Rabu, 13 Januari 2021

Pendekar Pemanah Rajawali Jilid 101

"Ah, belum tentu!" berkata Yo Kang, yang terus saja membungkuk hingga ke kolong meja.

Liam Cu dan Yauw Kee sudah mengambil keputusan, begitu mereka diraba, mereka hendak menendang tempilingan pangeran itu.

Yo Kang, tidak segera meraba, hanya ia tertawa. "Auwyang Sianseng, kau minum lagi satu cawan!" katanya, "Habis minum nanti aku beritahu, dugaanmu cocok atau tidak…."

"Bagus!" sahut Auwyang Kongcu, seraya ia mengangkat cawannya.

Yo Kang sambil membungkuk melirik di saat pemuda itu dongak untuk minum, kemudian ia mengeluarkan tombak buntung dari sakunya, dengan sekuat tenaga - sambil ia mengertak gigi - ia menikam ke arah perut orang, hingga tombak itu nancap dalam lima atau enam dim, menyusul mana, ia membalikkan meja!

Kejadian ini mendadak sekali dan luar biasa, maka Oey Yong dan Kwee Ceng, juga Bok Liam Cu, Liok Koan Eng dan Thia Yauw Kee menjadi kaget dan heran sekali. Auwyang Kongcu menggerakkan kedua tangannya, membuat Liam Cu dan Yauw Kee terbalik dari kursinya, sedang cawan arak di tangannya ditimpukkan ke arah Yo Kang! Pangeran ini berkelit sambil mendak, maka jatuhlah cawan itu ke lantai, pecah hancur dengan mengasih dengar suara nyaring.

Yo Kang berkelit dengan terus menjatuhkan diri, untuk bergulingan, maksudnya buat lari ke pintu, apa dikata ia terhalang peti mati. Terpaksa berlompat bangun dan memutar tubuhnya, mengawasi Auwyang Kongcu. Hatinya menjadi ciut melihat pemuda itu berdiri dengan tubuh doyong ke depan, kedua tangannya berpegangan pada kursi, sepasang matanya mendelik, wajahnya seperti tertawa dan bukannya tertawa. Ia menggigil sendiri. Sebenarnya ia berniat lari menyingkir tetapi sepasang mata tajam dan bengis membuat kakinya seperti terpaku.

Auwyang Kongcu melengak dan tertawa. "Aku si orang she Auwyang telah malang melintang seumur hidupku, aku tidak menyangka bahwa hari ini aku mati di tangan kau, binatang!" katanya bengis. "Cuma satu hal yang aku tidak mengerti! Siauw-ongya, mengapa kau mencoba membunuhku?"

Yo Kang tidak menjawab, hanya dengan menenjot diri, ia hendak berlompat ke pintu, guna melarikan diri. Ia telah pikir, setelah berada di luar pintu, baru ia hendak memberikan keterangannya. Selagi tubuhnya melayang, mendadak merasakan belakang lehernya kena dicengkram keras sekali, bagaikan terbangkol gaetan besi, hingga ia tak mampu berlompat lebih jauh, bahkan sebaliknya, ia jatuh ke atas peti mati ¬jatuh bersama-sama tubuhnya Auwyang Kongcu ¬yang telah melompat menyambar dirinya.

"Kau tidak mau bicara, apakah kau hendak membikin aku mati penasaran?!" kata Auwyang Kongcu sembari tertawa. Nyata ia masih kuat sekali.

Yo Kang tahu ia ada bagian mati, hatinya menjadi besar. Ia tertawa dingin. "Baiklah, nanti aku memberi keterangan padamu!" sahutnya. "Tahukah kau, siapa dia?" Ia menunjuk kepada nona Bok.

Auwyang Kongcu memandang Liam Cu. Nona ini memegang golok di tangan, siap untuk menerjang, guna menolongi si pangeran, cuma ia masih bersangsi sebab ia khawatir nanti melukai kekasihnya.

"Dia…dia.." kata Auwyang Kongcu, yang terus terbatuk-batuk.

"Dia tunanganku!" Yo Kang meneruskan. "Dua kali kau menghina dia, mana aku dapat membiarkannya?"

"Benar," kata Auwyang Kongcu. Dia masih tertawa. "Mari kita sama-sama pergi ke neraka…!" Dia mengangkat kepalannya, untuk di kasih turun ke batok kepalanya si pangeran…….

Liam Cu kaget hingga ia berteriak, hendak ia menolong tetapi sudah tidak keburu. Yo Kang meramkan kedua matanya, ia menantikan kebinasaannya. Tapi ia menanti sekian lama, tidak merasakan hajaran kepada batok kepalanya. Saking herannnya, ia membuka mata.

Auwyanng Kongcu mengasih lihat senyumannya, tapi tangannya yang mencekuk leher sudah terlepas, maka waktu si pangeran berontak, ia lantas jatuh menimpa peti mati. Sebab ia sudah putus jiwa……..

Yo Kang melengak, Liam Cu melongo. Hanya sejenak, lantas keduanya lari saling menghampiri, terus saling berpegangan tangan. Dalam keadaan seperti itu banyak kata-kata yang hendak dikeluarkan tetapi tak sepatahpun yang dapat diucapkan. Ketika mereka memandang mayat Auwyang Kongcu, lantas terbayang apa yang barusan terjadi, dengan sendirinya mereka bergidik. Yauw Kee sendiri mengasih bangun Koan Eng, yang totokannya ia bebaskan.

Koan Eng ketahui Yo Kang adalah pangeran Kim tetapi orang telah membinasakan Auwyang Kongcu, artinya orang telah menolong dirinya, lantas memberi hormat sambil menjura, setelah itu membungkam, ia tuntun tangan istrinya untuk diajak berlalu dari situ. Sebagai laki-laki yang mengenal budi, tidak sudi ia menyerang pangeran itu untuk membunuhnya.

Senang hati Oey Yong menyaksikan Yo Kang dan Liam Cu bertemu lagi dengan cara luar biasa. Kwee Ceng pun mengharap Yo Kang bisa mengubah kelakuannya. Dengan Oey Yong ia saling memandang, lalu keduanya tersenyum.

Waktu itu terdengar suara Liam Cu. "Jenazah ayah dan ibumu telah aku bawa pulang," katanya kepada Yo Kang.

"Sebenarnya itu kewajibanku, aku hanya membuat kau bercapai lelah, adikku," Yo Kang bilang.

Liam Cu tidak mau menimbulkan soal lama, lalu menanyakan bagaimana penguburan harus dilakukan.

Yo Kang mencabut tombaknya dari perut Auwyang Kongcu. "Lebih dulu, kita kubur mayat dia ini," katanya. "Kalau kejadian ini diketahui pamannya, walaupun dunia ini lebar, kita tak ada tempat untuk menyembunyikan diri…"

Liam Cu menurut, lantas keduanya bekerja. Mayat Auwyang Kongcu dikubur begitu saja di pekerangan rumah penginapan Sa Kouw. Sesudah beres, mereka pergi ke kampung, meminta bantuan sejumlah penduduk guna menggotong dan mengubur jenazah dibelakang rumah. Di sini Yo Kang seperti tidak punya kenalan lagi, tidak ada orang yang yang menanyakan dia ini dan itu.

Setelah penguburan, hari pun sudah malam. Untuk tidur, Liam Cu menumpang pada seorang penduduk sedang Yo kang mengambil tempat di pondokan. Besoknya pagi si nona pergi menyamperi ke rumah penginapan, ia mendapat Yo Kang lagi membanting-banting kaki dan menyesali diri tak hentinya.

"Kau kenapa?" tanya si nona.

"Aku menyesal kemaren tidak sekalian membinasakan dua orang itu," Yo Kang menyahut. Ia maksudkan Yauw Kee dan Koan Eng. "Aku tolol, aku dibikin bingung tidak karuan. Mereka sudah pergi, ke mana mereka harus di cari?"

Nona Bok heran. "Perlu apa kita membinasakan mereka?" tanyannya.

"Sebab aku telah membunuh Auwyang Kongcu. Kalau mereka membuka rahasia, kita terancam bahaya…."

Liam Cu berpikir lain. Ia mengerutkan alisnya. "Seorang laki-laki, dia mesti berani berbuat berani bertanggung jawab!" katanya. "Jikalau kau takut kemarin tak seharusnya kau membinaskan dia!"

Yo Kang menutup mulutnya, akan tetapi hatinya memikirkan bagaimana ia harus mencari Koan Eng dan Yauw Kee itu, untuk membinasakan mereka.

"Pamannya Auwyang Kongcu benar lihay," kata lagi Liam Cu, "Tetapi jikalau kita menyningkir jauh, mustahil dia dapat mencari kita?"




"Adikku, aku memikir lain," berkata Yo Kang. "Pamannya itu lihay sekali, aku hendak mengangkat dia menjadi guru."

"Oh, begitu!" kata si nona heran.

"Sebenarnya sudah lama aku kandung niatku ini," Yo Kang menerangkan. "Hanya di pihak Auwyang Kongcu ada aturan yang ditaati turun-temurun, ialah warisan selalu diturunkan kepada satu orang. Sekarang Auwyang Kongcu telah mati, maka pasti pamannya suka menerima aku sebagai muridnya!" Pangeran ini berbicara dengan bangga sekali, tandanya ia sangat girang.

Liam Cu berdiam, hatinya tawar. "Jadi kau membunuh dia bukan untuk menolong aku?" tanyanya. "Kau punya maksud tersendiri!"

"Adikku, kau terlalu bercuriga!" kata Yo Kang tertawa. "Untukmu aku rela hancur lebur!"

"Tentang itu baiklah kita bicarakan di belakang hari saja," berkata si nona kemudian. "Sekarang apa yang kau pikir. kau suka menjadi rakyat yang bersetia kepada kerajaan Song yang maha agung atau karena keserakahanmu dengan kedudukan mulia, kau tetap mengakui musuh sebagai ayahmu?"

Yo Kang mengawasi nona itu, wajah yang cantik dan potongan tubuhnya yang bagus sangat menggiurkan hatinya. Hanya kata-kata yang tajam itu membuatnya tidak senang.

"Kedudukan yang mulia?" katanya. "Kedudukan mulia apakah itu? Sekarang ini kota Tiong-touw dari kerajaan Kim telah diserang bangsa Mongolia! Setiap kali diserang bangsa Kim kalah! Di depan mataku sekarang ini ada bayangan dari kemusnahan negara Kim!"

Tapi Liam Cu tidak senang mendengar urusan itu. "Negara Kim kalah, itulah yang paling kita harapkan!" katanya nyaring. "kau sebaliknya membuatnya sayang…."

"Adikku, untuk apa kau menimbulkan urusan ini?" Yo Kang membujuk. "Kau tahu, semenjak kau pergi, hatiku bersengsara memikirkanmu…" Dengan tindakan perlahan ia mendekati si nona mencekal tangannya.

Mendengar suara orang yang lemah, hati Liam Cu menjadi lemah juga, maka ia membiarkan tangannya dicekal, digenggam perlahan. Cuma karena itu, kulit mukanya menjadi merah.

Yo Kang hendak merangkul ketika tiba-tiba kupingnya mendengar beberapa kali suara burung yang lagi terbang, suaranya sangat nyaring. Ia lantas mengangkat kepala, mendongak. Ia melihat dua ekor rajawali putih yang besar terbang berputaran.

Ketika dulu Wanyen Lieh mengejar Tuli, Yo Kang melihat dua ekor rajawali itu, yang kemudian dibawa pergi oleh Oey Yong. Maka ia jadi berpikir dan menanya dalam hatinya: "Kenapa burung ini sekarang berada disini?"

Dengan mencekal terus tangan Liam Cu, ia pergi keluar. Ia melihat burung itu terbang berputaran di atas. Di dekat pohon yang besar terlihat seorang nona, yang duduk di atas seekor kuda bagus, lagi memandang ke tempat yang jauh. Nona itu memakai sepatu kulit, tangannya mencekal cambuk, dia dandan sebagai wanita Mongolia.

Sesudah terbang berputaran, kedua burung itu terbang ke arah jalan besar, hanya tak lama mereka kembali. Tidak lama dari jalan besar itu terdengar riuh rendah tindakan kaki kuda.

"Rupanya burung itu memanggil orang," Yo Kang pikir. "Supaya mereka berkumpul sama ini nona Mongolia…"

Segera terlihat debu mengepul naik, disusul tiga penunggang kuda. Selagi mereka mendekat, terdengarlah suara melesatnya sebatang anak panah, yang dilepaskan ke arah rumah penginapan.

Si nona muda mengeluarkan busur dan anak panahnya, ia terus memanah. Ketiga penunggang kuda mendengar suara panah tersebut, mereka berseru kegirangan, kudanya lantas dikasih lari lebih keras lagi. Si nona pun melarikan kudanya untuk memapaki. Kedua pihak sudah datang dekat sekitar tiga tombak, Keduanya berseru berbareng, tubuh mereka mencelat turun dari kuda masing-masing, belum lagi tubuh mereka tiba di tanah, tangan mereka sudah saling menyambar, akhirnya mereka turun di tanah berbareng.

Menyaksikan kegesitan mereka, Yo Kang kaget dan kagum. "Bangsa Mongolia demikian pandai menunggang kuda dan menggunakan panah, pantaslah kalau bangsa Kim kalah!" katanya dalam hati.

Oey Yong dan Kwee Ceng di dalam kamar juga dapat mendengar suara burung dan kuda berlari-larian. Mereka tetap memasang kuping. Tidak lama dari, mereka mendengar orang mendatangi rumah penginapan sambil berbicara. Kwee Ceng terperanjat bukan main.

"Ah, kenapakah mereka datang ke mari?" katanya. Ia kenal baik suara mereka. Si nona Mongolia adalah putri Gochin Baki, yang oleh Jengiz Khan ditunangkan kepadanya, dan tiga lainnya ialah Tuli, Jebe dan Borchu.

Putri itu berbicara sambil tertawa dengan kakaknya, Oey Yong tidak mengerti sepatah katapun juga apa yang dibicarakan, sebab mereka menggunakan bahasa Mongolia. Kwee Ceng sebaliknya, hingga kulit mukanya pucat dan merah bergantian. Di dalam hatinya pemuda ini berkata: "Di dalam hatiku sudah ada Yong¬jie, pasti aku tidak dapat menikah dengannya, tetapi sekarang ia menyusul aku sampai di sini… Mana dapat aku merusak kepercayaannya. Bagaimana sekarang?"

"Engko Ceng, siapakah nona itu?" Oey Yong tanya berbisik, "Apakah yang mereka bicarakan? Kenapa kelihatannya kau tidak tenang?"

Kwee Ceng polos dan jujur, sudah beberapa kali ia hendak mengasih keterangan pada Oey Yong, setiap kali hendak membuka mulutnya, ia selalu gagal, dengan sendirinya ia menarik pulang apa yang ia pikir untuk diucapkan itu, tetapi sekarang ia ditanya, mana dapat ia berdusta?

"Dialah putri Jenghiz Khan, dari Mongolia," menyahut dia. "Dialah tunanganku…."

Oey Yong tercengang, lalu air matanya keluar mengucur. "Kenapa kau tidak pernah memberitahukan hal ini padaku?" ia menanya kemudian.

"Pernah aku memikir memberitahukan kau, tetapi selalu batal, aku berkhawatir kau tidak senang," Kwee Ceng menyahut. "Pula kadang kala aku tidak ingat urusan itu."

"Dia tunanganmu, kenapa kau tidak ingat?" Oey Yong tanya.

"Aku pun tidak tahu jelas. Aku hanya memikir dia sebagai saudara kandungku….Sebenarnya aku tidak ingin menikah dengannya."

Oey Yong heran. "kenapa begitu?" ia menanya.

"Karena pertunangan kami ditetapkan oleh Khan sendiri. Ketika itu perasaanku tidak menentu, ada kalanya aku senang, ada kalanya tidak. Aku melainkan pikir bahwa perkataannya Kha Khan itu tidak salah. Sekarang ini Yong-jie, mana dapat aku menyia-nyiakan kau untuk menikah dengan orang lain?"

"Nah, habis bagaimana?"

"Aku juga tidak tahu…"

Oey Yong berdiam, lalu ia menghela napas. "Asal di hatimu kau selalu perlakukan aku dengan baik, biarlah kau menikah dengannya, aku tidak ambil peduli…" Katanya sesaat kemudian. Ia berhenti pula sejenak, lantas menambahkan; "Hanya aku pikir, lebih baik kau tidak menikah dengannya. Aku tidak suka melihat wanita lain setiap hari mengintil saja padamu, hingga aku khawatir nanti satu waktu darahku naik hingga aku membuatnya lubang pedang di dadanya! Kalau sampai itu terjadi, tentulah kau bakal mencaci aku…Coba dengar, apa saja yang mereka bicarakan?"

Di luar kamar rahasia itu, keempat orang Mongolia memang sedang asyik bicara. Putri Mongolia lagi bicara tentang perpisahan mereka sama saudara-saudaranya itu.

Sebenarnya, setelah Kwee Ceng dan Oey Yong lenyap di hutan, kedua burung itu sia-sia mencari mereka, sebab di tengah laut tak ada tempat untuk menclok, akhirnya mereka terbang ke darat, mereka ingat majikan mereka yang lama, terus mereka terbang pulang ke Utara.

Gochin Baki heran melihat pulangnya kedua burung itu. Ia melihat ada potongan kain diikat di kaki burung. Itu adalah robekan kain layar. Dirobekan kain itu ada tulisan huruf Tionghoa. Ia tidak mengerti bahasa Tionghoa, ia bawa itu kepada ibunya Kwee Ceng, Nyonya Kwee atau Lie Peng. Huruf-huruf itu bunyinya "Yoe Lan" artinya "Mendapat bahaya".

Tentu saja sang putri menjadi berkhawatir, maka ia lantas berangkat ke Selatan. Waktu itu Jenghiz Khan lagi memimpin angkatan perangnya menyerang bangsa Kim dan pertempuran lagi berlangsung di luar dan di dalam Tembok Besar, maka itu, ke mana si putri mau pergi, tidak ada orang yang melarangnya.

Kedua burung rajawali mengerti maksud nona majikannya, mereka membawa si nona ke Selatan, mencari Kwee Ceng. Dalam satu hari, mereka bisa terbang jauhnya beberapa ratus lie, siang mereka terbang pergi, malam mereka terbang kembali. Akhirnya tibalah mereka di Liam-an. Di sini Gochin Baki tidak dapat menemukan Kwee Ceng, sebaliknya ia bertemu dengan kakak ketiganya.

Tuli ini lagi menerima tugas dari ayahnya. di utus ke Lim-an untuk berserikat sama kerajaan Song sama-sama menyerang bangsa Kim. Raja Song - Song Selatan - merasa kedudukannya aman, ia pun jeri terhadap bangsa Kim, dari itu ia menyambut ajakan Tuli dengan tawar. Dia pernahkan Tuli di gedung tetamu, dia berlaku acuh tak acuh terhadap utusan Mongolia itu.

Selama itu datang kabar baik dimana pihak Mongolia menang terus-terusan, sampai kota Tiong-puw kena dipukul jatuh, waktu itu berubahlah sikap menteri-menteri Song, lantas mereka berlaku manis kepada Tuli, pangeran Mongolia itu. Tuli tidak puas sekali, akan tetapi karena teringat sama tugasnya, untuk berserikat sama negara Song, terpaksa ia melayani mereka.

Demikian perserikatan dilangsungkan. Karena ini berangkatlah ia kembali ke Utara. Di luar kota Lim-an, kebetulan melihat burung rajawali adiknya, ia menyangka kepada Kwee Ceng, tidak tahunya malah bertemu sama adiknya. Karena ia bersama Jebe dan Borchu, mereka jadi berempat. Mereka terus singgah di tempatnya Sa Kouw.

"Apakah kau bertemu sama kanda Kwee Ceng?" sang adik menanya kakaknya.

Tuli baru mau menjawab di luar terdengar suara berisik pasukan tentara, yang kemudian ternyata adalah barisan tentara Song yang ditugaskan mengantar pasukan Mongolia itu.

Yo Kang melihat bendera pasukan Song itu di mana dituliskan: "Dengan segala kehormatan mengantarkan Utusan Mongolia pulang ke Utara". Melihat itu ia menjadi bimbang. Baru beberapa puluh hari yang lalu, dia pun pangeran yang menjadi utusan rajanya sekarang dia sebatang kara. Dapatkah ia menyia-nyiakan kedudukan yang mulia itu?

Liam Cu mengawasi pemuda itu dengan tingkahnya yang tidak wajar, ia mengerti orang tidak dapat melupakan kedudukan mulia atau penghidupan yang mewah, ia menjadi berduka.

Ketika itu punggawa perang yang mengepalai pasukan pengiring pihak Song masuk ke dalam rumah penginapan, dengan hormat sekali ia menghadap Tuli, dengan siapa ia berbicara. Tuli pun mengatakan sesuatu. Habis itu ia memutar tubuhnya, dengan membentak memberikan perintah:

"Pergi kamu menanyakan setiap rumah di kampung ini, apa di rumah mereka ada Kwee Ceng Kwee Koanjin! Jikalau tidak ada, kamu pergi mencari ke lain tempat!" Perintah itu diterima oleh pasukannya, setelah menyahut, tentaranya bubar.

Tidak lama setelah itu terdengarlah suara ayam ribut beterbangan atau anjing berlarian serta jeritan-¬jeritan dari laki-laki serta tangisan dari perempuan. Teranglah sudah kawanan serdadu itu telah menggunakan kesempatan yang baik itu untuk melakukan perampasan.

Mendengar suara berisik itu, Yo Kang mendapat pikiran. "Kenapa aku tidak mau menggunakan kesempatan ini untuk bersahabat dengan pangeran-pangeran Mongolia?" demikian pikirnya. "Dalam waktu beberapa hari pastilah aku dapat membinasakan mereka. Kalau Kha Khan dari Mongolia mengetahui ini, pasti menyangka perbuatannya pihak Song, dengan begitu perserikatan mereka bakal bubar. Dan itu pasti menguntungkan pihak Kim…." Dengan cepat Yo Kang mengambil keputusan.

"Adikku, kau tunggu sebentar," ia berkata kepada Liam Cu. Terus ia pergi menghampiri si punggawa Song, ketika ia membentak, tangannya digerakkan, dengan tangan kirinya ia membikin punggawa itu terguling jatuh celentang, hingga untuk sesaat dia tidak dapat merayap bangun.

Tuli dan Gochin Baki menyaksikan itu, mereka heran. Yo Kang melihat keheranan orang, lantas bertindak ke ruang tengah. Di sini ia keluarkan tombak buntungnya, ia angkat tinggi melewati kepalanya terus diletakkan di atas meja. Lalu, setelah menekuk kedua lututnya, mendadak ia menangis menggerung-gerung. Ia segera mengeluh:

"Oh, saudara Kwee Ceng, kau mati secara menyedihkan sekali…..Pasti aku membalas dendam untukmu! Oh, saudara Kwee Ceng……"

Tuli dan saudaranya beramai tidak mengerti bahasa Tionghoa, tetapi mereka mendengar nama Kwee Ceng disebut-sebut, mereka menjadi heran, maka selagi punggawa merayap bangun, mereka menitahkan punggawa memberikan keterangan.

Dengan suara terputus-putus Yo Kang kata: "Aku adalah saudara angkat Kwee Ceng. Saudara Kwee Ceng telah dibunuh dengan ditikam ujung tombak, aku hendak pergi mencari musuhnya guna membalaskan sakit hati ini."

Ketika Tuli dan saudaranya dikasih mengerti, mereka berdiri menjublak. Jebe dan Borchu sebaliknya, mereka menangis sambil menumbuki dada. Mereka ingat benar persahabatannya dengan Kwee Ceng.

Yo Kang mengarang cerita terlebih jauh dengan menuturkan halnya ia menghajar mundur bangsa Kim di Poo-eng. Cerita ini dipercayai Tuli beramai, bahkan mereka menanyakan penjelasan dan kebinasaan Kwee Ceng. Yo Kang pandai sekali mengatur ceritanya.

Kwee Ceng di kamar rahasia mendengar ocehan itu, ia pun terbengong. Sebaliknya Gochin Baki, si putri Mongolia, mendadak menghunus golok di pinggangnya, untuk membunuh diri. Hanya ketika golok itu hampir mengenai lehernya, tiba-tiba ia memikir sesuatu, goloknya terus ia bacokkan ke meja sambil bersumpah:

"Jikalau aku tidak membalaskan sakit hati kanda Kwee Ceng, aku sumpah tidak sudi menjadi manusia!"

Yo Kang senang sekali. Nyata akalnya sudah termakan. Ia terus tunduk, menangis lagi. Karena ia tunduk, tiba-tiba matanya melihat tongkat Oey Yong, yang dirampas Auwyang Kongcu. Itu adalah tongkat yang bersinar hijau bagus. Ia ketarik hatinya, maka ia jumput tongkat itu.

Oey Yong melihat tongkatnya diambil pemuda itu, ia mengeluh. Tentu sekali ia tidak bisa keluar untuk merampasnya.

Tidak lama tentara datang dengan barang hidangan, Gochin Baki semua tak ada nafsu untuk menangsal perut mereka. Bahkan mereka lantas minta Yo Kang mengantarkan mereka mencari pembunuh Kwee Ceng.

"Marilah!" jawab Yo Kang. Ia membawa tongkat Oey Yong serta terus bertindak ke pintu, diikuti rombongan orang Mongolia itu.

"Siapakah yang Yo kang bakal cari?" Kwee Ceng berbisik pada Oey Yong.

Si nona menggeleng kepala. "Aku tidak tahu," sahutnya. "Bukankah dia sendiri yang membacok dirimu? Dia sangat licik, di dalam halnya kelicikan, aku kalah…"

Justru itu di luar rumah terdengar suara orang bersenandung dengan nada tinggi, katanya:

"Malang-¬melintang dengan mereka, tanpa ikatan, jikalau hati tidak kemaruk akan kemulian, diri sendiri taklah terhina…! Eh, nona Bok, kenapa kau ada di sini?"

Itulah suara Tiang Cun Cu Khu Cie Kee. Dia menanya Bok Liam Cu selagi si nona baru muncul di ambang pintu. Belum lagi si nona menyahut, Yo Kang bertindak keluar. Kaget ia melihat gurunya, hatinya berdenyutan. Tentu sekali ia tidak punya kesempatan untuk menyingkirkan diri, maka dengan terpaksa dia menghampiri gurunya, memberi hormat sambil berlutut dan mengangguk.

Khu Cie Kee tidak sendirian, di sampingnya ada Tan Yang Cu Ma Giok, Giok Yang Cu Ong Cie It, Ceng Ceng Sanjin Sun Put Jie serta In Cie Peng, muridnya. Kedatangan Khu Cie Kee kali ini untuk urusan muridnya ini.

Ketika In Cie Peng kena dihajar Oey Yok Su hingga giginya copot, ia mengadu kepada gurunya. Kebetulan Khu Cie Kee berada di Lim-an. Dia kaget dan gusar, maka ia mencari Oey Yok Su. Ma Giok sabar, ia mencegah.

"Oey Lao Shia dulu sama kesohornya dengan almarhum guru kita," kata Cie Kee. "Di antara kita bertujuh, cuma Ong Sutee yang pernah bertemu dengannya selama rapat di gunung Hoa San. Siauwtee mengagumi dia, memang siauwtee ingin bertemu dengannya, maka ini kesempatan yang baik. Siauwtee tidak memikir untuk menempur dia, kenapa suheng mencegah?"

Ma Giok tertawa dan berkata: "Aku dengar Oey Lao Shia itu aneh tabiatnya, sedang kau, berangasan, maka jikalau kamu bertemu muka, kebanyakan bisa terbit onar. Bahwa ia telah memberi ampun pada Cie Peng, itu tandanya ia menaruh muka…"

Cie Kee tidak dapat dibujuk, dia pergi juga, maka itu Ma Giok lantas mengundang saudara-saudaranya untuk pergi ke Gu-kee-cun. Mereka sudah berkumpul tetapi Ma Giok mengusulkan untuk mereka berlima yang pergi terlebih dulu. Tam Cie Toan, Lauw Cie Hian dan Cek Tay Thong menanti di luar kampung itu, bersiap membantu kalau ada perlunya. Diluar dugaan, mereka bukan bertemu Oey Yok Su, malah melihat Bok Liam Cu. Khu Cie Kee mengenali nona itu, maka selagi bersandung, ia menegur lebih dulu.

Melihat muridnya itu, Khu Cie Kee mengasih dengar suara di hidung, "Hm!" Dia tidak memperdulikan.

"Suhu," Cie Peng berkata, "Tocu dari Tho Hoa To menghina teecu di rumah penginapan ini."







OBJEK WISATA MANCA NEGARA


Teluk Wilhelmina Antartika

Kota Tua Samarkand, Uzbekistan
Pulau Falkland Antartika Inggris
Pulau Falkland Antartika Inggris
Air Terjun Victoria Afrika
Air Terjun Victoria Afrika
Panci Makgadikgadi Botswana, Afrika
Panci Makgadikgadi Botswana, Afrika
Pulau Falkland Antartika Inggris
Pulau Falkland Antartika Inggris
Panorama Alam Georgia
Panorama Alam Georgia
Kebun Raya Singapura
Kebun Raya Singapura
Pagoda Shwedagon Yangon, Myanmar
Pagoda Shwedagon Yangon, Myanmar
Dataran Guci Xiangkhouang, Laos
Dataran Guci Xiangkhoung, Laos
Danau Iskanderkul Tajikistan
Danau Iskanderkul Tajikistan
Piramida Giza Mesir
Piramida Giza Mesir
Ngarai Sungai Ikan Namibia, Afrika
Ngarai Sungai Ikan Namibia, Afrika
Taman Nasional Ala Archa Kirgistan
Taman Nasional Ala Archa Kirgistan
Selat Drake Antartika Amerika
Selat Drake Antartika Amerika
Istana Kekaisaran Tokyo
Istana Kekaisaran Tokyo
Jembatan Gerbang Emas
Jembatan Gerbang Emas - Amerika
Air Terjun Niagara
Air Terjun Niagara Prancis
Grand Canyon
Grand Canyon Amerika
Pasar Terbesar di Bangkok
Pasar Terbesar di Bangkok
Taman Nasional Yellowstone
Taman Nasional Yellowstone - Amerika
Burj Khalifa - Dubai
Budj Khalifa Dubai
Taj Mahal
Taj Mahal India
Musium Amir Temur Uzbekistan
Musium Amir Temur Uzbekista
Blackpool - Amerika
Blackpool Irlandia
Taman Nasional Blue Mountain - Sydney
Taman Nasional Blue Mountain Sydney
Jembatan Baja Terbesar di Australia
Jembatan Baja Terbesar di Australia
Taman Nasional Kakadu Australia
Taman Nasional Kakadu Australia
Danau Baikal Rusia
Danau Baikal Rusia
Biara Meteora Yunani
Biara Meteora Yunani
Pantai Bondi Australia
Pantai Bondi Australia
Menara Eiffel Prancis
Menara Eiffel Prancis
Musium Van Gogh Belanda
Musium Van Gogh Belanda
Gedung Opera Sydney
Gedung Opera Sydney
Gunung Meja Afrika
Gunung Meja Afrika
Menara Kembar Petronas Malaysia
Menara Kembar Petronas Malaysia

===============================




Air Terjun Victoria Afrika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar