Jumat, 08 Januari 2021

Pendekar Pemanah Rajawali Jilid 098

In Cie Peng sebaliknya bersikap sungguh-sungguh. Katanya pula: "Di sana ada beberapa orang, lincah tubuh mereka, mestinya lihay."

Orang-orang yang ia lihat itu adalah rombongan Pheng Lian Houw. Mereka menanti Thong Hay, yang lama tak kembali, mereka menjadi menduga kawannya mendapat kecelakaan, tetapi walaupun demikian, karena mereka sangat mementingkan diri sendiri, mereka tidak berani pergi untuk mencari dan menolong. Mereka jeri terhadap orang yang menyamar hantu di istana, yang sangat lihay….."

In Cie Peng menanti sekian lama, setelah tidak dapat melihat bayangan orang, ia bertindak menghampiri ke tempat mereka tadi. Nyata mereka sudah tidak nampak lagi. Sampai di situ, Yauw Kee menuturkan ocehannya Koan Eng tadi kepada malaikat dapur.

"Begitu rupanya yang ia pikir, mana dapat orang menerkanya," berkata Cie Peng. "Sekarang begini, sumoy. Pergi kau bicara sama Sun Susiok, aku sendiri akan minta bantuan guruku. Asal Coan Cin Cit Cu suka membantu, di kolong langit ini tak ada urusan yang tak dapat diselesaikan."

"Hanya kita harus waspada agar urusan tidak berubah menjadi keonaran," kata nona Thia itu, yang menyampaikan kata-kata terakhir dari Koan Eng tadi.

"Hm!" kata Cie Peng. "Oey Yok Su itu makhluk macam apa, mustahil dia dapat melebihkan Coan Cin Cit Cu?" Ia tertawa dingin.

Yauw Kee ingin minta orang jangan takabur, tetapi melihat wajah orang muram, ia membatalkan niatnya itu. Bersama-sama mereka lantas kembali ke rumah makan.

"Aku hendak meminta diri," kata Koan Eng kepada dua orang itu. "Lain hari, kalau kamu lewat di Thay Ouw, harap kamu berdua sudi mampir di Kwie-in-chung singgah buat beberapa hari."

Yauw Kee tercengang. Berat rasanya untuk segera berpisah dengan pemuda itu. In Cie Peng sendiri memutar tubuh menghadapi malaikat dapur, untuk berkata:

"Touw Ongya, Coan Cin Cit Cu paling gemar mendamaikan segala persengketaan. Urusan tak adil bagaimanapun di kalangan kangouw, asal murid-murid Coan Cin mengetahuinya, pasti mereka tak berpeluk tangan saja!"

Koan Eng mengerti kata-kata itu ditujukan kepadanya, maka ia pun berkata: "Touw Ongya, semoga ongya dapat membereskan urusan ini dengan baik, dan hambamu sangat bersyukur kepada sekalian budiman untuk kebaikannya sudi mengeluarkan tenaganya."

In Cie Peng pun berkata pula. "Touw Ongya, silahkan legakan hati. Coan Cin Cit Cu tersohor di kolong langit ini, asal mereka suka turun tangan, tidak ada urusan yang tidak dapat diselesaikan."

Koan Eng melengak. Di dalam hatinya ia kata: "Kalau Coan Cin Cit Cu memaksakan perdamainan, mana kakek guruku puas?" Maka lekas-lekas ia berkata pula:

"Touw Ongya, ongya mengetahui sendiri kakek guru biasa bawa maunya sendiri, dia tidak suka memperdulikan orang lain, kalau orang lain sudi bersahabat dengannya, dia suka mendengarnya, tetapi bila orang bicara dari hal kepantasan, itulah yang ia paling sebal."

Cie Peng lantas mengasih dengar pula suaranya: "Haha, Touw Ongya! Coan Cin Cit Cu mana pernah jerih terhadap orang lain? Urusan ini memang tidak ada sangkutannya sama pihak kami, guruku pun cuma menyuruh mengasih kabar saja kepada orang lain, tetapi kalau orang berani main gila terhadap Coan Cin Cit Cu, hm, biar dia Oey Yok Su atau Hek Yok Su, nanti Coan Cin Kauw memperlihatkan apa yang bagus!"

Kata-kata Oey Yok Su dan Hek Yok Su itu berarti ejekan, karena disini "Oey" itu bukan diartikan she, hanya "oey - kuning" dan "hek - hitam"

Mendengar itu, Liok Koan Eng menjadi tidak senang. Maka ia pun lantas berkata: “Touw Ongya, apa yang barusan hambamu telah mengatakannya, harap dipandang saja sebagai kata-kata ngelindur. Umpama kata ada orang tak melihat mata kepada kami, pasti kami tak sudi menerimanya!"

Mereka itu masing-masing bicara kepada malaikat dapur, diluar dugaan, kata-kata mereka menjadikan bentrokan satu sama lain. Yauw Kee menjadi serba salah, mau ia datang menengahi tetapi mereka itu sama-sama muda dan darahnya panas.

Begitulah In Cie Peng berkata pula: "Touw Ongya, ilmu silat Coan Cin Pay adalah ilmu silat sejati di kolong langit ini, ilmunya orang lain kaum yang sesat, biar bagaimana luar biasapun, tidak mungkin dapat dibandingkan!"

"Touw Ongya," berkata Koan Eng, "Hambamu juga telah lama mendengar tentang ilmu silat Coan Cin Pay, bahwa banyak orangnya yang lihay, akan tetapi di antaranya tak mustahil tak ada si tukang ngobrol belaka!"

Bukan main gusarnya Cie Peng, tangannya segera menyampok. Maka gempurlah sebelah kepalanya patung malaikat dapur itu. Dia berseru:

"Binatang yang baik, kau berani mendamprat orang?!"

Koan Eng pun menyampok membikin gempur sebelah yang lain dari kepala malaikat dapur itu, sambil berseru:

"Mana aku berani mendamprat kau? Aku hanya mencaci manusia tak tahu diri, yang tak melihat orang!"

In Cie Peng telah menyaksikan kepandaian orang, ia berada di sebelah atas, ia menjadi tidak takut, maka ia tertawa dingin dan berkata:

"Baiklah, mari kita main-¬main, untuk melihat siapa sebenarnya yang tidak memandang orang!"

Koan Eng menginsyafi bahwa ia kalah kosen tetapi ia tidak senang pihaknya di pandang ringan, ia menjadi tengah menunggang harimau hingga tak dapat turun, maka dengan tangan kanan menghunus golok, dengan tangan kirinya ia memberi hormat. Ia berkata:

"Baiklah, siauwtee suka sekali menerima jurus-jurus yang lihay dari Coan Cin Pay!"

Yauw Kee bertambah bingung. Beberapa kali ia hendak mencegah, selalu saja batal dengansendirinya, cuma air matanya yang berlinang-linang. Ia tidak mempunyai keberanian untuk maju menengahi mereka.

Cie Peng sudah lantas mengebut hudtimnya, ia bertindak maju. Mereka berdua sudah lantas bertempur. Koan Eng tidak mengharapkan kemenangan, ia lebih mengutamakan pembelaan diri. Ia mainkan sungguh-¬sungguh ilmu golok warisan Kouw Bok Taysu, ilmu golok Lo Han Too-hoat.

In Cie Peng memandang ringan kepada lawannya, ia lancang maju, maka kagetlah ketika hampir saja lengan kirinya terbacok. Karena ini barulah ia berkaku waspada, kemudian barulah ia menang angin.

Oey Yong dari tempat sembunyinya mendengar dan menyaksikan itu semua. Ia terus menonton. Ia mendongkol juga kepada In Cie Peng, yang berani mengatai ayahnya berilmu sesat.

"Kalau bukan engko Ceng lagi sakit, akan aku kasih rasa padanya!" katanya dalam hati. Tiba-tiba saja, ia menjerit, "Ah, celaka!"

Koan Eng membacok begitu hebat hingga ia kehilangan sasarannya. Golok itu terpancing hudtim Cie Peng, setelah mana orang she In ini menbalas menotok, dengan jitu, golok lawan terlepas dan jatuh, setelah mana dia mengebut terus ke muka orang seraya berkata jumawa:

"Ingat baik-baik, inilah jurus lihay dari Coan Cin Pay!"




Diantara bulu hudtim itu tercampur kawat halus, kalau muka Koan Eng kena terkebut, pasti wajahnya yang tampan bakal penuh baret dan berlumuran darah. Koan Eng melihat bahaya, ia berkelit sambil tunduk. Cie tak mau sudah, ia menyusul dengan kebutannya.

"In Suko!" Yauw Kee berseru. Kali ini si nona berlompat maju seraya menangkis dengan pisaunya.

Kesempatan ini dipakai Koan Eng memungut goloknya.

"Bagus!" berseru Cie Peng, tertawa dingin. "Kau telah membantu orang luar, Thia Sumoy! Nah, kamu berdua, majulah bersama!"

"Apa katamu!" menegur Yauw Kee murka.

Cie Peng tidak menyahut, ia hanya menyerang beruntun tiga kali, membuatnya si nona repot menangkis.

Koan Eng mendongkol, ia maju pula. Dengan begitu Cie Peng benar-benar dikerubuti berdua. Tapi Yauw Kee tidak mau bertempur dengan kakak seperguruannya, ia lantas lompat mundur.

"Mari maju!" Cie Peng menantang adik seperguruannya itu. "Dia sendiri tidak dapat melawan aku. Dengan kau maju, tak usahlah sebentar kau membantui padanya!"

Oey Yong merasa lucu menyaksikan tiga orang itu, dari kawan, menjadi lawan, malah mereka jadi bertempur. Ia memikir, bagaimana urusan mereka dapat diselesaikan. Justru itu ia mendengar satu suara di pintu dan terbukanya daun pintu, setelah mana terlihatlah masuknya rombongan Pheng Lian Houw yang mengiringi Wanyen Lieh dan Yo Kang.

Mereka ini menanti sekian lama tanpa mendengar sesuatu, See Thong Thian jadi berkhawatir untuk saudara seperguruannya, dengan membesarkan nyali, ia masuk untuk membuat penyeledikan, diwaktu mengintai, ia melihat Cie Peng tengah bertempur sama Koan Eng. Seorang diri ia tidak berani lancang masuk, maka ia kembali mengajak kawan-kawannya. Demikian mereka masuk dengan tiba-tiba.

In Cie Peng dan Koan Eng melihat datangnya banyak orang itu dengan sendirinya, mereka berhenti berkelahi, lantas keduanya berlompat mundur. Belum sempat mereka menjauhkan diri, sebat luar biasa, See Thong Thian menubruk mereka, menyambar masing-masing tangan mereka, Sedang Pheng Lian Houw dengan cepat pergi menolongi Hauw Thong Hay dengan melepaskan belenggunya dan membebaskan totokannya.

Thong Hay susah bernapas, maka itu, tanpa menanti mengeluarkan sumbatannya, sambil mencoba berseru, ia menyerang Yauw Kee, tangannya menyerbu ke muka si nona. Nona Thia melihat serangan, ia dapat berkelit mendak. Thong Hay mendongkol bukan main, mukanya merah. Kembali ia maju, kali ini dengan dua kepalan berbareng.

"Tahan!" Pheng Lian Houw berseru. "Mari kita menanya dulu!"

Thong Hay tidak dapat mendengar cegahan itu, karena kedua kupingnya pun disumpal. Koan Eng dicekal keras oleh Thong Thian, separuh tubuhnya sampai tak bisa digerakkan, akan tetapi menampak Thong Hay menyerang Yauw Kee seperti kesetanan, entah darimana datangnya, ia berontak hingga terlepas, terus ia lompat kepada si orang she Hauw. Akan tetapi Lian Houw awas dan sebat, kakinya melayang, karena mana, pemuda itu roboh terbanting, hingga batang lehernya kena dicekuk.

"Kau siapa?!" Lian Houw membentak. "Kemana perginya manusia yang menyaru jadi hantu?!"

Baru Lian ouw menutup mulutnya, atau mana daun pintu terdengar bersuara, terbuka dengan perlahan. Semua orang menoleh dengan cepat, akan tetapi mereka tak melihat orang masuk. Tanpa merasa, hati mereka ciut dengan sendirinya. Hanya sejenak, di ambang pintu tampak seorang wanita muda dengan rambut kusut awut-awutan, mulanya kepala yang nongol.

Nio Cu Ong bersama Leng Tie Siangjin lompat mencelat. "Celaka, iblis wanita!" mereka berseru, kaget.

Tapi Pheng Lian Houw bermata jeli, ia melihat orang bukan setan. "Masuk!" ia memanggil.

Sa Kouw, demikian wanita itu, bertindak masuk sambil tertawa haha-hihi. "Oh, begini banyak orang!" katanya seraya mengulur lidahnya.

Nio Cu Ong yang menjeritkan iblis, menjadi gusar sekali. "Kau siapa?!" ia membentak sambil lompat maju, tangannya menyambar lengan orang. Ia menganggap gadis desa yang tolol. Tapi ia ketemu batunya!

Sa Kouw tidak sudi tangannya dicekuk, ia kelit seraya berbalik membalas menyerang, maka "plok!" tanganna Cu Ong kena dihajar keras, hingga ia merasakan sakit. Tentu saja, dia jadi gusar sekali.

"Ha, kau berlagak tolol!" ia berseru. Dia maju dengan dua tinjunya berbareng.

"Hahahaha!" mendadak si tolol tertawa seraya menuding kepala orang yang gundul licin.

Semua orang heran mendengar tertawa itu, Cu Ong tidak menjadi terkecuali, tapi mereka melengak tidak lama, atau si orang she Nio sudah mengirim satu tinjunya - tinju yang kanan.

Sa Kouw menangkis, ia berhasil, akan tetapi tubuhnya terhuyung. Mengertilah ia bukan tandingannya lawan itu, maka tak ayal lagi, ia memutar tubuhnya untuk lari pergi.

Cu Ong berlaku sebat, dengan satu loncatan ia sudah menghadang di depan si tolol itu, sikutnya dikerjakan, maka hidung si nona menjadi sasaran, hingga ia kesakitan, dan matanya kabur. Lantas ia berteriak-teriak:

"Adik yang makan semangka, lekas kau keluar menolongi aku! Ada orang memukul aku!"

Oey Yong terkejut. "Jikalau anak tolol ini tidak dibinasakan, dia bakal menjadi bahaya untuk kami," pikirnya. Tapi belum lagi ia mengambil keputusan atau tindakan, mendadak ia mendengar satu suara "Hm!" perlahan, yang ia kenali dengan baik sekali.

"Ah, ayah datang!" katanya dalam hati, sedang hatinya berdebaran. Ia segera mengintai pula.

Benar-benar oey Yok Su muncul di situ dengan jubahnya yang panjang dan hijau warnanya, mukanya ditutup dengan topeng kulit manusia. Dia berdiri di ambang pintu! Tidak ada orang yang mengetahui kapan tibanya orang baru ini, tidak ada yang melihat datangnya, tidak ada yang mendengarnya, hingga mungkin ia baru tiba, mungkin juga ia masuk lebih dulu ke dalam situ. Dia berdiri tak bergerak. Benar mukanya tidak bercaling atau bengis, tetapi kulitnya bukan kulit orang hidup, hanya kulit mayat, maka siapa yang memandangnya, lekas-lekas ia melengos, tidak berani mengawasi terus.

"Nona, kau siapa?" Oey Yok Su kemudian menanya. Ia heran melihat gerak-gerik si nona, ia tahu orang bersilat dengan ilmu silatnya sendiri. "Siapa gurumu? Mana gurumu?"

Sa Kouw menggeleng kepala. Ketika ia mengawasi mukanya Oey Yok Su, ia menjublak. Tapi cuma sebentar, lantas ia tertawa berkakakan dan menepuk¬-nepuk tangan.

Oey Yok Su mengerutkan keningnya, ia berpikir sejenak, lantas ia mengambil putusan nona ini pasti cucu muridnya, hanya entah dari muridnya yang mana. Ia memang paling sayang sama muridnya, tidak sudi ia orang menghinakan muridnya. Buktinya Bwee Tiauw Hong, yang murtad tetapi waktu murid itu dikalahkan oleh Kwee Ceng masih ia hendak melindungi. Apa pula Sa Kouw nona yang tolol dan polos ini.

"Eh, anak!" tegurnya. "Orang telah serang kau, mengapa kau tidak membalas menghajarnya?"

Ketika baru-baru ini Oey Yok Su pergi naik ke perahu mencari putrinya, ia tidak mengenakan topeng, tetapi kali ini lain, orang tidak segera mengenalinya, kali ini setelah ia membuka mulutnya, lantaslah Wanyen Lieh bertiga Yo Kang dan Pheng Lian Houw menjadi ciut nyalinya. Bahkan ia menduga-duga, jangan-jangan Oey Yok Su yang menyamar jadi hantu di dalam istana. Maka ia lantas memikir untuk tidak bertempur, hanya mencari ketika untuk mengulur langkah seribu. Untuk ia, jiwanya paling penting, nama wangi dan malu adalah urusan lain…

"Aku tidak dapat menghajar dia," Sa Kouw menjawab.

"Siapa bilang kau tidak dapat menghajarnya?!" bentak Oey Yok Su. "Kau hajar cecongornya seperti tadi memukul hidungmu! Dia memukul kau satu kali, kau membalas dia tiga kali lipat ganda!"

Sa Kouw tertawa. "Bagus!" katanya. Dan ia menghampiri Nio Cu Ong, tanpa memikir pula ia bukan tandingan jago itu. Ia kata, "Kau memukul hidungku satu kali, aku akan hajar hiudngmu tiga kali!" Dan ia mengangkat kepalannya, meninju hidung orang!

Nio Cu Ong tidak sudi mandah dihajar, ia angkat tangannya, untuk menangkis, tiba-tiba ia merasakan jalan darah kiok-tie-hiat di lengannya mati, ia tak sanggup sekalipun untuk melonjorkan lengannya itu. Maka, "Buk!" hidungnya dihajar si nona tolol itu, hingga ia kaget dan kesakitan.

"Yang kedua!" berseru sa kouw tanpa mengasih hati.

Nio Cu Ong memasang kuda-kuda, tangan kirinya digerakkan. Ia hendak menggunakan tipu silat Kim-na-hoat, Menangkap untuk membikin lengan orang terlepas dari sambungannya. Tidak sudi ia terus-terusan kena dihajar. Hanya, belum lagi tangannya bentrok, ia merasakan jalan darahnya pek-jie¬hoat lemas, hingga habislah tenaganya, Dilain pihak, "Buk!" kembali hidungnya kena dihajar untuk kedua kalinya, bahkan kali ini hajarannya jauh lebih hebat, sampai tubuhnya melengak ke belakang.

Selagi Nio Cu Ong kaget dan kesakitan juga heran, semua hadirin tak kurang herannya, kecuali Pheng Lian Houw seorang ahli senjata rahasia. Ia mendengar, setiap kali Nio Cu Ong menggerakkan tangan, untuk menangkis atau membalas, selalu ada suara halus berkesiar, maka ia menduga, tentulah Oey Yok Su menggunakan semacam senjata rahasia, mungkin sebangsa jarum, ia tak dapat melihatnya, tak tahu kapan senjata rahasia itu dipakai menyerang. Tentu saja ia tidak tahu Oey Yok Su sudah melepaskan jarum rahasia dari dalam tangan bajunya, dimana jarum dapat menembus tangan baju itu, untuk meleset kepada sasarannya. Siapa dapat berkelit dari serangan semcam itu?"

"Yang ketiga!" terdengar suara pula Sa Kouw, nyaring.

Nio Cu Ong terkejut. Oleh karena ia tidak ingin merasakan pula bogem mentah, lekas-lekas ia mundur, untuk menghindarkan diri. Tapi, baru ia mengangkat kakinya, betisnya kena bagian jalan darah pek¬hay-hiat, mati dengan sendirinya. Ia kaget tak terkira. Itu artinya ia tak dapat berkelit. Ia menjadi sangat menyesal, maka tiba-tiba saja matanya menjadi merah, air matanya mengembang, untuk meluncur keluar. Kalau sampai ia menangis, habis sudah nama besarnya, maka ia hendak menyusutnya. Celaka untuknya, tidak dapat ia menangangkat tangannya. Akhirnya bercucuranlah air matanya!

Sa Kouw tolol akan tetapi hatinya pemurah dan lemah, ketika melihat orang menangis, ia batal meninju, bahkan berkata nyaring.

"Sudah, jangan kau menangis! aku tidak akan menghajar lagi…"

Hiburan ini bahkan lebih hebat daripada tinjuan yang ketiga. Nio Cu Ong merasa lebih terhina lagi. Begitu hebat mendongkolnya, mendadak ia muntahkan darah segar! Tapi ia segera mengangkat kepalanya, memandang Oey Yok Su.

"Tuan siapakah kau?" ia menanya. "Secara gelap kau melukai orang, apakah itu perbuatan enghiong, seorang gagah?"

Oey Yok Su tertawa dingin. "Tepatkah orang semacam kau menanyakan namaku?" katanya dengan dingin mengejek, lalu dengan suara nyaring, ia memerintah: "Semua kalian menggelinding pergi dari sini!"

Semua orang menjadi kaget berbareng lega hati. Mereka telah menyaksikan segalanya, walaupun mereka gagah, hati mereka toh ciut, jeri mereka terhadap orang lihay tak dikenal ini. Untuk menyerang, mereka tak berani, untuk mengangkat kaki mereka malu, dari itu mereka diam saja, sampai tiba-tiba datang seruan orang.

Pheng Lian Houw si licik adalah yang bergerak paling dulu, hendak berlalu. Baru dua tindak ia berjalan, mendadak orang menghadang di depan pintu! Terpaksa ia menghentikan langkahnya, berdiri menjublak si situ.

"Setan alas!" berseru Oey Yok Su. "Telah aku melepaskan kamu, untuk kamu pergi, kenapa kamu berdiam saja? Apakah kamu ingin aku membunuh mampus kalian semua?!"

Pheng Lian ouw ketakutan, ia mengerti bahaya. "Locianpwee ini menitahkan kita pergi, marilah kita keluar!" ia mengajak kawan-kawannya. Tidak berani ia ngeloyor sendirian.

See Thong Thian panas hatinya. Ia menyingkirkan sumbatan mulutnya. "Minggir untukku!" ia berseru mendongkol. Ia pun maju ke depan Oey Yok Su, matanya bersinar merah saking gusarnya.

Oey Yok Su tidak mengambil mumat suara orang yang bengis itu. Bahkan dengan tawar ia berkata:

"Tidak dapat kau meminta aku membuka jalan! Siapa yang menyayangi jiwanya, lekas molos dari selangkanganku!"

Thong Thian semua saling mengawasi, muka mereka merah saking mendongkol. Saking gusar, mereka menjadi nekat. Mereka pun berpikir, "Walaupun kau sangat lihay, dapatkah kau melawan kami?"

Maka itu Hauw Thong Hay sudah lantas berseru sambil berlompat maju, menubruk perintang jalan yang jumawa.

"Hm!" terdengar suara Oey Yok Su, yang tahu-tahu tangannya sudah mencekuk si orang she Hauw itu, kemudian diangkat tinggi-tinggi, terus dengan mendadak, tangannya menyambar lengan kiri Thong Thay, untuk ditarik, menyusul mana, orang galak ini menjerit keras, sebab sebelah tangannya kena dipatahkan. Habis itu, tubuh korban ini lantas dilemparkan, dia sendiri terus dongak memandang langit, sikapnya acuh tak acuh……..

Thong Hay roboh setengah mati, sakitnya bukan main. Tangannya yang patah itu mengucurkan darah tak hentinya. Semua orang kaget, hati mereka ciut. Kemudian Oey Yok Su menggerakkan kepalanya, dengan matanya perlahan-lahan menyapu muka semua orang.

See Thong Thian dan Pheng Lian Houw semua, sebangsa iblis, merasakan tubuh mereka menggigil dengan sendirinya. Bukan main kerennya sinar mata orang ini! Bulu roma mereka pada bangun sendiri.

"Kamu mao molos atau tidak?" tanya Oey Yok Su bengis karena orang pada tetap diam saja.

Tidak ada seorangpun yang berani banyak mulut, tidak ada yang berani menerjang atau membangkang, bahkan Pheng Lian Houw, dengan kepala tunduk, sudah lantas molos mendahului yang lain-lain!

See Thong Thian melepaskan In Cie Peng dan Liok Koan Eng, dengan menolong adik seperguruannya, ia molos menyusul Pheng Lian Houw, diturut oleh Wanyen Lieh bersama Yo Kang. Yang paling belakang molos adalah Nio Cu Ong bersama Leng Tie Siangjin. Sekeluarnya dari pintu rumah makan, mereka melekaskan tindakan mereka, bahkan tidak berani menoleh ke belakang.

Oey Yok Su tertawa sambil melengak. "Koan Eng dan kau nona, diam kamu!" ia berkata.

Koan segera mengenali kakek gurunya, akan tetapi orang mengenakan topeng dan menduga kakek guru ini sengaja tidak hendak memperlihatkan diri, ia tidak berani memanggil, ia cuma bertekuk lutut mengasih hormat dengan mengangguk empat kali. Menyaksikan orang demikian lihay, In Cie Peng mennduga ini bukan orang sembarangan, ia lantas memberi hormat seraya memperkenalkan diri sambil menyebut nama gurunya, Tiang Cun Cu dari Coan Cin Kauw.

"Semua orang telah mengangkat kaki!" berkata Oey Yok Su nyaring. "Aku pun tidak menahan kau, perlu apa kau masih berdiam di sini? Apakah kau sudah bosan hidup?"

Cie Peng melengak. Ini perlakuan yang tidak disangkanya. "Teecu adalah murid Coan Cin Kauw, bukan orang jahat," ia memberi keterangan.

"Habis kalau Coan Cin Kauw, bagaimana?!" tanya Oey Yok Su sambil tangannya diulur ke meja di mana ada sepotong kayu, yang mana ia ayunkan ke arah Cie Peng.

Nampaknya ringan potongan kayu itu dan melayang. In Cie Peng mengangkat kebutannya menangkis. Akan tetapi, ketika keduanya bentrok, murid Khu Cie Kee ini terkejut. Ia merasakan serangan yang keras luar biasa, kebutannya kena tertolak sampai ujungnya mengenai mulutnya hingga ia merasakan sakit sekali dan mulutnya seperti kemasukan entah barang apa. Ketika ia telah memuntahkannya, nyatalah ada beberapa buah giginya yang copot serentak. Ia menjadi kaget dan bungkam. Sungguh hebat!

"Akulah Oey Yok Su atau Hek Yok Su!" kata Tong Shia dingin. "Kamu kaum Coan Cin Kauw, hendak memandang bagaimana kepadaku?"

Mendengar itu, In Cie Peng kaget bukan main, hatinya berdebaran. Yauw Kee semenjak tadi diam saja menyaksikan tingkah pola orang, turut terkejut, hatinya kebat-kebit.

Koan Eng turut berkhawatir, di dalam hatinya berkata, "Tentulah kakek guruku ini dengar pembicaraanku dengan tosu muda ini. Kalau dia pun mendengar kata-¬kataku kepada malaikat dapur barusan, entah dia bakal menghukum bagaimana kepadaku…"

In Cie Peng memegang pipinya. "Kaulah pemimpin suatu partai persilatan, mengapa perbuatanmu begini cupat?" kemudian Cie Peng menegur si Sesat dari Timur itu. "Kanglam Liok Koay adalah orang-orang gagah yang berhati mulia, mengapa kau mendesak mereka demikian rupa? Mengapakah? Jikalau bukan guruku yang memberikan kabar, bukankah mereka semua bakal bercelaka di tanganmu?"

Oey Yok Su menjadi gusar. "Pantas tak ketemu aku dengan mereka di mana-mana, kiranya ada orang ikut campur mengadu biru di antara kita!" katanya nyaring.

Cie Peng menjadi berani, ia berjingkrak. "Jikalau kau hendak membunuh aku, bunuhlah!" ia menantang. "Aku tidak takut!"

Oey Yok Su tertawa dingin. "Bukankah kau telah mencaci aku dibelakangku?" katanya.







OBJEK WISATA MANCA NEGARA


Teluk Wilhelmina Antartika

Kota Tua Samarkand, Uzbekistan
Pulau Falkland Antartika Inggris
Pulau Falkland Antartika Inggris
Air Terjun Victoria Afrika
Air Terjun Victoria Afrika
Panci Makgadikgadi Botswana, Afrika
Panci Makgadikgadi Botswana, Afrika
Pulau Falkland Antartika Inggris
Pulau Falkland Antartika Inggris
Panorama Alam Georgia
Panorama Alam Georgia
Kebun Raya Singapura
Kebun Raya Singapura
Pagoda Shwedagon Yangon, Myanmar
Pagoda Shwedagon Yangon, Myanmar
Dataran Guci Xiangkhouang, Laos
Dataran Guci Xiangkhoung, Laos
Danau Iskanderkul Tajikistan
Danau Iskanderkul Tajikistan
Piramida Giza Mesir
Piramida Giza Mesir
Ngarai Sungai Ikan Namibia, Afrika
Ngarai Sungai Ikan Namibia, Afrika
Taman Nasional Ala Archa Kirgistan
Taman Nasional Ala Archa Kirgistan
Selat Drake Antartika Amerika
Selat Drake Antartika Amerika
Istana Kekaisaran Tokyo
Istana Kekaisaran Tokyo
Jembatan Gerbang Emas
Jembatan Gerbang Emas - Amerika
Air Terjun Niagara
Air Terjun Niagara Prancis
Grand Canyon
Grand Canyon Amerika
Pasar Terbesar di Bangkok
Pasar Terbesar di Bangkok
Taman Nasional Yellowstone
Taman Nasional Yellowstone - Amerika
Burj Khalifa - Dubai
Budj Khalifa Dubai
Taj Mahal
Taj Mahal India
Musium Amir Temur Uzbekistan
Musium Amir Temur Uzbekista
Blackpool - Amerika
Blackpool Irlandia
Taman Nasional Blue Mountain - Sydney
Taman Nasional Blue Mountain Sydney
Jembatan Baja Terbesar di Australia
Jembatan Baja Terbesar di Australia
Taman Nasional Kakadu Australia
Taman Nasional Kakadu Australia
Danau Baikal Rusia
Danau Baikal Rusia
Biara Meteora Yunani
Biara Meteora Yunani
Pantai Bondi Australia
Pantai Bondi Australia
Menara Eiffel Prancis
Menara Eiffel Prancis
Musium Van Gogh Belanda
Musium Van Gogh Belanda
Gedung Opera Sydney
Gedung Opera Sydney
Gunung Meja Afrika
Gunung Meja Afrika
Menara Kembar Petronas Malaysia
Menara Kembar Petronas Malaysia

===============================




Air Terjun Victoria Afrika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar