Senin, 01 Februari 2021

Pendekar Pemanah Rajawali Jilid 113

"Bagus!" berseru Yo Kang. "Mulai tanggal satu bulan delapan, kita pergi menyeberang Sungai Besar!"

Atas perkataan itu, sebagian besar orang Kay Pang menjadi gaduh.

Di dalam Kay Pang ini, perbedaan di antara golongan Pakaian Bersih dan Pakaian Kotor nyata sekali. Golongan Pakaian Bersih, meski pakaian mereka banyak tambalannya, tetapi pakaian itu bersih seperti pakaian orang kebanyakan dan cara hidupnya sama dengan khalayak ramai, tidak demikian dengan golongan Pakaian Kotor yang teguh sama cita-citanya, sudah pakaiannya butut dan dekil, mereka tidak menggunakan uang untuk membeli barang, bahkan mereka tidak duduk bersantap bersama-sama dengan orang lain, mereka tidak akan bertempur bersama orang yang tidak mengerti ilmu silat. Benar di antara empat Tiangloo, tiga ada dari golongan Pakaian Bersih, walaupun demikian, jumlah pengemis Pakaian Kotor lebih banyak. Mereka inilah yang sekarang memberi suara setuju kepada Lou Yoe Kiak.

Melihat sikap sebagaian pengemis itu, Yo Kang menjadi bingung juga. Ketiga tiangloo she Kan, Pheng dan Nio lantas mengasih dengar suara nyaring mereka, meminta orang jangan gaduh, suaranya tidak diambil mumat. Kan Tiangloo menjadi habis sabar, maka ia memandang Lou Yoe Kiak.

"Lou Tiangloo, adakah kau hendak memberontak kepada pangcu?" dia tanya bengis.

"Biarnya aku dihukum picis, tidak akan aku berani melawan yang tua!" menyahut Yoe Kiak keren. "Apapula untuk memberontak terhadap pangcu, pasti aku lebih-lebih tak berani. Akan tetapi anjing Kim itu adalah musuh besar dari Kerajaan Song kita! Apa kata Ang Pangcu kepada kita?"

Kan Tiangloo bertiga kena terdesak, mereka lantas tunduk. Mereka mulai menyesal. Khiu Cian Jin melihat suasana itu, maka ia pikir usahanya bakal gagal kalau Lou Yoe Kiak tidak dipengaruhi, maka dengan tertawa dingin, ia berkata kepada Yo Kang:

"Yo Pangcu, hebat Lou Tiangloo ini!" Lalu menyusul penutup perkataannya itu, dengan kedua tangannya diulur ke arah pundak si tiangloo.

Ketika mendengar orang tertawa dingin, Lou Yoe Kiak sudah bercuriga, ia telah siap sedia, maka ketika ia diserang, dengan cepat ia berkelit sambil menunduk untuk nelusup masuk ke selangkangan orang. Sebab ia mengerti dengan baik, tidak bisa ia melawan dengan kekerasan. Sembari nelusup itu, tanpa menanti lempangnya pinggang, kakinya sudah menendang ke kempolan pangcu dari Tiat Ciang Pang. Dia bernama Lou Yoe Kiak, Lou si Mempunyai Kaki, dari itu bisa dimengerti ilmu dupakan itu.

Khiu Cian Jin heran untuk caranya orang berkelit itu, Guna melindungi diri, ia lantas mengayun tangannya ke belakang, guna menghajar kaki si pengemis.

Yoe Kiak tahu tangan lawan itu hebat, ia menarik pulang dupakannya ketiga. Ia khawatir kakinya nanti terluka. Sambil lompat ke samping, ia meludah kepada lawannya!

Khiu Cian Jin boleh gagah dan luas pengalamannya, akan tetapi serangan semacam itu ia tidak menyangka sama sekali, maka itu, belum sempat ia berkelit, mukanya sudah kena diludahi. Ludah itu tidak mendatangkan rasa sakit atau gatal, toh itu membuatnya tercengang.

"Lou Tiangloo, jangan kurang ajar kepada tetamu agung!" Yo Kang membentak.

Yoe Kiak masih taat kepada ketuanya, tetapi justru ia hendak merubah sikapnya, Khiu Cian Jin yang gusar sudah lantas menyerang, kedua tangannya yang kuat seperti kepit sudah menyambar ke arah tenggorakan. Ia kaget, maka ia berlompat jumpalitan untuk menghindarkan diri dari bahaya. Tapi ia terlambat, selagi kupingnya mendengar ejekan, "Hm!" kedua tangannya kena disambar lawan. Dalam kagetnya ia berontak, tetapi sia-sia saja. Ia sudah banyak pengalamannya, ia tidak menjadi bingung atau ketakutan, maka ia berdaya pula. Dengan tiba-tiba ia menyeruduk dengan kepalanya!

Semenjak masih kecil, Yoe Kiak sudah melatih kepalanya, maka serudukannya dapat menggempur tembok hingga bolong. Pernah ia bertaruh sama saudara-saudara separtai dengan melawan banteng, mengadu kepala, kepalanya sendiri tidak kurang suatu apapun, si kerbau sendiri roboh kelenger.

Hanya kali ini, ketika kepalanya mengenai perut, ia merasa membentur benda lunak seperti kapas. Ia kaget, mengerti bahaya, dengan lekas ia menarik pulang kepalanya. Betapa kagetnya, perut orang itu mengikuti kepalanya. Ia lantas mengerahkan tenaganya, untuk membebaskan kepalanya. Sebagai kesudahan dari pergulatannya itu, ia merasa kepalanya mulai panas sedang kedua tangannya yang terus dicekal menjadi panas sekali, seperti dimasukkan ke dalam perapian marong….

"Kau takluk atau tidak?!" tanya Khiu Cian Jin membentak.

"Bangsat busuk, takluk apa!" menjawab Yoe Kiak membentak juga.

Khiu Cian Jin mengerahkan tangan kirinya, maka lima jari Lou Tiangloo mengasih dengar suara meretak, kelima jarinya kena dipencet patah.

"Kau takluk atau tidak?!" tanya pula ketua Tiat Ciang Pang itu.

"Bangsat busuk, takluk apa!" Yoe Kiak membandel.

Khiu Cian Jin memencet pula, maka sekarang kelima jari kiri Lou Yoe Kiak yang pada patah. Ia merasakan sakit bukan main, ia sampai menjadi was¬was, tetapi ia bernyali besar dan besar kepala, ia terus masih mencaci.

"Jikalau aku menggerakkan perutku, kepalamu pun bakal remuk!" Khiu Cian in mengancam. "Aku mau lihat, kau masih dapat mencaci atau tidak….."

Disaat Lou Yoe Kiak menghadapi waktu kematiannya, di antara rombongan pengemis mendadak terlihat seorang berlompat maju - seorang yang tubuhnya tinggi dan dadanya lebar. Dialah si bocah Kwee Ceng!

Dengan tindakan lebar, Kwee Ceng segera menghampiri Lou Yoe Kiak, terus ia mengangkat tangannya yang kanan, dengan tiga kali beruntun menghajar kempolan si pengemis. Dia menghajar Yoe Kiak akan tetapi tenaganya itu tersalur, dari kempolan terus ke kepala, terus juga ke perut ketua Tiat Ciang pang, hingga tiga kali Khiu Cian Jin merasakan benturan yang kuat, hingga sekejap itu juga, buyarlah kekuatannya menempel dan menyedot.

Begitu lekas ia merasakan kepalanya merdeka, Yoe Kiak lantas mengangkat bangun tubuhnya, hanya kedua tangannya yang masih belum dilepaskan.

"Kau bukannya lawan dari Khiu Cianpwee, kau minggir!" berkata Kwee Ceng, yang sembari berkata telah menggenjot tubuhnya untuk berlompat, maka juga sebelah kakinya bisa mendupak pundak si pengemis.




Tendangan ini sama pengaruhnya seperti hajaran pada kempolan tadi. Tenaga si anak muda tersalurkan ke kedua tangannya Khiu Cian Jin, tidak peduli tangannya panas, ia merasakan sakit pada telapak tangannya, maka tanpa merasa, cekalannya menjadi kendor dan terlepas sendiri.

Loe You Kiak pun merasakan ia tak terpegang keras lagi, ia lantas menggunakan tenaganya membarengi berontak sambil berlompat mundur. Tapi karena ia telah tercekal keras dan kepalanya masih terasa pusing, kedua kakinya seperti tidak bertenaga, ia roboh sendiri.

Khiu Cian Jin terperanjat menyaksikan kepandaian Kwee Ceng. Ia mengetahui ilmu yang disebut "Kek san ta gu", atau " Memukul kerbau diantara gunung". Ilmu itu cuma mendapat dengar, sekarang ia membuktikannya sendiri. Ia pun heran melihat seorang bocah, yang ia tidak kenal. Karena ini ia menyiapkan tenaga di kedua tangannya, ia mengawasi pemuda itu. ia tidak berani sembarang menyerang meski sebenarnya ia mendongkol.

Sementara itu kegaduhan terbit di antara kaum pengemis. Mereka tidak tahu apa yang terjadi dengan Lou Yoe Kiak, mereka menyangka Kwee Ceng menyerang orang hingga roboh, pingsan atau terbinasa, maka dengan suara riuh mereka maju dengan niat menyerang si anak muda. Mereka juga heran anak muda itu yang teringkus sekian lama, mendadak dapat membebaskan diri.

Semenjak ia melihat bintang Pak Tauw, Kwee Ceng telah mengumpulkan semangatnya. Ia memperhatikan gerak-gerik rahasia dari Coan Cin Cit Cu, ia gabung dengan sarinya Kiu Im Cin-keng, yang ia telah paham betul, maka ia tidak memperdulikan segala apa yang terjadi di sekitarnya. Ia tidak mengambil mumat Oey Yong, ia tidak menggubris segala pembicaraan terutama diantara Loe Yoe Kiak dan Khiu Cian Jin. Hebat ia memusatkan pikirannya itu. Selagi Yoe Kiak terancam bahaya, ia sendiri lagi memecahkan suatu ilmu dari Kitab Bawah dari Kiu Im Cin-keng itu, bagian ilmu "Menyimpan otot dan meringkaskan tulang". Siapa yang paham ini, ia bisa membikin tubuhnya ciut menjadi kecil. Di dalam hal ini, ia memperoleh banyak sekali bantuan dari ilmu yang diwariskan Ang Cit Kong kepadanya, ialah "Ie Kin Toan Kut Pian", atau ilmu "Menukar otot dan melatih tulang". Dengan mempunyai dasar itu, ia berhasil dengan lekas sekali. Demikian tanpa ia merasa, ia dapat kembalikan tenaga dan tubuhnya mengkerat kecil hingga ia lolos dari belenggu. Sebab Yoe Kiak terancam bahaya, ia segera menghampiri tiangloo, untuk memberikan pertolongan.

Pheng Tiangloo yang ditugaskan menjaga Kwee Ceng pun heran dan kaget ketika mendadak mendapatkan bocah itu bebas. Ia menjambret, gagal, ia cuma bisa menyambar tambang ringkasannya itu. Ia sadar dengan lekas, hendak ia menyusul si anak muda, tapi ia terlambat, Kwee Ceng sudah mendahului melemahkan tenaga dalam dari Khiu Cian Jin hingga Lou Yoe Kiak dapat ditolong. Tapi ia licik. Begitu melihat suasana, ia berteriak:

"Tangkap penjahat licik itu!" Ia sendiri tidak bergerak dari tempatnya berdiri, karena ia merasa, majunya toh bakal sia-sia belaka.

Kwee Ceng menyesal menyaksikan aksinya kaum pengemis, tetapi karena ia justru ingin mencoba lebih jauh hasil latihannya barusan, ia kata dalam hatinya: "Kalau hari ini aku tidak memberi ajaran adat kepada kamu, kemendongkolanku tidak dapat dilampiaskan...." Maka ia mementang kedua tangannya sambil kakinya memasang kuda-kuda "Thian Koan".

Tujuh pengemis maju paling dulu, dari depan dan belakang, dari kedua samping. Kwee Ceng membiarkan mereka maju, dengan kuda-kuda tidak begeming, ia menyambut mereka dengan kedua tangannya. Di belakang mereka itu, ada lagi beberapa pengemis yang merapatkan diri. Mereka pun disambut serupa, dengan tangkisan atau sikut, kalau perlu barulah dengan dupakan. Maka saling susul mereka berteriak kesakitan, saling susul juga mereka roboh terguling. Dengan cara ini Kwee Ceng pun mengundurkan yang lainnya lagi. Kemudian ia memikir untuk menerkam Yo Kang, tetapi ia melihat dua pengemis berlompat ke arah Oey Yong. Jarak diantara mereka cukup jauh, sulit untuk berlompat menolong nona itu. Tidak ada jalan lain, ia lantas menarik copot kedua sepatunya, dengan itu ia menimpuk ke arah kedua penyerang itu.

Dua pengemis itu adalah orang-orang yang kukuh, mereka hendak membunuh si nona, ke satu untuk membikin si nona tidak keburu lolos, kedua untuk membalaskan sakit hati ketua mereka. Nyata ilmu silat mereka sudah cukup sempurna, mereka mendengar ada angin menyambar di belakang mereka, hanya ketika yang satu segera menoleh untuk melihat dan menangkis, tahu-tahu sepatu sudah menghajar dadanya sedang yang lain kena terhajar punggungnya.

Sebenarnya sepatu itu barang lembek tetapi ditimpuki Kwee Ceng, tenaganya besar luar biasa. Sambil menjerit, mereka roboh terjengkang dan tengkurap, dan untuk sementara mereka tak dapat merayap bangun. Pheng Tiangloo berada dekat dua pengemis itu, ia kaget menyaksikan lihaynya Kwee Ceng.

Kwee Ceng sendiri, habis menimpuk, lantas mementang sayapnya, menghalangi beberapa pengemis yang merangsak pula, terus ia berlompat menghampiri Oey Yong, membuka belunggu si nona.

Selama itu, kawanan pengemis menyerbu lagi. Mereka tidak menjadi takut melihat sejumlah kawannya kena dirobohkan dengan gampang.

Sekarang Kwee Ceng tidak melayani seperti tadi. Dengan lantas menjatuhkan diri, untuk duduk mendeprok di tanah, lalu sambil berduduk, ia meniru gerak-geriknya Khu Cie Kee dan Ong Cie It beramai ketika Coan Cin Cit Cu menggerakkan tangan kanannya, sebab tangan kirinya dipakai membuka ikatan Oey Yong, sedang tubuh si nona ia pangku di atas kedua pahanya. Ia dapat berbuat demikian karena sekarang ia menggunakan tipu ajarannya Ciu Pek Thong. Ialah ilmu memecah pemusatan perhatian, kedua tangan bisa dipakai berkelahi satu sama lain.

Rombongan pengepung pengemis itu jadi semakin banyak. Tetapi Kwee Ceng membela diri dengan tangan kanannya, tetap tangan kirinya membuka belenggu si nona. Ketika kemudian ia berhasil membuka semua ikatan, ia lantas mengeluarkan biji sumbatan dari mulut nona itu, sambil berbuat demikian, ia tanya:

"Yong-jie, apakah kau terluka?"

"Tidak, cuma aku merasa sekujur tubuhku kesemutan," menyahut si nona, yang terus merebahkan diri.

"Bagus!" berkata si anak muda. "Kau boleh beristirahat, kau lihat bagaimana aku melampiaskan kemendongkolan kita!"

Oey Yong menurut, ia beristirahat. Kuat sekali kepercayaannya kepada Kwee Ceng. Ia cuma memesan sambil tertawa:

"Kau hajarlah mereka, asal mereka jangan sampai terluka parah!"

"Aku mengerti," menyahut si anak muda. "Kau lihat!"

Dengan tangan kirinya, Kwee Ceng mengusap-usap rambut yang bagus dari si nona, tangan kanannya ia mengibas. Kontan tiga orang pengemis kena dibikin terlempar, habis mana menyusul empat pengemis lainnya, semuanya ialah yang merangsak rapat.

Pertempuran kacau itu menyebabkan terdengar satu suara nyaring: "Saudara-saudara, lekas mundur! Biarlah saudara dari generasi delapan yang melayani dua bangsat cilik ini!"

Suara itu ialah Kan Tiangloo. Suara itu ditaati, maka lekas semua pengemis mengundurkan diri, hingga tinggal delapan pengemis, yang masing-masing punggungnya menggendol delapan buah kantung goni. Karena ada dari generasi ke delapan, kedudukan mereka ini cuma ada di sebawahan keempat tiangloo. Di antara mereka itu ada si kurus dan si gemuk yang menyambut Yo Kang. Sebenarnya jumlah mereka semua sembilan orang akan tetapi dengan Lee Seng membunuh diri, mereka tinggal delapan.

Kwee Ceng tahu bakal melayani delapan musuh tangguh, sebenarnya ia hendak bangun berdiri tetapi Oey Yong berbisik kepadanya:

"Kau duduk saja! Layani mereka dengan sabar!"

Kwee Ceng suka menurut, akan tetapi ia segera berpikir: "Baiklah aku lantas merobohkan beberapa di antaranya supaya hati mereka kecil!" Maka sambil mata mengawasi delapan pengemis itu, tangannya memegang tambang yang dipakai mengikat si nona, Ia memperhatikan si gemuk dan si kurus, segera ia menyerang mereka dengan tambangnya. Ia menggunakan satu jurus dari Kim Liong Pian-hoat, atau ilmu silat cambuk Naga Emas, pengajarannya Ma Ong Sin Han Po Kie. Tambang itu lemas tetapi di tangan pemuda ini lantas menjadi kaku.

Melihat datangnya serangan, kedua pengemis itu berlompat untuk berkelit, setelah itu mereka maju merapatkan diri. Enam saudara mereka tapinya terpegat oleh ujung tambang, hingga mereka tak dapat lantas maju karena tertahan.

"Jangan menyerang!" Kan Tiangloo mencegah, tetapi sia-sia saja cegahannya ini, si kurus dan si gemuk yang penasaran, sudah maju terus. Mereka ingin sekali bisa merobohkan si bocah. Maka mereka disambut Kwee Ceng. Sia-sia mereka menangkis, pundaknya kena dihajar bergantian. Saking kerasnya hajaran itu, tubuh mereka terpental mundur, hanya ada perbedaannya, si gemuk terpendal lebih dekat, si kurus lebih jauh. Bagusnya untuk mereka, tubuh mereka kena membentur orang-¬orangnya Khiu Cian Jin.

Mulanya ketua dari Tiat Ciang Pang tidak memperdulikan orang terpental, hanya setelah terjadi benturan, baru ia kaget, lagi-lagi Kwee Ceng menggunakan tipu silatnya "Kek san ta gu" itu. Ia kaget karena ia menginsyafi hebatnya hajaran semacam itu.

Untuk menolong orangnya, Khiu Cian in lantas berlompat, tetapi ia terlambat, kedua pengemis itu sudah berlompat bangun tanpa mereka terluka. Adalah dua orang Tiat Ciang Pang, yang dibentur mereka yang menjadi korban, malah mereka ini pada putus ototnya dan patah tulangnya, hingga mereka mesti rebah terus di tanah.

Ketika si ketua kaget, ia terkejut pula karena kupingnya mendengar angin menyambar. Segera ia menoleh, maka segera ia melihat terlemparnya tubuh dua pengemis lain! Itulah hebat! Lagi-lagi orangnya yang bakal menjadi korban. Tidak ayal lagi, ia lompat maju. Pengemis yang satu ia sampok, membikin ia terlempar ke tempat kosong, dan pengemis yang kedua, ia hajar punggungnya. Syukur untuk pengemis yang kedua ini, tenaga Khiu Cian Jin berimbang sama tenaga Kwee Ceng, dia tidak terluka, dia jatuh dengan perlahan, lantas ia lari pula ke arah si anak muda.

Empat tiangloo dan Oey Yong heran. Keempat pengemis ini tidak mengerti kenapa bocah itu demikian lihay dapat bertahan terhadap ketua Tiat Ciang Pang yang sangat lihay. Oey Yong heran, ia berpikir: "Penipu besar ini biasa saja kepandaiannya, mengapa ia dapat menandingi engko Ceng? Ini aneh!"

Sampai di situ, Khiu Cian Jin mengipas tangannya, memberi tanda untuk orang-orangnya jangan bergerak. Ia menginsyafi, kekuatannya berimbang sama kekuatan si anak muda, jadi percuma orang¬-orangnya menerjang. Ia tahu mereka itu bergusar karena robohnya dua saudaranya. Ia berdiri diam saja menonton.

Empat pengemis generasi ke delapan itu heran untuk ketangguhan si anak muda, tetapi mereka melawan terus. Mereka dibantu oleh saudaranya, yang tadi dihajar punggungnya oleh Khiun Cian Jin. Berlima mereka mengepung, tapi hasilnya tak ada.

Coba Kwee Ceng tidak berlaku murah, siang-siang tentulah mereka sudah mendapat hajaran. Kemudian Kwee Ceng merobohkan lagi dua orang lawan. Baru sekarang tiga yang lainnya jeri dan mundur, tetapi mereka terlambat. Dengan menggunakan tambangnya, Kwee Ceng menyambar dan melilit kaki dua pengemis, terus ia menariknya orang ke sisinya, terus ia meringkus mereka.

Oey Yong gembira sekali menyaksikan kemenangan dari engko Cengnya itu. Ia lantas ingat kepada Pheng Tiangloo, si pengemis yang wajahnya berseri-seri, yang menangkap dia berdua dengan Kwee Ceng dengan caranya yang aneh itu. Ia sekarang ingat akan hal ayahnya pernah bicara tentang Liam-sim-hoat, semacam ilmu sihir dengan apa orang dapat dengan tiba-tiba dibikin tidur dan dipermainkan tanpa berdaya. Maka ia lantas tanya Kwee Ceng apa di dalam Kiu Im Cin-keng ada disebut tentang itu macam ilmu gaib. Ia percaya betul Pheng Tiangloo telah menggunakan ilmu itu.

"Tidak," Kwee Ceng menyahut.

Mendapat jawaban ini, si nona menyesal. Tapi segera ia memberi peringatan: "Hati-hati dengan pengemis jahat yang gemar berseri-seri itu, jangan mengadu sinar mata dengannya!"

Kwee Ceng mengangguk. "Aku justru hendak memberi hajaran kepadanya," katanya perlahan.

Karena sekarang pertempuran sudah berhenti, ia memegang punggung si nona, untuk dikasih bangun, ia sendiri berbareng berbangkit. Lalu dengan mengawasi Yo Kang, ia bertindak kepada si anak muda.

Yo Kang sendiri telah berdebaran hatinya semenjak tadi. Ia jeri untuk lihaynya si anak muda, maka ia mengharap-harapkan kemenangan pihaknya sendiri, ialah pihak pengemis. Maka kesudahannya itu membuatnya takut, lebih-lebih ia melihat anak muda itu mendatangi ke arahnya dengan matanya yang tajam.

"Su-wie Tiangloo!" ia lantas berteriak. "Kita di sini ada banyak orang gagah, apakah dapat bangsat kecil ini dibiarkan banyak bertingkah?!" Ia berteriak tetapi ia mundur ke belakang Kan Tiangloo.

"Tabahkan hati, Pangcu," kata Kan Tioangloo dengan perlahan. "Biar bangsat kecil itu gagah, dia tidak akan sanggup melawan kita yang berjumlah besar. Mari kita lawan dia dengan bergantian!" Dan lantas dia berteriak: "Murid-murid kantong delapan aturlah Barisan Tembok!"

Titah itu ditaati, lantas muncul seorang pengemis dengan kantung delapan. Majunya dia ini diturut oleh belasan pengemis lain, yang mengatur diri dengan rapi, ialah mereka yang bergandengan tangan, jumlah semua enam atau tujuhbelas orang. Mereka lantas maju untuk menerjang Kwee Ceng, majunya sambil berseru nyaring.

Oey Yong berseru heran, ia berkelit ke kiri, sedang Kwee Ceng ke kanan. Segera di arah kiri dan kanan itu, atau timur dan barat, muncul masing-masing satu barisan seperti yang pertama itu, yang menyerang dengan hebat.

Menampak cara penyerangan yang aneh dan teratur itu, Kwee Ceng tidak berkelit lagi, ia mencoba mengajukan kedua tangannya, guna menahan mereka. Segera ternyata, barisan itu berat sekali, mereka dapat ditolak mundur. Sebaliknya, selagi mereka ditolak, dua barisan yang lain lantas maju pula. Karena terlambat sedikit, si anak muda kena dibikin terhuyung. Terpaksa ia berlompat tinggi, melewati kepala mereka. Baru ia menaruh kaki di tanah atau telah datang pula pasukan yang keempat. Lagi-lagi ia berlompat pergi. Lagi-lagi ia diserang barisan yang serupa. Maka, ke mana ia menyingkir, di sana ia dipegat dan diserbu apa yang dinamakan Barisan Tembok itu.

Juga Oey Yong mengalami serbuan yang serupa. Ia lebih gesit daripada Kwee Ceng tetapi ia kewalahan. Akhirnya ia lompat kepada si anak muda, untuk mempersatukan diri. Karena ini, bersama-sama mereka kena didesak mundur. Mereka mundur terus hingga di pojok batu gunung.

"Engko Ceng, mundur ke jurang!" Oey Yong berkata.

Kwee Ceng belum bisa menerka maksud si nona tetapi ia menurut, ia mundur ke arah jurang seperti si nona. Ketika mereka akan sampai di tepian, lagi lima atau enam kaki, mendadak pihak penyerang menghentikan desakannya. Ia lantas berpaling ke belakang. Baru sekarang ia mengerti. Ia kata dalam hatinya: "Di sini ada jurang, kalau mereka mendesak tanpa sanggup mempertahankan kakinya, tentu mereka bakal terjerunuk ke dalam jurang!"

Pemuda ini lantas memandang ke Oey Yong, hendak ia memuji ke cerdikan orang, atau ia tak jadi memuji. Roman bergembira dari si nona lekas berubah menjadi guram. Ia menoleh lagi ke arah musuh. Sekarang ia mendapatkan musuh maju dengan perlahan-lahan, musuh itu berlapis-lapis. Ini benar-¬benar berbahaya. Berdua mereka bisa dipaksa jatuh sendiri ke dalam jurang, sedang untuk berlompat di atasan kepala dari selapis dari seratus orang, itu tak dapat.

Selama di gurun pasir, Kwee Ceng pernah mengikuti Ma Giok berlari-lari di tepian jurang, maka itu, ia lantas memperhatikan jurang itu. Ia mendapat kenyataan keadaan jurang kalah daripada jurang di gurun pasir itu. Maka ia lantas mendapat pikiran.

"Yong-jie!" ia berkata. "Lekas kau naik ke punggungku. Mari kita pergi!"

"Tidak bisa!" kata si nona menghela napas. "Mereka bisa menyerang kita dengan batu…!"

Kwee Ceng pikir itulah benar juga. Ia menjadi bingung. Tapi justru itu, ia ingat suatu bagian dari Kiu Im Cin-keng.

"Yong-jie," ia berkata. "Aku ingat di dalam Kiu Im Cin-keng, ada ilmu yang disebut Ilmu memindah Arwah, mungkin itu sama dengan ilmu Liam-sim-hoat yang kau tanyakan tadi. Baik, mari kita mencoba…."

Tetapi si nona masih berduka. "Mereka semua adalah murid yang dicintai suhu, apa gunanya membinasakan mereka apa pula di dalam jumlah yang banyak?"

Tetapi Kwee Ceng tidak memperdulikan lagi si nona. Mendadak ia memeluk tubuh orang sambil ia berbisik:

"Lekas lari!" Menyusul itu, ia mencium pipi si nona yang nempel sama hidungnya itu selagi ia berbisik, lalu dengan mengerahkan tenaganya, ia melemparkan nona itu ke atas panggung Hian Wan Tay!

Oey Yong telah membikin tubuhnya enteng, maka tubuhnya melayang ke arah panggung. Ia mengerti maksud Kwee Ceng, yang mau melawan sendiri semua lawannya, agar ia menyingkir terlebih dahulu. Ketika ia sampai di panggung, dengan enteng ia menaruh kakinya. Sesaat itu, ia menjadi tidak karuan rasanya. Tapi ia segera melihat Yo Kang di pojok panggung itu, dengan tangan memegang Lek-tiok-thung, orang she Yo itu lagi memegang pimpinan pada barisan pengemis. Ia lantas mendapat pikiran. Terus ia menjejak lantai, berlompat kepada anak muda itu, tangannya diulur menyambar tongkat suci kaum Kay Pang.

Yo Kang terkejut melihat tahu-tahu si nona berada di atas panggung, ketika tubuh orang hampir sampai, ia hendak menghajarnya dengan tongkatnya, tetapi tangan kanan si nona, dengan dua jari terbuka, meluncur ke arah kedua matanya. Juga kaki kiri si nona dipakai menjejak tongkatnya.

Dalam kagetnya, saking takutnya, Yo Kang melepaskan tongkatnya dan ia sendiri lompat turun dari panggung. Meski begitu, ia masih kalah sebat oleh si nona, matanya toh kebentur juga jari si nona, hingga ia merasakan sangat sakit, kedua matanya menjadi gelap.

Oey Yong telah mengeluarkan jurus "Dari mulut anjing galak merampas tongkat". Itulah salah satu jurus terlihai dari ilmu tongkat "Ta Kauw Pang-hoat" Jangan kata baru orang dengan ilmu silat seperti Yo Kang itu, biar yang terlebih pandai, sukar untuk meloloskan diri.

Oey Yong segera mengangkat tinggi tongkat sucinya itu, ia berseru: "Saudara-saudara Kay Pang, lekas kamu menghentikan pertempuran! Ketahuilah oleh kamu, Ang Pangcu masih belum meninggal dunia! Semua adalah bisanya ini manusia jahat!"

Suara itu terang terdengar, semua pengemis menjadi heran. Dengan serempak, mereka menghentikan aksi mereka. Semua orang lantas mengawasi ke arah panggung, hati mereka ragu-ragu. Benarkah kabar girang itu - artinya pangcu mereka yang she Ang belum menutup mata?

"Saudara-saudara, mari!" Oey Yong memanggil. "Mari dengar aku bicara hal Ang Pangcu!"

Yo Kang mendengar suara nona itu, tetapi ia tidak dapat membuka matanya. Maka dari bawah panggung, ia berteriak:

"Akulah pangcu! Saudara-saudara dengar perintahku! Lebih dulu dorong itu bangsat laki-laki jatuh ke dalam jurang, baru bekuk ini bangsat perempuan yang ngaco-belo!"

Titahnya Yo Kang ini besar pengaruhnya. Walaupun ragu-ragu, bangsa pengemis itu tetap taat kepada ketuanya. Maka mereka maju sambil berseru-seru.

"Saudara-saudara, dengarlah!" Oey Yong berteriak pula. "Tongkat Kay Pang ada di tanganku, akulah pangcu dari Kay Pang!"

Semua pengemis itu melengak, tindakan kaki mereka berhenti sendiri. Memang belum pernah mereka mengalami peristiwa tongkat suci mereka kena dirampas orang.







OBJEK WISATA MANCA NEGARA


Teluk Wilhelmina Antartika

Kota Tua Samarkand, Uzbekistan
Pulau Falkland Antartika Inggris
Pulau Falkland Antartika Inggris
Air Terjun Victoria Afrika
Air Terjun Victoria Afrika
Panci Makgadikgadi Botswana, Afrika
Panci Makgadikgadi Botswana, Afrika
Pulau Falkland Antartika Inggris
Pulau Falkland Antartika Inggris
Panorama Alam Georgia
Panorama Alam Georgia
Kebun Raya Singapura
Kebun Raya Singapura
Pagoda Shwedagon Yangon, Myanmar
Pagoda Shwedagon Yangon, Myanmar
Dataran Guci Xiangkhouang, Laos
Dataran Guci Xiangkhoung, Laos
Danau Iskanderkul Tajikistan
Danau Iskanderkul Tajikistan
Piramida Giza Mesir
Piramida Giza Mesir
Ngarai Sungai Ikan Namibia, Afrika
Ngarai Sungai Ikan Namibia, Afrika
Taman Nasional Ala Archa Kirgistan
Taman Nasional Ala Archa Kirgistan
Selat Drake Antartika Amerika
Selat Drake Antartika Amerika
Istana Kekaisaran Tokyo
Istana Kekaisaran Tokyo
Jembatan Gerbang Emas
Jembatan Gerbang Emas - Amerika
Air Terjun Niagara
Air Terjun Niagara Prancis
Grand Canyon
Grand Canyon Amerika
Pasar Terbesar di Bangkok
Pasar Terbesar di Bangkok
Taman Nasional Yellowstone
Taman Nasional Yellowstone - Amerika
Burj Khalifa - Dubai
Budj Khalifa Dubai
Taj Mahal
Taj Mahal India
Musium Amir Temur Uzbekistan
Musium Amir Temur Uzbekista
Blackpool - Amerika
Blackpool Irlandia
Taman Nasional Blue Mountain - Sydney
Taman Nasional Blue Mountain Sydney
Jembatan Baja Terbesar di Australia
Jembatan Baja Terbesar di Australia
Taman Nasional Kakadu Australia
Taman Nasional Kakadu Australia
Danau Baikal Rusia
Danau Baikal Rusia
Biara Meteora Yunani
Biara Meteora Yunani
Pantai Bondi Australia
Pantai Bondi Australia
Menara Eiffel Prancis
Menara Eiffel Prancis
Musium Van Gogh Belanda
Musium Van Gogh Belanda
Gedung Opera Sydney
Gedung Opera Sydney
Gunung Meja Afrika
Gunung Meja Afrika
Menara Kembar Petronas Malaysia
Menara Kembar Petronas Malaysia

===============================




Air Terjun Victoria Afrika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar