Jumat, 29 Januari 2021

Pendekar Pemanah Rajawali Jilid 112

Yo Kang memang telah memikir, maka lantas ia menyahut: "Baiklah, nanti aku periksa." Kemudian ia mengawasi Kwee Ceng dan Oey Yong serta berkata: "Aku hendak menanya kamu, tidak usah kamu membuka mulutmu. Jikalau apa yang aku katakan benar, kamu mengangguk, kalau tidak, kamu menggoyang kepala. Jikalau kamu mendusta sedikit saja, ingat golok dan pedang tidak mengenal kasihan!"

Pangcu ini mengibaskan tangannya, maka Pheng Tiangloo dan Nio Tiangloo lantas menghunus senjata mereka, dipasang di punggung Kwee Ceng dan Oey Yong. Pheng Tiangloo memegang pedang, dan Nio Tiangloo mencekal golok.

Oey Yong gusar sekali hingga mukanya menjadi pucat. Ia lantas mengingat peristiwa di Gu-kee-cun, waktu dari lain kamar ia mendengari Liok Koan Eng berbicara sama Thia Yauw Kee, bicara hal lamaran sambil main mengangguk-angguk. Ia tidak menyangka, sekarang ia mesti mengalami kejadian itu.

Yo Kang tahu Kwee Ceng jujur dan polos dan dapat dipermainkan, maka ia memegang tubuh orang, untuk diangkat ke samping. Segera ia menanya dengan suaranya yang bengis:

"Bukankah anak perempuan ini anak kandung dari Oey Yok Su?"

Kwee Ceng menutup matanya, ia tidak mengambil mumat pertanyaan itu. Nio Tiangloo menekan dengan ujung goloknya.

"Benar atau tidak!" dia menanya. "Mengangguk atau menggoyang kepala?"

Kwee Ceng sebenarnya tidak niat membuka mulut, ketika ia berpikir, biarnya ia tidak dapat membuka, toh perkara akan menjadi terang juga. Maka ia lantas mengangguk.

Begitu melihat orang mengangguk, banyak pengemis lantas berteriak-teriak: "Buat apa ditanya lebih jauh! Lekas bunuh! Lekas bunuh!" Mereka itu mau percaya benarlah pangcu mereka telah terbinasa di tangan Oey Yok Su. Ada pula yang berteriak: "Lekas bunuh dia! Mari kita cari si tua bangka pembunuh itu!"

"Saudara-saudara, jangan berisik!" Yo Kang berkata. "Tunggu sampai aku selesai menanyakan dia terlebih jauh!"

Mendengar begitu, rapat menjadi sunyi lagi.

"Oey Yok Su telah tunangkan gadisnya kepada kau, benarkah?" Yo Kang menanya lagi. Ia telah memikir matang runtun pertanyaannya itu.

Kwee Ceng anggap itu benar, ia mengangguk lagi.

Yo Kang meraba pinggang orang, dari situ ia menarik keluar pisau belati yang tajam sekali.

"Inilah pisau yang dikasihkan kepadamu oleh Khu Cie Kee, salah seorang dari Coan Cin Pay, dan imam tua she Khu itu mengukir namamu di sini, benar?" Yo Kang tanya.

Kwee Ceng mengangguk.

"Ma Giok dan Coan Cin Cit Cu telah mengajari kau ilmu silat dan Ong Cie It, salah satu anggota lain dari Coan Cin Pay itu pernah menolong jiwamu! Bukankah kau tidak dapat menyangkal itu?"

"Perlu apa aku menyangkal?" pikir si anak pemuda yang polos itu. Dan ia mengangguk.

"Pangcu Ang Cit Kong menganggap kamu berdua orang baik-baik dan dia pernah mengajari ilmu silatnya yang istimewa kepada kamu, benar tidak?"

Kwee Ceng mengangguk.

"Ang Cit Kong telah dibokong musuhnya hingga dia terluka parah. Kamu berdua berada di samping orang tua itu, benarkah?"

Untuk sekian kalinya, Kwee Ceng mengangguk.

Semua pengemis menyaksikan dan mendengar pemeriksaan itu, selagi suara Yo Kang semakin bengis, Kwee Ceng terus mengangguk saja, dari itu mereka menyangka Kwee Ceng itu mengakui kesalahannya, mereka tidak memikir bahwa semua pertanyaan itu tidak ada hubungannya sama urusan Ang Cit Kong. Yo Kang tengah memainkan peranannya yang teratur. Mendengar itu, Lou Yoe Kiak pun kena terpengaruh hingga ia menjadi sangat membenci Kwee Ceng dan Oey Yong. Ia bertindak mendekati dan menendang Kwee Ceng beberapa kali.

Yo Kang tidak mencegah, ia berkata pula: "Saudara-saudara! Nyata dua bangsat ini berlaku terus terang, maka baiklah mereka dibebaskan dari siksaan terlebih jauh. Pheng Tiangloo, Nio Tiangloo, silahkan kamu turun tangan!"

Mendengar begitu, Kwee Ceng dan Oey Yong saling mengawasi sambil tersenyum sedih, hanya kemudian Oey Yong mendadak tertawa. Sebab ia ingat: "Aku yang mati bersama-sama engko Ceng, bukan putri Gochin Baki itu!"

Kwee Ceng lantas memandang ke langit, ia ingat ibunya yang berada jauh di gurun pasir. Ia mengawasi ke langit di mana tampak bintang-bintang bersinar. Maka ingatlah ia akan pertempuran hebat di antara Coan Cin Cit Cu dan Bwee Tiauw Hong dan Oey Yok Su. Siapa bakal mati, pikirannya menjadi jernih, demikian Kwee Ceng, ia menjadi ingat jelas barisan Thian Kong Pak Tuaw Tin dari Coan Cin Cit Cu itu. Sedang begitu, kedua tiangloo sudah siap untuk bekerja, Kwee Ceng pun telah dihampiri.

"Tunggu dulu!" mendadak terdengar cegahan Lou Yoe Kiak. Ia lantas mendekati Kwee Ceng, ia keluarkan biji yang menyumpal mulut anak muda itu. Ia lantas menanya: "Bagaimana caranya pangcu kami telah orang bikin celaka, kau tuturkanlah biar jelas!"

"Tak usah tanya, aku tahu semua!" berkata Yo Kang yang terkejut atas perbuatan Tiangloo itu.

"Pangcu," berkata Yoe Kiak, "Lebih jelas kita menanya dia lebih baik. Di dalam hal mengenai pangcu kita, siapa pun tidak dapat dilepaskan!"

Yo Kang berdiam. Permintaan Yoe Kiak ini pantas, tidak dapat ia melarangnya.

Kwee Ceng telah dibebaskan dari sumbatannya, ia masih tidak mau bicara, ia terus mengawasi langit di utara itu. Ia menjublak, hingga beberapa kali Yoe Kiak mengulangi pertanyaannya, ia seperti tidak mendengarnya. Karena sekarang ia lagi memahamkan keletakan bintang-bintang itu, tujuh bintang Pak-tauw, yang tepat sama barisan rahasianya Coan Cin Cit Cu. Ia tengah memperoleh kemajuan, maka ia tidak memperdulikan si tiangloo.




Oey Yong dan Yo Kang melihat orang tidak hendak menggunakan kesempatan yang baik itu untuk membela diri, yang satu berduka, yang lainnya bergirang. Tapi Yo kang tidak sudi menyia-nyiakan kesempatannya lagi, maka ia mengibaskan tangannya, memberi tanda kepada kedua tiangloo Pheng dan Nio untuk tidak menunda lagi dijalankannya hukuman mati.

Tepat ketika kedua tiangloo itu hendak mengayunkan senjatanya masing-masing, di situ terdengar satu suara yang diikuti berkelebatnya sinar merah tua melintas di permukaan telaga. Kedua tiangloo itu heran, mereka mengawasi. Lalu terlihat pula dua sinar biru meluncur ke udara, berpisah dari Kun San jauhnya beberapa lie. Terang sinar itu muncul dari tengah telaga.

Kan Tiangloo lantas berkata: "Pangcu, ada tetamu agung!"

Yo Kang terperanjat. "Siapakah?" tanya dia.

"Pangcu dari Tiat Ciang Pang!" sahut Kan Tiangloo.

"Tiat Ciang Pang?" Yo Kang menegasi. Ia tidak tahu halnya partai Tangan Besi itu.

"Itu sebuah partai besar di sekitar Su-coan dan Ouwlam," Kan Tiangloo menerangkan, "Pangcu mereka telah datang, dia harus disambut dengan hormat. Maka dua jahanam ini, baik kita tunda sebentar menghukumnya."

"Baiklah," sahut Yo Kang. "Silahkan tiangloo menyambut tetamu terhormat itu."

Kan Tiangloo lantas memberikan titahnya. Maka di atas sebuah gunung Kun San terlihat meluncurnya tiga buah panah api, yang warnanya merah.

Tidak lama dari itu terlihatlah datangnya perahu, yang terus mendekati tepian. Pihak Kay Pang memasang obor, mereka menyambut.

Panggung Hian Wan Tay ada di atas puncak Kun San, dari kaki gunung ke puncak, perjalanannya cukup jauh, maka itu meski tetamu lihay ilmunya meringankan tubuh, masih diperlukan waktu untuk mendakinya.

Kwee Ceng dan Oey Yong telah dibawa ke dalam rombongan orang banyak, mereka dijaga murid-murid Pheng Tiangloo.

Oey Yong mengawasi Kwee Ceng, ia heran sekali. Pemuda itu, seperti orang tolol, masih berdiam saja, dari mulutnya terdengar suara sangat perlahan, entah apa yang dikatakannya.

Tengah nona ini heran, ia melihatnya tetamu telah tiba. Obor ada sangat terang, maka terlihatlah tegas¬-tegas tetamu itu, yang diiringi beberapa puluh orang dengan pakaian hitam. Dia mengenakan baju kuning yang pendek, tangannya membawa kipas. Siapakah dia kalau bukannya Khiu Cian Jin?

Kan Tiangloo maju menyambut, ia bicara dengan ramah tamah, sikapnya sangat menghormat. Setelah itu ia memperkenalkannya kepada Yo Kang. Ia kata:

"Inilah Tiat Ciang Sui-siang-piauw Khiu Pangcu, yang kepalan saktinya tak ada tandingan, yang namanya menggetarkan dunia."

Yo Kang tidak memandang mata kepada tetamunya ini. Selama di Kwie-in-chung, Thay Ouw, ia telah menyaksikan orang turun merek. Ia tidak menyangka orang adalah pangcu dari suatu partai besar. Tapi karena orang telah datang berkunjung dan ia tuan rumah, ia berpura-pura pilon.

"Sungguh aku girang dengan pertemuan kita ini!" katanya, tertawa. Dengan mengulur tangan berjabatan tangan. Ia lantas mengerahkan tenaganya berniat membikin orang kesakitan dan menjerit karenanya. Di dalam hatinya ia kata: "Semua orang percaya kau lihay tetapi di sini hendak aku merobohkanmu! Inilah kesempatan yang baik sekali! Tua bangka, hendak aku meminjam kau untuk memamerkan kepandaianku di antara semua pengemis ini!"

Begitu lekas Yo Kang menggunakan tenaganya, begitu lekas ia merasa telapak tangannya panas, seperti terkena bara, maka lekas-lekas ia menarik pulang tangannya, akan tetapi tangannya itu seperti kena kecantol, tak dapat dilepaskan, sedang hawa panasnya jadi semakin hebat. Tanpa merasa ia menjerit:

"Aduh! Mati aku!" Mukanya lantas menjadi pucat, air matanya mengucur, saking sakitnya, pinggangnya menjadi lengkung, hampir dia pingsan.

Keempat tiangloo kaget, semua berlompat maju. Kan Tiangloo sebagai tertua di antaranya, dengan tongkat baja di tangannya menggetok batu gunung, hingga terdengar suara nyaring dan lelatu apinya muncrat, lalu ia menanya:

"Khiu Pangcu, Yo Pangcu kami masih sangat muda sekali, mengapa kau menguji kepandaiannya?"

Pangcu she Khiu ini menyahuti dengan dingin: "Aku berjabat tangan dengan baik-baik dengannya, adalah pangcu kamu yang telah mencoba aku. Yo Pangcu telah berminat meremas hancur beberapa tulangku yang tua!"

Sambil mulut mengatakan demikian, Khiu Pangcu tidak melepaskan tangannya, maka Yo Kang terus berteriak teraduh-aduh, suaranya makin perlahan. Rupanya ia tidak dapat bertahan lebih lama lagi, lantas dia pingsan.

Baru sekarang Khiu Cian Jin melepaskan tangannya, dengan disemperkan, maka Yo Kang yang sudah tak sadarkan diri, lantas terguling tubuhnya. Syukur Lou Yoe Kiak keburu lompat untuk memegangi.

Kan Tiangloo menjadi gusar. "Khiu Pangcu apakah artinya ini?" ia menegur.

"Hm!" ketua Tiat Ciang Pang itu mengasih dengar suaranya sedang tangan kirinya menyambar kemuka orang.

Kan Tiangloo mengangkat tongkatnya, untuk menangkis atau - dengan kesebatannya yang luar biasa - Khiu Cian Jin telah dapat menangkap tongkat orang, hanya belum sempat ia merampasnya, Kan Tiangloo sudah menarik keras sekali. Karena itu ia lantas mengayunkan tangan kanannya ke kiri, tepat mengenai tongkat itu. Kali ini Kan Tiangloo merasakan tangannya sakit, bahkan telapak tangannya itu pecah dan mengucurkan darah, hingga dia tidak dapat memegang lebih lama pula dan senjatanya itu kena juga dirampas. Bahkan dengan tongkatnya, tetamu ini lantas berhasil menangkis golok dan pedang Pheng Tiangloo dan Nio Tiangloo, yang telah segera menyerang sebab mereka ini menyaksikan rekan mereka sudah bertempur.

Khiu Pangcu lihay sekali hampir berbareng dengan itu, ia juga menyikut mukanya Lou Yoe Kiak, hingga dia ini mesti mundur juga. Semua pengemis menjadi kaget, semua lantas menghunus senjata mereka, bersiap untuk menyerbu asal ada titah dari ketua mereka.

Khiu Cian Jin mencekal tongkat dengan tangan kiri dan tangan kanannya, ia tertawa lebar dan panjang, sambil berbuat begitu ia mengerahkan tenaganya, sembari berteriak hendak membikin patah tongkat itu, tetapi ia tidak berhasil, karena tongkat itu terbuat dari baja pilihan, maka itu sesudah terus ia mengerahkan tenaganya, ia cuma bisa menekuk melengkung bundar beberapa lipat. Baru sekarang ia mengendorkan tenaganya, ia melemparkan tongkat dengan tangan kirinya, hingga tongkat terlempat mengenai batu gunung, keras suaranya, batu gunung itu pada meletik lelatunya, ujungnya tongkat nancap.

Menyaksikan semua itu, kaum Kay Pang jagi kaget dan kagum. Yang lebih kaget dan heran adalah Oey Yong. Nona ini kata dalam hatinya: "Tua bangka ini terang satu penipu besar yang tidak mempunyai guna, sekarang kenapa dia menjadi begini lihay? Sungguh aneh!"

Rembulan sedang bersinar terang sekali. Oey Yong memandang tajam kepada orang tua itu. Tidak salah, dialah Khiu Cian Jin si penipu yang dulu ia ketemukan di Kwie-in-chung dan Gu-kee-cun. Maka ia jadi berpikir, apakah juga penipuan belaka ilmu kepandaian orang ini?

Kemudian si nona menoleh lagi kepada Kwee Ceng, ia mendapat kenyataan pemuda itu masih saja mengawasi bintang-bintang di langit, hingga ia menjadi bingung. Ia tidak tahu, apa yang sebenarnya lagi dikerjakan kawannya ini.

Khiu Cian Jin dengan suaranya yang dingin, terdengar berkata: "Tiat Ciang Pang serta partai tuan-¬tuan tidak ada hubungannya satu dengan lain, karena aku mendengar hari ini ada Rapat Besar, aku sengaja datang berkunjung, karena itu kenapa pangcu kamu dengan tidak karu-karuan hendak merobohkan aku?"

Kan Tiangloo telah jeri, sekarang mendengar suara orang bukannya suara bermusuh, maka ia lantas memberikan penyahutannya. Ia kata:

"Khiu Pangcu salah paham! Pangcu kesohor di empat penjuru negeri, kami biasa sangat menhargainya, maka dengan kunjungan pangcu ini, bagi kami itulah suatu kehormatan besar."

Khiu Cian Jin mengangkat kepalanya, ia tidak menyahut, sikapnya jumawa. Hanya sejenak kemudian, baru ia membuka pula mulutnya. Ia kata:

"Aku mendengar kabar Ang Pangcu telah berpulang ke dunia baka, maka dengan begitu di kolong langit ini berkurang pula satu orang gagah, sungguh sayang! Sekarang partai kamu mengangkat satu pangcu yang baru seperti ini, ini pun sayang, sayang!"

Ketika itu Yo Kang sudah sadar, ia mendengar suara yang sangat menghina itu, akan tetapi ia tidak berani membuka mulut. Ia masih merasakan tangannya sakit, tangan itu bengkak berikut lima jejarinya.

Keempat tiangloo juga tidak tahu meski mengucap apa, maka terdengarlah Khiu Cian Jin berkata pula:

"Aku yang rendah hari ini datang berkunjung, ada dua maksudku untuk mana aku ingin memohon sesuatu. Untuk itu aku pun hendak menghadiahkan sesuatu."

"Tolong Khiu Pangcu memberi petunjuk," kata Kan Tiangloo yang belum tahu orang menghendaki apa.

Khiu Cian Jin tidak langsung menjawab, ia hanya menyapu dengan matanya kepada semua hadirin di seputar itu. Ketika ia melihat Kwee Ceng dan Oey Yong, lantas sinar matanya menjadi tajam sekali.

Oey Yong tidak takut, ia membalas mengawasi dengan tajam juga. Bahkan ia mengasih lihat senyuman memandang enteng. Ia telah pikir: "Buat kau beraksi bagaimanapun, aku tentu menganggapmu satu penipu besar!"

Khiu Cian Jin berpaling kepada Kan Tiangloo. "Nona kecil itu serta kawannya si bocah telah mencelakai beberapa muridku," katanya. "Maka dengan membesarkan nyali aku hendak minta mereka untuk aku menghukumnya."

Kan Tiangloo tidak berani mengambil keputusan. "Yo Pangcu, bagaimana?" ia menanya ketuanya itu.

"Dua orang ini sebenarnya musuh-musuh besar partai kami," berkata Yo Kang, "Maka aku tidak menyangka, mereka juga telah berdosa terhadap Khiu Pangcu. Kalau begitu mari kita menghukumnya bersama-sama!"

Khiu Cian Jin mengangguk. "Itu boleh!" katanya. "Sekarang permintaan yang kedua. Kemarin ada beberapa muridku yang lagi bekerja atas titahku, entah kenapa mereka menyebabkan kemurkaan dua anggota dari partai kamu, mata mereka telah dibikin buta!" Dia lantas menuding Kwee Ceng berdua dan menambahkan: "Kabarnya kedua bangsat itu telah membantu menurunkan tangan. Orang-orangku itu tidak punya guna, aku tidak bisa membilang apapun, hanya kalau kejadian ini sampai tersebar, tentulah kami Tiat Ciang Pang menjadi hilang mukanya, maka itu, aku si orang tua menjadi tidak kenal gelagat, aku ingin sekali belajar kenal dengan kepandaian kedua sahabat itu!"

Yo Kang tidak mencintai orang-orang Kay Pang, tidak ada niatnya untuk melindungi mereka, maka itu mana ia mau berbuat salah lagi hanya untuk dua orang? Maka ia lantas menanya:

"Siapakah sudah lancang menerbitkan onar, yang telah bentrok dengan sahabat-sahabat dari Tiat Pangcu? Lekas kamu keluar untuk memohon maaf dari Khiu Pangcu ini!"

Kay Pang itu semenjak dipimpin Ang Cit Kong belum pernah hilang muka, maka bukan main mendongkolnya semua anggota mendengar pangcu baru bersikap demikian lemah. Lee Seng dan Ie Tiauw Hin lantas maju ke depan. Lee Seng kata dengan nyaring:

"Harap dimaklumi pangcu. Peraturan partai kami yang nomor empat berbunyi menganjurkan kami berlaku mulia, kami mesti bisa menolong sesama yang berkesusahan. Kemarin kebetulan saja kami menyaksikan sahabat-sahabat dari Tiat Ciang Pang membikin celaka rakyat jelata dengan mengumbar ular, sebab kami tidak dapat menahan sabar lagi, kami lantas mencegah perbuatan mereka. Kebetulan di situ ada dua sahabat kecil ini, jikalau tidak ada mereka yang membantu, pastilah kami berdua pun terbinasa oleh ular-ular berbisa itu!"

"Tidak peduli bagaimana, kamu mesti menghanturkan maaf kepada Khiu Pangcu!" berkata Yo Kang bengis.

Lee Seng dan Ie Tiauw Hin saling mengawasi. Mereka menghadapi kesukaran, hati mereka panas sekali. Kalau mereka tidak menghanturkan maaf, mereka menentang titah pangcu; kalau mereka menurut, mereka sangat penasaran. Tapi tak lama Lee Seng bersangsi, ia lantas berseru kepada semua anggota partainya:

"Saudara-saudara, jikalau Ang Pangcu masih hidup, tidak mungkin kami dibiarkan hilang muka, maka sekarang, Siauwtee lebih suka terbinasa, tidak mungkin Siauwtee menerima penghinaan!"

Sembari berkata begitu, Lee Seng mencabut pisau belati dari betisnya, lantas menikam dadanya, ulu hatinya, maka di situ juga ia roboh dengan jiwa melayang. Menampak demikian, Ie Tiauw Hin menubruk saudaranya, untuk merampas pisau belatinya, kemudian ia pun menikam dirinya, maka ia juga roboh dengan jiwa melayang.

Semua pengemis terbangun semangatnya. Kejadian ini sangat hebat untuk mereka. Tapi mereka masih berdiam, tanpa ada titah pangcu, mereka tidak berani lancang.

Setelah menyaksikan semua itu, Khiu Cian Jin tertawa tawar. "Permintaanku yang kedua ini sudah beres," katanya. "Maka sekarang kami hendak menghanturkan bingkisan kepada partai tuan-tuan!"

Habis berkata, ia memberi tanda dengan tangan kirinya. Maka beberapa puluh orang bertubuh besar yang mengenakan pakaian hitam lantas maju bersama kopor mereka yang besar, yang lantas dibuka tutupnya, dari situ mereka mengambil masing-masing sebuah tetampan untuk diletakkan di samping Yo Kang. Itulah uang emas dan perak dan permata yang sinarnya berkeredepan!

Semua pengemis heran melihat orang mengeluarkan harta sebesar itu.

"Tiat Ciang Pang kami," berkata Khiu Cian Jin, "Meski kami masih dapat makan, tidak mungkin kami sanggup mengeluarkan bingkisan begini berharga, maka itu baiklah tuan-tuan ketahui, ini adalah hadiah dari Chao Wang negara Kim, yang meminta kami tolong menyampaikannya."

Mendengar keterangan ini, Yo Kang heran dan girang. "Di mana adanya Chao Wang?" ia menanya lekas. "Aku ingin bertemu dengannya!"

"Ini kejadian beberapa bulan yang lalu," menyahut Khiu Cian Jin, menyahuti apa yang tidak ditanya. Karena ia memberikan keterangannya. "Waktu itu Chao Wang telah mengirimkan utusannya kepadaku membawa bingkisan ini dan dia minta partaiku yang tolong menyampaikannya."

Mendengar itu, Yo Kang tahu bahwa hal itu terjadi sebelum ayahnya - ilaga Chao Wang - berangkat ke Selatan. Hanya ia belum tahu maksudnya mengapa Kay Pang dikirimi harta sebesar ini.

Khiu Cian Jin masih meneruskan keterangannya: "Chao Wang mengagumi partai tuan-tuan, maka ia memerintahkan secara istimewa untuk aku sendiri yang menyampaikan bingkisan ini."

"Jikalau begitu kami membuat capai saja kepada pangcu!" berkata Yo Kang girang.

Khiu Cian Jin tertawa. "Yo Pangcu muda nyata kau luas pandangannya, kamu menang jauh daripada Ang Pangcu!" ia memuji.

Yo Kang masih belum tahu maksud ayahnya berhubungan sama Kay Pang, maka ia menanya pula:

"Entah ada titah apakah dari Chao Wang untuk perkumpulan kami? Tolong pangcu menitahkannya saja!"

"Menitahkan, itulah tak dapat disebutkan," berkata Khiu Cian Jin. "Hanya Chao Wang memesan untuk memberitahukan bahwa wilayah utara ini tanahnya miskin dan rakyatnya melarat, jadi sukar untuk….."

Yo Kang cerdas, segera ia dapat menduga. "Jadi Chao Wang menghendaki kami pergi ke Selatan?" katanya.

"Sungguh Yo Pangcu cerdas sekali!" berkata Khiu Cian Jin, memuji. "Maaf untuk sikapku tadi. Chao Wang membilang bahwa propinsi-propinsi Kwietang dan Kwiesay serta Hokkien, tanahnya subur, rakyatnya makmur, maka itu ia bertanya kenapa saudara-¬saudara dari Kay Pang tidak mau pergi ke Selatan untuk menaruh kaki di sana? Wilayah Selatan jauh lebih menang daripada wilayah Utara ini."

"Terima kasih untuk petunjuk Chao Wang serta pangcu sendiri," berkata Yo Kang tertawa. "Percayalah, aku yang rendah pasti bakal menurutinya."

Khiu Cian Jin heran orang dengan gampang saja menerima hadiah, tetapi karena ia khawatir Kay Pang nanti menyesal, ia lantas berkata:

"Kata-kata seorang laki-laki cukup dengan sepatah kata! Dengan semua saudara dari Kay Pang berangkat ke Selatan, bukankah itu berarti bahwa kamu tidak bakal kembali ke Utara ini?"

Yo Kang hendak memberikan jawabannya ketika Lou Yoe Kiak memotong: "Harap pangcu mengetahuinya! Kami semua hidup dari mengemis, maka apa perlunya kami dengan uang emas dan barang permata? Lagi pula partai kita berada di seluruh negeri, kami merdeka, maka kapan kami pernah dipengaruhi orang lain? Oleh karena itu aku memohon pangcu memikirkan dengan seksama!"

Sekarang Yo Kang dapat menerka maksud Wanyen Lieh. Di Kangpak ini, yaitu utara Sungai Besar, Kay Pang menjadi musuh bangsa Kim, sering terjadi, kalau pihak Kim jauh ke utara, Kay Pang suka mengganggu mengacau bagian belakang, baik dengan membunuh punggawa perangnya maupun dengan membakar rangsum, maka kalau Kay Pang dipindah ke Selatan, gampanglah usaha bangsa Kim. Maka itu atas cegahannya Lou Yoe Kiak, ia berkata:

"Ini adalah maksud baik dari Khiu Pangcu, jikalau kita tidak menerima, itu tandanya kita berlaku tidak hormat. Uang emas dan perak dan permata ini, aku sendiri tidak membutuhkannya, maka Suwie Tiangloo, sebentar sebubarnya rapat, silahkan kamu membagi-bagikan kepada semua saudara!"

Tapi Yoe Kiak tidak memperdulikan perkataan pangcu baru ini. Ia berkata pula: "Ang Pangcu kami yang tua dikenal sebagai Pak Kay, maka itu usaha kita di Utara mana dapat gampang-gampang ditinggalkan secara begini? Lagi pula partai kita bercita-¬cita bersetia dan membela negara sedang dengan bangsa Kim, kita adalah musuh turunan, dari itu tidak dapat bingkisan ini diterima! maka tidak dapat kita pindah ke Kanglam!"

Yo Kang menjadi tidak senang, air mukanya menunjuki itu. Tapi belum lagi ia membuka mulut, Pheng Tiangloo sambil tertawa mendahului. Kata ini Tiangloo;

"Lou Tiangloo, urusan besar dari partai kita diputuskan oleh pangcu, bukan diputuskan kau seorang diri, bukan?"

Tetapi Yoe Kiak tetap sama sikapnya. Ia berkata keras: "Jikalau mesti melupakan kesetiaan dan kejujuran, biar mati, aku tidak suka menurut!"

"Ketiga tiangloo Kan, Pheng dan Nio, bagaimana pikiran kalian?" Yo Kang tanya ketiga tetua itu.

"Kami bersedia untuk titah pangcu!" menyahut ketiga tiangloo itu serentak.







OBJEK WISATA MANCA NEGARA


Teluk Wilhelmina Antartika

Kota Tua Samarkand, Uzbekistan
Pulau Falkland Antartika Inggris
Pulau Falkland Antartika Inggris
Air Terjun Victoria Afrika
Air Terjun Victoria Afrika
Panci Makgadikgadi Botswana, Afrika
Panci Makgadikgadi Botswana, Afrika
Pulau Falkland Antartika Inggris
Pulau Falkland Antartika Inggris
Panorama Alam Georgia
Panorama Alam Georgia
Kebun Raya Singapura
Kebun Raya Singapura
Pagoda Shwedagon Yangon, Myanmar
Pagoda Shwedagon Yangon, Myanmar
Dataran Guci Xiangkhouang, Laos
Dataran Guci Xiangkhoung, Laos
Danau Iskanderkul Tajikistan
Danau Iskanderkul Tajikistan
Piramida Giza Mesir
Piramida Giza Mesir
Ngarai Sungai Ikan Namibia, Afrika
Ngarai Sungai Ikan Namibia, Afrika
Taman Nasional Ala Archa Kirgistan
Taman Nasional Ala Archa Kirgistan
Selat Drake Antartika Amerika
Selat Drake Antartika Amerika
Istana Kekaisaran Tokyo
Istana Kekaisaran Tokyo
Jembatan Gerbang Emas
Jembatan Gerbang Emas - Amerika
Air Terjun Niagara
Air Terjun Niagara Prancis
Grand Canyon
Grand Canyon Amerika
Pasar Terbesar di Bangkok
Pasar Terbesar di Bangkok
Taman Nasional Yellowstone
Taman Nasional Yellowstone - Amerika
Burj Khalifa - Dubai
Budj Khalifa Dubai
Taj Mahal
Taj Mahal India
Musium Amir Temur Uzbekistan
Musium Amir Temur Uzbekista
Blackpool - Amerika
Blackpool Irlandia
Taman Nasional Blue Mountain - Sydney
Taman Nasional Blue Mountain Sydney
Jembatan Baja Terbesar di Australia
Jembatan Baja Terbesar di Australia
Taman Nasional Kakadu Australia
Taman Nasional Kakadu Australia
Danau Baikal Rusia
Danau Baikal Rusia
Biara Meteora Yunani
Biara Meteora Yunani
Pantai Bondi Australia
Pantai Bondi Australia
Menara Eiffel Prancis
Menara Eiffel Prancis
Musium Van Gogh Belanda
Musium Van Gogh Belanda
Gedung Opera Sydney
Gedung Opera Sydney
Gunung Meja Afrika
Gunung Meja Afrika
Menara Kembar Petronas Malaysia
Menara Kembar Petronas Malaysia

===============================




Air Terjun Victoria Afrika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar