan yang kakinya bunting. Sa Kouw Kaulah yang membunuh pemuda yang ganteng, sekarang dia datang mencari kau" Di dalam kesunyian itu, seram suaranya si nona.

"Bukan. Bukan aku yang membunuhnya" menyangkal Sa Kouw dia berteriak-teriak. "Yang membunuhnya ialah saudara yang baik ini"

Belum habis suara si tolol, segera disusul suara bergedebuk dari jatuhnya benda yang berat. Itulah tubuh Yo Kang, yang roboh terguling. sebab dia telah berlompat, dengan tangannya yang hebat dia menyerang batok kepala si nona tolol, tapi oey Yong menghalangnya, dengan tongkat keramatnya, nona ini membuat orang jatuh terbanting

Sekejap itu, kalutlah keadaan. See Thong Thian beramai segera mengurung Oey Yong. Putrinya Oey Yoksu tidak menggubris sikap banyak orang itu, dia menunjuk ke pintu seraya berkata nyaring

"Kongcu yang berkaki buntung, mari masuk ke mari Sa Kouw ada di sini"

Sa Kouw memandang ke arah pintu, ia tidak melihat apapun. Ruang itu gelap. Tapi ia takut setan semenjak kecilnya, ia tetap ketakutan. Maka ia menarik tangan baju Oey Yong.

"Jangan cari aku" ia berkata kepada si setan yang ditunjukkan nona oey. "Yang membunuh ialah ini saudara yang baik, menggunakan tombak besi. Aku melihatnya dari belakang pintu dapur. Jangan cari aku"

Auwyang Hong mendengar itu semua, mendadak ia tertawa terbahak. Adalah di luar dugaannya keponakannya yang ia sayang sebagai mustika itu terbinasa di tangan Yo Kang. Ia percaya Sa Kouw sebab kalau lain orang mendusta, si tolol ini tidak mungkin. Ia berduka berbareng murka sekali. Dengan mata mendelik ia mengawasi pangeran itu dan berkata

"Siauw-ongya, keponakanku itu memang harus mati. Dia telah dibunuh, bagus, bagus"

Suara itu tajam, mengaung di telinga, bahkan kawanan burung gagak menjadi kaget, mereka lantas berbunyi gegaokan, terbang kelabakan. Yo Kang kaget dan jeri sekali. Ia pikir, habislah jiwanya. Ia melirik ke kiri dan kanan, untuk melihat jalan lolos.

Wanyen Lieh juga tidak terkecuali, dia takut bukan main. Ketika suara gagak mulai reda, dia berkata:

"Auwyang sianseng, nona ini tolol, dia mirip orang gila, kenapa sianseng percaya dia? Keponakanmu itu adalah orang undanganku, aku dan anakku sangat menghormatinya, mana bisa tidak ada sebab musabab anakku membunuh dia?"

Auwyang Hong tidak menyahut, hanya tubuhnya mencelat ke arah Sa Kouw, tangan kirinya mencekuk lengan nona tolol itu.

"Karena apa dia membunuh keponakanku?" tanyanya bengis. " Lekas bilang?" Sa Kouw kaget, dia ketakutan.

"Bukan aku yang membunuh dia. Jangan tangkap aku" Dan ia meronta sekuat-kuatnya. Tapi hebat cekalan see Tok, ia tidak dapat melepaskan diri saking takutnya, ia lantas menangis, berulang kali ia memanggil-manggil: "Ibu"

Auwyang Hong mengulangi pertanyaannya hingga beberapa kali, tetapi tidak memperoleh jawaban. saking takutnya, Sa Kouw berhenti menangis, dia mendelong memandang jago dari Barat itu.

"Jangan takut Sa Kouw," Oey Yong menghibur, suaranya halus. "Kakek ini hendak memberikan kue"

Nona ini tidak menolong si tolol seperti tadi ia menghajar Yo Kang sebab ia tahu Auwyang Hong tidak nanti, atau sedikitnya tidak bakal lantas membinasakan orang. Bahkan perkataannya itu menyadarkan See Tok. Ia tahu sekarang, makin ia bengis, makin susah si tolol membuka mulutnya. Maka ia merogoh sakunya, mengeluarkan bakpauw yang telah dikeringkan, ia jejalkan di tangan nona itu. Ia pun tertawa dan berkata:

"Benar Nah, kau makanlah kue ini"

Dasar tolol, Sa Kouw ambil kue itu. Ia bersenyum. Dengan cepat ia lupa akan kebengisan see Tok.

"Dulu itu si pemuda yang kakinya buntung memeluki seorang nona," kata Oey Yong tenang. "Kau lihat, nona itu cantik atau tidak?"

"Sangat cantik," menyahut Sa Kouw dengan wajar. Tidak dapat ia memikir yang ia lagi dilagui.

"Kemana perginya dia sekarang?" Si tolol tidak menjawab, ia hanya menanya: "Tahukah kau siapa nona itu?" Ia terus berlaku sabar dan wajar.

Si tolol agaknya gembira sekali, dia puas, hingga dia menepuk tangan "Aku tahu, dia istrinya ini saudara yang baik," sahutnya.

Mendengar itu, Auwyang Hong tidak bersangsi lagi. Ia memang tahu keponakannya sangat gemar pelesiran. Ia menduga, rupanya disebabkan main gila dengan Bok Liam Cu, Auwyang Kongcu menerima kebinasaannya. Ia hanya heran Yo Kang dapat membinasakan keponakannya yang ia tahu lihay, tidak perduli kakinya buntung. Bagaimana keponakannya itu dibunuh? Maka ia berpaling kepada si pangeran muda. Ia berkata dengan sabar:

"Dia berani kurang ajar terhadap siauw-onghui, dia harus mampus berlaksa kali" siauw¬onghui ialah istri siauw-ongya, pangeran muda.

"Bukan,,, bukan aku yang membunuhnya," Yo Kang menyangkal, suaranya tidak lancar.

"Habis siapa?"

Kali ini suara see Tok menjadi keras dan bengis secara tiba-tiba, kedua matanya pun bersinar tajam. Yo Kang ketakutan hingga kaki tangannya lemas. Ia yang biasanya berotak terang, sekarang mati daya, sampai tak bisa ia membuka mulut.

"Auwyang Peehu," Oey Yong berkata, "Jangan kau sesalkan siauw-ongya berlaku telengas, juga tak usah kau sesalkan keponakanmu yang sangat gemar pelesir itu, hanya kau harus persalahkan dirimu yang berkepandaian sangat lihay."

Auwyang Hong berpaling dengan cepat. Ia heran. " Kenapa?" tanyanya.

"Aku pun tak tahu kenapa. Hanya ketika aku sedang berada di Gu-kee-cun, di sana aku mendengar dua orang tengah berbicara. Mereka itu seorang pria dan seorang wanita, dan bicaranyapun di sebelah tembok. sungguh aku tidak mengerti."

See Tok kena dibikin bingung, ia berada dalam kegelapan. "Apa itu yang mereka bicarakan?"

"Nanti aku menyebutkannya setiap patah yang mereka bicarakan itu, tidak nanti aku menambahkan satu huruf juga. Tolong kau menjelaskannya nanti padaku. Aku tidak melihat mereka, aku tidak tahu, yang pria siapa yang wanita siapa. Aku hanya mendengar yang pria bilang: 'urusanku membunuh Auwyang Kongcu ini, apabila sampai teruwar di luaran, sungguh berbahaya.' Yang wanita kata 'seorang laki-¬laki, berani berbuat, berani bertanggung jawab. Jikalau kau takut, tidak seharusnya kemarin kau membunuh dia. Benar pamannya dia itu lihay tetapi kita tak bakal dapat dicari.'"

Auwyang Hong mengawasi. Ketika ia mendapatkan nona itu terus berdiam, ia menanya:

"Pembilangannya perempuan itu benar. Apa katanya pula si lelaki?"

Yo Kang mendengar pembicaraan itu, ia takut bukan main, terhadap oey Yong, ia sangat gusar. Kebetulan waktu itu sinar rembulan masuk ke dalam, diam-diam ia bergerak. dengan perlahan ia menghampiri ke belakang si nona. Ia menyingkir dari sinar rembulan.

Selagi berindap-indap. ia mendengar jawaban oey Yong: "Kata-katanya si lelaki itu membuat aku berpikir bahwa semua disebabkan kepandaian kau yang sangat lihay hingga kau membikin keponakanmu itu celaka. Lelaki itu berkata 'Adikku, sekarang ini aku ada memikir satu jalan. Pamannya itu sangat kosen, aku ingin mengangkat dia menjadi guru. sebenarnya sudah lama aku memikir begini, hanya di dalam kalangan dia ada aturan yang ditaati, ialah kepandaian diwariskan dalam satu generasi hanya kepada satu orang. Maka itu, kalau dia sudah mati baru pamannya dapat menerima aku sebagai murid"

Tidak usah Oey Yong menjelaskan lagi siapa pria itu, lagu suaranya pun sudah menerangkan. Dengan pandai ia meniru lagu suaranya Yo Kang, hidup sedari kecil di kota raja, ibunya, Pauw sek Yok. adalah orang Lim-an, sedang di dalam istana ada banyak orang Kim, maka, suaranya itu campur aduk antara lagu bicaranya orang selatan dan orang utara. Dengan demikian gampang sekali orang mengenalinya.

Auwyang Hong berulang kali mengasih dengar suara mengejek, "Hm" Lalu ia menoleh ke arah Yo Kang. Ia baru melihatnya si anak muda tidak ada di tempatnya ketika mendadak ia mendengar suara, "Buk" disusul teriakan kesakitan, lalu nampak Yo Kang dengan tangan kanannya mengucurkan darah dan mukanya pucat pias sebagaimana terlihat di cahayanya si Putri Malam.

Hebat Oey Yong membuka rahasia, maka pemuda she Yo itu tidak dapat menguasai hatinya. Ia hendak melampiaskan kemurkaannya, jalannya ialah membunuh nona she Oey itu. Maka setelah datang dekat si nona, ia berlompat seraya tangannya menyambar ke batok kepala nona itu, untuk dicengkeram dengan ilmu cengkeraman Kiu Im Pek¬kut Jiauw.

Oey Yong ketahui serangan gelap itu, ia berkelit, maka tangannya si anak muda tiba pada pundaknya. Dia mencengkeram kuat sekali, dalam sengitnya, ia menggunakan semua tenaganya, maka itu, justru ia mengenai baju lapis yang berduri, tangannya nancap di duri baju. Bukan main dia merasakan sakit, maka tak dapat dia tidak menjerit, setelah itu, dia mengasih turun tangannya, hampir dia pingsan menahan nyerinya.

Di tempat yang gelap itu, tidak ada orang yang melihat apa yang sudah terjadi, malah mereka tidak tahu juga, pemuda itu celaka di tangan si nona atau di tangan Auwyang Hong. oleh karena orang tidak tahu pasti dan mereka pun jeri terhadap See Tok. Semua berdiri diam sambil mengawasi saja.

Adalah Wanyen Lieh yang mengajukan diri untuk memegangi anaknya. "Anak Kang, kau kenapa?" ia tanya. "Apamu yang terluka?" Ia menghunus goloknya dan menyerahkan itu pada si anak. Ia berkhawatir Auwyang Hong membalaskan sakit hati keponakannya .

"Tidak apa-apa," menyahut Yo Kang, yang mencoba melawan rasa sakitnya. Ia pun menyambut golok dari ayahnya dan mendadak ia merasakan tangannya kaku, golok itu terlepas dan jatuh berisik di lantai. Ia lekas-lekas membungkuk untuk memungutnya. Tapi celaka, lengannya menjadi kaku, lengan itu tidak mau mengikuti lagi suara hatinya. Dalam kagetnya, dengan tangan kirinya ia memencet tangan kanannya, tetapi ia tidak merasakan apa-apa. Maka ia lantas mengawasi oey Yong.

"Bisa Bisa" serunya. "Kau menggunakan bisa melukaiku?"

Pheng Lian Houw semua menjadi bingung, meski begitu, mereka lantas mengambil keputusan. Biarpun Auwyang Hong lihay, di situ ada Wanyen Lieh si pangeran Kim yang berpengaruh, jadi biar bagaimana, perkaranya Auwyang Kongcu itu harus diselesaikan secara baik. Begitu melihat roman menakutkan dari Yo Kang, sebagian menghampiri pangeran muda itu, untuk menghibur, yang sebagian lagi mendekati Oey Yong, antaranya ada yang berseru:

"Lekas keluarkan obatmu untuk mengobati siauw-ongya"

Oey Yong berlaku tenang. "Baju lapisku tidak berbisa," ia berkata tawar, "Jangan kamu bergelisah tidak karuan. Di sini ada orang yang harus membunuh dia, tidak ada perlunya aku melukainya"

Ketika itu Yo Kang menjerit, "Aku…. aku tidak dapat bergerak"

Lalu terlihat dia menekuk kedua dengkulnya, tubuhnya turun dengan perlahan-lahan, sedang dari mulutnya terdengar suara tidak tegas. Mendengar jeritan dan suara orang, Oey Yong heran. Ia lantas mengawasi Auwyang Hong, paras siapa nampaknya terkejut. Ketika ia juga menoleh kepada Yo Kang, muka si anak muda tersungging senyuman, mulutnya terbuka seperti tertawa. Di antara sinar rembulan, wajah pemuda itu menjadi luar biasa sekali. Mendadak ia ingat.

"Inilah Auwyang Kongcu Peehu yang menurunkan tangan jahat, kau jangan sesalkan aku," ia berkata.

Auwyang Hong heran, ia berkata "Melihat dari rupanya, dia memang terkena racun ular di tongkatku, memang aku berniat memberi dia rasa, siapa tahu si budak cilik telah mewakiliku. Bagus, bagus sekali. Hanya ular berbisa itu cuma aku seorang yang mempunyai, entah dari mana si budak cilik mendapatkannya?"

"Aku mana mempunyai semacam ular?" kata Oey Yong. "Kaulah yang menggunakan racun itu. Mungkin kau sendiri tidak merasa"

"Benar-benar aneh" Seru see Tok.

"Auwyang Peehu," berkata si nona. "Aku ingat peristiwa dulu ketika kau dan Loo Boan Tong bertaruh. Kau telah memberi makan racun ularmu kepada seekor ikan cucut, setelah ikan itu mati, dagingnya dimakan ikan yang lain, ikan itu keracunan dan lantas mati. Demikian seterusnya, racunmu itu menular tidak putusnya. Benar bukan?"

Auwyang Hong tertawa. "Jikalau racunku bukan istimewa, tidakkah nama See Tok kosong belaka?" ia bilang puas.

"Benar" menyahut si nona. "Lam Hie Jin itu ikan cucut yang pertama"

Ketika itu Yo Kang telah menjadi seperti orang kalap. Dia bergulingan di lantai. Nio Cu ong mencoba memeluknya, tidak ada hasilnya. Auwyang Hong tidak dapat menangkap arti perkataan oey Yong.

"Coba kau memberi penjelasan" ia bilang.







OBJEK WISATA MANCA NEGARA


Teluk Wilhelmina Antartika

Kota Tua Samarkand, Uzbekistan
Pulau Falkland Antartika Inggris
Pulau Falkland Antartika Inggris
Air Terjun Victoria Afrika
Air Terjun Victoria Afrika
Panci Makgadikgadi Botswana, Afrika
Panci Makgadikgadi Botswana, Afrika
Pulau Falkland Antartika Inggris
Pulau Falkland Antartika Inggris
Panorama Alam Georgia
Panorama Alam Georgia
Kebun Raya Singapura
Kebun Raya Singapura
Pagoda Shwedagon Yangon, Myanmar
Pagoda Shwedagon Yangon, Myanmar
Dataran Guci Xiangkhouang, Laos
Dataran Guci Xiangkhoung, Laos
Danau Iskanderkul Tajikistan
Danau Iskanderkul Tajikistan
Piramida Giza Mesir
Piramida Giza Mesir
Ngarai Sungai Ikan Namibia, Afrika
Ngarai Sungai Ikan Namibia, Afrika
Taman Nasional Ala Archa Kirgistan
Taman Nasional Ala Archa Kirgistan
Selat Drake Antartika Amerika
Selat Drake Antartika Amerika
Istana Kekaisaran Tokyo
Istana Kekaisaran Tokyo
Jembatan Gerbang Emas
Jembatan Gerbang Emas - Amerika
Air Terjun Niagara
Air Terjun Niagara Prancis
Grand Canyon
Grand Canyon Amerika
Pasar Terbesar di Bangkok
Pasar Terbesar di Bangkok
Taman Nasional Yellowstone
Taman Nasional Yellowstone - Amerika
Burj Khalifa - Dubai
Budj Khalifa Dubai
Taj Mahal
Taj Mahal India
Musium Amir Temur Uzbekistan
Musium Amir Temur Uzbekista
Blackpool - Amerika
Blackpool Irlandia
Taman Nasional Blue Mountain - Sydney
Taman Nasional Blue Mountain Sydney
Jembatan Baja Terbesar di Australia
Jembatan Baja Terbesar di Australia
Taman Nasional Kakadu Australia
Taman Nasional Kakadu Australia
Danau Baikal Rusia
Danau Baikal Rusia
Biara Meteora Yunani
Biara Meteora Yunani
Pantai Bondi Australia
Pantai Bondi Australia
Menara Eiffel Prancis
Menara Eiffel Prancis
Musium Van Gogh Belanda
Musium Van Gogh Belanda
Gedung Opera Sydney
Gedung Opera Sydney
Gunung Meja Afrika
Gunung Meja Afrika
Menara Kembar Petronas Malaysia
Menara Kembar Petronas Malaysia

===============================




Air Terjun Victoria Afrika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar