Jumat, 26 Februari 2021

Pendekar pemanah Rajawali Jilid 124

Mendadak Oey Yong menjadi girang, ia memotong: "Kalau begitu kau telah dapat mempelajari kepandaian Taysu! Dengan begitu bukankah kau bakal dapat mengalahkan Khiu Tiat Ciang?"

"Kau tahu sendiri otakku puntul," berkata si anak muda, "Dan ilmu totok ini sangat dalam, mana bisa aku lantas berhasil memahamkannya? Hanya benar aku telah mendapatkan beberapa jurus. Aku pikir, untuk segera mengalahkan Khiu Cian Jin, itulah sukar, tetapi buat bertahan sampai satu jam atau tiga perempat, mungkin aku sanggup……"

Oey Yong lantas menghela napas. "Dan kau pun melupakan satu hal," katanya masgul.

"Apakah itu?"

"Sekarang ini Taysu terkena racun dan entah sampai kapan ia bakal sembuh……"

Kwee Ceng berdiam, lantas ia menjadi sengit. "Kenapa si nenek, Eng Kouw demikian kejam?" katanya mengeluh. Ia baru berkata begitu, ia ingat sesuatu, hingga ia berseru: "Ah, celaka!"

Oey Yong kaget. "Apa?" dia menanya.

"Kau telah berjanji dengan Eng Kouw!" si pemuda memberi ingat. "Setelah kau sembuh, kau mesti menemani dia satu tahun, bukan? Nah, habis bagaimana? Apakah janji itu mesti ditepati atau tidak?"

"Kau sendiri?"

"Jikalau kita tidak dapat petunjuknya, tidak dapat kita mencari It Teng Taysu. Waktu itu pastilah lukamu…… Ah, tak dapatlah dikatakan……"

"Kenapa tak dapat dikatakan? Bilang saja terus ¬terang. jiwaku tidak dapat ditotong lagi! Kaulah satu laki-laki maka kau tentunya ingin menepati janji, bukan?"

Si nona lantas menjadi berduka. Ia ingat Kwee Ceng pun tidak suka melanggar janji perjodohannya dengan putri Gochin Baki dari Mongolia. Air mukanya menjadi guram.

Mengenai sifat wanita ini, Kwee Ceng asing, maka itu selagi Oey Yong berduka dan hendak menangis, ia tidak sadar. Maka ia berkata;

"Dia bilang ayahmu lihay seratus kali daripadanya, seandainya kau mengajari dia, dia bilang tak bakal dapat menyamai kulit atau bulu ayahmu. Dia telah mengetahui itu, apa perlunya dia masih menghendaki kau menemani dia?"

Oey Yong menutup mukanya, ia tidak menyahut. Pemuda itu masih tidak sadar, ia mengulangi pertanyaannya.

"Eh, tolol, benarkah kau tidak mengerti?" akhirnya tanya si nona gusar.

Kwee Ceng heran orang gusar tidak karu-karuan. "Ya, Yong-jie, aku memang dasarnya tolol," ia mengaku. "Maka itu juga aku minta kau suka memberi keterangan."

Oey Yong menyesal telah mengeluarkan perkataan keras, sekarang ia mendengar suara orang lemah lembut, orang yang telah mengaku ketololannya, ia menjadi sangat berduka, tak dapat tertahan lagi, ia menangis dalam rangkulan pemuda itu.

Masih Kwee Ceng tidak mengerti, ia mengusut¬-ngusut punggung orang seraya menghibur.

Oey Yong menarik ujung baju orang, menyusut air matanya. "Engko Ceng, aku yang salah," katanya. Mendadak ia tertawa. "Lain kali aku tidak bakal memaki lagi kepadamu……"

"Memang aku tolol, apakah halangannya untuk kau mengatakannya?" kata si tolol, tetap polos.

Nona itu menghela napas. "Ya, kau memang baik, akulah yang buruk," katanya kemudian. "Mari aku menjelaskan padamu. Eng Kouw itu bermusuh sama ayahku, dia mencari ilmu kepandaian untuk menyatroni Tho Hoa To, guna menuntut balas, tetapi dia telah mendapat kenyataan, dalam ilmu silat kalah dari kau, maka karena putus asa, dia mengubah siasatnya. Dia sekarang hendak menjadikan aku sebagai manusia tanggungan, supaya ayahku datang menolong aku. Dengan akal ini, dia jadi menang di atas angin, dia menjadi dapat jalan untuk mencelakai ayahku."

Baru sekarang si tolol mengerti, maka ia menepuk pahanya. "Oh, benar begitu! Kalau demikian adanya, janji itu tidak dapat ditepati!" ia berkata.

"Kenapa tidak?" tanya Oey Yong, "Harus ditepati."

"Eh?" si anak muda heran.

"Eng Kouw itu sangat lihay," berkata si nona, menerangkan. "Lihat saja bagaimana ia mencampuri racun di dalam obat Kiu-hoa Giok Louw Wan yang mencelakai It Teng Taysu. Maka jika dia tidak disingkirkan, bakal jadi ancaman bencana untuk ayahku. Dia ingin aku menemani dia, aku akan menemaninya. Sekarang aku telah bersiap sedia, tidak akan kena diakali lagi. Aku percaya, tidak perduli dia bakal menggunakan tipu apapun, aku merasa pasti bakal dapat memecahkannya!"

"Tetapi, itu sama artinya kau menemani seekor harimau betina……" kata si anak muda masgul.

Oey Yong hendak berkata lagi ketika kupingnya mendengar suara berisik dari sebelah depan, dari kamar sucinya It Teng Taysu. Itulah beberapa kali suara kaget atau seruan. Kwee Ceng pun mendengar, maka keduanya saling mengawasi. Selagi mereka memasang kuping, suara berisik itu lantas lenyap.

"Entah bagaimana dengan taysu?" kata si pemuda.

Si pemudi menggeleng kepala. "Nah, kau daharlah lantas tidur," kata Kwee Ceng kemudian.

Oey Yong masih menggeleng kepala. Tetapi mendadak: "Ada orang datang!" katanya.




Benar juga lantas terdengar tindakan kaki beberapa orang, di antaranya ada yang berkata dengan suara sengit:

"Budak itu banyak akal, sebaiknya mampusi dulu!"

Itu suara si petani. Maka Kwee Ceng berdua terkejut.

"Jangan sembarang," terdengar suara si tukang kayu. "Kita menanya jelas dulu."

"Apa yang mau ditanyakan lagi?" kata si petani. "Sudah terang dua bangsat cilik itu disuruh musuh suhu datang kemari! Kita bunuh yang satu, biarkan yang satu lagi, untuk menanyakan keterangannya. Cukup kita memeriksa si tolol!"

Selagi mereka bicara, mereka sudah sampai di depan pintu kamar. Nyata mereka tidak takut suara mereka dapat didengar orang. Kwee Ceng mengerti ancaman bahaya, tanpa bersangsi lagi dengan pukulan "Hang liong yu hui", ia menghajar tembok di belakangnya, hingga dengan suara sangat berisik tembok itu gempur, membuat sebuah liang. Setelah itu, dengan membungkuk, ia menggendong si nona, terus lompat melewati liang itu.

Di sana terlihat si petani, yang sangat gesit, sebelah tangannya diulur, guna menyambar kaki kiri si anak muda.

Oey Yong tidak berdiam saja, ia melihat sambaran itu, maka dengan tangan kirinya mengibas ke belakang, mengebut jalan darah yang tie-hiat dari si petani. Itulah ilmu kebutan, atau totokan, warisan ayahnya yang disebut "Lan-hoa Hut-hiat Ciu", atau Bunga Anggrek Mengebut Jalan Darah. Ilmu ini tidak selihay ilmu totok It Teng tetapi toh berbahaya untuk lawan.

Si petani kaget, lekas-lekas ia menarik pulang sambaranmya, ia membaliki itu, untuk menangkis, tetapi gerakan ini memperlambat gerakannya, maka Kwee Ceng berhasil berlompat lewat, berlari terus dengan melompati tembok belakang. Di sini ia baru lari beberapa tindak, ia menjerit sendirinya, berkeluh kesah. Di depannya ada tumbuh pohon duri setinggi orang, lebat dan banyak durinya, hingga tak dapat dilewati orang. Ketika ia menoleh, menampak mendatanginya empat orang si tukang pancing, si tukang kayu, si petani dan si pelajar. Mereka lantas berdiri menghadang.

"Taysu menitahkan kami turun gunung, tuan-tuan telah mendengarnya sendiri," berkata Kwee Ceng, "Kenapa sekarang kamu menghalangi kami?"

Si pengail mendelik matanya. "Guru kami sangat baik hati, dia pemurah, dengan mengorbankan diri dia menolong kamu, kenapa sekarang kamu……" kata dia, suaranya mengguntur.

Muda mudi itu terkejut.

"Dia mengorbankan diri?" tanya mereka berbareng. "Bagaimana itu…..?"

"Fui……!" berseru si pengail dan petani.

Si pelajar tertawa dingin, dia berkata: "Lukamu, nona telah ditolong diobati oleh guruku dengan dengan mengorbankan dirinya! Mustahil kau benar-benar tidak ketahui itu?"

"Dengan sebenarnya, aku tidak tahu," menyahut Oey Yong. "Tolong kau menjelaskan."

Pelajar itu mengawasi. Ia melihat roman orang benar seperti tidak lagi mendusta, maka ia berpaling kepada si tukang kayu. Dia ini mengangguk. Lantas ia berkata:

"Nona, kau telah mendapat luka yang sangat berbahaya, untuk menyembuhkannya kau mesti dapat penyaluran pada pelbagai jalan darah dan nadimu. Untuk itu dibutuhkan ilmu It Yang Cie Siang-thian Kanghu. Ilmu itu, semenjak meninggalnya Ong Tiong Yang Cinjin, kauwcu dari Coan Cin Pay, cuma guru kami satu orang yang mengerti. Meski begitu, kalau ilmu itu dipakai mengobati orang, dia sendiri mesti turut mendapat penyakit sebagai akibatnya, sebab dia mesti menggunakan terlalu banyak tenaga terutama tenaga dalamnya. Untuk lima tahun, habislah semua kepandaian silatnya……"

Oey Yong kaget hingga ia mengeluarkan seruan tertahan. Ia menyesal dan malu sekali.

"Selama tempo lima tahun itu, untuk memulihkan diri, mesti berlatih dan bersemedhi setiap hari, siang dan malam, kalau dia salah berlatih, maka dia bakal nampak kegagalan dan kepandaiamnya itu tidak akan pulih kembali. Orang yang menjadi korbam begitu, entengnya dia bercacad seumur hidup, hebatnya dia lantas mati. Guruku begitu murah hati menolong kau, kenapa kau begini jahat, kebaikan dibalas dengan kejahatan?"

Mendadak Oey Yong melepaskan diri dari Kwee Ceng, lantas ia berlutut ke arah kamarnya It Teng Taysu, empat kali ia mengangguk, sembari menangis ia berkata:

“Supee, sungguh keponakanmu tidak menyangka begini besar kau telah melepas budi menolong jiwaku……"

Menyaksikan kelakuan si nona, roman si pengail berempat nampak sedikit sabar. "Ayahmu menitahkan kau menjalankan akal ini mencelakai guru kami, benar-benar kau sendiri tidak tahu?" tanya si tukang pancing.

Ditanya begitu, Oey Yong menjadi gusar. "Mana dapat ayahku mencelakai supee?" katanya keras. "Ayahku itu orang macam apa? Mana dapat ayahku berlaku demikian hina dina?"

Si tukang pancing menjura. "Jikalau ini bukan titah ayahmu, nona, harap kau memberi maaf atas kelancanganku ini," ia berkata.

"Hm!" berkata si nona. "Jikalau perkataanmu barusan dapat didengar ayahku, tidak perduli kau muridnya supee, kau pasti bakal diberi rasa sedikit!"

"Hm," berkata si pengail, "Ayahmu digelarkan Tong Shia, si Sesat dari Timur, maka kami pikir, apa yang dapat diperbuat See Tok, si Bisa dari Barat, tentulah dapat dilakukan juga ayahmu. Sekarang ini rupanya soal lain."

"Mana dapat ayahku dibanding dengan See Tok?" berkata si nona. "Auwyang Hong si bangsat tua itu, apa yang dapat dia lakukan! Apakah yang dia telah perbuat?"

"Baik," si pelajar dating menengahi. "Sekarang sudah jelas, mari kita kembali ke dalam untuk bicara lebih jauh."

Maka berenam mereka masuk ke kamar, untuk terus berduduk, akan tetapi empat orang itu duduk demikian rupa, hingga dengan sendirinya mereka seperti memegat jalan keluar kedua muda-mudi itu. Oey Yong mengetahui itu, ia bersenyum, ia tidak mau membuka rahasia orang.

"Apakah kamu tahu tentang urusan Kiu Im Cin¬keng?" si pelajar mulai bicara.

"Aku ketahui itu. Apakah ada sangkutannya supee dengan kitab itu?"

"Ketika diadakan pertemuan pertama di Hoa San, soalnya ialah perebutan kitab Kiu Im Cin-keng itu," berkata si pelajar. "Ketika itu Coan Cin Kauwcu adalah yang terlihay, kitab itu telah jatuh di tangannya. Bahwa semua orang takluk kepada kauwcu itu, itulah bukan soal lagi. Tiong Yang Cinjin sangat mengagumi ilmu Sian Thian Kang dari guru kami, maka juga di tahun kedua bersama-sama adik seperguruannya dia datang mengunjungi guru kami di Tali, ketika itu mereka berbicara banyak tentang ilmu silat itu."

"Adik seperguruan Tiong Yang Cinjin?" tanya Oey Yong. "Itu Loo Boan Tong Ciu Pek Thong!"

"Benar," sahut si pelajar. "Nona masih begini muda tetapi banyak sekali orang yang nona kenal……"

"Ah, jangan kau memuji aku," berkata si nona.

"Paman Ciu itu sangat jenaka, tetapi kami tidak tahu bahwa dia dipanggil Loo Boan Tong si bocah tua bangkotan yang nakal. Ketika itu guru kami masih belum mensucikan diri."

"Oh, kalau begitu ketika supee masih menjadi kaisar!" kata Oey Yong.

"Benar. Coan Cin Kauwcu (Dewi-KZ) itu bersama adik seperguruannya tinggal di istana belasan hari, selama itu kami berempat senantiasa mendampinginya. Guru kami telah menjelaskan segalanya mengenai Sian Thian Kang itu, hingga Tiong Yang Cinjin menjadi sangat girang, maka ia pun lantas mengajari ilmu silat It Yang Cie yang menjadi ilmu silatnya yang paling istimewa. Kami mendengar semua pembicaraan akan tetapi pelajaran kami masih sangat rendah dan kami pun tumpul sekali, tak dapat kami mengajari itu."

"Habis bagaimana dengan Loo Boan Tong?" Oey Yong tanya. "Kepandaiannya Loo Boan Tong tidak cetek."

"Paman Ciu itu seorang gemar bergerak, tak suka dia berdiam, setiap hari dia berputaran saja di seluruh istana. Dia pergi ke timur dan ke barat, ke segala tempat sampai dia tidak pandang-pandang lagi keraton di mana permaisuri dan selir-selir bertinggal. Semua orang kebiri dan dayang mendapat tahu dialah tetamu agung kami, tidak ada di antaranya yang berani melarang."

Oey Yong dan Kwee Ceng saling memandang dan bersenyum. Mereka tahu baik sifatnya engko atau kakak angkat. Cuma di dalam hatinya, mereka kata: "Itu dia sifatnya Loo Boan Tong!"

"Ketika Tiong Yang meminta diri," si pelajar melanjutkan, "Dia berkata kepada guru kami: 'Selama yang belakangan ini penyakitku yang lama kembali kumat, maka mungkin aku tidak bakal berdiam lama lagi di dalam dunia ini, karena sekarang sudah ada ahli waris dari It Yang Cie, jadi di dunia ada orang yang dapat menindih padanya, bolehlah tak usah dikhawatirkan yang dia nanti berani malang melintang bermain gila.' Baru setelah itu guru kami mengetahui maksud utama kenapa Tiong Yang Cinjin melakoni perjalanan demikian jauh datang ke Tali mengunjungi guru kami, maksudnya untuk mewariskan kepandaiannya itu, agar setelah ia menutup mata nanti, ada orang yang dapat mengekang Auwyang Hong. Lima-limanya Tong Shia, See Tok, Lam Tee, Pak Kay dan Tiong Sin Thong adalah orang-orang yang namanya sama termashurnya, kalau Tiong Yang Cinjin membilang terus terang dia dating untuk memberi pelajaran, dia khawatir guru kami merasa dirinya dipandang enteng, dari itu lebih dulu dia minta pelajaran Sian Thian Kang, kemudian baru dia membalas mengajari It Yang Cie. Itulah artinya pertukaran. Guru kami mengetahui maksud baik dari Tiong Yang Cinjin, ia menjadi bersyukur, ia mengagumi kauwcu itu. Ia lantas memahamkan itu dengan sungguh-sungguh. Kemudian di negara Tali itu telah terjadi suatu hal yang malang, hati guru kami menjadi tawar, maka itu ia pergi mencukur rambutnya dan masuk menjadi hweeshio."

Mendengar itu, Oey Yong berpikir; "Toan Hongya tidak mau menjadi kaisar, dia lebih suka menjadi pendeta, mestinya kejadian malang itu sangat melukai hatinya. Karena muridnya ini tidak mau menjelaskan, tidak dapat aku minta keterangan atas kejadian itu……" Ia memandang kepada kawannya. Ia melihat Kwee Ceng seperti hendak membuka mulut, untuk menanya, ia lekas mencegah dengan kedipan matanya. Kwee Ceng mengerti kedipan itu, ia menunda membuka mulutnya.

Air muka si pelajar nampak guram. Rupanya ia teringat akan peristiwa dulu. Ia berdiam beberapa saat baru ia berbicara lagi.

"Setahu bagaimana, kemudian hal guru kami mempelajari It Yang Cie itu telah bocor," katanya. "Pada suatu hari, suhengku……" ia menunjuk pada si petani "……telah menerima titah suhu, untuk pergi mencari daun obat-obatan. Suhengku telah pergi ke gunung Tay Soat San di barat Inlam, di sana orang telah melukainya dengan ilmu silat Kap Moa Kang."

"Pastilah penyerang itu si Bisa bangkotan!" berkata Oey Yong.

"Siapa lagi kalau bukan dia?" berkata si petani gusar. "Mulanya seorang muda yang tidak karu-karuan telah mencari stori denganku, dia membilangnya Tay Soat San itu miliknya dan dia melarang siapapun mencari daun obat di situ. Aku telah menerima pengajaran suhu, aku berlaku sabar, tapi justru aku mengalah, si anak muda semakin mendesak, dia menyuruh aku mengangguk tigaratus kali kepadanya, baru dia mau mengijinkan aku turun gunung. Karena habis sabarku, aku menempur dia. Pemuda itu lihay benar, sekian lama kita bertempur, tetap seri. Waktu itu mendadak muncullah si tua berbisa itu, tanpa banyak omong, dia menghajar aku hingga terluka parah, setelah itu si anak muda menggendong aku, mengantar aku pulang sampai di luar kuil Liong Coan Sie di mana suhu berdiam."

"Kalau begitu sudah ada orang yang mewakili kau membalas sakit hatimu," berkata si nona. "Pemuda itu Auwyang Kongcu sudah ada yang membunuhnya."

"Ah, dia telah mati?" kata si petani gusar. "Siapakah yang membunuhnya?"

"Eh, heran!" kata Oey Yong. "Ada orang lain membunuh musuhmu, kau masih gusar?"

"Musuhku mesti aku yang membalas sendiri!" sahut si petani.

"Sayang kau tidak dapat membalasnya……" kata si nona menghela napas.

"Sebenarnya siapakah yang membunuhnya?"

"Dia juga seorang busuk. Kepandaiannya kalah dari Auwyang Kongcu tetapi dia menggunakan akal."

"Bagus!" berkata si pelajar. "Nona, tahukah kau maksudnya Auwyang Hong melukai suhengku ini?"

"Tidak sukar untuk menerka itu," menyahut Oey Yong. "Dengan kepandaiannya See Tok, dengan dua kali turun tangan, dia dapat membinasakan suhengmu, tetapi dia cuma melukai parah, lalu dia mengantarnya pulang ke depan pintu rumah gurumu. Maksudnya agar gurumu menghabiskan tenaga dalamnya mengobati suhengmu itu. Barusan kau bilang, supee mesti membuang tempo lima tahun untuk memulihkan kepandaiannya, maka berarti, kalau nanti diadakan rapat yang kedua di gunung Hoa San, pasti gurumu tak keburu turut mengambil bagian."

Pelajar itu menghela napas. "Nona sungguh cerdik, tetapi kali ini nona cuma dapat menerka separuhnya," ia berkata. "Kejahatan Auwyang Hong itu sukar diterka dari bermula. Justru di saat suhu mengobati suhengku, saat kesegaran suhu belum kembali, dia datang melakukan penyerangan, maksudnya untuk membikin mati ……"

"It Teng Supee demikian murah hati, apakah benar dia menyebabkan permusuhan dengan Auwyang Hong?" Kwee Ceng menanya. Anak muda ini heran.

"Engko kecil, pertanyaanmu ini tidak tepat," menyahut si pelajar. "Pertama-tama, si orang murah hati itu justru musuh dari si orang jahat. Si orang jahat tak suka hidup bersama di dunia dengan orang baik hati. Kedua, kalau Auwyang Hong hendak mencelakai orang, dia tentu tidak sudi memperhatikan orang itu bermusuhan dengannya. Karena dia ketahui ilmu silat It Yang Cie dari suhu adalah penumpas dari ilmu silatnya, maka dia dapat menggunakan seratus atau seribu akal keji untuk membinasakan guru kami."

Kwee Ceng mengerti, ia mengangguk beberapa kali. "Habis, apakah supee telah kena dia bikin celaka?" ia menanya pula.

"Setelah suhu melihat lukanya suheng, suhu dapat menerka maksudnya Auwyang Hong," si pelajar menerangkan pula. "Malam itu juga suhu pindah tempat, dan Auwyang Hong tidak berdaya mencari. Karena tahu Auwyang Hong tidak bakal berhenti sampai di situ, kami mencari tempat-tempat sampai kami mendapatkan tempat suci ini. Setelah suhu pulih kesehatannya, kami berempat mengusulkan suhu pergi mencari See Tok di Pek To San, guna membuat perhitungan dengannya, akan tetapi suhu berpendirian, kalau dapat mengalah baiklah dia mengalah terus dan kami dilarang pergi menerbitkan gara-gara. Demikianlah untuk belasan tahun kami tinggal dengan aman di tempat ini. Siapa tahu sekarang kamu berdua datang kemari! Kami cuma tahu kamu murid- murid Kiu Cie Sin Kay, kami menduga kamu tidak bermaksud jahat, maka itu kami merintanginya setengah hati, coba kami berbuat nekat, tidak akan kami membiarkan kamu masuk ke kuil kami. Sungguh di luar dugaan, toh akhirnya guru terkena juga tangan jahat kamu……"

Setelah berkata begitu, mendadak muka si pelajar menjadi bengis lagi, bahkan sambil berbangkit bangun, ia menghunus pedangnya, yang berkilau berkeredepan. Melihat demikian, si pengail, si tukang kayu dan si petani, turut berbangkit juga sambil menghunus senjata mereka, lantas mereka mengambil sikap mengurung.

"Ketika aku datang mencari supee untuk minta diobati, aku tidak tahu bahwa pengobatan itu bakal menghabiskan kepandaiannya selama lima tahun," berkata Oey Yong. "Bahwa obatku ada racunnya, itu juga aku tidak tahu, itu perbuatan orang lain. Supee telah melepas budi padaku, meskipun kami tidak punya hati, tidak akan kami membalas kebaikannya dengan kejahatan."

"Kalau begitu," menegur si tukang pancing, "Kenapa selagi kesehatan guru belum pulih dan dia pun terkena racun, kamu mengajak musuh mendaki gunung ini?"

Ditanya begitu, Oey Yong dan Kwee Ceng kaget bukan alang kepalang. "Tidak sama sekali!" mereka menyangkal.

"Masih menyangkal!" membentak si tukang pancing. "Begitu suhu terkena racun, kita lantas menerima gelang kumala dari pihak musuh. Kalau memangnya kamu tidak bersekongkol mana bisa terjadi peristiwa begini kebetulan?"

"Gelang kumala apa itu?" Oey Yong tanya. Ia benar tidak mengerti.

"Hm, masih berlagak piton!" si tukang pancing mengejek. Mendadak ia menggerakkan kedua tangannya, maka kedua pengayuhnya lantas menghajar muda mudi di depannya.

Kwee Ceng duduk berendeng sama Oey Yong, begitu melihat datangnya pengayuh, ia berlompat bangun, kedua tangannya bergerak, tangan kanan menyambar satu pengayuh, untuk segera dirampas, tangan yang lain menangkap pengayuh yang kedua, yang terus ia gentak.

Si tukang pancing kaget dan tangannya kesakitan, pengayuhnya terpaksa dilepaskan. Selagi begitu, Kwee Ceng meneruskan menangkis garunya si petani, hingga kedua senjata bentrok keras dan lelatu apinya muncrat berhamburan. Setelah itu, lekas-lekas ia mengangsurkan, menyerahkan pulang pengayuhnya si tukang pancing, hingga dia ini heran dan tercengang, tetapi cuma sebentar, setelah menyambut itu, berbareng bersama kampaknya si tukang kayu, dia menyerang lagi.

Kwee Ceng sementara itu berlaku sangat cepat, begitu ia mundur, begitu ia menolak, si pelajar mengenal ilmu silat Hang Liong Sip-pat Ciang, segera meneriaki kedua saudara seperguruannya:

"Lekas mundur!"

Si tukang pancing dan si tukang kayu adalah murid-¬murid guru yang lihay, mereka menginsyafi bahaya dengan cepat mereka menarik pulang senjata sambil mengundurkan diri. Tapi biar bagaimanapun mereka cepat, masih kalah gesit, mereka tidak dihajar hanya senjata mereka disambar, untuk dirampas lagi!

"Sambut ini!" berkata Kwee Ceng, yang kembali mengembalikan senjata orang, sekarang pengayuh dan garu!

"Bagus!" si pelajar memuji sambil menikam dengan pedangnya ke iga kanan.

Melihat datangnya tikaman, Kwee Ceng terperanjat. Sekarang terbukti, dari keempat murid orang itu, adalah si pelajar ini, yang gerak-geriknya halus, justru yang ilmu silatnya paling lihay. Maka ia tidak mau berlaku alpa. Untuk dapat melindungi Oey Yong, yang tidak boleh mengeluarkan banyak tenaga, ia membela diri dengan gerakan menurut barisan Thian Kong Pak-tauw-tin dari Coan Cin Cit Cu. Mula-mula ia hanya mengurung diri, kemudian perlahan-lahan ia memperlebar kurungannya, maka keempat lawan itu terpaksa mundur dengan sendirinya, sampai mereka terdesak ke tembok. Disaat ini, asal ia mau turun tangan, dapat si anak muda melukai mereka itu, atau salah satu di antaranya.

Selama itu, Kwee Ceng mempertahankan diri, antaranya ia tidak menambah tenaganya. Dengan begini ia membuat mereka dua pihak tidak kalah dan tidak menang.

Si pelajar agaknya penasaran, mendadak ia mengubah ilmu pedangnya. Kali ini pedangnya mengasih dengar sambaran angin mengaung. Ia menyerang ke empat penjuru, setiap kali dengan enam tusukan atau sabetan beruntun. Itulah ilmu pedang Ay Lao Kiam Hoat dari Ay Lao San di Inlam, yang semuanya terdiri dari tigapuluh enam jurus. Tapi terhadap si anak muda, ilmu pedang itu tidak mempan. Tenang-tenang seperti biasa, dengan tangan kanan pemuda ini melayani pedang, dengan tangan kirinya ia menghalau setiap senjata si tukang pancing, si tukang kayu dan si petani.







OBJEK WISATA MANCA NEGARA


Teluk Wilhelmina Antartika

Kota Tua Samarkand, Uzbekistan
Pulau Falkland Antartika Inggris
Pulau Falkland Antartika Inggris
Air Terjun Victoria Afrika
Air Terjun Victoria Afrika
Panci Makgadikgadi Botswana, Afrika
Panci Makgadikgadi Botswana, Afrika
Pulau Falkland Antartika Inggris
Pulau Falkland Antartika Inggris
Panorama Alam Georgia
Panorama Alam Georgia
Kebun Raya Singapura
Kebun Raya Singapura
Pagoda Shwedagon Yangon, Myanmar
Pagoda Shwedagon Yangon, Myanmar
Dataran Guci Xiangkhouang, Laos
Dataran Guci Xiangkhoung, Laos
Danau Iskanderkul Tajikistan
Danau Iskanderkul Tajikistan
Piramida Giza Mesir
Piramida Giza Mesir
Ngarai Sungai Ikan Namibia, Afrika
Ngarai Sungai Ikan Namibia, Afrika
Taman Nasional Ala Archa Kirgistan
Taman Nasional Ala Archa Kirgistan
Selat Drake Antartika Amerika
Selat Drake Antartika Amerika
Istana Kekaisaran Tokyo
Istana Kekaisaran Tokyo
Jembatan Gerbang Emas
Jembatan Gerbang Emas - Amerika
Air Terjun Niagara
Air Terjun Niagara Prancis
Grand Canyon
Grand Canyon Amerika
Pasar Terbesar di Bangkok
Pasar Terbesar di Bangkok
Taman Nasional Yellowstone
Taman Nasional Yellowstone - Amerika
Burj Khalifa - Dubai
Budj Khalifa Dubai
Taj Mahal
Taj Mahal India
Musium Amir Temur Uzbekistan
Musium Amir Temur Uzbekista
Blackpool - Amerika
Blackpool Irlandia
Taman Nasional Blue Mountain - Sydney
Taman Nasional Blue Mountain Sydney
Jembatan Baja Terbesar di Australia
Jembatan Baja Terbesar di Australia
Taman Nasional Kakadu Australia
Taman Nasional Kakadu Australia
Danau Baikal Rusia
Danau Baikal Rusia
Biara Meteora Yunani
Biara Meteora Yunani
Pantai Bondi Australia
Pantai Bondi Australia
Menara Eiffel Prancis
Menara Eiffel Prancis
Musium Van Gogh Belanda
Musium Van Gogh Belanda
Gedung Opera Sydney
Gedung Opera Sydney
Gunung Meja Afrika
Gunung Meja Afrika
Menara Kembar Petronas Malaysia
Menara Kembar Petronas Malaysia

===============================




Air Terjun Victoria Afrika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar