Senin, 29 Maret 2021

Pendekar Pemanah Rajawali Jilid 142

Dalam hatinya, Auwyang Hong girang. Tapi ia kata, "Ayahmu lihay sekali, apa yang mereka bisa bikin itu beberapa bulu campur aduk?"

Sengaja See Tok menyebut imam-imam dari coan cin Kauw itu sebagai "bulu campur aduk".

"Tetapi ayahku juga bukan menghendaki kau datang sendiri untuk membantu padanya," berkata pula si nona, "Hanya ayah menyuruhku menyampaikan kepada kau bahwa setelah ia memikirkan susah payah selama tujuh hari dan tujuh malam, ia telah berhasil dengan pemahamannya. Ini mengenai sebuah kata-kata"

"Apakah itu?" Auwyang I Hong tanya.

Oey Yong menyahut. Ia membacakan serintasan kata-kata Sansekerta. Kwa Tin ok dan Wanyen Lieh serta rombongannya tidak mengerti ucapan si nona itu, sebaliknya Auwyang Hong menjadi terkejut.

"Benarkah Oey Yok su berhasil memahamkan bagian terakhir dari Kiu Im Cin-keng" pikirnya. Tapi karena ia seorang berpengalaman, ia tidak mengasih kentara akan kagetnya itu. Ia malah berlagak tenang.

"Bocah cilik, kau gemar mendustai orang" katanya. "Kau ngaco belo, siapakah yang mengerti?"

"Ayahku telah berhasil menyalin semuanya, aku melihatnya sendiri," kata Oey Yong. "siapa mendustai kau?"

Auwyang Hong tergoncang ketenangan hatinya. Ia tahu Oey Yok su sangat cerdas. Memang orang yang dapat memahami Kiu Im Cin-keng cuma si sesat dari Timur itu, tidak ada orang lain lagi.

"Kalau begitu, hendak aku memberi selamat kepada ayahmu" katanya. Ia tetap berlaku tenang.

Oey Yong bisa menduga kesangsian orang. Ia berkata pula, "Aku telah melihat terjemahan itu, sekarang aku masih mengingatnya. Tidak ada halangannya untuk aku membacakan mengasih kau dengar" Benar-¬benar ia membacakan: "Kalau tubuh bergerak, kalau tubuh berat seperti ketindihan barang, atau kalau tubuh enteng seperti hendak terbang, atau tubuh terikat, atau panas atau dingin, atau girang atau bergelisah, atau kaget, atau sangat girang dan mabuk. semua itu harus disalurkan menurut ilmu yang di bawah ini, guna memperoleh ketenangan dan menjadi sempurna"

Auwyang Hong sangat tertarik. Memang ilmu itu mesti didapat secara tenang, kalau tidak, orang bisa tersesat dan menghadapi akibat yang membahayakan. Ia tidak tahu si nona menyebutkan terjemahannya It Teng Taysu jadi Kiu Im Cin-keng yang tulen, ia hanya percaya itu sebab ia menganggap masuk di akal.

"Habis bagaimana sadurannya?" ia bertanya.

"Bagaimana bawahnya itu aku lupa," berkata si nona.

Auwyang Hong bersangsi. Ia tahu nona ini sangat cerdik, tidak mungkin dia lupa. Ia mau percaya orang mendustainya. Maka ia memikirkan, kenapa si nona menyebut-nyebut bunyinya kitab itu.

"Ayah menyuruh menanya kau, Auwyang Peehu," kata Oey Yong pula. "Kau menghendaki lima ribu huruf atau tiga ribu?"

"Coba kau menjelaskan dulu," menjawab see Tok.

"Jikalau kau suka membantu ayah hingga kamu berdua bersama memusnahkan Coan Cin Kauw, maka semua lima ribu huruf dari Kiu Im Cin-keng akan aku baca habis untuk kau mendengarkannya."

Auwyang Hong bersenyum. "Jikalau aku tidak suka membantu ayahmu?"

"Maka ayah mau minta kau tolong membalaskan sakit hatinya saja. setelah kau membinasakan Coan cin Liok Cu beserta Ciu Pek Thong, akan aku membacakan yang tiga ribu huruf itu."

See Tok tertawa. "Sebenarnya perhubungan ayahmu denganku tidak erat, mengapa sekarang dia begini menghargaiku?" ia bertanya.

"Ayah membilang, pertama-tama, yang membinasakan keponakanmu itu ialah muridnya Coan Cin cit Cu, maka ayah pikir kau tentunya akan membalaskan sakit hatinya"

Yo Kang menggigil sendirinya mendengar perkataan si nona. Ialah muridnya Khu Cie Kie. Jadi si nona pasti maksudkan dia.

"Eh, saudara yang baik, kau kedinginan?" tanya sa Kouw kepada pangeran muda itu. Ia melihat tubuh orang bergemetaran. Yo Kang menyahut sembarangan saja.

"Kedua," berkata pula Oey Yong. "Setelah berhasil memahamkan kitab, ayah lantas bertempur sama kawanan imam itu, ia belum sempat menjelaskan semua. Kitab itu kitab aneh dan langka, mana dapat dibikin lenyap? sekarang cuma kau seorang yang tabiatnya mirip ayahku, maka ayah ingin mewariskannya padamu, nanti baru kau mengajari aku."

"Kata-kata ini dapat dipercaya," Auwyang Hong pikir. "Tanpa penjelasan, biar budak ini sangat cerdas, tidak nanti dia dapat menangkap artinya kitab itu." Tapi ia mengutarakan kesangsiannya. Ia berkata:

"Mana aku ketahui kau membacakan yang asli atau yang palsu?"

"Kwee Ceng si tolol telah mengasihkan kitab yang tertulis," berkata si nona, "Maka kalau kau mengakurkannya dengan apa yang aku bacakan, kau bakal mengetahui tulen atau palsunya."

"Kau benar juga. sekarang kau memberi kesempatan untuk aku beristirahat, besok aku nanti pergi menolong ayahmu," berkata Auwyang Hong.

Oey Yong tidak mau mengerti. "Menolong orang kesusahan seperti menolong orang kebakaran, bagaimana kau bisa menanti sampai besok?"

"Kalau begitu, nanti saja aku membalaskan sakit hati ayahmu? sama bukan?"

See Tok tertawa. Ia telah berpikir, di mana kitab sudah ada di tangannya, ia tinggal memaksa saja si nona memberikan penjelasan kepadanya, nanti ia akan mendapat mengerti sendiri. Bukankah bagus ia membiarkan Oey Yok su dan Coan Cin Kauw bertempur mati-matian?




Kwa Tin ok memasang kuping. Orang membicarakan melulu soal kitab, ia tidak mengerti. Ia pun heran untuk tulisan Oey Yong di telapak tangannya: "Bilangi ayahku siapa yang membunuh aku."

Lalu terdengar suara oey Yong pula: "Bagaimana kalau kau pergi besok pagi-pagi? Dapatkah?" si nona agak kewalahan.

"Tentu" see Tok tertawa. "Sekarang kau beristirahatlah"

Oey Yong menurut, akan tetapi ia mendekati sa Kouw. "Eh, sa Kouw ayahku membawa kau ke Tho Hoa To, kenapa sekarang kau ada di sini?" ia bertanya.

"Aku tidak suka berdiam di Tho Hoa To, aku hendak pulang ke rumah sendiri," menyahut si tolol.

"Bukankah ini saudara she Yo yang telah pergi ke Tho Hoa To dan lalu membawa kau pergi? Benar bukan?" oey Yong bertanya lagi.

"Benar. Dia benar-benar seorang baik hati"

Kwa Tin ok mendengar itu Ia heran. "Kapan Yo Kang pergi ke Tho Hoa To?" ia tanya dirinya sendiri.

"Habis, ke mana perginya ayahku?" Oey Yong bertanya.

Sa Kouw nampak kaget. "Jangan membilangi aku buron, ya?" katanya. "Kakek bakal menghajar aku."

"Aku tidak akan memberitahukan," kata oey Yong tertawa. "Cuma hendak aku menanya kau dan kau harus menjawabnya dengan baik."

"Kau jangan membilangi kakek. ya. Kakek hendak menangkap aku, buat dibawa pulang. Dia mau mengajari surat padaku."

"Tentu aku tidak memberitahukan" kata oey Yong tertawa pula. "Kau bilang kakek mau mengajari surat?"

"Benar. Hari itu di kamar tulis kakek mengajari aku menulis surat. Pula aku diberitahu bahwa ayahku orang she Kiok dan namanya entah apa Hong. Benar-¬benar aku sukar mengingatnya, lantas kakek gusar, dia mengatakan aku tolol hebat sekali. Aku memang juga dipanggil sa Kouw"

"Sa Kouw memang tolol," kata Oey Yong tertawa manis. "Ayah memaki kau, itu keliru" Sa Kouw senang mendengar perkataan nona ini. "Bagaimana kemudiannya?"

"Aku mengasih tahu niatku ingin pulang, kakek jadi semakin gusar, selagi begitu, satu budak gagu datang masuk. Ia bicara sama kakek, tangannya digerak-¬gerakkan. Kakek kata, 'Aku tidak mau menemui tetamu, suruh mereka pergi kembali' Budak itu mengundurkan diri, tapi sebentar lagi ia kembali sambil membawa sepotong kertas. Kemudian kakek melihat itu, ia lantas menitahkan aku ikut si gagu menyambut sekalian tetamunya. Aku melihat si kate gemuk itu, muak aku melihatnya. Aku mendelik terhadapnya, dia mendelik terhadapku."

Tin ok membayangkan halnya hari itu ia dan saudara-¬saudaranya berkunjung ke Tho Hoa To. Keterangan nona tolol ini cocok sama keadaan waktu itu. Mulanya mereka ditolak, setelah Cu Cong menulis surat, mereka diterima. Memang benar, Sa Kouw yang menyambut mereka. Hanya sekarang Han Po Kie telah tidak ada bersama ia, ia menjadi sedih.

"Apakah kakekmu menemui mereka?" oey Yong bertanya lagi.

"Kakek memerintah aku menemani mereka bersantap. Kakek sendiri mengundurkan diri. Aku tak senang melihat si kate gemuk itu, diam-diam aku meninggalkan mereka. Aku melihat kakek di belakang, lagi duduk di batu mengawasi laut. Aku pun turut memandangnya. Di sana nampak sebuah perahu layar lagi mendatangi. Yang duduk diperahu itu ialah bangsa imam."

Kwa Tin ok berpikir: "Hari itu kami mendengar kabar Coan cin Pay bakal menyatroni Tho Hoa To untuk menuntut balas, kami lantas mendahului datang guna mengasih kisikan, buat minta dia suka menyingkir untuk sementara waktu, supaya kami yang menemui pihak Coan cin Pay guna memberikan penjelasan, hanya di pulau itu kami tidak mendapatkan orang-orang coan Cin Kauw itu Kenapa sekarang sa Kouw membilang hal tibanya imam-imam yang naik perahu?"

"Bagaimana dengan kakek?"

"Kakek menggapaikan aku. Aku kaget. Aku mengira kakek tidak tahu aku meninggalkan tetamu. Aku takut menghampiri kakek. aku khawatir nanti dihajar. Kakek berkata, 'Aku tidak pukul dirimu kau ke mari.' Aku menghampiri. Kakek lantas membilangi aku dia mau pergi mancing dengan naik perahu, maka dia memesan kalau kawanan imam itu mendarat, aku mesti menyambut mereka, untuk mengajak mereka masuk dan bersantap bersama-sama rombongan si kate gemuk itu. Aku bilang bahwa akupun ingin pergi mancing. Lantas air mukanya kakek menjadi guram. Terpaksa aku diam saja."

"Kemudian lagi, bagaimana?"

"Kakek pergi ke belakang mengambil perahunya. Aku mendapat kenyataan, wajah semua imam itu tak sedap dipandang, pantas kakek tidak sudi menemui mereka."

"Benar, benar apa yang kau bilang. Kapan kembalinya kakek?"

"Apa, kembali? Dia tidak pulang lagi."

Tin ok terkejut hingga tubuhnya bergerak.

"Apakah kau tidak salah ingat? Kemudian lagi bagaimana?" oey Yong menanya, suaranya rada bergemetar.

"Selagi kakek hendak melayarkan perahunya untuk berangkat, mendadak datang sepasang burung besar. Itu sepasang burungmu. Kakek menggapai kepada kedua burung itu. Mereka terbang turun. Ada yang diikat di kaki burung, bagus barang itu. Aku teriaki kakek: "Kakek, kakek kasih aku" selagi mengucap itu, benar-benar sa Kouw berteriak-teriak.

"sudah, jangan omong saja" Yo Kang membentak. " orang mau tidur"

"Jangan perdulikan dia," berkata Oey Yong. "Kau omong terus."

"Aku akan bicara perlahan," kata si tolol. Dan ia benar memperlahankan suaranya. "Kakek tidak meladeni aku, dia menyobek ujung bajunya, dia ikat itu di kaki burung, yang dia lantas lepaskan pergi pula."

Oey Yong berpikiri "Ayah hendak menyingkir dari Coan Cin cit Cu, pantas dia tidak sempat mengambil ikan emas. Hanya panah di tubuh burungku yang jantan, siapakah yang memanahnya?" Maka ia lantas menanya:

"Siapakah yang memanah burung itu?"

"Memanah burung? Tidak." selagi mengatakan itu, si tolol melongo.

"Baik. Nah, kau cerita terus."

"Melihat bajunya robek. kakek menyuruh aku pulang untuk mengambil sepotong yang lain. Ketika kemudian aku kembali bersama baju, kakek sudah tidak ada. Perahu kawanan imam juga tidak nampak. Cuma baju robek itu ditinggalkan di tanah."

Oey Yong tidak menanya lagi, ia berdiam. "Ke mana perginya mereka?" katanya selang sekian lama.

"Aku melihatnya. Mulanya aku memanggil-manggil kakek. dia tidak menyahut. Lantas aku naik ke atas pohon, memandang ke laut. Aku melihat perahu kakek di depan perahu si imam. Perahu kakek kecil, perahu si imam besar. Perlahan-lahan kedua perahu itu tak terlihat lagi. Aku tidak sudi melihat si kate gemuk. aku terus berdiam di tepi laut main-¬main menendangi batu. Sampai hari sudah malam baru aku pulang dengan mengajak kakek serta saudara ini yang baik," Ia menunjuk Auwyang Hong dan Yo Kang.

"Jadi kakek ini, bukan kakek yang mengajari kau surat?" Oey Yong menegaskan.

Sa Kouw tertawa. "Ya, kakek ini baik sekali," sahutnya. "Dia tidak mau mengajari aku surat, dia bahkan membagi aku kue, Eh, kakek. kuemu masih ada atau tidak?"

"Ada" sahut Auwyang Hong sambil tertawa menyeringai. "Ini aku bagi pula padamu"

Hati Kwa Tin ok seperti melonjak. Kiranya hari itu Auwyang Hong berada di pulau Tho Hoa To. Saat itu sa Kouw menjerit keras, menyusul terdengar bentrokan tangan dua kali, tanda dari satu pertempuran, sebagaimana nampak tubuh orang berlompatan.

“Kau hendak membunuh dia untuk menutup mulutnya? Baiklah kau bunuh dulu diriku"

Auwyang Hong tertawa, dia berkata: "Urusan ini dapat dikilangi untuk orang luar, tidak ayahmu, maka perlu apa aku membunuh dia? Jikalau kau hendak menanyakannya, pergilah kau menanya sepuasnya"

Sa Kouw merintih-rintih kesakitan tidak dapat ia bicara. Entah ia telah ditotok jalan darah apanya oleh seeTok. siBisa dari Barat.

"Tidak usah aku menanyakan dia, telah dapat aku menduganya," kata oey Yong. "Aku cuma menghendaki dia mengucapkannya sendiri"

"Budak perempuan, kau sangat cerdik" kata Auwyang Hong tertawa. "Kenapa kau dapat menduga itu? Coba kau jelaskan."

"Ketika pertama kali aku melihat keadaan pulauku," menyahut si nona mengasih keterangan, "Aku juga menyangka adalah ayahku yang membinasakan Kang Lam Ngo Koay. Baru kemudian, setelah memikirkannya, aku mendapat anggapan lain. Coba kau pikir, cara bagaimana ayahku dapat membiarkan mayat semua orang busuk itu berada di kuburan untuk menemani ibuku? Lagi pula mana bisa jadi ayahku keluar dari kuburan tanpa mengunci lagi pintunya?"

Auwyang Hong menepuk pahanya. "Ah, benar, itu kealpaanku" serunya. "Anak Kang, benar bukan?"

Mendengar sampai di situ, Tin ok merasa hatinya mau meledak. Sekarang baru ia mengerti kiranya sejak siang-siang Oey Yong telah menduga si pembunuh adalah Auwyang Hong, si Bisa dari Barat yang kejam ini serta Yo Kang. si nona bermaksud baik, Ia sendiri yang menyangka keliru .Jadi nona ini barusan keluar dari tempatnya sembunyi melulu untuk membeber duduknya hal guna membersihkan ayahnya. Itu perbuatan berbahaya sekali. Ia menduga, suratnya si nona adalah untuk ia nanti memberitahukan ayahnya, Oey Yok su, tentang orang yang membunuh padanya andaikata nona itu menemui bencana. Maka ia jadi sangat berduka dan menyesal.

"Ah, nona, nona," ia mengeluh di dalam hatinya, "Bukankah cukup jikalau kau memberitahukan aku siapa pembunuh semua saudaraku itu? Kenapa kau bertindak begini rupa?" Kemudian ia ingat tabiatnya sendiri. Pikirnya lagi: "Aku Hui Thian Pian-hok, kenapa aku sangat sembrono? Kenapa aku berkukuh menuduh ayah dan putrinya? Memang, kalau ia memberi keterangan padaku, mana bisa aku gampang mempercayainya? Kwa Tin ok. oh Kwa Tin ok, kau pantas dihukum picis si buta yang busuk. Kau memaksa si nona kepada kebinasaannya "

Dalam sengitnya, Tin ok hendak menghajar dirinya sendiri. Baiklah ia lantas mendengar lagi suaranya Auwyang Hong, yang menanya si nona:

"Bagaimana caranya kau menduga padaku?"

"Tidaklah sukar menerkamu" menjawab si nona. "Menghajar mati kuda dan mematahkan dacin, itu perbuatan yang di jaman ini cuma dapat dilakukan beberapa gelintir manusia. Hanya mula-mula aku masih menduga orang lain. Ketika Lam Hie Jin hendak menghembuskan napasnya yang terakhir, dengan jari tangannya ia masih dapat mencoret beberapa huruf di tanah, 'Yang membunuh aku ialah' Huruf yang terakhir ini tidak keburu menuliskan lengkap. baru pada bagian sampingnya, yang merupakan huruf 'sip' yang berarti 'sepuluh'. Aku pikirkan huruf belum lengkap itu. she namamu tidak memakai permulaan huruf sip itu, maka aku menduga kepada Khiu Cian Jin"

Auwyang Hong tertawa terbahak-bahak. "Hebat Lam Hie Jin" katanya. "Dia dapat menanti hingga tibamu"

"Aku melihat keadaan sewaktu dia mau mati itu, aku menduga dia terkena racun." Oey Yong berkata lagi. "Karena ini, aku menduga keras kepada orang she Khiu itu. Bukankah Tiat Ciang Pang memelihara banyak kodok dan ular berbisa?"

See Tok tertawa lagi. "Tiat Ciang Pang memelihara banyak binatang berbisa tetapi tidak ada yang luar biasa," ia berkata. "Ketika Lam Hie Jin mau mati, bukankah dari mulutnya keluar suara tetapi tanpa dapat bicara? Bukankah ia mati dengan wajah tertawa?"

"Benar sebenarnya dia terkena racun apa?"

Auwyang Hong tidak menjawab, hanya ia menanya lagi: "Bukankah tubuhnya meringkuk dan dia bergulingan di tanah, tenaganya besar luar biasa? Benar tidak?"

"Benar Bisa semacam itu, aku pikir, kecuali Tiat Ciang pang, lain orang tidak memilikinya"

Kata-kata yang terakhir ini adalah pancingan membangkitkan kemarahan. Auwyang Hong menginsyafi itu tetapi ia tidak dapat menahan meledaknya kemurkaan. Ia berseru dalam kemurkaannya itu:

"Orang menyebutnya aku si bisa bangkotan, apakah itu panggilan kosong belaka?" Ia mengetok lantai dengan tongkat ularnya. Ia berkata lagi dengan nyaring: "Itulah ular di tongkatku ini yang menggigitnya dan lidahnyalah yang dicatok. Karena itu, tubuh dia menjadi tidak meninggalkan bekas dan dia tidak dapat bicara"

Tin ok merasakan sesak dadanya hingga hampir ia pingsan. Oey Yong mendengar suara di belakang patung, ia dapat menduga, maka ia lantas batuk-batuk guna menyamarkan suara itu, kemudian ia berkata pula dengan sabar:

"Ketika itu kau telah berhasil membinasakan lima anggota dari Kanglam Cit Koay, yang lolos hanya Kwa Tin ok seorang, yang kedua matanya buta, maka itu menjadi tidak ketahuan siapa yang melakukan pembunuhan hebat itu"

Tin ok mendengar perkataan ini, ia mengerti kata-¬kata itu ditujukan kepadanya. Ia pikir "Ia mengisiki aku untuk jangan sembarang bergerak. supaya kita berdua tak usah mati secara gelap"

Auwyang Hong berkata sambil tertawa kering: "Apakah seorang buta dapat lolos dari tanganku? Hm Memang sengaja aku meloloskannya"

"Kau benar Kau membunuh yang lima, kau sengaja membikin dia percaya ayahkulah yang membunuh supaya dia mengoarkannya, supaya nanti semua orang gagah datang mengepung ayahku" Lagi-lagi Auwyang Hong tertawa.

"Itu bukan pikiranku tapi pikiran anak Kang, Benar bukan, anak?" Yo Kang menyahuti seperti tadi, sepintas lalu.

"Sungguh suatu pikiran yang bagus luar biasa" berkata Oey Yong. "Aku kagum sekali" Tentu saja pujian ejekan.

"Kita bicara balik lagi," kata Auwyang Hong. "Bagaimana maka kemudian kau dapat menduga aku?"

"Aku pikir Khiu Cian Jin itu pernah bertempur denganku di selatan Liang ouw. Dalam keadaan biasa, memang dapat dia mendahului aku tiba di Tho Hoa To, akan tetapi aku mempunyai kuda merahku, tidak mungkin dia dapat melawan kudaku. Lalu aku ingat suara Cu Cong. Di situ ia memesan untuk berjaga-¬jaga. Ia pun belum menulis lengkap. Huruf yang tidak lengkap itu dapat diteruskan menjadi 'Tong'. Dapat juga dijadikan 'see'. Maka, kalau bukan Tong shia tentulah see Tok. Selama di Tho Hoa To telah aku dapat memikir itu hanya aku belum dapat memastikannya sebab masih ada beberapa hal lainnya."

Auwyang Hong menghela napas. "Aku kira telah menjabit rapat sekali, tidak tahunya masih ada yang bolong," katanya. "si pelajar dekil itu sangat sebat, aku tidak melihat dia menulis surat."

"Dia digelarkan Biauw ciu sie-seng, si pelajar Tangan Lihay, pasti sekali dia menulis tanpa memberi kesempatan kau melihatnya. Aku telah memikirkan keras huruf 'sip' dari Lam Hie Jin itu Karena aku mendengar kabar yang ini saudara Yo telah terkena racun dan mati, sama sekali aku tidak pernah memikirkan dia."

Yo Kang heran. "Kenapa kau ketahui aku terkena racun dan mati?" ia tanya. "siapa yang memberitahukan itu padamu? "

"Banyak sekali hal-hal yang aku ketahui" menjawab si nona. "Hari itu aku berada sendirian di pulau Tho Hoa To, aku tidur tanpa merasa, aku sadar, aku tidur lagi, aku sadar lagi, masih aku tidak dapat menerka. Selama tidur itu, aku pun banyak mimpi, dan didalam mimpiku, aku melihat banyak orang. Akhirnya aku mimpi melihat enci Bok. Aku mimpikan dia di Pakhia di sana dia mengadu ilmu silat untuk merangkapi jodohnya. Mimpi sampai di situ aku sadar dengan kaget, hingga aku berlompat bangun waktu itu baru aku tahu si pembunuh itu ialah, kau"

Kata-kata itu cepat dan tajam, Yo Kang mengeluarkan peluh dingin tanpa ia merasa. Ia mencoba menentramkan diri dengan memaksa tertawa.

"Mustahilkah Bok Liam cu mengasih mimpi kepadamu?" katanya.

"Memang Tanpa impian itu, mana aku ingat kau" menjawab si nona. "Nah, mana sepatumu yang kecil mungil yang bertabur batu permata?"

Yo Kang kaget hingga ia melengak. "Bagaimana kau ketahui itu?" serunya. "Kembalikan Bok Liam cu yang mengasih impian padamu?"

"Buat apa menyebutkan itu lagi" si nona membaliki sambil tertawa dingin, "Ketika kau telah membunuh cu cong, kau masukkan barang-barang permata ibuku ke dalam saku korbanmu, supaya kalau orang luar melihatnya, mereka bisa menyangka dia telah dipergoki ayahku dan karenanya dia menerima kebinasaannya Ini tipu daya keji memang bagus sekali, hanya kau telah melupakan satu hal, yaitu gelaran cu cong, ialah Biauw ciu Sie-seng, si Pelajar Tangan lihay"

Auwyang Hong pintar sekali akan tetapi ia tidak dapat mengerti maksud perkataan nona itu.

"Kalau dia Biauw Ciu sie-seng, habis bagaimana?" tanyanya heran.

"Hm" menyahut nona itu. "saudara Yo cuma tahu menjejalkan permata ke saku orang, dia tidak tahu Cu Cong pun telah mengambil permata dari sakunya sendiri"

"Barang permata apakah itu?" tanya Auwyang Hong masih heran.

"Di dalam ilmu silat Cu Cong memang kalah daripada kau," oey Yong menerangkan, "Tetapi dia pun seorang lihay, di saat tarikan napasnya yang penghabisan, dia telah mengambil barang, dan dia genggam di tangannya. Tentu sekali kamu tidak dapat ketahui itu, tidak dari bermula hingga di akhirnya .Jika bukan karena adanya permata itu pastilah aku tidak menyangka yang paduka pangeran yang muda ini sudah mati tetapi hidup lagi dan bahkan berkunjung ke pulau Tho Hoa To"

"Sungguh menarik" Auwyang Hong tertawa. "sungguh lihay Biauw Ciu sie-seng. Dia telah kehilangan jiwanya tetapi dia dapat meninggalkan bukti. Kalau begitu, barang yang dia ambil itu mestinya sepatu yang kau sebutkan itu"







OBJEK WISATA MANCA NEGARA


Teluk Wilhelmina Antartika

Kota Tua Samarkand, Uzbekistan
Pulau Falkland Antartika Inggris
Pulau Falkland Antartika Inggris
Air Terjun Victoria Afrika
Air Terjun Victoria Afrika
Panci Makgadikgadi Botswana, Afrika
Panci Makgadikgadi Botswana, Afrika
Pulau Falkland Antartika Inggris
Pulau Falkland Antartika Inggris
Panorama Alam Georgia
Panorama Alam Georgia
Kebun Raya Singapura
Kebun Raya Singapura
Pagoda Shwedagon Yangon, Myanmar
Pagoda Shwedagon Yangon, Myanmar
Dataran Guci Xiangkhouang, Laos
Dataran Guci Xiangkhoung, Laos
Danau Iskanderkul Tajikistan
Danau Iskanderkul Tajikistan
Piramida Giza Mesir
Piramida Giza Mesir
Ngarai Sungai Ikan Namibia, Afrika
Ngarai Sungai Ikan Namibia, Afrika
Taman Nasional Ala Archa Kirgistan
Taman Nasional Ala Archa Kirgistan
Selat Drake Antartika Amerika
Selat Drake Antartika Amerika
Istana Kekaisaran Tokyo
Istana Kekaisaran Tokyo
Jembatan Gerbang Emas
Jembatan Gerbang Emas - Amerika
Air Terjun Niagara
Air Terjun Niagara Prancis
Grand Canyon
Grand Canyon Amerika
Pasar Terbesar di Bangkok
Pasar Terbesar di Bangkok
Taman Nasional Yellowstone
Taman Nasional Yellowstone - Amerika
Burj Khalifa - Dubai
Budj Khalifa Dubai
Taj Mahal
Taj Mahal India
Musium Amir Temur Uzbekistan
Musium Amir Temur Uzbekista
Blackpool - Amerika
Blackpool Irlandia
Taman Nasional Blue Mountain - Sydney
Taman Nasional Blue Mountain Sydney
Jembatan Baja Terbesar di Australia
Jembatan Baja Terbesar di Australia
Taman Nasional Kakadu Australia
Taman Nasional Kakadu Australia
Danau Baikal Rusia
Danau Baikal Rusia
Biara Meteora Yunani
Biara Meteora Yunani
Pantai Bondi Australia
Pantai Bondi Australia
Menara Eiffel Prancis
Menara Eiffel Prancis
Musium Van Gogh Belanda
Musium Van Gogh Belanda
Gedung Opera Sydney
Gedung Opera Sydney
Gunung Meja Afrika
Gunung Meja Afrika
Menara Kembar Petronas Malaysia
Menara Kembar Petronas Malaysia

===============================




Air Terjun Victoria Afrika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar