Selasa, 02 Februari 2021

Pendekar Pemanah Rajawali Jilid 114

Oey Yong berkata lagi: "Kay Pang kita telah malang melintang di kolong langit tetapi hari ini kita telah diperhina, dibuat permainan oleh orang luar, bahkan dua saudara Lee Seng dan Ie Tiauw Hin dipaksa membuang jiwanya dengan cuma-cuma! Dan Lou Tiangloo pun telah terluka parah! Kenapakah itu? Apakah sebabnya itu?"

Kata-kata itu berpengaruh juga, maka ada separuh dari Kay Pang mengawasi si nona untuk mendengar pembicaraannya terlebih jauh.

"Sebabnya ialah karena manusia licin she Yo telah bersekongkol dengan pihak Tiat Ciang Pang!" berkata pula Oey Yong dengan nyaring. "Orang she Yo ini telah menyiarkan cerita burung bahwa Ang Apngcu meninggal dunia! Tahukah saudara-saudara siapakah orang she Yo ini?"

"Siapakah dia? Siapakah dia?" banyak suara bertanya. "Lekas bilang, lekas!"

Tapi ada juga yang berseru. "Jangan dengar ocehannya bangsat perempuan ini, dia lagi mengacau pikiran kita!"

Maka itu, suara mereka menjadi berisik. Oey Yong tidak menghiraukannya. Ia berkata pula:

"Dia bukan orang she Yo, dia sebenarnya she Wanyen! Dialah putra dari Pangeran Chao Wang dari negara Kim! Dia tengah beraksi untuk merampas Kerajaan Song!"

Kawanan pengemis itu melengak tetapi mereka tidak berani lantas mempercayai. Oey Yong berpikir cepat. Ia pun mengerti, sukar untuk lantas merebut kepercayaan orang banyak. Maka ia membutuhkan bukti. Ia lantas merogoh ke dalam sakunya. Ia merasa bersyukur barang-¬barangnya tidak terampas semua. Di situ masih ada tangan besi yang Cu Cong curi dari tubuhnya Khiu Cian Jin. Dia lantas mengangkatnya tinggi-tinggi. Ia lantas berkata nyaring:

"Lihatlah, barang ini apa! Baru saja aku merampas dari tangannya si orang she Yo ini! Lihatlah, semua saudara!"

Semua orang merangsak maju. Mereka terpisah cukup jauh dari panggung. Mereka ingin melihat tegas, barang apa itu. Lantas juga di antaranya ada yang berseru,

"Itu tangan besi! Kenapa barang itu ada padanya?"

"Nah, inilah dia!" berseru Oey Yong. "Dialah mata-mata dari Tiat Ciang Pang! Tentu saja dia membawa-bawa barang pertandaan dari partainya!"

Yo Kang kaget dan takut sekali. Segera ia mengayunkan sebelah tangannya, maka dua biji pusutnya menyambar ke arah si nona. Ia tidak bisa melihat tetapi ia bisa menduga orang berada di mana dengan mendengar suaranya saja. Ia pun berada paling dekat dengan nona.

Oey Yong bisa melihat menyambarnya senjata rahasia, yang mengeluarkan sinar berkeredepan, ia biarkan saja. Diantara pengemis ada yang berteriak-teriak:

"Senjata rahasia! Awas!" Ada pula yang menjerit: "Celaka!"

Dua batang senjata rahasia itu mengenai tubuh Oey Yong, terdengar suara yang nyaring, dan kedua senjata rahasia itu jatuh ke panggung, sementara si nona tidak kurang suatu apapun.

"Eh, orang she Yo!" Oey Yong menegur. "Jikalau kau bukan orang jahat, kenapa kau membokongku dengan senjata rahasia!"

Para Kay Pang menjadi heran, mereka jadi sangat bersangsi. Rata-rata mereka bertanya, siapa nona itu, dan apa benar perkataannya. Ada juga yang menanya, apa pangcu mereka - Ang Pangcu - belum mati. Maka itu, banyak mata lantas ditujukan kepada keempat tiangloo. Agaknya mereka ingin minta keempat tertua itu mengeluarkan pikirannya.

Karena kejadian ini, Barisan Tembok dari kaum Kay Pang itu pecah sendiri, dengan begitu ketika Kwee Ceng pergi ke pinggiran panggung, tidak ada orang yang ambil peduli.

Ketika itu Lou Yoe Kiak sudah sadar, maka keempat tiangloo lantas berbicara.

"Sekarang ini belum bisa didapat kepastian," berkata Yoe Kiak. "Maka itu baiklah kedua pihak ditanya dengan jelas. Yang paling penting ialah mencari tahu dulu benar atau tidak Ang Pangcu meninggal dunia…."

"Tetapi kita sudah mengangkat pangcu baru, mana dapat kita mengubahnya dengan sembarangan?" kata Kan Tiangloo bertiga. "Aturan kita turun-temurun, titah pangcu tidak dapat dibantah!"

Maka itu, keempat tiangloo itu pun menjadi terpecah dua. Kemudian ketiga tiangloo golongan Pakaian Bersih saling mengasih isyarat, terus mereka mendekati Yo Kang, terus Kan Tiangloo berseru:

"Kami cuma mempercayai perkataan Yo Pangcu! Entah darimana datangnya ini dukun perempuan, dia mengacau pikiran orang! Jangan dengarkan dia! Saudara-saudara bekuk dia! Bawa dia turun untuk dihajar!"

Tapi Kwee Ceng di bawah panggung berseru dengan bengis: "Siapa berani turun tangan?!"

Melihat orang bersikap garang, tidak ada pengemis yang berani naik ke panggung. Sementara itu Khiu Cian Jin bersama orang-¬orangnya semua berdiri diam di samping, jauh dari mereka. Ia senang menyaksikan peristiwa itu. Bukankah orang seperti lagi saling membunuh?

Oey Yong berkata pula: "Sekarang ini Ang Pangcu masih hidup, ia berada dengan tidak kurang suatu apapun di dalam istana di Lim-an! Pangcu kelewat gemar dahar barang santapan raja, ia tidak dapat membagi waktu untuk datang ke mari, maka itu ia mewakilkan aku. Kalau nanti Ang Pangcu sudah cukup dahar, ia pasti akan datang menemui saudara-saudara!"

Keempat tiangloo serta kedelapan pengemis kantung delapan itu tahu kegemaran pangcu mereka akan bersantap, keterangan Oey Yong ini dapat juga menarik kepercayaan mereka, maka pikiran mereka guncang pula.

Kembali Oey Yong berkata: "Orang she Yo ini sudah bersekongkol sama Tiat Ciang Pang, dia sengaja hendak mencelakai aku. Dia telah mencuri tongkat Pangcu untuk mengakali orang. Kenapa kamu tidak dapat membedakan apa yang benar dan apa yang salah dan kamu main percaya saja? Keempat tiangloo dari partai kita adalah orang-orang yang banyak penglihatannya dan luas pengetahuannya, mengapa kamu tidak dapat melihat ini suatu akal yang kecil sekali?"




Mendengar itu, semua mata lantas diarahkan kepada keempat tiangloo. Banyak mata yang bersinar ragu-ragu.

Yo Kang telah buntu jalan, dia norek. "Kau bilang Ang Pangcu masih hidup, habis kenapa dia menugaskan kau menjadi pangcu?" ia menanya. "Dia menghendaki kau menjadi pangcu, kau mempunyai bukti apa?"

Oey Yong membalingkan tongkatnya. "Inilah tongkat Tah-kauw-pang dari Pangcu! Mustahilkah ini bukan bukti?" berkata ia.

Yo Kang tertawa lebar. "Haha! Toh itu tongkat suciku, yang barusan kau merampasnya dari tanganku?" katanya. "Siapakah tidak menyaksikan itu barusan?"

"Jikalau Ang Pangcu menghendaki kau menjadi pangcu, mengapa dia tidak mengajari ilmu silat Tah Kauw Pang-hoat?" Oey Yong tanya. "Kalau benar dia mengajarinya, kenapa kau membiarkannya aku merampas?"

Mendengar orang menyebut ilmu silat Tah Kauw Pang-hoat, yaitu ilmu silat tongkat peranti mengemplang anjing. Yo Kang menyangka Oey Yong memandang hina tongkat itu, maka ia hendak membalikinya. Ia berteriak:

"Ini adalah tongkat suci dari Pangcu kami, kenapa kau menyebut-nyebut tongkat peranti mengemplang anjing? Ha, kau mengaco belo, ya! Sungguh berani kau menghina tongkat suci dari partai kami!"

Yo Kang bangga sekali. Ia menganggap dengan begitu ia telah menghormati tongkatnya itu. Ia mau percaya, tentulah orang-orang Kay Pang senang dengannya. Ia sama sekali tidak menyangka, bahwa selama di sepanjang jalan, si pengemis gemuk dan kurus sebenarnya tidak berani menyebut Ta Kuaw Pang kepada tongkat suci itu, hingga dengan begitu, ia sendiri jadi tidak tahu nama tongkat itu. Mendengar perkataannya ini, semua pengemis saling mengawasi, wajah mereka muram, suatu tanda mereka tidak senang hati.

Yo Kang dapat melihat sikap orang, ia mengerti bahwa ia tentu telah omong kurang tepat, hanya ia tak tahu di mana letak kesalahannya. Tidak pernah ia menyangka, tongkat suci yang dipandang keramat Kay Pang itu, namanya sebenarnya ialah Tah Kauw Pang alias tongkat peranti pengemplang anjing!

Oey Yong tersenyum. "Ha, buat apa banyak-banyak omong tentang tongkat suci ini!" katanya. "Jikalau kau menghendaki, kau ambillah!" Dan ia mengulurkan tangannya, menyodorkan tongkat itu.

Yo Kang menjadi girang sekali, meski begitu, ia tidak berani lantas naik ke panggung, ia jeri Kwee Ceng.

"Pangcu, kita nanti menjagai kau," Pheng Tiangloo berbisik. "Lebih dulu ambillah tongkat itu, baru kita bicara lagi." Habis berkata begitu, tiangloo ini mendahului berlompat naik.

Melihat demikian, Yo Kang yang sekarang telah dapat melihat pula, turut naik dengan diiringi Kan Tiangloo dan Nio Tiangloo.

Yo Kang dengan bersangsi, dia curiga orang nanti menggunakan akal, ia tidak langsung menyambut, lebih dulu ia bersiaga dengan tangan kiri, baru tangan kanannya diulur.

Oey Yong melepaskan cekalannya. Ia tertawa. "Apakah kau telah memegangnya erat-erat?" ia menanya.

"Kenapa?" tanya Yo Kang gusar, sedang tangannya memegang keras tengah tongkat.

Oey Yong tidak menjawab, hanya dengan tangan kirinya bergerak, kaki kanannya terbang, menyusul mana, tangan kanannya dilonjorkan, Dengan gerakannya itu pas berbareng cepat, tongkat suci kembali pindah ke tangannya tanpa Yo Kang mampu berdaya untuk melindunginya.

Kedua tiangloo she Pheng dan Nio kaget bukan main, mereka heran sekali. Cuma sekejap, tongkat telah berpindah tangan pula. Kan Tiangloo juga tidak kurang herannya. Bukankah mereka bertiga melindungi pangcu mereka yang muda itu?

Yo Kang bersangsi. Kang Tiangloo menggerakkan cambuknya sebat sekali, cuma sedetik, tongkat itu kena disambar, dililit dan ditarik, lalu dipegang tangannya. Menyaksikan itu, semua orang Kay Pang bersorak dengan pujian mereka. Kemudian tongkat dapat diserahkan kepada Yo Kang.

"Ketika Ang Pangcu menyerahkan tongkat ini kepadamu, mustahil ia tidak mengajari kau untuk memegangnya dengan erat?" tanya Oey Yong tertawa pada si anak muda. "Bukankah ia telah mengajari supaya kamu dapat melindunginya hingga tidak gampang-gampang kena orang rampas?"

Tepat selagi ia tertawa, kedua kaki si nona menjejak lantai, lalu tubuhnya melesat di antara Kan Tiangloo dan Nio Tiangloo, terus tiba di depan Yo Kang. Kan Tiangloo menyambar dengan tangan kirinya, guna menangkap si nona, tetapi tangkapannya gagal. Sebab nona itu tepat menggunakan jurus "Burung waket terbang berpasangan" ajaran Ang Cit Kong, tubuhnya lincah dan licin.

Bukan main heran dan kagetnya tiangloo itu, yang mengenal baik kepandaian sendiri. Hatinya tercekat. Justru itu mereka mendengar sambaran angin, hingga terpaksa mereka melompat mudur.

"Ini jurus yang dinamakan Tongkat mengemplang anjing sepasang," berkata si nona, yang tubuhnya melesat sedang barusan, dengan gerakan tongkatnya, ia sengaja membikin kedua tiangloo itu membuka jalan untuknya. Maka ia telah sampai di pojok timur dari panggung itu, tongkat Tah-kauw-pang tercekal di tangannya, cahayanya menyorot hijau di antara sinar rembulan. Demikian sebat si nona, tak ada orang yang melihat gerakannya itu.

Kwee Ceng lantas berseru: "Lihatlah! Kepada siapa Ang Pangcu telah menyerahkan tongkat Tah-kauw¬pang? Apakah masih belum cukup terang?"

Orang-orang Kay Pang menjadi kagum, heran dan bercuriga. Mereka telah menyaksikan jelas bagaimana caranya si nona merampas pulang tongkat itu dari tangan Yo Kang, sedang anak muda mereka itu - si pangcu baru - pun pandai ilmu silat dan dia juga dilindungi ketiga tiangloo. Lantas mereka ramai membicarakan itu.

Lou Yoe Kiak lantas berkata: "Saudara-saudara, apa yang diperlihatkan nona ini benar-benar adalah ilmu silatnya Ang Pangcu!"

Kan Tiangloo saling mengawasi dengan Pheng Tiangloo dan Nio Tiangloo, lalu ia berkata:

"Dialah muridnya Ang Pangcu, sudah tentu dia mendapat warisan pelajaran ilmu silatnya! Apakah yang aneh!"

"Semenjak jaman dahulu, Tah Kauw Pang-hoat tidak diwariskan kecuali kepada orang yang menjadi pangcu," berkata Lou Yoe Kiak. "Mustahilkah Kan Tiangloo tidak ketahui aturan itu?"

Kan Tiangloo tertawa dingin. "Nona ini mengerti beberapa jurus ilmu silat tangan kosong merampas senjata, belum tentu itu adalah Tah Kauw Pang-hoat!" ia berkata.

Yoe Kiak menjadi bersangsi, tetapi ia berkata kepada Oey Yong: "Nona, silahkan kau menjalankan ilmu silat Tah Kauw Pang-hoat. Kalau benar kau mewariskan ilmu silat itu, pasti pengemis di seluruh negeri bakal takluk kepadamu."

"Tetapi," berkata Kan Tiangloo yang licik, "Ilmu silat itu kita cuma baru mendengar namanya saja, belum pernah ada yang melihatnya, maka itu siapa berani memastikan itu tulen atau palsu?"

"Habis itu kau menghendaki apa?" Lou Tiangloo tanya.

Kan Tiangloo menepuk kedua tangannya satu dengan lain, ia kata dengan nyaring: Jikalau nona ini dengan ilmu silat tongkat itu dapat mengalahkan sepasang tanganku yang kosong ini, maka aku si orang she Kan barulah takluk benar-benar dan akan menjunjungnya sebagai pangcu kita! Umpama kata aku mengandung dua hati, biarlah laksana panah menancap di tubuhku dan ribuan golok menghukum picis mayatku!"

"Hm!" Yoe Kiak berkata, "Berapa tinggikah usia si nona ini? Meskipun dia pandai dengan ilmu silat tongkatnya, maka sanggup dia melayani kau yang sudah belajar silat beberapa puluh tahun lamanya?"

Selagi dua tiangloo ini berebut bicara, Nio Tiangloo si tabiat keras sudah habis sabarnya, dengan mendadak dia berlompat kepada Oey Yong sambil membacok dengan goloknya. Sembari menyerang, dia kata:

"Tulen atau tidaknya ilmu silat Tah Kauw Pang¬hoat itu akan terbukti setelah diuji! Maka lihatlah golok!"

Penyerangan itu hebat. Itulah penyerangan berantai tiga kali, sedang dilakukannya dengan cara seperti membokong.

Oey Yong dapat melihat serangan itu, dengan cepat ia menyoren tongkat di pinggangnya, dengan sebat ia berkelit, dan ia berkelit terus tiga kali, hingga ia bebas dari serangannya. Ia pun berkelit tanpa memindahkan kaki, cuma main mengegos tubuh.

"Apakah untuk melayani kau tepat aku menggunakan ilmu silat Tah Kauw Pang-hoat?" ia kata sambil tertawa. Kata-kata ini disusul gerakan tangan kiri dan kanan - tangan kiri menyerang, tangan kanan mencoba merampas golok!

Nio Tiangloo berkenamaan, ia menjadi gusar sekali, bocah cilik berani memandang dia sebelah mata, maka itu habis menyingkirkan goloknya, ia lantas menyerang pula. Tentu sekali, ia berlaku bengis.

Sekarang Kan Tiangloo tidak lagi memandang enteng kepada si nona, ia mau percaya, mengenai si nona, mesti ada apa-apa yang masih tersembunyi, dari itu, karena khawatir kawannya berlaku semberono, ia meneriaki:

"Nio Tiangloo, jangan kau berlaku telengas!"

Tapi Oey Yong sebaliknya memandang enteng, "Jangan sungkan-sungkan!" katanya tertawa. Sembari berkata dan tertawa itu, ia melayani si tiangloo. Karena orang bersenjata golok dan menyerang bengis, ia melawan dengan lebih banyak berkelit, setiap ada kesempatan, ia membalas, meninju atau menendang, atau ia menyikut atau memenggal. Dalam waktu yang pendek, ia mengasih lihat belasan macam jurus yang luar biada.

Semua pengemis menjadi seperti kabur matanya. Mereka heran dan kagum, apapula delapan pengemis kantung delapan itu.

"Ah, itulah Lian Hoa Kun!" yang satu berseru.

"Eh, itu toh pukulan gembolan kuningan?" kata si gemuk, yang turut menjadi kagum. Hanya belum ia menutup rapat mulutnya, Oey Yong sudah menukar lagi ilmu silatnya, hingga seorang pengemis lain berseru: "Ah, itulah ilmu silat Kun-thiang-kang dari Ang Pangcu!"

Ang Cit Kong itu adalah seoarang yang wajar, ia tidak suka menerima murid, kalau ada anggota yang berjasa, ia cuma mengajari satu atau dua jurus sebagai persen. Lee Seng bukannya seorang lemah, ia cuma diajarkan satu jurus dari Hang Liong Sip-pat Ciang, ialah jurus "Naga sakti menggoyang ekor".

Sudah begitu ada lagi satu tabiat aneh dari pangcu itu, ialah satu jurus yang diajarkan kepada satu orang, ia tidak suka mewariskan lagi kepada yang lain, maka juga, pelajaran yang didapat anggota-anggota Kay Pang, semua berlainan. Cuma Oey Yong yang menjadi murid istimewa, sebab ia pandai masak, dia dapat memincuk pangcu itu dengan pelbagai masakannya yang lezat, setiap kali ia masak, setiap kali ia memperoleh satu pelajaran.

Maka selama di Kiang Bio-tin, dia memperoleh puluhan macam jurus. Sekarang, di depan Kay Pang, ia sengaja pertontonkan ilmu silatnya itu, membikin orang kagum, heran dan tunduk. Maka setiap anggota Kay Pang, yang pernah memperoleh warisan dari Ang Cit Kong lantas memuji kalau ia melihat si nona menjalankan jurusnya itu. Maka itu, ramailah suara pujian, yang keluar saling susul.

Nio Tiangloo melihat itu semua, ia juga menjadi heran dan kagum, matanya pun seperti kabur, oleh karena itu, ia tidak mau berlaku sembrono lagi, tidak mau ia menyerang, ia selalu membela diri dengan menutup dirinya rapat-rapat.

Lagi beberapa jurus telah dilewatkan atau mendadak si nona berhenti bersilat, dengan menyilangkan kedua tangannya di depan dada, ia tertawa menanya:

"Apa kau suka menyerah kalah?"

Nio Tiangloo belum mengeluarkan seantero kepandaiannya, mana sudi ia menyerah kalah, bahkan kerena panas hatinya, ia lantas menyerang. Bacokannya ini hebat sekali.

Kan Tiangloo dan Lou Yoe Kiak kaget. "Tahan!" mereka berseru.

Pula banyak pengemis lainnya yang berteriak saking kagetnya. Selagi orang kaget dan berkhawatir itu, Oey Yong sendiri tidak menghiraukan datangnya bacokan yang diarahkan ke pundaknya yang kiri.

Nio Tiangloo sendiri pun menyesal, tetapi ia tidak dapat menarik pulang bacokannya itu, maka tepat sekarang si nona kena dibacok, sebab ia nampak tidak berkelit atau menangkis.

Baru Nio Tiangloo menyesal atau mendadak tangannya dirasai lenyap tenaganya, goloknya itu terlepas dari cekalan, jatuh dengan mengasih dengar suara nyaring di lantai panggung. Ia tentu tidak tahu nona lawannya itu mengenakan pakaian dalam joan-wie-kah, jangan kata golok biasa, golok mustika pun tak mungkin memakan. Berbareng dengan menyesalnya itu, sikutnya telah ditotok si nona menggunakan ilmu totok warisan ayahnya "Lan¬hoa-hoet-hiat-ciu", ilmu menotok jalan darah Bunga Anggrek.

Dengan lantas Oey Yong mengulurkan kakinya, menginjak goloknya si pengemis tertua itu, kepalanya dimiringkan, sembari tertawa, ia menanya,

"Bagaimana?"

Nio Tiangloo tercengang, lalu tanpa membilang apa-apa, ia lompat mundur. Waktu itu Khiu Cian Jin dari tempatnya menonton mengasih dengar suaranya yang nyata sekali:

“Orang memakai mustika dari Tho Hoa To, atau tidak membacok kepalanya, mana bisa kau melukai dia?"

Kan Tiangloo tunduk, ia berpikir.

"Bagaimana, kau percaya aku tidak?" tanya Oey Yong tertawa.

Lou Yoe Kiak mengedipi mata kepada si nona, untuk menyudahi saja. Ia tahu, dalam ilmu silat, nona ini kalah jauh dari Nio Tiangloo, maka kemenangannya itu mesti karena suatu tipu daya. Atau sedikitnya, akan sama tangguhnya. Dilain pihak, Kan Tiangloo jauh lebih lihay daripada Nio Tiangloo. Maka ia bergelisah melihat si nona tidak menggubris isyaratnya. Hanya celaka untuknya, untuk turun tangan, ia tidak sanggup, tangannya yang diremas Kiu Cian Jin, masih terasa sakit sekali, bahkan semakin sakit, hingga ia mengeluarkan keringat dingin di sekujur badannya, hingga tak bisa ia membuka mulut.

Akhirnya Kan Tiangloo mengangkat kepalanya. "Nona marilah aku belajar kenal denganmu!" ia berkata.

Kwee Ceng melihat tegas tiangloo itu, ia percaya Oey Yong tak sanggup melawannya, maka itu, ia hendak menggantikan nona itu. Maka ia lantas menjumput tambang kulit yang dipakai meringkus dirinya, dengan satu gerakan tangan, ia membikin ujung tambang menyambar tongkat Kan Tiangloo yang tadi oleh Kiu Cian Jin dibikin nancap di batu gunung, sambil membentak, ia menarik dengan kaget. Maka tongkat itu tercabut, terlempar ke arah si tiangloo. Disaat itu ia berlompat ke depan Kan Tiangloo, ia menyambar dengan sambaran "Menunggang enam naga", suatu jurus dari Hang Liong Sip-pat Ciang, setelah itu, dengan tangan kiri memegang kepala tongkat dan tangan kanan mencekal bututnya, yaitu ujungnya, ia membikin gerakan memutar. Maka itu dilain saat, tongkat yang telah melilit melengkung lantas menjadi pulih keadaannya, lempang seperti biasa. Segera setelah itu, ia menyerukan,

"Sambutlah!" dan tongkat itu ia lemparkan kepada pemiliknya.

Kan Tiangloo terkejut. Ia tahu, kalau ia menyambut, tangannya bisa terluka. Maka dengan lantas ia berkelit, sambil berbuat begitu, ia berseru kepada orang¬-orangnya dibawah panggung, menitahkan mereka lekas menyingkir. Kalau tidak, mereka atau beberapa di antaranya bisa terhajar tongkat itu.

Akan tetapi tongkat itu tidak sampai mendatangkan bencana. Oey Yong dengan sebat sekali, dengan cara pandai, telah mengulurkan Lek-tiok-thung di tangannya, menyambar bagian tengah dari tongkatnya Kan Tiangloo, lalu dengan gerakan menarik sambil memutar, membuat tongkat tertahan dan kena tertekan hingga turun di lantai.

Gerakan nona Oey ini adalah jurus "Menindih punggung anjing", dari ilmu silat Tah Kauw Pang-hoat, tepat bekerjanya, setelah mana si nona sambil tertawa berkata kepada tiangloo yang barusan menantang padanya:

"Silahkan kau menggunakan tongkat baja, aku hendak menggunakan tongkat bambu ini! Marilah berdua kita main-main beberapa jurus…."

Kan Tiangloo sangat bersangsi. Sekarang ia mengambil sikap, kalau kalah, baiklah ia menyerah. Ia lantas membungkuk, untuk memungut tongkat bajanya itu - kepala tongkat diturunkan ke bawah, buntut tongkat naik ke atas, lalu sambil memberi hormat dengan membungkuk, ia berkata:

"Aku mohon belas kasihan nona."

Dengan cara menghormat itu, kepala tongkat diturunkan, tiangloo ini mengambil sikap menurut aturan Kaum Rimba Persilatan, kehormatan di antara yang muda dengan yang tua, tanda dari tidak berani menganggap diri seimbang derajat. Itulah untuk mohon petunjuk.

Oey Yong meluncurkan tongkatnya, dengan gerakan "Anjing dongak ke langit", ia menyontek ujung tongkat si pengemis tertua, hingga tongkat itu naik ke atas, sambil berbuat begitu, ia mengatakan sambil tertawa:

"Tak usah memakai banyak adat peradatan! Aku khawatir kepandaianku tidak dapat melawan kepandai kau.."

Tongkat baja dari Kan Tiangloo adalah tongkat yang berat yang telah dipakai beberapa puluh tahun lamanya, sekarang tongkat itu, dengan satu sontekan perlahan, kena dibikin terangkat naik oleh si nona, bahkan ujungnya terangkat sampai hampir mengenai jidatnya, ia menjadi terkejut. Syukur ia lekas menggunakan tenaganya, untuk menahan, ia kembali membawa sikapnya si muda terhadap seatasan. Ia menyerang dengan jurus "Raja Cin menghajar batu", suatu jurus dari Hong Mo Thung¬hoat, ilmu silat Hantu Edan dari Lou Tie Cim, salah seorang anggota gagah dari pahlawan-pahlawan Liang San.

Menampak gerakan si tiangloo, Oey Yong tidak berani berlaku lalai. Ia tahu, meskipun memakai baju lapis, serangan tongkat itu bisa melukai di dalam tubuh. Maka dengan lincah ia berkelit. Ia bukannya mundur, hanya berkelit sambil merangsak. Ia terus menggunakan jurus-jurus dari Tah Kauw Pang-hoat.

Demikian keduanya bertempur. Beratnya tongkat baja tigapuluh kati lebih tetapi menghadapi tongkat bambu yang enteng itu, tidak dapat berbuat banyak.

Mulanya Kan Tiangloo masih mengandung rasa khawatir nanti kena merusak tongkat suci itu, serangannya hebat tetapi dibatasi, kalau dirasa ia bakal menghajar Lek-tiok-thung, segera ia membatalkannya, ia selalu mencegah bentrokan, akan tetapi sesudah beberapa jurus, ia mengubah caranya berkelahi, bahkan jadi bersungguh¬-sungguh. Ia mendapat kenyataan, tongkat si nona lihay sekali, tikamannya juga dapat merupakan totokan kepada jalan darah. Dengan lantas untuk membela diri, ia menjadi repot.

Kwee Ceng menjadi sangat kagum. "Benar lihay ilmu silatnya suhu," ia berkata di dalam hatinya, memuji Ang Cit Kong.







OBJEK WISATA MANCA NEGARA


Teluk Wilhelmina Antartika

Kota Tua Samarkand, Uzbekistan
Pulau Falkland Antartika Inggris
Pulau Falkland Antartika Inggris
Air Terjun Victoria Afrika
Air Terjun Victoria Afrika
Panci Makgadikgadi Botswana, Afrika
Panci Makgadikgadi Botswana, Afrika
Pulau Falkland Antartika Inggris
Pulau Falkland Antartika Inggris
Panorama Alam Georgia
Panorama Alam Georgia
Kebun Raya Singapura
Kebun Raya Singapura
Pagoda Shwedagon Yangon, Myanmar
Pagoda Shwedagon Yangon, Myanmar
Dataran Guci Xiangkhouang, Laos
Dataran Guci Xiangkhoung, Laos
Danau Iskanderkul Tajikistan
Danau Iskanderkul Tajikistan
Piramida Giza Mesir
Piramida Giza Mesir
Ngarai Sungai Ikan Namibia, Afrika
Ngarai Sungai Ikan Namibia, Afrika
Taman Nasional Ala Archa Kirgistan
Taman Nasional Ala Archa Kirgistan
Selat Drake Antartika Amerika
Selat Drake Antartika Amerika
Istana Kekaisaran Tokyo
Istana Kekaisaran Tokyo
Jembatan Gerbang Emas
Jembatan Gerbang Emas - Amerika
Air Terjun Niagara
Air Terjun Niagara Prancis
Grand Canyon
Grand Canyon Amerika
Pasar Terbesar di Bangkok
Pasar Terbesar di Bangkok
Taman Nasional Yellowstone
Taman Nasional Yellowstone - Amerika
Burj Khalifa - Dubai
Budj Khalifa Dubai
Taj Mahal
Taj Mahal India
Musium Amir Temur Uzbekistan
Musium Amir Temur Uzbekista
Blackpool - Amerika
Blackpool Irlandia
Taman Nasional Blue Mountain - Sydney
Taman Nasional Blue Mountain Sydney
Jembatan Baja Terbesar di Australia
Jembatan Baja Terbesar di Australia
Taman Nasional Kakadu Australia
Taman Nasional Kakadu Australia
Danau Baikal Rusia
Danau Baikal Rusia
Biara Meteora Yunani
Biara Meteora Yunani
Pantai Bondi Australia
Pantai Bondi Australia
Menara Eiffel Prancis
Menara Eiffel Prancis
Musium Van Gogh Belanda
Musium Van Gogh Belanda
Gedung Opera Sydney
Gedung Opera Sydney
Gunung Meja Afrika
Gunung Meja Afrika
Menara Kembar Petronas Malaysia
Menara Kembar Petronas Malaysia

===============================




Air Terjun Victoria Afrika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar