Jumat, 15 Januari 2021

Pendekar Pemanah Rajawali Jilid 103

Di bawah sinar rembulan terlihat tegas orang di luar itu awut-awutan rambutnya, mukanya ada dua goresan darah, pedang di tangan kanannya tinggal sepotong, entah bekas dikutungi dengan senjata apa.

Setiba di dalam, tanpa mengucap sepatah kata, Tam Cie Toan lantas duduk bersila, untuk bersemadhi, sikapnya itu diturut oleh keenam saudaranya. Di luar pintu terdengar suara yang keras dan seram:

"Imam tua she Tam, jikalau bukan nyonya besarmu memandang kepada Ma Giok yang menjadi kakak seperguruanmu, pasti siang-siang aku telah mengantarkan jiwamu! Perlu apa kau memancing nyonya besarmu datang ke mari? Siapa itu barusan yang membantumu? Kau terangkanlah kepada Mayat Besi dari Hek Hong Siang Sat!"

Di tengah malam buta itu, suara Bwee Tiuw Hong ini membuat tubuh orang menggigil. Setelah itu, kembali sunyi senyap. Apa yang dapat terdengar melainkan suara kutu. Hanya sebentar kemudian, terdengar suara seperti mereteknya tulang-¬tulang dan otot-otot. Kwee Ceng tahu itulah tanda Bwee Tiauw Hong, yang rupanya hendak menyerbu ke dalam. Habis itu terdengar:

"Sekali tertinggal sampai pula beberapa puluh tahun…" Itulah senandungnya Ma Giok, suaranya halus dan sabar.

Lalu Tam Cie Toan menyambung: "Dengan rambut kusut jalan sepanjang hari bagaikan edan." Suara itu besar dan kasar, hingga Kwee Ceng mengawasi anggota Coan Cin Cit Cu yang kedua ini, muka siapa berdaging dan berotot, alisnya gompiok, matanya besar, tubuhnya besar dan kekar. Sebelum menyucikan diri, tukang besi di Shoatang ini, tabiatnya jujur dan polos, dari itu, gelarannya ialah Tiang Cin Cu.

Orang yang ketiga bertubuh kate dan kurus, mukanya seperti kera. Dialah Tiang Seng Cu Lauw Cie Hian, yang turut bersenandung.

"Di bawah pesaben haytong menanam bibit." Dia bertubuh kecil tetapi suaranya nyaring sekali.

Tiang Cun Cu Khu Cie Kee pun menyambuti: "Di dalam perahu di antara daun teratai ada dewa Thay It Sian." Ia lantas disambung Giok Yang Cu Ong Cie It "Tak ada beda maka boleh keluar dari batok kosong."

Kong Leng Cu Cek Tay Thong turut bersenandung juga: "Ada orang yang dapat sadar sebelum dilahirkan." Ia dituruti oleh Ceng Ceng Sanjin Sun Put Jie, katanya, "Pergi keluar sambil tertawa dan bebas bebas." Sebagai penutup bersenandunglah Tan Yang Cu Ma Giok, "Mega di telaga See Ouw, rembulan di langit!"

Bwee Tiauw Hong terkejut mendengar suara mereka, yang menandakan tenaga dalam yang mahir. Maka berpikirlah dia: "Mustahilkah Coan Cin Cit Cu berkumpul di sini semua? Ah, tidak mungkin! Kecuali Ma Giok, suara mereka itu lain…."

Selama di jurang di padang pasir Mongolia, Bwee Tiauw Hong pernah mendengar suara Ma Giok serta Kanglam Liok Koay yang menyamar sebagai Coan Cin Cit Cu, dengan kupingnya yang jeli sekali, ia bisa ingat dan membedakan suara orang. Ia tidak mempunyai mata, ia mengandal kupingnya. Sekarang ia mendengar suara yang lain sekali kecuali suara Tan Yang Cu Ma Giok. Sampai sekarang ia masih belum tahu bahwa dulu ia telah diperdayakan Ma Giok.

"Ma Totiang!" ia lantas menanya. "Semenjak kita berpisah, bukankah kau baik-baik saja?"

Ia masih ingat imam itu, yang dulu hari berlaku baik terhadapnya, dari itu, mengenai perbuatannya Tam Cie Toan, ia masih memandang ketua Coan Cin Cit Cu itu. Sebenarnya, ketika Cie Tong gagal menusuk Ciu Pek Thong, di tengah jalan ia melihat salah satu Hek Hong Sang Sat ini, yang lagi berlatih. Ia tahu Tiauw Hong sangat jahat, ia memikir untuk menyingkirkan si jahat ini dari dunia. Ia berhati mulia, tak tega menyaksikan Tiuw Hong berlatih dengan sasaran orang hidup. Maka ia lantas menyerang. Diluar dugaannya, ia dikalahkan. Tiauw Hong mengenali orang dari Coan Cin Kauw, ia ingat Ma Giok, maka ia cuma melukainya, tidak mau ia merampas jiwanya, meski begitu, ia mengejar terus sampai di rumah penginapan ini.

"Terimas kasih, terima kasih!" menyahut Ma Giok. "Tho Hoa To dengan Coan Cin Kauw tidak mendendam tidak bermusuh, apakah benar gurumu bakal segera datang kemari?"

Bwee Tiauw Hong melengak. "Untuk apa kamu menanyakan guruku?" ia menanya.

Tapi Khu Cie Kee bertabiat keras. Ia membentak: "Perempuan siluman! Lekas kau suruh gurumu datang ke mari, supaya dia belajar kenal dengan kepandaian Coan Cin Cit Cu!"

"Kau siapa?!" tanya Tiauw Hong gusar.

"Khu Cie Kee! pernahkah kau mendengar namaku?"

Tiauw Hong mengasih dengar suaranya yang aneh, tubuhnya mencelat. Ia menyerang ke arah darimana suara jawaban itu datang, tangan kirinya menutup diri, tangan kanannya menjambak, mencengkeram kepala!

Kwee Ceng mengetahu lihaynya Bwee Tiauw Hong, serangannya sangat hebat, biar Cie Kee lihay, tak dapat ia melawan keras dengan keras. Akan tetapi dia melihat si imam tetap duduk bersila, tidak mau menangkis, tidak mau berkelit, ia menjadi kaget. "Celaka!" katanya dalam hati. "Kenapa Khu Totiang bernyali begini besar?"

Bwee Tiauw Hong mengarah batok kepala Khu Cie Kee, selagi ia menjambak, mendadak datang serangan angin dari kiri dan kanannya. Itulah serangan berbareng dari Lauw Cie Hian berdua Ong Cit It. Ia mau melanjutkan serangannya itu, maka tangan kirinya dikibaskan, guna menangkis. Di luar dugaannya, hebat serangan angin itu, tidak dapat ia menghalaunya, maka terpaksa ia berlompat mundur sambil jumpalitan.

Cie Hian dan Cie It, dengan tenaga dalam im dan yang, telah menggabungkan diri. Ia menjadi kaget dan heran. Ia menyangsikan itulah serangan orang Coan Cin Kauw. Maka ia lantas berseru dengan pertanyaannya,

"Apakah Ang Cit Kong dan Toan Hongya ada di sini?"

"Kitalah Coan Cin Cit Cu!" berkata Khu Cie Kee tertawa. "Di sini mana ada Ang Cit Kong dan Toan Hongya?"

Tiauw Hong bertambah heran. “Si imam tua she Tam bukan tandinganku, kenapa di antara saudara-saudaranya ada yang begini lihay?" pikirnya. "Apa mungkin kepandaian mereka berlainan tanpa memperdulikan tingkatan tua atau muda?"

Kwee Ceng pun heran seperti Tiauw Hong melihat Khu Cie Kee terbebaskan oleh Lauw Cie ian dan Ong Cie It itu. Hebat Tiauw Hong kena dibikin terpental mundur. Ia menduga kedua imam itu berimbang sama si Mayat Besi. Memang cuma Ang Cit Kong, Ciu Pek Thong, Oey Yok Su dan Auwyang Hong yang mempunyai tenaga demikian besar. Kalau Caon Cin Cit Cu, inilah aneh…

Tiauw Hong beradat keras, kepalanya besar. Kecuali gurunya, ia tidak takut siapapun. Makin ia terhajar, makin ia penasaran. Demikian kali ini. Setelah berdiam sebentar, tangannya meraba ke pinggangnya. Ia keluarkan cambuk lemasnya, Tok-liong Gin-pian, cambuk perak si Naga Beracun.

"Ma Totiong, maafkan, hari ini terpaksa berlaku kurang ajar!" katanya.

"Kata-kata yang baik!" Ma Giok menjawab.

"Aku hendak menggunakan senjata, maka itu, kamu hunuslah senjata!" kata si buta.

"Kami bertujuh, kau sendirian," berkata Ong Cie It. "Kau pun tidak bisa melihat apa-apa! Maka itu, biar bagaimana kami tidak dapat menggunakan senjata. Kami akan tetap duduk bersila, kau majulah!"

Tiauw Hong bersuara dingin. "Jadi kamu hendak melayani cambuk perakku dengan duduk diam saja?" tanyanya.




"Ah, perempuan siluman!" Cie Kee membentak. "Malam ini malam ajalmu tiba, buat apa kau masih banyak omong lagi?"

"Hm!" Tiauw Hong berseru di hidungnya, sedang tangannya lantas diayun, hingga cambuknya terus meluncur ke arah Sun Put Jie. Cambuk panjang yang banyak gaetannya itu bergerak perlahan bagaikan seekor ular besar berlegot.

Oey Yong memasang kuping mendengarkan kedua pihak mengadu mulut, ia tahu cambuknya Tiauw Hong lihay sekali, maka heran Coan Cin Cit Cu mau melayani tanpa senjata dan tanpa bergerak juga dari tempatnya bercokol masing-masing. Ia menjadi ingin melihat. Ia menarik Kwee Ceng, agar menyingkir. Buat ia menggantikan mengintai. Begitu menyaksikan caranya tujuh imam itu berduduk, ia menjadi heran. "Itulah keletakan bintang-bintang Pak Tauw," pikirnya. "Ah, tidak salah, barusan Khu Totiang menyebutkan tentang Thian kong Pak Tauw. Inilah rupanya barisan itu."

Oey Yok Su mengerti ilmu alam, ketika Oey Yong masih kecil, suka ia membawanya berangin waktu malam, maka sambil mengasih anak itu duduk di pangkuannya, sering ia menunjuk ke langit dan membritahukan kepada si anak tentang bintang--bintang. Oey Yong ingat benar petunjuk ayahnya, maka sekarang, dengan sekali lihat, ia ketahui Coan Cin Cit Cu ini telah menempatkan diri sebagai tujuh bintang Pak Tauw, bintang-bintang Utara.

Di antara tujuh imam, Ma Giok yang mengambil kedudukan thian-kie, Tam Cie Toan thian-soan, Lauw Cie Hian thian-khie, dan Khu Cie Kee thian-koan, sedang Ong Cie It giok-heng, Cek Thay Thong kay¬yang, dan Sun Put Jie yauw-kong. Kedudukan thian-koan paling penting, dia yang menghubungkan tiga dengan yang tiga lagi, dari itu kedudukan ini ditempati Khu Cie Kee yang ilmu kepandaiannya paling lihay. Yang kedua yang penting giok-heng, maka itu diambil Ong Cie It.

Oey Yong sangat cerdas, selagi Kwee ceng mengawasi sekian lama tapi tak mengerti apapun, ia hanya menampak sekelebatan, lantas ia mengerti. Tujuh imam itu menggabungkan diri dengan tangan kiri menyambung sama tangan kanan. Sambungan tangan itu mirip dengan tangan dia dan Kwee Ceng, guna membantu pemuda ini mengobati diri.

Cambuk Tiauw Hong bergerak perlahan ke arah kepala Sun Put Jie. Kelihatannya saja perlahan, sebenarnya hebat. Imam wanita itu tetap tidak bergerak. Selagi mengawasi, Oey Yong melihat jubah orang, di situ ia mendapatkan sulaman sebuah tengkorak. Ia heran, hingga ia berpikir: "Coan Cin Kauw ada dari kalangan murni, kenapa jubahnya sama dengan jubah Tiauw Hong dari kalangan sesat?" Ia pasti tidak tahu, waktu Ong Tiong Yang menerima muridnya ini, dia telah menghadiahkan gambar tengkorak dan murid ini yang ingat budi gurunya, lantas menyulamkan pada jubahnya.

Disaat cambuk hampir mengenai sasarannya ke bagian gigi dari tengkorak di jubah Sun Put Jie, tiba¬-tiba cambuk itu berbalik sendiri, bagaikan kepala ular kena dibacok, bagaikan anak panah melesat, menyambar kepada pemiliknya!

Tiauw Hong kaget, tidak sempat ia menggerakkan tangan, sebab tangannya bergetar, terpaksa ia kelit kepalanya, hingga ujung cambuk lewat di atas rambutnya. "Sungguh berbahaya.." ia kata dalam hatinya. Sesudah itu baru ia dapat menguasai pula cambuknya. Ia lalu menyerang ke arah Ma Giok dan Khu Cie Kee. Kedua imam itu duduk diam adalah Tam Cie Toan dan Ong Cie It yang menyerang dan membuatnya cambuk mental.

Oey Yong memasang mata, ia dapat melihatnya. Kalau satu imam menangkis, ia mengguna sebelah tangannya dan tangan yang lain diletakkan di pundak seorang saudaranya. Ia lantas mengerti. Cara mereka itu sama dengan caranya sendiri mengobati Kwee Ceng. Itu artinya, tujuh orang menggabung tenaganya melawan Bwee Tiauw Hong satu orang.

Apa yang dinamakan barisan bintang Thian Kong Pak Tauw ini adalah semacam ilmu kepandaian paling mahir dari kaum Coan Cin Kauw. Ciptaannya Ong Tiong Yang, sesudah imam itu memutar otaknya melatih diri dengan bersusah payah dan mengambil waktu lama. Untuk melayani lawan, tak usah orang diserang sendiri yang menangkis atau berkelit, hanya kawan di sampingnya yang membalas menyerang, kalau kawan ini menyerang, tenaganya jadi berlipat ganda kuatnya, sebab ia dibantu oleh yang lain-lainnya.

Tiauw Hong mencoba lagi beberapa kali, ia menjadi berkhawatir. Lama-lama ia merasa, kalau menyerang, bukan lagi cambuknya dibikin terpental seperti semula hanya seperti ditarik, meski ia masih dapat menggunakan, bergeraknya cambuk seperti diperciut. Sia-sia ia mencoba untuk menarik, guna mengulurnya. Ia merasa dirinya terancam tetapi ia masih penasaran. Tak mau ia membiarkan cambuknya dirampas musuh-musuh yang melawannya sambil duduk bercokol saja. Tapi karena ia penasaran dan bersangsi, ia melenyapkan kesempatan yang baik. Coba ia melepaskan cekalannya dan melompat mundur, tentu ia selamat……

Kalau barisan bintang-bintang utara itu bergerak, kecuali pemegang pusat thian-koan, gerakannya tidak dapat dihentikan. Bahkan ketujuh imam itu bergeraknya semakin cepat.

Bwee Tiauw Hong menggertak gigi. Ia tahu, kalau ia terus melawan, ia bakal celaka. Maka dengan berat, ia terpaksa melepaskan juga cambuknya. Tetapi sekarang sudah terlambat. Lauw Cie Hian sudah lantas menarik keras. Dengan menerbitkan suara, cambuk menghajar dinding tembok, hingga rumah penginapa itu bergetar, genting-gentingnya berbunyi, debu meluruk jatuh. Menyusul tubuhnya Tiauw Hong terbetot satu tindak ke depan.

Tindakan satu tindak itu adalah tindakan yang memutuskan. Kalau tadi ia melepaskan cambuknya dan lompat, lalu mundur, ia bisa memutar tubuhnya untuk lari ke luar. Mungkin ia bakal disusul tetapi tak akan ia tercandak. Di saat berbahaya ini, ia masih mencoba membela diri. Ia menjambak ke kiri dan kanan. Ia segera kebentrok tangannya Sun Put Jie dan Ong Cie It. Menyusul itu, Ma Giok dan Cek Tay Thong pun menyerang dari belakang. Ia majukan kaki kirinya setengah tindak, sambil berseru nyaring, ia menerbangkan kaki kanannya. Dengan begitu saling susul ia menendang lengannya kedua imam yang belakangan itu, di jalan darah gwa-kwan dan hwee-cong.

“Bagus!" Khu Cie Kee dan Lauw Cie Hian memuji. Dengan saling susul, mereka menolong dua saudaranya dari bahaya.

Kaki kanan Tiauw Hong belum lagi menginjak tanah, kaki kiri sudah bergerak pula. Dengan begitu ia menyingkir dari serangan Cie Kee dan Cie It. Ketika kaki kanan itu diturunkan, ia maju lagi satu tindak. Dengan begini berarti ia telah masuk semakin dalam ke dalam barisan ketujuh imam itu. Artinya, kecuali ia dapat merobohkan salah satu musuh, ia tidak mempunyai jalan lagi untuk nerobos keluar dari barisan itu.

Oey Yong heran dan terkejut. Di antara sinar rembulan ia menyaksikan Tiauw Hong dengan rambut panjang awut-awutan, berlompatan pergi datang dan tangan kakinya menjambak dan menendang tak hentinya. Hebat setiap jambakan dan tendangannya itu mengasih dengar suara angin. Tidak peduli segala gerakannya yang hebat, maka Coan Cin Cit Cu tetap bercokol tak bergeming, cuma tangan mereka yang bekerja, saling sambut dengan rapi, tetap mereka mengurung si Mayat Besi.

Bwee Tiauw Hong telah berkelahi dengan menggunakan dua macam ilmu silat, yaitu pelbagai jambakan Kiu Im Pek-kut Jiauw dan hajaran Cwie-sim-ciang yang dahsyat, ia terus mencoba untuk menerjang keluar tetapi selalu gagal, selalu tertolak mundur. Saking gusarnya, ia berkoak-koak secara aneh.

Sekarang, kalau Coan Cin Cit Cu menghendaki nyawa orang, cukup mereka melakukan satu penyerangan, akan tetapi mereka atau salah satu diantaranya, tidak mau menurunkan tangan terakhir.

Mulanya Oey Yong heran, sebentar kemudian ia bersabar. "Ah, aku mengerti sekarang!" katanya dalam hati. "Terang mereka meminjam Bwee Suci untuk melatih barisan bintang! Memang sukar dicari orang yang sekosen suci, yang dapat dipakai menguji barisannya ini. Rupanya mereka hendak membikin lawannya letih hingga mati dengan sendirinya baru mereka mau berhenti…….."

Dugaan nona Oey ini cocok separuhnya. Memang benar Ma Giok beramai memakai Tiauw Hong sebagai kawan berlatih, tetapi untuk membinasakan, mereka tak pikir. Tidak gampang mereka melakukan pembunuhan.

Sampai di situ, Oey Yong tidak mau menonton lebih lama lagi. Ia tidak berkesan baik terhadap Bwee Tiauw Hong, si suci, kakak seperguruan, toh ia tak tega mengawasi lebih jauh. Maka itu, ia berikan tempat mengintainya kepada Kwee Ceng. Maka sekarang ia cuma mendengar, angin serangan sebentar keras sebentar kendor, tandanya pertempuran masih berlanjut terus.

Kwee Ceng menonton tetapi ia tetap tidak mengerti akan cara berkelahinya ke tujuh imam itu.

"Mereka menggunakan kedudukan bintang Pak Tauw," Oey Yong membisiki. "Apakah belum pernah melihatnya?"

Baru sekarang pemuda ini sadar. Ia ingat bunyinya kitab kedua dari Kiu Im Cin-keng. Sekarang ia mengerti. Karena itu ia menjadi tertarik hingga tanpa merasa ia berlompat bangun.

Oey Yong kaget, segera ia menahan. Kwee Ceng pun sadar, lekas-lekas ia berdiam. Tapi ia masih mengintai. Sekarang ia mengerti betul kegunaan barisan Thian Kong Pak Tuaw itu. Ketika di Tho Hoa To menyaksikan Ang Cit Kong menempur Auwyang Hong ia memperoleh kemajuan besar, kali ini ia mendapatkan kemajuan serupa, dengan begitu, pengetahuannya menjadi bertambah.

Lama-lama maka letihlah Bwee Tiauw Hong, ia hampir tak dapat bertahan lagi. Dilain pihak, tenaganya Coan Cin Cit Cu agaknya berkurang, mereka mulai kendor. Saat itulah di pintu terdengar suara orang.

"Saudara Yok, kau maju lebih dulu atau kau suka mengalah untuk aku mencoba-coba?" demikian suara itu.

Kwee Ceng terkejut. Ia mengenal baik suara Auwyang Hong. Entah kapan datangnya See Tok, si Bisa dari Barat itu.

Juga Coan Cin Cit Cu kaget semuanya, dengan serentak mereka melirik ke arah pintu. Di samping pintu itu berdiri berendeng dua orang, yang satu bajunya hijau yang lainnya putih. Mereka mengetahui adanya musuh-musuh yang tangguh, dengan berbareng mereka berseru, dan dengan berbareng mereka menghentikan pertempuran untuk berbangkit berdiri.

"Bagus betul" berkata Oey Yok Su, "Tujuh rupa bulu campur aduk ini mengepung satu muridku! Saudara Hong, jikalau aku memberi pengajaran kepada mereka, bisakah kau membilangnya aku menghina kepada yang muda?"

Auwyang Hong tertawa, ia menyahut: "Mereka yang terlebih dulu tidak menghormati kau! Jikalau kau masih tidak mengasih lihat sedikit dari ilmu kepandaianmu, pasti ini kawanan anak muda tidak mengetahui lihaynya pemilik dari Tho Hoa To!"

Ong Cie It pernah melihat Tong Shia dan See Tok di Hoa San, heran ia mendapatkan orang muncul berbareng dengan tiba-tiba, hendak ia maju untuk memberi hormat, tapi Oey Yok Su sudah maju dengan sebelah tangan terayun. Ia hendak menangkis tapi sudah tidak keburu, maka dengan satu suara "Plok!" pipinya kena digaplok, tubuhnya lantas terhuyung, hampir ia menubruk lantai.

Khu Cie Kee kaget sekali. "Lekas kembali ke tempat masing-masing!" ia berseru.

Akan tetapi belum sempat saudara-saudaranya itu menaati seruannya namun plak-plok tak hentinya, dengan bergantian mukanya Tam Cie Toan, Lauw Cie Hian, Cek Tay Thong dan Sun Put Jie telah tergaplok seperti muka Ong Cie It. Setelah itu bayangan pun berkelebat ke mukanya Tiang Cun Cu sendiri, demikian rupa, hingga tak tahu ia bagaimana harus menangkisnya, maka tidak ayal lagi, ia mengibas tangannya, mengarah dada Oey Yok Su!

Khu Cie Kee adalah yang terpandai dari Cit Cu, Oey Yok Su memandang terlalu ringan, maka dadanya itu kena terkibas hingga ia merasakan sakit. Dengan sebat ia menutup diri, lalu dengan tangan kirinya menyambar tangan baju si penyerang, tangan kanannya mencari biji mata lawan. Khu Cie Kee meronta sekuatnya, ujung bajunya robek.

Waktu itu Ma Giok maju bersama Ong Cie It, akan tetapi Oey Yok Su sudah berlompat ke belakang Cek Tay Thong, ketika kakinya dilayangkan, Kong Leng Cu roboh jungkir balik!

Di kamar rahasia, Kwee Ceng menyerahkan lubang intaian kepada Oey Yong, maka giranglah nona ini menyaksikan ayahnya menunjukkan kepandaiannya, coba ia tidak ingat kawannya mesti menanti lagi satu dua jam untuk sembuh betul, tentulah ia sudah menepuk tangan bersorak-sorai.

Adalah Auwyang Hong yang berdiri di pintu sambil tertawa berkakakan, dengan mulutnya dibuka lebar-¬lebar:

"Yang Ong Tiong Yang terima adalah ini segerombolan kantung nasi!"

Cie Kee penasaran sekali. Semenjak belajar silat, belum pernah ia dikalahkan begini rupa.

"Berdiri rapi di tempat masing-masing!" ia berteriak pula.

Akan tetapi Oey Yok Su tidak sudi memberikan kesempatan. Ia bergerak ke timur dan barat, ia menyerang kalang-kabutan hingga semua lawannya itu menjadi kelabakan, barisannya tidak dapat diatur pula. Bahkan pedangnya Ma Giok dan Tam Cie Toan telah dipatahkan Tong Shia dan dilemparkan ke lantai.

Khu Cie Kee bersama Ong Cie It lantas merangsak dengan pedang di tangan masing-masing. Itulah jurus istimewa dari ilmu pedang Coan Cin Pay. Oey Yok Su tidak berani memandang ringan lagi, ia berkelahi dengan hati-hati.

Ma Giok cerdik, diam-diam ia menggunakan kesempatan akan lompat ke dudukan thian-kie dan terus saja ia memegang pimpinan. Tam Cie Toan dan Lauw Cie Hian lantas menyusul mengambil kedudukan mereka. Perbuatan mereka ini lantas diikuti oleh yang lain-¬lainnya.

Sebentar saja, barisan Thian Kong Pak Tauw lantas teratur rapi. Dengan begitu, jalannya pertempuran juga berubah menjadi lain. Thian Koan bersama giok-heng lantas menhadapi lawan di depan, thian-kie dan kay¬yang yang terus menyerang dari samping, sedang yauw-kong dan thian-soan di belakang turut merangsak. Cie Kee maju di bantu Cie Peng.

Oey Yok Su meseti melayani musuh di empat penjurunya. "Saudara Hong!" katanya tertawa. "Ong Tiong Yang toh dapat meninggalkan ini macam ilmu kepandaian!"

Tong Shia bicara sambil tertawa, meski begitu, ia merasakan lawan menjadi beda, tenaga mereka menjadi besar sekali. Maka sekarang ia bersilat dengan Lok Eng Ciang-huat, ia berputaran di dalam Thian Kong Pak Tauw itu, hingga tubuhnya seperti melayang-layang dan tangannya beterbangan…

Oey Yong mengenali ilmu silat ayahnya. "Ketika ayah mengajari ilmu silat ini, aku menyangka hanya ilmu kosong dan satu berisi atau tujuh berisi dan satu kosong," katanya di dalam hati, "Tidak tahunya setelah dipakai bertempur benar-benar, semua lima kosong dan tujuh berisi itu dapat diubah bergantian."

Pertempuran ini beda sekali dengan perlawanan Tiauw Hong tadi. Si nona menonton sambil menahan napas. Bahkan Auwyang Hong yang lihay pun turut ketarik sampai ia menjadi kagum sekali.

Selagi orang bertaruh seru, tiba-tiba terdengar satu suara jeritan, "Aduh!" disusul mana tubuh jatuh terguling. Nyata korban itu ialah In Cie Peng. Dia tidak sanggup melayani Oey Yok Su berputaran, matanya kabur, kepalanya pusing, dunia dirasakan bagai berputar, di depan matanya entah ada berapa banyak musuhnya itu, akhirnya setelah penglihatannya gelao, tidak ampun lagi ia roboh!

Coan Cin Cit Cu memusatkan pikiran. Mereka tahu, asal ada satu saja yang hatinya goncang, mereka tidak bakal ketolong lagi, atau Coan Cin Pay bakal runtuh dan musnah. Oey Yok Su pun gelisah. Ia sudah kepalang, ia bersangsi untuk bertempur terus atau berhenti. Perlawanan hebat dari Khu Cie Kee beramai itu membuat kedua pihak sama unggulnya. Sementara itu ayam-ayam sudah berkokok dan sinar matahari mulai mengintai di arah timur.

Dengan lewatnya sang waktu, selesai sudah batas waktu istirahatnya Kwee Ceng. Ia telah sembuh dan memperoleh kembali kesehatannya seperti sediakala. Di luar kamarnya orang bertempur umpama kata langit terbalik dan bumi ambruk tetapi ia sendirinya tetap tenang, ia duduk diam. Baru sesaat kemudian, ia mengintai ke luar kamar rahasianya, ia menjadi terkejut.

Oey Yok Su bertindak dengan perlahan, kakinya mengikuti garis patkwa, atau segi delapan, setiap gerakan tangannya berlahan juga. Ketika Oey Yong menggantikan Kwee Ceng mengintai, ia tahu betul ayahnya lagi menggunakan ilmu silatnya yang tak sembarang dipakai. Segera juga bakal datang saat yang memutuskan.

Coan Cin Cit Cu berkelahi dengan seantero tenaganya. Mereka pun menginsyafi bahaya yang tengah mengancam. Berkali-kali mereka mengasih dengar suara satu sama lain, untuk mengasih isyarat, guna menambah semangat masing¬-masing. Di batok kepala mereka mulai terlihat hawa panas mengkedus, sedang jubah mereka telah basah kuyup. Hilanglah ketenangan mereka sebagaimana tadi mereka melayani Bwee Tiauw Hong.

Auwyang Hong terus menonton sambil memperhatikan barisannya imam-imam dari Coan Cin Kauw itu. Ia mengharap Oey Yok Su nanti mengurus semua tenaganya hingga mendapat luka dalam. Dengan begitu, kapan kembali di adakan rapat besar di Hoan San, rapat yang kedua, untuknya akan kurang satu lawan yang tangguh. Akan tetapi Tong Shia benar-benar lihay, meski Khu Cie Kee semua bekerja sekerasnya, mereka itu masih tidak dapat merampas kemenangan.

Menyaksikan pertempuran yang sangat memakan waktu itu, Auwyang Hong menjadi tidak sabar. Dasar ia berbisa, setelah berpikir sekian lama, ia mendapat satu akal licik. Pertempuran itu berjalan semakin perlahan, tapi itu tandanya bahwa bahaya semakin dekat.

Oey Yok Su bekerja terus, nyata sekali terlihat ia menyerang dengan kedua tangannya kepada Sun Put Jie dan Tam Cie Toan. Kedua imam itu mengangkat tangan mereka untuk menangkis. Mereka segera dibantu Lauw Cie Ian dan Ma Giok.

Saat itu, mendadak See Tok bersiul panjang dan terus berseru: "Saudara Yok, aku bantu kau!" menyusul suaranya itu ia berjongkok, segera dengan kedua tangannya ia menolak ke arah Tam Cie Toan!

Tiang Ci Cu tengah memusatkan perhatiannya terhadap Oey Yok Su, ia telah mengerahkan tenaganya menangkis serangan Tong Shia, ketika mendadak ia merasakan benturan keras di belakangnya, jangan kata untuk menangkis, berkelit saja sudah tidak keburu, maka dengan menerbitkan suara, ia roboh tengkurap. Oey Yok Su menjadi gusar sekali.

"Siapa menghendaki bantuanmu!" ia menegur See Tok.

Ketika itu Khu Cie Kee dan Ong Cie It menyerang dengan berbareng. Tong Shia mengibas untuk menangkis atau tangannya yang kanan bentrok sama perlawanannya Ma Giok dan Cek Tay Thong, yang pun menyerang kepadanya.

Auwyang Hong tertawa. "Kalau begitu, biarlah aku bantu mereka!" seruanya.







OBJEK WISATA MANCA NEGARA


Teluk Wilhelmina Antartika

Kota Tua Samarkand, Uzbekistan
Pulau Falkland Antartika Inggris
Pulau Falkland Antartika Inggris
Air Terjun Victoria Afrika
Air Terjun Victoria Afrika
Panci Makgadikgadi Botswana, Afrika
Panci Makgadikgadi Botswana, Afrika
Pulau Falkland Antartika Inggris
Pulau Falkland Antartika Inggris
Panorama Alam Georgia
Panorama Alam Georgia
Kebun Raya Singapura
Kebun Raya Singapura
Pagoda Shwedagon Yangon, Myanmar
Pagoda Shwedagon Yangon, Myanmar
Dataran Guci Xiangkhouang, Laos
Dataran Guci Xiangkhoung, Laos
Danau Iskanderkul Tajikistan
Danau Iskanderkul Tajikistan
Piramida Giza Mesir
Piramida Giza Mesir
Ngarai Sungai Ikan Namibia, Afrika
Ngarai Sungai Ikan Namibia, Afrika
Taman Nasional Ala Archa Kirgistan
Taman Nasional Ala Archa Kirgistan
Selat Drake Antartika Amerika
Selat Drake Antartika Amerika
Istana Kekaisaran Tokyo
Istana Kekaisaran Tokyo
Jembatan Gerbang Emas
Jembatan Gerbang Emas - Amerika
Air Terjun Niagara
Air Terjun Niagara Prancis
Grand Canyon
Grand Canyon Amerika
Pasar Terbesar di Bangkok
Pasar Terbesar di Bangkok
Taman Nasional Yellowstone
Taman Nasional Yellowstone - Amerika
Burj Khalifa - Dubai
Budj Khalifa Dubai
Taj Mahal
Taj Mahal India
Musium Amir Temur Uzbekistan
Musium Amir Temur Uzbekista
Blackpool - Amerika
Blackpool Irlandia
Taman Nasional Blue Mountain - Sydney
Taman Nasional Blue Mountain Sydney
Jembatan Baja Terbesar di Australia
Jembatan Baja Terbesar di Australia
Taman Nasional Kakadu Australia
Taman Nasional Kakadu Australia
Danau Baikal Rusia
Danau Baikal Rusia
Biara Meteora Yunani
Biara Meteora Yunani
Pantai Bondi Australia
Pantai Bondi Australia
Menara Eiffel Prancis
Menara Eiffel Prancis
Musium Van Gogh Belanda
Musium Van Gogh Belanda
Gedung Opera Sydney
Gedung Opera Sydney
Gunung Meja Afrika
Gunung Meja Afrika
Menara Kembar Petronas Malaysia
Menara Kembar Petronas Malaysia

===============================




Air Terjun Victoria Afrika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar