Minggu, 17 Januari 2021

Pendekar Pemanah Rajawali Jilid 104

Sambil berkata begitu, dengan kedua tangannya benar-benar ia menyerang si Sesat dari Timur itu. Kalau tadi ia menyerang Tam Cie Toan dengan menggunakan tenaga tiga bagian, sekarang ia menggerahkan tenaganya dengan sepenuhnya. Itu pun saat Oey Yok Su tengah menghadapi empat lawannya. Ia mengharap hajaran ini, satu kali saja, akan menamatkan riwayat pemilik pulau Tho Hoa To itu. Akal yang ia bertelurkan dari batok kepalanya ialah lebih dulu menjatuhkan salah satu Coan Cn Cit Cu, baru ia membokong Oey Yok Su. Ia sudah memikir matang, setelah Thian Kong Pak Tauw Tin pecah, dengan Oey Yok Su sudah mati, walaupun imam-imam dari Coan Cin Kauw itu murka, ia tidak usah takuti mereka.

Oey Yok Su kaget sekali. Ia tidak menyangka Auwyang Hong dapat berlaku demikian. Ia menghadapi kesulitan. Tidak bisa ia meninggalkan empat musuhnya, umpama kata ia memutar tubuh, melayani Auwyang Hong, ia bisa celaka. Maka itu tidak ada jalan lain, ia mencoba menutup diri seraya mengerahkan tenaga di punggungnya, guna terpaksa menerima serangan Kap-mo-kang, ilmu silat Kodok, dari si Bisa dari Barat yang licin itu.

Auwyang Hong girang sekali melihat Tong Shia mau mempertahankan diri dari serangannya yang dahsyat. Itu artinya akal busuknya berhasil. Tapi saat ia lagi bergirang, mendadak ia melihat berkelebatnya satu bayangan hitam, yang mencelat dari samping, bayangan mana berlompat ke belakang Oey Yok Su, untuk mewakili Tong Shia menyambut serangannya itu!

Segera setelah serangan Auwyang Hong itu ada yang tangkis, Oey Yok Su dan keempat imam lawannya menghentikan pertempuran sambil melompat minggir, untuk memisahkan diri. Ketika mereka melihat tegas, nyata orang yang berkorban untuk Tong Shia ini adalah Bwee Tiauw Hong!

Oey Yok Su menoleh kepada See Tok, ia tertawa dingin. "Benar-benar si Bisa Bangkotan ternama tak mengecewakan," katanya mengejek.

Auwyang Hong sendiri berulang-ulang menyatakan, "Sayang, sayang!" di dalam hatinya. Ia menyesal bukan main serangannya gagal, sebab orang lain yang menjadi korban. Dasar licik, ia mengerti bahaya. Ia tidak mau melayani Oey Yok Su. Ia mengerti baik sekali, kalau Oey Yok Su bergabung dengan semua imam itu, berarti ia menghadapi bencana jiwa. Maka sembari tertawa ia memutar tubuh berlompat keluar, terus angkat langkah seribu!

Ma Giok lantas menghampiri Tam Cie Toan, ia membungkuk untuk mengangkatnya. Segera juga ia menjadi kaget. Tubuh adik seperguruannya itu lemas sekali dan kepalanya pun teklok. Auwyang Hong telah menghajar orang hingga tulang-tulang iga serta punggungnya patah. Kakak ini lantas mengucurkan air mata, sebab ia merasa pasti, adik seperguruannya tidak bakal dapat ditolong lagi.

Khu Cie Kee yang bertabiat keras berlompat keluar dengan membawa pedangnya, ia mau menyusul See Tok, menyerang si bisa yang jahat itu, tetapi dari tempat yang jauh cuma mendengar suara orang:

"Oey Lao Shia, telah aku membantu kau memecahkan barisan istimewa warisan Ong Tiong Yang, aku pun sudah mewakili kau menghukum mati murid Tho Hoa To yang murtad, maka itu, sisanya enam imam campur aduk, kau sendiri pun dapat melayaninya. Sampai ketemu pula!"

Oey Yok Su mengeluarkan suara di hidung. Ia tahu, kata-kata terakhir dari See Tok ini adalah untuk membakar hatinya dan kawanan Coan Cin Kauw itu, supaya mereka murka dan menumplekkan kemurkaan terhadapnya. Tapi ia pun besar kepala, tidak sudi ia memberi keterangan kepada Ma Giok semua. Ia hanya menghampiri mayat Bwee Tiauw Hong, mengangkatnya dengan perlahan-lahan. Muridnya telah memuntahlan darah segar, kelihatannya tidak bisa hidup lebih lama lagi.

Khu Cie Kee mengubar sampai beberapa puluh tembok, Auwyang Hong entah telah kabur kemana. Ketika itu, Ma Giok berulang-ulang memanggil pulang, maka ia kembali dengan tindakan lebar. Ia masih gusar sekali, kedua matanya terbuka besar dan bersinar merah. Segera ia menuding Oey Yok Su.

"Coan Cin Kauw kami denganmu ada bermusuhan apa?!" ia menegur dengan bengis. "Oh, iblis tersesat yang jahat sekali! Mulanya kau membinasakan Ciu Susiok kami, sekarang kau mencelakai Tam Sutee kami. Apakah artinya perbuatanmu, hai manusia sesat?"

Ditegur begitu, Oey Yok Su melengak. "Kau maksudkan Ciu Pek Thong?" akhirnya ia menanya. "Kau bilang aku membinasakan dia?"

"Apakah kau masih mau menyangkal?" Cie Kee mendesak.

Oey Yok Su tahu di sini ada salah mengerti, tetapi ia membungkam, ia cuma tertawa dingin. Sebenarnya bersama-sama Ciu Pek Thong dan Auwyang Hong, ia lagi mengadu lari, sesudah beberapa ratus lie dilalui, mereka masih seri. Niat mereka semula adalah mengadu terus sampai ada keputusan siapa yang menang, tetapi mendadak, Ciu Pek Thong menghentikannya setengah jalan. Ini disebabkan Loo Boan Tong tiba-tiba ingat Ang Cit Kong, yang ditinggalkan seorang diri di dalam istana kaisar. Berbahaya kalau Pengemis dari Utara itu sampai kena dipergoki penghuni istana. Bukankah ia telah habis ilmu silatnya? Maka itu ia kata kepada kedua lawannya:

"Loo Boan Tong ada mempunyai urusan, kita berhenti saja, kita jangan mengadu lari lebih jauh!"

Kata-kata ini kepastian, Oey Yok Su dan Auwyang Hong tidak dapat memaksakan, untuk itu, ia dibiarkan lari. Oey Yok Su berniat menanyakan Ciu Pek Thong tentang putrinya, karena kepergian si orang tua berandalan dan jenaka itu, ia menjadi batal menanyakan.

Ketika itu sia-sia belaka Tam Cie Toan menyusul mereka bertiga, ia tidak dapat melihat sekalipun bayangan orang, sebaliknya Oey Yok Su semua mengetahui dan melihat jelas sekali, maka itu seberlalunya Loo Boan Tong, Oey Yok Su dan Auwyang Hong lantas kembali ke Gu-kee-cun. Kebetulan sekali, sesampainya mereka di rumah penginapan, mereka dapat menyaksikan Coan Cin Cit Cu lagi menempur Bwee Tiauw Hong. Biar bagaimana, Tong Shia tidak bisa membiarkan muridnya bercelaka, maka itu, diakhirnya ia yang turun tangan sendiri. Di luar dugaan, kesudahannya demikian hebat.

Selagi Khu Cie Kee kalap, Sun Put Jie menangiskan Tam Cie Toan. Yang lain-lain pun gusar sekali, hingga mereka semua mau mengadu jiwa.

Tiba-tiba Tam Cie Toan membuka matanya dan berkata: "Aku mau pergi…"

Khu Cie Kee semua lantas menghampiri, mereka mengerubungi saudara seperguruan itu. Tam Cie Toan bersenandung lemah, lalu ia menarik napasnya yang penghabisan, matanya meram. Keenam Cu bertunduk, untuk memujikan arwah saudaranya. Habis itu Ma Giok memondong tubuh suteenya, dibawa pergi. Khu Cie Kee semua mengikuti tanpa bersuara, tanpa berpaling lagi ke belakang, mereka keluar dari rumah penginapan itu dan pergi.

Oey Yok Su heran sekali, ia tidak tahu permusuhan apa di antara ia dan Coan Cin Kauw, tetapi ketika ia melihat Bwee Tiauw Hong bernapas empas-empis, ia menjadi berduka. Biar bagaimana Tiauw Hong adalah muridnya, mereka telah hidup bersama beberapa puluh tahun. Murid itu pun telah berkorban untuknya. Pada dasarnya, ialah seorang yang jujur, maka itu, dalam kedukaannya, ia menangis. Bwee Tiauw Hong dapat mendengar tangis gurunya, ia mengerti, lantas tersenyum. Ia tidak mengatakan apapun, hanya dengan mengerahkan tenaga terakhir, dengan tangan kanannya ia mematahkan lengannya yang kiri, kemudian dengan tangan kanan itu ia menghajar batu itu hancur dan lengannya pun patah pula. Menyaksikan perbuatan muridnya, Oey Yok Su tercengang.

"Suhu," berkata sang murid, "Ketika di Kwei-in-chung suhu menitahkan muridmu melakukan tiga macam perbuatan, dua yang lain muridmu tak keburu melakukannya….."




Oey Yok Su lantas ingat akan tiga macam perintahnya itu, ialah pertama mencari pulang kitab Kiu Im Cin-keng yang telah hilang, kedua mencari Liok Leng Hong serta dua muridnya yang lain, dan yang ketiga, yaitu yang terkahir, dimestikan membayar pulang ilmu silat yang didapat dari Kiu Im Cin-keng. Sekarang dengan mematahkan kedua tangannya itu, Bwee Tiauw Hong menepati perintah gurunya, sebab dengan tangannya patah maka musnahlah juga kepandaian Kiu Im Pek-kut Jiauw seri Cwie-sim¬ciang.

Lantas sang guru tertawa terbahak. "Bagus, bagus!" katanya. "Dua yang lain itu sudah tidak ada artinya lagi! Sekarang mari aku terima pula kau menjadi murid dari Tho Hoa To!"

Tiauw Hong menginsyafi telah tersesat, maka mendengar gurunya memberi ampun dan suka menerima ia kembali, girangnya bukan main, dengan memaksakan diri ia merayap bangun, memberi hormat kepada gurunya sambil paykui beberapa kali, ketika ia mengangguk untuk ketiga kalinya, tubuhnya rebah tak bangun lagi.

Oey Yong dari kamar rahasia menyaksikan itu semua, ia disandingkan pelbagai perasaan. Hebat apa yang ia saksikan itu, semuanya mengagetkan dan mengharukan. Dilain pihak, ia mengharap-harap ayahnya berdiam sebentar lagi saja, supaya ia bersama Kwee Ceng dapat keluar menemuinya. Kwee Ceng tinggal menanti berkumpulnya hawa di pusar.

Oey Yok Su mengangkat tubuh Bwee Tiauw Hong, untuk dipondong. Hampir di waktu itu, di luar rumah terdengar suara meringkiknya kuda. Oey Yong mengenal kuda merah yang kecil kepunyaan Kwee Ceng. Menyusul suaranya Sa Kouw, yang berkata:

"Inilah dusun Gu¬kee-cun! Mana aku tahu di sini ada orang she Kwee atau tidak………?"

Lalu terdengar suara yang lain: "Di sini toh cuma ada beberapa buah rumah! Mustahil kau tidak kenal semua penduduk sini?"

Agaknya orang itu tidak sabaran, karena ia lantas saja menolak pintu dan bertindak masuk.

Oey Yok Su menempatkan diri di belakang pintu, ketika ia melihat orang yang masuk, air mukanya berubah. Orang ini adalah Kanglam Liok Koay yang telah ia cari dengan susah payah.

Kanglam Liok Koay sudah pergi ke Tho Hoa To, lantas mereka berputar-putar, mereka tidak berhasil mencari rumahnya pemilik pulau Bunga Tho itu, baru kemudian mereka bertemu sama satu bujang yang gagu dan mereka tahu majikan pulau itu tengah bepergian. Kemudian lagi Kanglam Liok Koay melihat kuda merah dari Kwee Ceng terlepas bebas di dalam rimba, mereka lalu membawanya sampai di dusun Gu-kee-cun ini, dimana mereka bertemu Sa Kouw, si nona tolol.

Kwa Tin Ok sangat jeli kupingnya, begitu masuk di pintu, ia medengar suara orang bernapas di belakang pintu, maka segera ia memutar tubuhnya, diturut oleh lima saudaranya. Lantas mereka melihat Oey Yok Su menhadang di ambang pintu seraya tangannya memondong Bwee Tiauw Hong. Oey Yok Su rupanya mau mencegah keenam orang luar biasa dari Kanglam itu melarikan diri…..

"Oey Tocu baik?" Cu Cong lantas menanya. "Sudah lama kita tidak bertemu! Kami berenam telah memenuhi janji bertemu di Tho Hoa To, sayang tocu tidak ada di rumah, tetapi hari ini kebetulan bertemu di sini, kami merasa sangat beruntung!" Habis berkata begitu, si Pelajar Tangan Lihay lantas menjura dalam.

Oey Yok Su berniat membunuh Liok Koay, sekarang ia menampak pula muka pucat pasi dari Tiauw Hong, ia berpikir: "Liok Koay ini musuh besar dari Tiauw Hong, siapa nyana sekarang Tiauw Hong mendahului mereka mati, meski begitu, sekarang aku mesti membuatnya ia membinasakan musuhnya dengan tangannya sendiri, supaya ia mati dengan meram….."

Maka itu tangan kanan tetap memondong tubuh muridnya, tangan kiri ia mengangkat tangan patah muridnya, tangan yang hanya tersambung dengan kulit daging, sembari berbuat begitu ia melompat ke samping Han Po Kie, dengan cepat sekali tangannya Tiauw Hong menghajar bahu kanan si Malaikat Raja Kuda.

Han Po Kie kaget bukan main, sampai dia tidak sempat berkelit atau menangkis. Hebat ia kena dihajar, benar lengannya tidak sampai patah tetapi sesaat itu dia tidak dapat menggerakkan tangan.

Liok Koay kaget dan gusar karena sikapnya Oey Yok Su ini, yang menyerang tanpa bicara lagi, maka mereka pun lantas balik menyerang. Han Po Kie turut maju setelah ia merasa tangannya lebih ringan. Mereka berseru sambil menghunus senjatanya masing-masing. Mereka mengurung dengan rapi.

Oey Yok Su mengangkat tinggi tubuh Bwee Tiauw Hong, ia seperti tidak menghiraukan pelbagai alat senjata yang aneh dari enam jago Kanglam itu.

Han Siauw Eng adalah orang pertama yang diserang pemilik Tho Hoa To itu. Ia kaget ketika melihat muka Bwee Tiauw Hong, yang matanya mendelik, rambutnya riap-riapan, mulutnya penuh darah. Itulah roman mayat yang sangat menyeramkan. Tangan Tiauw Hong pun diangkat tinggi-tinggi, mengancam batok kepalanya. Tanpa merasa ia menjadi lemas kaki dan tangannya.

Lam Hie Jin dan Coan Kim Hoat menyaksikan saudara angkat mereka terancam, dengan berbareng mereka menyerang tangan Tiauw Hong itu. Mereka menggunakan pikulan serta bandulan besi dacin.

Oey Yok Su sebat luar biasa, dengan cepat ia menarik pulang tangan kanan Tiauw Hong, kemudian dengan tangan kirinya menghajar Siauw Eng. Ahli pedang Gadis Wat itu tengah tidak berdaya, maka pinggangnya menjadi sasaran, ia kesakitan hingga tubuhnya melengkung jongkok.

Han Po Kie maju dari samping, menyerang dengan cambuknya, Kim-liong-pian, atau cambuk Naga Emas. Oey Yok Su mengangkat kaki kirinya, ia bergerak sebat, tetapi toh kakinya kena kelibat. Hanya Han Po Kie, meski mengeluarkan seluruh tenaganya, tidak sanggup ia menarik kuda-kudanya Tong Shia. Dilain pihak, tangan berkuku dari Bwee Tiauw Hong telah menyambar ke mukanya. Ia kaget sekali, melepaskan libatan cambuknya, ia berkelit sambil berlenggak terus menjatuhkan diri bergulingan. Meski begitu, ia merasakan mukanya panas dan sakit, ketika ia meraba muka, tangannya penuh darah. Sebab lima kuku Tiauw Hong berhasil menyambar mukanya. Syukur untuknya, Tiauw Hong sudah menjadi mayat dan jambakannya itu bukan jambakan Kiu Im Pek-kut Jiauw.

Setelah beberapa jurus, Liok Koay lantas jatuh di bawah angin. Coba tidak Oey Yok Su menghendaki membinasakan musuh dengan tangannya Tiauw Hong sendiri, mungkin mereka sudah bercelaka. Sekarang mereka hanya terancam bahaya.

Kwee Ceng di dalam kamar rahasia menjadi bergelisah. Ia mendengar nyata suara napas menggorong dari keenam gurunya, tanda dari keaadan berbahaya dari mereka. Ia menjadi cemas hati sebab ia sendiri tidak bisa lekas-lekas keluar, untuk mencegah bencana. Ia masih memerlukan waktu untuk memperkuat hawa di pusarnya. Tapi dapatkah ia main ayal-ayalan? Budi guru-gurunya itu sama dengan budi orang tuanya! Maka akhirnya, ia menahan napas, ia meluncurkan sebelah tangannya menghajar daun pintu, hingga pintu itu gempur.

Oey Yong kaget bukan main. "Engko Ceng, jangan!" ia mencegah. Ia tahu kawannya mesti beristirahat.

Kwee Ceng merasakan akibat serangannya itu, hawa naik ke atas, ke jantungnya, maka lekas-¬lekas ia meramkan mata menarik pulang hawanya kembali ke pusar. Tetapi sekarang pintu rahasia telah tergempur pecah dan terbuka.

Oey Yok Su dan Kanglam Liok Koay kaget sekali, apa pula mereka lantas melihat muda-mudi itu. Dengan sendirinya mereka pada lompat mundur menghentikan pertempuran. Oey Yok Su heran dan girang, hingga ia mengucak¬-ucak matanya.

"Anak Yong, benarkah kau?" ia menanya. Hampir tak mempercayai matanya sendiri. Ia merasa bagaikan lagi bermimpi.

Oey Yong dengan sebelah tangannya memegang tangan Kwee Ceng, mengangguk sambil tersenyum. Ia tidak membuka mulut untuk menjawab ayahnya itu.

Mengawasi sikap anak gadisnya itu, Oey Yok Su lantas mengerti. Untuknya, diketemuinya anak itu seperti juga si anak sudah mati tetapi hidup lagi. Itulah putri satu-satunya dan juga yang ia sayangi seperti jiwanya sendiri. Ia lantas meletakkan tubuh Tiauw Hong di atas bangku, ia terus menghampiri Kwee Ceng, di sisinya ia duduk bersila, tangannya diulur untuk mencekal tangan anak muda itu.

Kwee Ceng merasakan hawa di dalam tubuhnya panas bergolak, sangat sukar ia melawan. Beberapa kali ia hendak berkoakan atau berlompatan. Tapi, begitu lekas tangannya di tempelkan Oey Yok Su, lantas hawa panasnya berkurang, dapat ia berlaku tenang. Dengan lain tangannya, Oey Yok Su pun menguruti sekejur tubuh pemuda itu.

Boleh di bilang hanya sekejap kemudian, Kwee Ceng dapat menenangkan dirinya. Itu artinya bukan saja ia telah terhindar dari bahaya, bahkan ia sudah sembuh betul, otot dan tulang-tulangnya menjadi bertambah kuat. Maka itu, ia lantas bangun, untuk paykui kepada pemilik Tho Hoa To itu, kemudian ia pun menghampiri keenam gurunya, memberi hormat.

Selagi pemuda itu berbicara sama semua gurunya, menuturkan segala hal semenjak mereka berpisah, Oey Yok Su pun asyik pasang omong dengan putrinya, tangan siapa ia tuntun. Mereka gembira sekali, kadang-kadang mereka tertawa gila.

Mengetahui tentang nona Oey, Liok Koay heran dan ketarik hati. Mereka pun ketarik dengan suara halus dari nona itu. Maka diam-diam mereka bertindak mendekati, mendengarkan lebih jauh suara si nona, yang terus berbicara dengan ayahnya. Sebab banyak yang anak ini tuturkan.

Tiba pada saatnya pertempuran Oey Yok Su dengan Liok Koay, nona itu berkata sambil tertawa:

"Sudahlah, tak usah aku bercerita terus!"

Segera setelah itu Oey Yok Su berkata: "Aku hendak membinasakan empat orang, ialah Auwyang Hong, Leng Tie Siangjin, Kiu Cian Jin dan Yo Kang, maka anak yang baik, mari kau turut aku menyaksikan keramaian!"

Tapi ia melirik kepada Liok Koay, agaknya ia jengah, tetapi dasar angkuh, ia terus tidak sudi mengaku salah, cuma seperti untuk menghibur diri, ia berkata:

"Anggaplah sang peruntungan masih tidak terlalu buruk hingga aku tidak sampai mencelakakan orang baik-baik!"

"Ayah," kata Oey Yong tertawa, "Baiklah kau minta maaf kepada beberapa suhu ini…"

"Hm," jawab ayahnya, yang lalu menyimpanginya. "Aku hendak mencari See Tok, eh, anak Ceng, kau turut atau tidak?"

Belum lagi Kwee Ceng menyahut, Oey Yong sudah memegat kata-kata anak ini, "Ayah, baiklah kau pergi dulu ke istana untuk memapak suhu!"

Kwee Ceng tidak sempat menjawab Oey Yok Su, ia terus bercerita terus sampai Oey Yok Su memberi perkenan untuk ia menikah dengan Oey Yong serta Ang Cit Kong mengambil ia sebagai murid. Mengenai ini, ia minta keputusan guru-gurunya itu.

Kwa Tin Ok menjadi sangat girang. "Kau sungguh beruntung!" katanya. "Dengan kau mendapatkan Kiu Cie Sin Kay sebagai guru dan Tocu dari Tho Hoa To sebagai mertua, kami girang bukan kepalang! Masa dapat kami tidak memberikan perkenan? Cumalah halnya Kha Khan dari Mongolia?"

Tin Ok hendak menyebutkan urusan putrinya Jenghiz Khan, bahwa halnya murid ini adalah calon Kim-too Huma, tetapi ia tidak dapat lantas membuka mulut.

Mendadak sekali, pintu yang tadi tertutup, sekarang ada yang pentang dan Sa Kouw muncul di antara mereka, tangannya memegang monyet-¬monyetan dari kertas. Ia menghampiri Oey Yong dan menanya sambil tertawa:

"Adik, apakah semangkamu telah habis dimakan? Seorang tua telah menyuruh aku menyerahkan kunyuk-kunyukan ini kepadamu, katanya buat main…"

Oey Yong menyangka orang lagi kumat ketololannya, ia menyambut kera kerta itu acuh tak acuh. Sa Kouw berkata lagi:

"Orang tua yang rambutnya ubanan, memesan juga supaya kamu jangan gusar, katanya pasti ia bakal menolong kau mencari gurumu."

Mendengar itu, Oey Yong menduga kepada Ciu Pek Thong, maka ia lantas meneliti kertas itu. Benarlah di situ ada tulisan alamatnya, maka ia lantas membukanya, hingga ia dapat membaca:

"Si pengemis tua tak dapat ditemukan, karenanya Loo Boan Tong menjadi tidak gembira."

Si nona menjadi heran dan kaget. "Ah, kenapa suhu lenyap?" serunya.

Oey Yok Su berdiam, lalu ia berkata: "Loo Boan Tong edan-edanan tetapi ia lihay sekali, maka asal Ang Cit Kong tidak mati, pasti ia dapat menolongnya. Hanya sekarang ini Kay Pang lagi menghadapi satu urusan besar…"

"Bagaimana, ayah?" Oey Yong menanya terkejut.

"Tongkatnya si pengemis tua telah diberikan padamu sudah dibawa pergi oleh Yo Kang si binatang cilik itu! Binatang itu tidak lihay ilmu silatnya tetapi lihay otaknya, kalau tidak bagaimana dapat orang sebangsa Auwyang Kongcu terbinasa di tangannya? Dia telah mendapatkan tongkat keramat kaum pengemis, pastilah dia bakal menerbitkan gelombang kekacauan, yang dapat membahayakan Kay Pang. Mari kita lekas mencari dia, untuk merampas kembali tongkat itu, kalau tidak, pasti celakalah murid-murid dan cucu-cucu muridnya si pengemis bangkotan itu!"

Mendengar itu Liok Koay menganggukkan kepala.

"Sayang suhu sudah pergi beberapa hari, mungkin sukar dicandak," kata Kwee Ceng.

"Di sini ada kuda merahmu, kau boleh coba menyusul," kata Po Kie.

Kwee Ceng lantas ingat kuda merahnya, ia menjadi girang sekali, lantas lari keluar seraya bersiul. Kuda itu mendengar suara majikannya, dia berjingkrak lari menghampiri, dia mengelus-elus majikannya seraya meringkik perlahan tak hentinya.

Menampak demikian Oey Yok Su berkata: "Anak Yong, pergilah kau bersama Kwee Ceng untuk merampas pulang tongkat itu. Kuda kecil itu keras larinya, mungkin kamu dapat menyandak."

Selagi berkata begitu, Oey Yok Su melihat Sa Kouw di samping mereka, nona itu tertawa dengan ketololannya. Ia melihat wajah dan gerak-gerik orang, ia ingat itulah mirip dengan sifat muridnya, Kiok Leng Hong.

"Apakah kau she Kiok?" ia tanya nona itu.

Sa Kouw menggeleng kepala secara lucu. "Aku tidak tahu," sahutnya.

"Ayah, mari kau lihat!" berkata Oey Yong, mengajak ayahnya, yang ia tuntun ke dalam kamar rahasia.

Begitu melihat pengaturan ruangan itu, Oey Yok Su ketarik hatinya. Itulah pengaturan seperti caranya sendiri. Maka ia menduga, mesti itu diatur oleh Kiok Leng Hong, muridnya.

"Ayah, coba lihat benda di dalam peti besi itu," Oey Yong berkata lagi.

Oey Yok Su tidak lantas membuka peti hanya tubuhnya mencelat tinggi sambil tangannya diulur ke pojok tembok barat daya, menyambar ke arah wuwungan, ketika ia menarik, tembok itu lantas terbuka merupakan sebuah lubang. Dengan tangan kanannya memegang kertas, ia lantas menggelantungkan diri, lalu dengan tangan kirinya, ia merogoh ke dalam lubang itu. Dari situ ia menarik keluar segulungan kertas. Belum lagi ia lompat turun, tangan kanannya sudah menekan tembok, maka dengan itu, ia berlompat terus keluar kamar.

Oey Yong dengan sebat melompat mengikuti ayahnya. Ia melihat gulungan kertas yang penuh debu setelah dibeber, kertas itu memuat tulisan yang huruf-hurufnya tidak karuan macam, bunyinya:

"Surat ini dihanturkan kepada guruku yang berbudi di pulau Tho Hoa To. Dari istana kaisar muridmu telah berhasil mendapatkan sejumlah tulisan dan gambar lainnya, yang semua hendak dihanturkan kepada suhu, maka tidak beruntung sekali, selama di dalam istana aku telah dikepung sekawanan siwi. Aku telah meninggalkan seorang anak perempuan……."

Sampai di situ, habis sudah surat itu, yang terlihat tinggal titik-titik yang terang adalah titik-titik darah. Melihat surat itu, Oey Yong menjadi terharu hatinya. Ia mengingat nasib celaka murid-murid ayahnya, yang semuanya lihay tetapi mereka telah diusir ayahnya gara-gara Bwee Tiauw Hong berdua. Sekarang beginilah nasib Kiok Leng Hong, salah satu murid yang tetap setia itu.

Oey Yok Su mengerti, Leng Hong ini tentulah ingin kembali ke Tho Hoa To, maka setelah diusir dia berdaya mencari rupa-rupa barang yang menjadi kesukaan gurunya, ia membesarkan hati pergi mencuri ke istana, maka apa celaka, ia menemui saat naas, disaat berhasilnya, ia kepergrok dan dikepung pahlawan-pahlawan istana. Melihat nasibnya Liok Seng Hong, ia sudah menyesal, maka sekarang ia menjadi lebih menyesal lagi. Sa Kouw tidak tahu apa-apa, ia berdiri di samping sambil terus tertawa haha-hhihi.

"Apakah ilmu silatmu diajari ayahmu?" Oey Yok Su menegur si nona, suaranya bengis.

Sa Kouw menggeleng kepala lantas dia lari keluar pintu besar, daun pintu itu ia tutup rapat, setelah ia mengintai ke dalam, terus ia bersilat. Dia mengintai pula, lalu kembali bersilat lagi.

"Ayah," berkata Oey Yong, "Dia belajar silat dengan mencuri pelajaran Kiok Suko."

Ayahnya mengangguk. "Ya," katanya, "Aku pun tidak percaya, setelah di usir, Leng Hong bernyali besar berani mewariskan ilmu kepandaiannya kepada lain orang… Eh, anak Yong, coba kau serang dia dibagian bawah, kau gaet dia roboh!"

Kata-kata yang belakangan ini dikeluarkan secara mendadak. Oey Yong heran, tidak tahu ia maksud ayahnya, tetapi ia menghampiri Sa Kouw, sembari tertawa haha¬hihi, ia kata kepada nona tolol itu,

"Sa Kouw, mari aku berlatih bersama-sama denganmu. Kau berhati-¬hatilah!" Ia lantas menggerakkan dengan tangan kiri, disusul tendangan kaki kiri dan kanan degan sebat sekali.

Sa Kouw melengak, sebelum ia sempat berdaya, kempelonnya yang kanan kena ditendang. Ia lantas lompat mundur. Tetapi di sini ia telah ditunggu, begitu ia digaet, lantas ia jatuh terguling. Ia lompat bangun dengan segera.

"Kau menggunakan akal!" serunya. "Adik kecil, mari kita mulai lagi!"

"Hus!" membentak Oey Yok Su. "Apa adik kecil! Kau mestinya memanggil kouw-kouw!"







OBJEK WISATA MANCA NEGARA


Teluk Wilhelmina Antartika

Kota Tua Samarkand, Uzbekistan
Pulau Falkland Antartika Inggris
Pulau Falkland Antartika Inggris
Air Terjun Victoria Afrika
Air Terjun Victoria Afrika
Panci Makgadikgadi Botswana, Afrika
Panci Makgadikgadi Botswana, Afrika
Pulau Falkland Antartika Inggris
Pulau Falkland Antartika Inggris
Panorama Alam Georgia
Panorama Alam Georgia
Kebun Raya Singapura
Kebun Raya Singapura
Pagoda Shwedagon Yangon, Myanmar
Pagoda Shwedagon Yangon, Myanmar
Dataran Guci Xiangkhouang, Laos
Dataran Guci Xiangkhoung, Laos
Danau Iskanderkul Tajikistan
Danau Iskanderkul Tajikistan
Piramida Giza Mesir
Piramida Giza Mesir
Ngarai Sungai Ikan Namibia, Afrika
Ngarai Sungai Ikan Namibia, Afrika
Taman Nasional Ala Archa Kirgistan
Taman Nasional Ala Archa Kirgistan
Selat Drake Antartika Amerika
Selat Drake Antartika Amerika
Istana Kekaisaran Tokyo
Istana Kekaisaran Tokyo
Jembatan Gerbang Emas
Jembatan Gerbang Emas - Amerika
Air Terjun Niagara
Air Terjun Niagara Prancis
Grand Canyon
Grand Canyon Amerika
Pasar Terbesar di Bangkok
Pasar Terbesar di Bangkok
Taman Nasional Yellowstone
Taman Nasional Yellowstone - Amerika
Burj Khalifa - Dubai
Budj Khalifa Dubai
Taj Mahal
Taj Mahal India
Musium Amir Temur Uzbekistan
Musium Amir Temur Uzbekista
Blackpool - Amerika
Blackpool Irlandia
Taman Nasional Blue Mountain - Sydney
Taman Nasional Blue Mountain Sydney
Jembatan Baja Terbesar di Australia
Jembatan Baja Terbesar di Australia
Taman Nasional Kakadu Australia
Taman Nasional Kakadu Australia
Danau Baikal Rusia
Danau Baikal Rusia
Biara Meteora Yunani
Biara Meteora Yunani
Pantai Bondi Australia
Pantai Bondi Australia
Menara Eiffel Prancis
Menara Eiffel Prancis
Musium Van Gogh Belanda
Musium Van Gogh Belanda
Gedung Opera Sydney
Gedung Opera Sydney
Gunung Meja Afrika
Gunung Meja Afrika
Menara Kembar Petronas Malaysia
Menara Kembar Petronas Malaysia

===============================




Air Terjun Victoria Afrika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar