Kamis, 10 Desember 2020

Pendekar Pemanah Rajawali Jilid 080

"Baiklah," sahut Kwee Ceng, yang terus mengayuh pula, untuk mendekati perahu besar itu, yang sekarang sudah tidak bergerak lagi. Lekas juga perahu kecil itu mendekati perahu besar, begitu lekas Ang Cit Kong merasa ia dapat melompatinya, ia lantas menggerakkan tubuhnya berlompat sambil mengapungkan diri. Ia berlompat seperti tengkurap, maka waktu ia tiba di perahu, tangannya yang sampai terlebih dulu. Ia menggunakan tangan kiri dengan kelima jarinya yang kuat, untuk dipakai mencengkeram tepian perahu, dengan mengerahkan tenaga di tangannya, ia membuat tubuhnya tiba di atas perahu itu.

Auwyang Hong masih mencekali Oey Yong. Ia menyeringai. "Pengemis bangkotan busuk, kau hendak apa!" dia menanya, menantang.

"Mari,mari!" Cit Kong juga menantang. "Mari kita bertempur pula seribu jurus!" Jawaban itu dibarengi sama serangan kedua tangan saling susul.

Auwyang Hong berlaku licik, bukannya ia berkelit, ia menangkis dengan mengajukan tubuh Oey Yong sebagai tameng. mau tidak mau, Cit Kong mesti batalkan penyerangannya itu. Ketika itu dipakai oleh Auwyang Hong untuk segera menotok jalan darah si nona, maka sesaat itu juga, lemaslah tubuh Oey Yong, tak dapat ia berkutik.

"Letaki di perahu!" Cit Kong menantang pula. "Marilah kita bertempur untuk memastikan menang atau kalah!"

Auwyang Hong terlalu licik untuk meletakkan tubuh nona itu. Ia pun melihat keponakannya lagi didesak sambaran-sambaran api hingga ia mesti main mundur. Tiba-tiba ia mendapat akal. Mendadak ia lemparkan Oey Yong kepada keponakannya itu.

"Pergi kamu lebih dulu ke perahu kecil!" memerintahnya.

Auwyang Kongcu menyambut tubuh yang tak dapat bergerak itu. Ia melihat Kwee Ceng di perahu kecil. Ia mengerti, kalau ia melompat bersama si nona, mungkin perahu kecil itu akan karam karenanya. Maka ia menarik sehelai dadung, ia ikat itu di kaki tiang layar, habis itu dengan tangan kiri memeluk Oey Yong, tangan kanan menarik dadung itu, untuk meluncur ke perahu kecil. Maka terayunlah tubuh mereka, turun menghampiri perahu.

Kwee Ceng melihat Oey Yong tiba di perahunya, ia girang bukan main. Tentu saja ia tidak mengetahui kekasihnya sudah kena totok hingga menjadi tidak berdaya. Ia lebih memerlukan mengawasi gurunya yang lagi bertempur sama Auwyang Hong. Biar bagaimana, ia bergelisah untuk gurunya itu. Dengan api berkobar-kobar, tertampak nyata kedua jago tua itu lagi mengadu jiwa. Mendadak saja terdengar suara nyaring seperti guntur,

lalu tertampak perahu besar terbelah dua, sebab tulang punggungnya dimakan api dan pecah karenanya. Menyusul itu kelihatan bagian perahu yang belakang mulai tenggelam, perlahan-lahan karam ke dalam air.

Ang Cit Kong dan Auwyang Hong bertempur terus. Kadang-kadang mereka mesti berkelit dari runtuhan tulang layar atau dadungnya, yang jatuh termakan api. Dalam pertempuran sengit ini, Ang Cit Kong lebih menang sedikit, dalam arti kata ia tidak merasakan hawa panas seperti lawannya. Itu karena pakaiannya basah bekas tadi merendam di air. Karena ini juga, dapat ia mendesak See Tok, yang sebaliknya mesti berkelahi sambil mundur perlahan-lahan.

Pernah Auwyang Hong memikir untuk terjun ke laut, ia hanya menyesal, pikirannya itu tidak dapat segera mewujudkannya. Ia didesak terlalu hebat, kalau ia memaksa terjun, itu artinya ia tidak dapat membela diri, mungkin nanti ia kena diserang lawannya yang lihay itu. Ada kemungkinan juga ia nanti terluka parah. Saking terpaksa, ia melayani terus dengan otaknya dikasih bekerja tak hentinya untuk mencari jalan lolos.

Ang Cit Kong menyerang dengan hatinya terasakan puas. Bukankah ia terus mendesak? Tengah ia merangsak, tiba-tiba ia teringat sesuatu.

"Kalau aku desak dia hingga dia terbakar, sampai mengantar jiwanya, itu tak menarik hati," demikian pikirannya yang menyandinginya itu. "Dia telah mendapatkan salinan kitab dari Ceng-jie, jikalau dia tidak mendapat kesempatan untuk mempelajarinya, bila nanti ia mampus, pastilah ia mampus tak puas! Tidak dapat tidak, dia mestinya dibikin kena batunya…!"

Karena ini Pak Kay lantas tertawa terbahak-bahak. "Bisa bangkotan, hari ini aku memberi ampun padamu!" ia berseru. "Kau naiklah ke perahu kecil itu!"

Kedua mata Auwyang Hong mencelik, lantas ia terjun ke laut. Cit Kong hendak menyusul tatkala ia dengar teriakan See Tok.

"Tahan dulu!" demikian si Bisa dari Barat itu berteriak. "Sekarang tubuhku pun basah, maka marilah kita berdua bertempur pula. Sekarang barulah adil, sama rata sama rasa!"

Suara itu disusul berkelebatnya satu tubuh, maka di lain detik, Auwyang Hong telah berdiri pula di atas perahu besar, di depan lawannya. Sekejap Ang Cit Kong melengak, lalu ia tertawa lebar.

"Bagus, bagus!" serunya. "Seumur hidupnya si pengemis bangkotan, ini hari barulah ia bertempur paling memuaskan!"

Kembali dua orang itu bertarung dengan hebat. Dengan tubuh basah kuyup, agaknya See Tok menjadi segar sekali.

"Yong-jie," berkata Kwee Ceng kepada kekasihnya. "Kau lihat See Tok ganas sekali!" Oey Yong tengah ditotok, ia tak dapat bersuara.

"Apakah tidak baik aku minta suhu turun ke mari?" Kwee Ceng berkata pula menanyai si nona. "Perahu besar itu bakal lekas tenggelam…." Oey Yong tetap tidak menyahuti.

Kwee Ceng heran, maka lekas ia berpaling. Semenjak tadi ia terus mengawasi ke gelanggang pertarungan. Maka gusarlah ia menyaksikan Auwyang Kongcu lagi meringkus kedua tangan orang.




"Lepaskan!" ia lantas berteriak.

Auwyang Kongcu tertawa. "Jangan kau bergerak!" dia berseru. "Asal kau bergerak, satu kali saja, akan aku hajar hancur kepalanya!" Dan dia mengancam.

Kwee Ceng tidak menggubris ancaman itu, bahkan seperti tanpa berpikir sejenakpun, ia menyerang. Auwyang Kongcu berlaku sebat, ia berkelit sambil mendak. Kwee Ceng penasaran, ia menyerang pula ke muka orang. Ia seperti merabu tanpa jurus tipu silat. Auwyang Kongcu bingung juga. Perahu kecil, tidak merdeka untuk ia terus main berkelit. Tapi ia mesti melawan. Maka ia membalas menyerang. Kwee Ceng menangkis, dengan begitu kedua tangan bentrok. Auwyang Kongcu licik, sambil menyerang ia terus memutar kepalannya, menyerang pula, maka "Plak!" pipinya si anak muda kena terhajar.

Serangan itu keras, mata Kwee Ceng berkunang¬-kunang. Tapi ia mengerti bahaya, ia membuka matanya. Justru itu datang serangan yang kedua kali. Kembali ia menangkis. Auwyang Kongcu menggunakan tipu silat seperti tadi. Ia memutar balik kepalannya, untuk mengulangi serangan susulan. Tapi kali ini Kwee Ceng melenggakkan kepalanya, tangan kanannya berbareng dipakai menolak ke depan.

Menurut aturan, sambil berlenggak tidak dapat orang pun menyerang. Tapi Kwee Ceng adalah lain daripada yang lain. Ia sudah dapat mewariskan kepandaian Ciu Pek Tong, ia bisa berkelahi dengan dua tangannya seperti tangan dua orang, kedua tangannya dapat digerakkan sesuka hatinya. Maka itu celakalah keponakan Auwyang Hong, yang tidak mengetahui kebiasaan orang. Tangan kanannya itu, yang dipakai menyerang ke muka, kena ditangkis hebat, sedetik itu juga tangan itu patah!

Dalam ilmu silat, Auwyang Kongcu tidak ada dibawahan Ma Giok, Ong Cie It atau See Thong Thian atau lainnya lagi, maka itu dibandingkan sama Kwee Ceng, ia menang segala-galanya, hanya kali ini ia kebentur sama ilmu silat yang istimewa, yang asing untuknya, dari itu robohlah dia!

Selagi lawannya roboh, hingga Oey Yong terlepas dari pelukan tangan kirinya, Kwee Ceng pun tidak menggubris, pemuda ini lebih memerlukan berlompat kepada pacarnya, yang rebah tak bergeming. Sekarang ia mengerti si nona kena tertotok, lantas saja ia menotok untuk membebaskannya. Syukur Auwyang Kongcu menggunakan totokan yang umum, dengan begitu Kwee Ceng dapat menyadarkan nona itu.

"Lekas bantu suhu!" berteriak Oey Yong yang sesadarnya dia.

Kwee Ceng sudah lantas berpaling kepada gurunya. Ia melihat gurunya dan Auwyang Hong tengah berkelahi mati-matian. Suara beletak-beletok dari bekerjanya api seperti menambah serunya pertarungan itu. Yang hebat ialah terlihatnya badan perahu mulai karam. Maka itu juga Kwee Ceng menyambar pengayuh, memajukan perahunya datang mendekat ke perahu besar itu.

Di dalam pertempuran itu, suasana menjadi terbalik. Sudah lama sejak Ang Cit Kong kerendam air, sekarang pakaiannya sudah kering semua, pakaian itu gampang tersambar api dan terbakar, hawa api pun membikin tubuh panas. Di pihak lain, tubuh Auwyang Hong basah kuyup, ia tidak takut api, bahkan bekas nyebur, ia menjadi seperti mendapat tambahan tenaga dan semangat. Tapi hebat si Pak Kay, Pengemis dari Utara itu, walaupun ia terdesak, ia memaksakan diri untuk bertahan.

Mendadak sebatang tiang layar jatuh dengan apinya yang berkobar, jatuh di tengah-tengah kedua jago itu. Mau atau tidak, mereka itu sama-sama berlompat mundur, hingga selanjutnya mereka terpisahkan kayu menyala-nyala itu. Auwyang Hong penasaran, dengan tongkat ularnya dia menyerang pula. Ang Cit Kong tidak diam saja, ia mencabut tongkatnya dari pinggang, guna menangkis. Kalau tadi mereka bertarung dengan tangan kosong, sekarang mereka menggunakan genggaman. Tentu sekali, sekarang ini mereka berkelahi semakin hebat.

Kwee Ceng terus mengayuh perahunya. Ia terus bergelisah untuk gurunya. Hanya ketika ia menyaksikan pertempuran dua orang itu, perhatiannya jadi tertarik, ia menghela napas saking kagumnya.

Di kalangan persilatan ada kata-kata, "Belajar golok seratus hari, belajar tombak seratus hari, belajar pedang selaksa hari". Itulah bukti ilmu silat pedang yang paling sukar dipelajari. Demikian pada duapuluh tahun yang lalu, dalam pertempuran di Hoa San terlihat nyata sempurnanya tetapi pun sulitnya ilmu pedang, maka Ang Cit Kong dan Auwyang Hong masih menukar senjata mereka. Ang Cit Kong memakai tongkatnya yang senantiasa di bawa-bawa, ialah tongkat warisan Kay Pang atau tanda tertua dari Partai Pengemis. Tongkat itu lebih panjang satu kaki daripada sebatang pedang dan sifatnya lemas, tetapi di tangan Cit Kong, satu ahli luar gwa kee, tongkat itu menjadi tegar sekali.

Tongkat ular-ularan dari Auwyang Hong pun senjata istimewa. Dan See Tok menggunakannya dengan campuran gerak-gerik toya dan tongkat. Di ujung kepala tongkat ada ukiran kepala orang yang mulutnya terbuka tertawa, yang kedua baris giginya terpentang dengan semua giginya tajam serta gigi itu dipakaikan racun ular, maka diwaktu dipakai bersilat, kepala orang-orangan itu bergerak-gerak bagaikan hantu mengangga. Pula, asal pesawat rahasianya dikasih bergerak, dari dalam mulut itu bakal tersembur senjata rahasia yang beracun juga. Yang lebih lihay lagi ialah dua ekor ular yang melilit di batang tongkat, yang bisa memagut orang secara tiba-tiba….

Hebat pertempuran ini karena mereka sama-sama lihaynya. Tongkat Auwyang Hong lebih unggul, tetapi Cit Kong adalah kepala Pengemis di seluruh Tionggoan dan sebagai kepala pengemis, dialah penakluk ular yang nomor satu. Demikian tongkatnya bergerak-gerak, bukan cuma menyerang lawan tetapi juga menghamtam kedua ular berbisa itu. Hanya dengan kelicikannya, Auwyang Hong saban-saban dapat menolong ularnya. Ia menjadi sengit, diam-¬diam ia mengutuk pangcu dari Kay Pang itu, yang kelihayannya mesti ia akui.

Kwee Ceng menonton dengan pikirannya bingung. Mau ia membantu gurunya tetapi tidak mempunyai kesanggupan. Bukankah musuh itu sangat lihay? Mana dapat ia menyelak di antara mereka berdua.

Tapi Auwyang Hong juga insyaf bahaya yang mengancam. Perlahan-lahan ia merasakan tubuhnya berhawa panas. Yang hebat hanya ia merasakan badan perahu, yang tinggal sebelah itu, mulai tenggelam. Penyerangan lawan dahsyat sekali, kalau ia tidak keluarkan kepandaiannya, bisa-bia ia terbinasa di tangan si pengemis tua ini. Maka ia lantas menukar siasat. Tangan kanannya, yang memegang tongkat, ia tarik, dan tangan kirinya dipakai menyapu.

Dengan tongkatnya Ang Cit Kong mengejar tongkat lawan, dengan tangan kiri menangkis sapuan tangan kiri lawannya. Atau mendadak tangan kiri Auwyang Hong dikelitkan, diputar, untuk secepat kilat dipakai menyerang pula ke arah pelipis kanan dari musuhnya!

See Tok menggunakan tipu silat Kim Coa Kun atau Kuntauw Ular Emas. Itulah siasat ilmu silatnya yang istimewa. Bahkan ia hendak mengandalkan ini ilmu pada pertemuan yang kedua kali nanti di Hoa San, untuk menundukkan semua lawannya. Keistimewaannya ialah selagi dipakai menyerang, tangannya dapat diputar balik, untuk dipakai menyerang pula secara dahsyat diluar dugaan lawan. Begitulah, ia menggunakan tipu silatnya terhadap Pak Kay. Ia percaya si pengemis tidak kenal ilmu silatnya.

Memang, mulanya Ang Cit Kong tidak kenal Kim Coa Kun, ia pun melihatnya secara kebetulan, yaitu di Poo¬eng, Auwyang Kongcu menggunakan itu terhadap Kwee Ceng. Sebabnya Cit Kong tidak menghadari pestanya Lee Seng beramai itulah karena ia lagi memikir keras tipu silat untuk memecahkan ilmu Kim Coa Kun itu. Maka, kali ini, melihat Auwyang Hong menggunakan tipu ilmu silat ini lagi, Cit Kong sudah siap sedia. Dengan menggunakan tipu silat Kim-na-ciu, menangkap tangan, ia mengulur tangannya untuk menjambret.

Inilah Auwyang Hong tidak sangka, ia terkejut sambil berlompat mundur. Justru itu ada jatuh segumpal api, yang menyambar dirinya. Cit Kong juga terkejut, dia terus melompat mundur. Sekarang dia dapat melihat tegas, yang jatuh itu adalah kain layar yang termakan api.

Di dalam keadaan biasa, tidak nanti Auwyang Hong kena ketungkup, tetapi barusan ia sedang kaget dan heran sebab ilmu silatnya kena dipecahkan lawan, ia juga baru menaruh kaki, sedang jatuhnya layar secara tiba-tiba, maka tidak berdayalah ia untuk menyingkir.

Dalam kagetnya itu, Auwyang Hong tidak menjadi gugup atau bingung. Ia lantas menggunakan tongkatnya, menyingkap kain layar. Lacur untuknya, tongkatnya terhalang tiang layar, tidak dapat ia gerakkan. Baru setelah itu ia menghela napas dan mengeluh:

"Habis sudah, hari ini aku mesti pulang ke langit…"

Sekonyong-konyong ia menampak sinar terang. Tadinya ia berada dalam gelap gulita. Ketika ia awasi, melihat Ang Cit Kong tengah menggunakan tongkatbya menyontek menyingkap layar.

Pak Kay adalah seorang yang berperangai halus dan murah hati, walaupun ia sangat benci See Tok untuk kelicikan dan keganasannya, ia masih tidak tega menonton orang mampus terbakar. Maka tanpa banyak pikir, ia memberikan pertolongannya.

Auwyang Hong telah terbakar pakaiannya, rambutnya dan alisnya. Ia berlompat, terus menjatuhkan diri, bergulingan di lantai perahu. Dengan caranya ini ia hendak membikin api padam. Selagi ia bergulingan itu, mendadak perahu miring, lalu rantai jankar jatuh menimpa ke arahnya.

Cit Kong kaget hingga ia menjerit, terus ia berlompat menyambar jangkar itu. Celaka untuknya, jangkar itu merah marong bekas terbakar, ketika kena terpegang, kontan tangannya terbakar hangus, tetapi ia masih sempat melemparkannya ke laut. Hanya, selagi menolong ini dan hendak lompat ke laut, mendadak ia merasakan punggungnya berikut pundaknya menjadi kaku. Untuk sesaat ia melengak, tak tahu apa sebabnya itu. Atau tiba-tiba ia ingat sesuatu, yang berkelebat di otaknya. Segera ia menoleh ke belakang. Di dalam hatinya ia berkata: "Aku telah tolongi See Tok, mustahilkah ia menggunakan tongkat ularnya mencelakaiku?" Ia berpaling, justru tongkat bambu berkelebat di depan matanya, kedua mulutnya ular penuh darah hidup, kepalanya sedang digoyang¬-goyang. Bukan main murkanya Ang Cit Kong, kedua tangannya segera melayang ke arah Auwyang Hong.

See Tok dapat berkelit, maka itu, sebatang tiang layar dibelakangnya terhajar keras, menjadi patah dan roboh karenanya. Cit Kong tidak berhenti sampai di situ, ia menyerang terus. Auwyang Hong melihat orang seperti kalap, ia tidak mau melawan berkelahi, ia lebih banyak berkelit sambil berlompatan.

"Suhu! Suhu!" Kwee Ceng berteriak-teriak melihat kelakuan gurunya itu. Ia pun merayap naik ke perahu besar.

Adalah di saat itu, Ang Cit Kong terhuyung-huyung. Ia merasakan kepalanya pusing, ia tak ingat apapun. Auwyang Hong berlompat maju, dengan sebelah tangannya ia menghajar punggung si raja pengemis. Hebat serangannya ini. Dalam keadaan seperti itu, Ang Cit Kong tidak bisa mempertahankan dirinya. Ia lantas saja roboh sambil muntahkan darah segar.

Kiu Cie Sin Kay Ang Cit Kong sangat kesohor kegagahannya, Auwyang Hong ketahui dengan baik, hajarannya tidak dapat segera menghabiskan jiwa orang, dan ia ketahui juga, kalau nanti Ang Cit Kong sembuh dari lukanya, pembalasan tak akan ada habisnya, maka itu, sudah kepalang, ia mengambil sikap: "Berkasihan tidak menurunkan tangan, menurunkan tangan tidak berkasihan". Ia lantas berlompat maju, dengan kakinya ia menjejak punggung orang!

Kwee Ceng baru saja naik dari perahunya ketika ia menyaksikan keganasan See Tok terhadap gurunya, tidak sempat ia maju lebih jauh untuk menolong, karena tidak ada jalan lain, ia menyerang dengan kedua tangannya dengan pukulan "Sepasang naga mengambil air". Ia menyerang ke punggung bagian pinggang.

Auwyang Hong tahu si bocah lihay, ia tidak memandang hebat. Ia gerakkan tangan kiri menangkis, dengan tangan kanannya ia membalas menyerang. Di sebelah itu, kakinya terus menginjak Ang Cit Kong!

Kwee Ceng kaget hingga ia melupakan segalanya, ia berlompat menubruk Auwyang Hong, batang lehernya ia rangkul. Tapi justru ini, ia membuat dirinya kosong, maka enak saja rusuknya kena dihajar si Bisa dari Barat.

Dalam keadaan rapat seperti ini, tidak leluasa Auwyang Hong menyerang, tetapi dasar ia lihay, serangan itu hebat, hanya syukur untuk Kwee Ceng, tenaga dalamnya telah mempunyai dasar, maka ia tidak segera roboh, dia cuma merasakan sakit sekali dan separuh tubuhnya hampir kaku. Karena ini dia menjadi nekat, ia perkeras rangkulannya, mencekik leher orang.

Oleh karena perlawanan Kwee Ceng ini, tendangan Auwyang Hong kepada Ang Cit Kong menjadi batal, sebab untuk membela diri, ia mesti segera menarik pulang kakinya itu. Tapi ia tidak sanggup menggunakan kuntauw Kodok atau Ular Emas, mereka terlalu rapat, maka ia cuma dapat menyerang muka orang. Kwee Ceng berkelit setiap kali ia dipukul. Untuk menangkis, ia tidak mampu, lantaran kedua tangannya lagi digunakan dengan sekuat tenaganya. Ia bisa berkelit di atas kepalanya ¬tidak bisa ia dibawah rusuknya. Maka lagi-lagi See Tok menyikut.

Kwee Ceng berkelit ke kanan, dengan begitu ia terpaksa melepaskan tangan kirinya, tetapi ia tidak berhenti berdaya, dengan lekas ia menggunakan ilmu gulat bangsa Mongolia. Tangannya ditelesupkan antara iga dan lengan musuh, diulur untuk membangkol batang leher.

Auwyang Hong lihay tetapi sekarang ia merasakan sakit. Ia mengerti si anak muda menggunakan tiou silat apa, hanya celakanya untuk dia, ia tidak mengerti caranya untuk menolong diri, dari itu ia cuma bisa menggunakan kepalan tangannya meninju ke belakang.

Melihat ini Kwee Ceng menjadi sangat girang. Segera ia melepaskan cekikannya, dengan tangan kanan, tangan ditelesupkan seperti tangan kiri taidi - kalau tadi di sebelah kiri, sekarang di sebelah kanan. Kembali ia membangko leher orang, berbareng dengan mana ia berseru mengerahkan tenaganya. Dengan menggunakan dua tangan berbareng, ia menjadi berbahaya sekali. Ini dia yang dinamakan tipu "Menjirat mematahkan gunung". Dalam halnya Auwyang Hong, dia terancam patah leher….

Cerdik sekali Auwyang Hong. Ia pun bertindak dengan sebat. Ia mengasih turun kepalanya, nelusup ke selangkangan si anak muda sembari berbuat begitu ia juga meninju dengan kepalan kiri. Ia tidak mau mengasih ketika orang sempat mengerahkan tenaganya.

Sebelum ia kena ditinju, Kwee Ceng telah menyambar tangan kiri si jago yang berbisa itu. Ia tetap merapatkan tubuhnya kepada tubuh musuh, ia mencoba terus menggunakan ilmu gulatnya. Ia menginsyafi, satu kali mereka renggang, ia bisa susah. Pula, dengan berkelahi rapat, ia dapat mencegah musuh mencelaki gurunya.

Oey Yong bingung sekali. Di satu pihak ia Ang Cit Kong rebah di pinggir perahu, separuh tubuhnya berada di luar perahu, di lain pihak terlihat Kwee Ceng lagi bergulat mati-matian terhadap Auwyang Hong, keduanya bergulingan, tubuh mereka sudah tererap api. Karena ini dengan pengayuh ia mengahajar Auwyang Kongcu. Walaupun dia telah terluka tangan kirinya, pemuda she Auwyang ini tetap kosen. Ia berkelit ke kiri, sambil berkelit, tangannya menyambar lengan si nona. Oey Yong berkelit sambil menekan perahu, hingga perahu itu menjadi miring.

Auwyang Kongcu tidak bisa berenang, miringnya perahu membikin tubuhnya terhuyung. Untuk menetapkan diri, ia batal menyerang terus kepada si nona. Menggunakan saat perahu miring itu, Oey Yong terjun ke air. Ia pandai berenang, ia tidak takut. Hanya dengan beberapa kali menggunakan tangannya, tubuhnya sudah nyelosor ke perahu besar. Perahu itu tinggal separuh, sekarang separuh tubuh itu sudah kelam separuhnya lagi. Dengan gampang si nona naik ke parhu besar itu. Di situ ada sebuah tempuling, ia sambar itu hendak membantu Kwee Ceng.

Auwyang Hong dan si anak muda masih berkutat bergulingan, bergantian di bawah dan di atas, kemudian karena ia lebih hilay, Auwyang Hong terus berada di sebelah atas. Dalam keadaan seperti itu, Kwee Ceng terus mengendalikan kedua tangan musuh, supaya musuh tidak dapat menyerang.

Adalah di saat itu, Oey Yong berlompat maju sambil menikam. Hebat Auwyang Hong. Ia mendapat tahu ada serangan di belakangnya, ia berkelit seraya mengerahkan tenaganya mengangkat tinggi tubuh Kwee Ceng, memakai si anak muda sebagai tameng. Oey Yong mengubah serangannya, kali ini kepala See Tok. Jago tua itu bisa berkelit, bahkan terus-terusan ia mengegos ke kiri dan ke kanan, menyingkir dari ujung tempuling.

Tiga kali oey Yong menikam dengan sia-sia, yang keempat kalinya, tempulingnya nancap di lantai perahu, hingga abunya mengepul naik mengenai matanya, ia kelilipan dan matanya mengeluarkan air. Ia mengucak matanya itu. Justru itu ia merasakan kakinya sakit, tubuhnya limbung, malah terus ia roboh. Sebab Auwyang Hong telah sapu kakinya selagi ia tidak melihat.

Si nona roboh terus menggulingkan diri, buat berlompat bangun. Karena robohnya itu, rambutnya kena kesambar api. Ia maju pula, untuk mengulangi serangannya. Atau mendadak Kwee Ceng berseru¬:

"Tolongi suhu dulu! Tolongi suhu dulu!"

Oey Yong mengerti tugasnya, ia lantas lari kepada Ang Cit Kong, ia tubruk tubuh orang, untuk dipeluk, setelah mana ia terjun ke air. Dengan menyeburkan diri, ia lantas merasakan tubuhnya adem, tak sepanas seperti tadi. Ia berenang sambil menggendong gurunya, ia menuju ke perahu kecil. Auwyang Kongcu berdiri di atas perahu kecil itu, sebelah tangannya mengangkat pengayuh.

"Lepaskan si pengemis tua! Cuma kau sendiri yang boleh naik!" demikian teriaknya dengan mengancam.

Sebelah tangan Oey Yong masih memegangi tempulingnya. "Baiklah, mari kita bertempur di dalam air!" ia pun berseru, menjawab ancaman itu. Ia menyambar pinggiran perahu, menggoyangnya.

Auwyang Kongcu kaget dan ketakutan melihat perahu tergoncang keras. Kalau perahu terbalik dan karam, celakalah dia.

"Jangan, jangann goncang!" ia berteriak-teriak seraya keras memegangi perahu. "Nanti perahu ini karam…"

Oey Yong tertawa. "Lekas tarik guruku naik!" ia menitah. "Hati-hati! Jikalau kau main gila, aku nanti lelapkan kau di dalam air selama tiga jam!"

Auwyang Kongcu tidak berdaya, terpaksa ia memegang bebokongnya Ang Cit Kong, mengangkatnya naik ke perahu.

"Nah, beginilah baru anak manis!" berkata Oey Yong tertawa.

Sebenarnya Oey Yong hendak kembali ke perahu besar, untuk menolong Kwee Ceng, atau mendadak ia mendengar satu suara nyaring sekali, lalu melihat gelombang besar dan tinggi medampar ke arahnya. Ia lantas memutar tubuhnya, habis itu ia berbalik pula, rambutnya di depan mukanya tersingkap ke belakang. Ia berdiri tercengang kapan ia sudah memandang ke depan.

Gelombang berputar seperti usar-usaran air, di situ tidak terlihat lagi perahu besar yang tinggal separuh tadi, dengan begitu, lenyap juga Kwee Ceng dan Auwyang Hong yang tengah bergulat.

Oey Yong baru sadar ketika air asin menyambar masuk ke dalam mulutnya. Tadinya ia seperti lupa akan dirinya sebab hatinya mencelos mendapatkan pemuda pujaannya lenyap. Ia lantas melihat ke sekelilingnya. Di situ ia tidak nampak apapun kecuali perahu kecil. Rupanya semua sudah ditelan sang laut.

Oey Yong selulup, ia berenang ke arah air berputar itu. Ia tidak jeri untuk tenaga besar dari usar-usaran air itu, ia dapat mempertahankan diri dari sedotan yang keras. Di situ ia selulup ubak-ubakan, mencari Kwee Ceng. Lama ia berputaran, Kwee Ceng tidak nampak, Auwyang Hong pun tidak ada. Maka maulah ia menduga, kedua orang itu telah kena terbawa perahu sampai di dasar laut............

Lama-lama lelah juga Oey Yong. Tapi ia masih belum putus asa, bahkan penasaran. Maka ia mencari terus. Ia sangat mengharap-harapkan nanti dapat menemukan si anak muda. Diam-diam ia mengharap bantuan Thian, mengasihani dia. Tapi masih sia-sia belaka usahanya itu. Saking letih, ia muncul ke muka air. Ia berenang ke perahu kecil. Didalam hatinya ia berjanji, sebentar ia akan menyelam lagi, untuk mencari terlebih jauh.

Auwyang Kongcu melihat si nona menghampiri, ia mengulur tangannya membantu naik ke perahu. Ia pun sangat berkhawatir atas lenyapnya pamannya itu.

"Apakah kau melihat pamanku? Apakah kau melihat pamanku?" demikian pertanyaannya berulang-ulang.

Oey Yong tidak menyahut, bahkan ia tak sadarkan diri sebab begitu lekas juga ia merasai matanya gelap.

Beberapa lama si nona pingsan, ia tidak ketahu. Ketika ia siuman, ia merasakan tubuhnya enteng, bagaikan melayang-layang di antara mega, kupingnya pun mendengar suara angin mendesir-desir. Lekas¬ ia memusatkan pikirannya, kemudian ia menggerakkan tubuhnya, untuk berduduk. Maka sekarang bisalah ia melihat ke sekitarnya. Ia masih berada di atas perahu kecil, perahu itu hanyut mengikuti aliran gelombang. Auwyang Kongcu tidak mengerti urusan mengemudikan perahu, maka ia membiarkan perahunya berlayar sendirinya…. Pula, entah berapa jauh sudah terpisahnya perahu dengan tempat karamnya perahu besar.







OBJEK WISATA MANCA NEGARA


Teluk Wilhelmina Antartika

Kota Tua Samarkand, Uzbekistan
Pulau Falkland Antartika Inggris
Pulau Falkland Antartika Inggris
Air Terjun Victoria Afrika
Air Terjun Victoria Afrika
Panci Makgadikgadi Botswana, Afrika
Panci Makgadikgadi Botswana, Afrika
Pulau Falkland Antartika Inggris
Pulau Falkland Antartika Inggris
Panorama Alam Georgia
Panorama Alam Georgia
Kebun Raya Singapura
Kebun Raya Singapura
Pagoda Shwedagon Yangon, Myanmar
Pagoda Shwedagon Yangon, Myanmar
Dataran Guci Xiangkhouang, Laos
Dataran Guci Xiangkhoung, Laos
Danau Iskanderkul Tajikistan
Danau Iskanderkul Tajikistan
Piramida Giza Mesir
Piramida Giza Mesir
Ngarai Sungai Ikan Namibia, Afrika
Ngarai Sungai Ikan Namibia, Afrika
Taman Nasional Ala Archa Kirgistan
Taman Nasional Ala Archa Kirgistan
Selat Drake Antartika Amerika
Selat Drake Antartika Amerika
Istana Kekaisaran Tokyo
Istana Kekaisaran Tokyo
Jembatan Gerbang Emas
Jembatan Gerbang Emas - Amerika
Air Terjun Niagara
Air Terjun Niagara Prancis
Grand Canyon
Grand Canyon Amerika
Pasar Terbesar di Bangkok
Pasar Terbesar di Bangkok
Taman Nasional Yellowstone
Taman Nasional Yellowstone - Amerika
Burj Khalifa - Dubai
Budj Khalifa Dubai
Taj Mahal
Taj Mahal India
Musium Amir Temur Uzbekistan
Musium Amir Temur Uzbekista
Blackpool - Amerika
Blackpool Irlandia
Taman Nasional Blue Mountain - Sydney
Taman Nasional Blue Mountain Sydney
Jembatan Baja Terbesar di Australia
Jembatan Baja Terbesar di Australia
Taman Nasional Kakadu Australia
Taman Nasional Kakadu Australia
Danau Baikal Rusia
Danau Baikal Rusia
Biara Meteora Yunani
Biara Meteora Yunani
Pantai Bondi Australia
Pantai Bondi Australia
Menara Eiffel Prancis
Menara Eiffel Prancis
Musium Van Gogh Belanda
Musium Van Gogh Belanda
Gedung Opera Sydney
Gedung Opera Sydney
Gunung Meja Afrika
Gunung Meja Afrika
Menara Kembar Petronas Malaysia
Menara Kembar Petronas Malaysia

===============================




Air Terjun Victoria Afrika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar