Rabu, 25 November 2020

Pendekar Pemanah Rajawali Jilid 071

Sementara itu Auwyang Kongcu telah melihat orang duduk berendeng dan bicara-bicara sambil tertawa dengan asyik, bukan main ia mendongkolnya. Ia menjadi sangat cemburu. Menuruti hatinya, hendak ia melompat naik ke atas, untuk menggusur Kwee Ceng. Celaka untuknya, ia merasakan dadanya masih sakit, hingga tidak dapat ia mengeluarkan tenaga. Ia mendengar Oey Yong menyebut-nyebut kodok buduk, hatinya bertambah panas, ia menyangka ialah yang dikatakan si kodok buduk yang mengharap mencaplok daging angsa kayangan.

Sekarang ia tidak dapat menguasai lagi dirinya, dengan tangan kanan menggenggam tiga biji torak Hui-yang Gin-so, ia bertindak perlahan-lahan memutar ke belakang paseban, lalu dengan diam-diam ia menyerang ke atas paseban, kepada sepasang muda-mudi itu. Ia dapat berbuat demikian dengan leluasa karena lain-lain orang tengah menonton pertempuran yang nampaknya lucu itu. Ia mengarah punggung Kwee Ceng.

Pemuda she Kwee ini tidak curiga apapun. Ia lagi asyik mengawasi pertempuran yang justru tiba disaatnya Ang Cit Kong, gurunya hendak menggunakan Hang Liong Sip-pat Ciang melayani Auwyang Hong.

Oey Yong tidak ketahui Pak Kay dan See Tok ini, dua orang paling kosen di jaman itu, tengah menghadapi pertempuran yang memutuskan, yang membahayakan salah satu diantaranya, karena itu ia masih dapat tertawa haha-hihi dan dengan tangannya tunjuk sana ¬sini. Secara kebetulan saja, ia melihat satu tubuh di luar paseban bambu. Dasar cerdik sekali, ia menyangka kalau-kalau Auwyang Kongcu main gila. Maka hendak ia memasang matanya.

Justru waktu itu ia mendengar desiran angin dari senjata rahasia, yang melesat ke arah punggung Kwee Ceng, sedang Kwee Ceng sendiri tidak mengetahui itu. Tidak sempat lagi ia menangkis, segera ia bergerak menubruk diri ke punggungnya si anak muda, dengan begitu tubuhnya mewakilkan anak muda itu menyambut serangan tiga biji Hui-ya Gin-so yang tepat mengenai punggungnya sendiri.

Nona ini mengenakan baju lapis joan-wie-kah, ia tidak terluka, cuma saking kerasnya serangan, ia merasakan nyeri juga. Dengan sebat ia memutar balik tangannya, menyambar ketiga biji torak, kemudian sembari tertawa ia berkata; "Kau menggaruki gatal dipunggungku, bukankah? Banyak¬-banyak terima kasih! Nah, ini aku kembalikan garukanmu!"

Auwyang Kongcu terperanjat, ia memasang matanya. Ia khawatir si nona benar-benar menyerang padanya. Ia tidak mau mempercayai si nona itu sudi dengan baik hati memulangkan toraknya. Hanya ia menanti dengan sia-sia. Si nona masih memegang senjata rahasianya itu, dia tidak mengayunkan tangannya.

Menampak demikian, kongcu ini segera menjejak tanah dengan kakinya yang kiri, mengapungkan diri berlompat ke atas pesaben bambu itu. Ia hendak membanggakan ringannya tubuh. Disitu ia berdiri di satu pojok, bajunya yang putih berkibaran di antara sampokannya angin, hingga nampak sikapnya yang bagus, bagaikan seorang suci.

"Sungguh bagus ilmu ringan tubuhmu!" Oey Yong berseru dengan pujiannya. Lalu dia maju setindak untuk berlompat naik ke atas pesaben, untuk menghampiri, mengembalikan torak orang.

Butek pikiran Auwyang Kongcu menyaksikan tangan si nona yang putih halus dan montok itu, putih bagaikan salju. Ia lantas mengulurkan tangannya, menyambut senjata rahasianya, sekalian ingin ia meraba tangan yang halus itu, tatkala tiba-tiba saja ia mendapat lihat sinar kuning keemas-emasan berkelebat di depan matanya. Dua kali sudah ia merasakan tangannya si nona, maka tanpa bersangsi pula, ia lompat berjumpalitan turun dari atas pesaben itu. Sambil berkelit secara demikian, ia juga mengibas-¬ngibaskan tangan bajunya, maka ia berhasil meruntuhkan jarum emasnya si nona.

Oey Yong tertawa terkekeh walaupun serangannya itu gagal. Ia tidak berhenti sampai di situ. Dengan sekonyong-konyong saja, ia menyerang pula dengan tiga biji toraknya si anak muda, untuk menghajar embun-embun pemuda itu.

"Jangan!" berseru Kwee Ceng kaget, menampak perbuatannya si nona itu, untuk dibawa lompat turun.

Belum lagi anak muda ini dapat menginjak tanah, kupingnya dapat mendengar satu suara nyaring, yang mana dengan suara cegahannya Oey Yok Su, "Saudara Hong, berlakulah murah hati!"

Kwee Ceng segera merasakan dorongan angin yang keras, bagaikan gunung roboh menguruk lautan, mengenai dadanya. Berbareng dengan itu, ia khawatir, Oey Yong nanti terluka, dari itu lekas-lekas ia mengerahkan tenaganya, menggunakan jurus "Melihat naga di sawah" dari Hang Liong Sip-pat Ciang. Dengan jurusnya itu ia menolak dorongan keras itu.

Dimana dua-dua pihak menggunakan tenaga besar, kedua tenaga itu bentrok keras sekali. Sebagai kesudahannya, Kwee Ceng tertolak mundur tujuh atau delapan tindak, karena pertahanannya tidak dapat mengalahkan Ilmu Silat Kodok dari Auwyang Hong yang lihay itu.

Lekas-lekas Kwee Ceng melepaskan tubuh Oey Yong , lekas-lekas juga ia memasang kuda-kudanya, guna melayani lebih jauh See Tok si Bisa dari Barat itu, yang sudah hendak menyerang lagi. Hanya belum lagi mereka bentrok pula, Ang Cit Kong berdua Oey Yok Su sudah berlompat maju menghalang di antara mereka.

"Sungguh malu," berkata Auwyang Hong. "Tak keburu aku menahan diri! Apakah si nona terluka?"

Sebenarnya Oey Yong kaget bukan main, tetapi mendengar pertanyaan orang itu, ia memaksakan diri tertawa.

"Ayahku berada disini, mana dapat kau melukakan aku?" katanya.

Oey Yok Su pun khawatir. Ia lantas cekal tangan anaknya itu. Ia menarik. "Apakah kau merasakan sesuatu yang beda pada tubuhmu?" tanyanya. "Lekas kau mainkan napasmu!"

Oey Yong menurut, lantas menarik dan mengeluarkan napas dengan beraturan. Ia tidak merasakan apapun yang mengganggu pernapasannya. Maka ia lantas tertawa seraya menggeleng-gelengkan kepalanya.

Melihat itu, barulah hati Oey Yok Su lega. "Kedua pamanmu lagi berlatih silat di sini, kenapa kau main gila, budak?!" ayah ini menegur putrinya. "Kee-mo-kang dari Auwyang pepe hebat luar biasa, jikalau bukannya dia menaruh belas kasihan kepadamu, apakah kau kira sekarang masih mempunyai jiwamu? Coba kau lihat paseban itu!"

Oey Yong berpaling, melihat paseban seperti kata ayahnya. Diam-diam ia terperanjat. Paseban itu telah runtuh sebagian tiang bambunya, yang mendam ke dalam tanah, telah terbongkar tercabut dan remuk bekas kena hajaran Silat Kodok. Tanpa merasa, ia mengulur lidahnya.

Ilmu silat Kee-mo-kang dari Auwyang Hong itu dimulai dari mendiamkan diri disusul sama gerakan tubuhnya, ketika itu seluruh tenaganya telah dikerahkan, kalau ia diserang, segera ia dapat menolak balik serangan itu. Untuk menyerang pun ia mesti berdiam dulu, memasang kuda-kudanya yang aneh bagaikan kodok nongkrong. Barusan ia melayani Ang Cit Kong, ia bersiap dengan kuda-kudanya yang aneh itu, disaat ia hendak menyerang, mendadak Oey Yong pun berlompat turun sebab dipondong Kwee Ceng, jadi tepat si nona melintang di tengah.

Auwyanng Hong pun kaget melihat arah serangannya adalah si nona, ia hendak ambil sebagai istri dari keponakannya. Ia menginsyafi bahwa si nona terancam bahaya maut, jiwanya tak bakal tertolong lagi. Ia juga dapat mendengar cegahan Oey Yok Su. Begitulah ia mencoba menarik pulang pukulannya tetapi gagal, paseban kena terhajar runtuh, doronga tenaga itu berlangsung terus. Lalu mendadak ia merasakan ada satu tenaga lain yang menahannya. Ketika ia sudah berhenti menyerang, ia memasang mata tajam ke depan. Terlihat olehnya, penolong dari si nona adalah si pemuda Kwee Ceng. Diam-diam ia mengagumi Ang Cit Kong, katanya dalam hati: "Benar-benar lihay ini pengemis bangkotan, dia berhasil mengajari muridnya ilmu yang begini sempurna!"

Oey Yok Su pun berpikir melihat sepak terjang Kwee Ceng, yang selama di Kwie-in-chung pernah ia saksikan ilmu kepandaiannya. Katanya dalam hati: "Ini bocah tidak tahu tingginya langit tebalnya bumi, dia berani melayani Auwyang Hong, tidak memandang aku, tidakkah urat-urat dan tulang-¬tulangnya bakal putus dan remuk?" Ia mengatakan demikian karena tidak tahu, Kwee Ceng yang sekarang bukan lagi Kwee Ceng yang sama di Kwie¬in-chung itu.

Ia ketahui, barusan adalah Kwee Ceng yang sudah menolong putrinya, maka tanpa merasa kesannya yang kurang baik untuk pemuda itu menjadi berkurang tujuh atau delapan bagian. Bukankah bocah itu sudah berani berkorban untuk Oey Yong? Akhirnya ia berpikir: "Bocah ini jujur dan baik hatinya, walaupun tidak dapat aku nikahkan anakku kepadanya, mesti menghadiahkan sesuatu kepadanya." Selagi Tong Shia berpikir demikian, ia mendapat dengar suaranya Ang Cit Kong.

"Makhluk beracun bangkotan, sungguh kau hebat!" demikian Pak Kay, si Pengemis dari Utara. "Kita berdua belum ada yang kalah dan menang, mari kita bertempur pula!"

"Baik, bersedia aku melayani seorang budiman!" menjawab See Tok, si racun dari Barat.

Ang Cit Kong tertawa. "Aku bukannya seorang budiman, aku hanyalah pengemis!"

Dengan hanya sekali berlompat, raja pengemis ini sudah berada dalam gelanggang. Auwyang Hong juga hendak masuk ke dalam gelanggang itu tatkala Oey Yok Su mencegahnya seraya Tong Shia melonjorkan tangannya yang kiri.




"Tunggu dulu, saudara Cit dan saudara Hong!" katanya. "Kamu berdua sudah bertarung lebih daripada seribu jurus, kamu tetap belum memutuskan menang atau kalah, karena hari ini kamu berdua adalah tetamu-tetamu terhormat dari Tho Hoa To, lebih baik kamu berdua duduk minum beberapa cawan arak pilihan yang aku nanti menyediakannya. Saatnya merundingkan pedang di Hoa San akan tiba di depan mata, maka waktu itu bukan cuma kamu berdua yang bakal mengadu kepandaian, juga aku dan Toan Hong Ya akan bersama turun tangan! Bagaimana jikalau pertempuran hari ini disudahi sampai disini?"

"Baiklah!" menyahut Auwyang Hong tertawa, "Kalau kita bertempur pula, pastilah aku bakal kalah!"

Ang Cit Kong menarik pulang dirinya. Ia pun tertawa. "Si makhluk berbisa bangkotan dari Wilayah Barat lain mulut lain hatinya!" berkata dia. "Kau memang sudah sangat tersohor! Kau membilang bakal kalah, itu artinya kau bakal menang! Tidak, aku si pengemis tua tidak dapat mempercayainya!"

"Jikalau begitu, hendak aku mencoba pula kepandaianmu, saudara Cit!" Auwyang Hong menantang.

"Tidak ada yang terlebih baik daripada itu!" Ang Cit Kong menyambut. Dan ia pun bersiap pula.

"Sudahlah!" berkata Oey Yok Su tertawa, melihat orang hendak bertempur lagi. "Nyatalah kamu berdua hari ini datang ke Thoa Hoa To untuk mempertunjukkan kepandaian!"

Ang Cit Kong tertawa lebar. "Pantas kau menegurku, saudara Yok!" katanya. "Sebenarnya kami datang kemari untuk mengajukan lamaran, bukannya untuk mengadu kepandaian."

"Bukankah aku telah mengatakan hendak mengajukan tiga syarat untuk menguji kedua sieheng?" berkata pula Oey Yok Su. "Siapa yang lulus, dialah yang aku akan ambil sebagai menantuku, dan siapa yang jatuh, dia pun tidak bakal aku membuatnya pulang kecewa."

Cit Kong agaknya heran. "Apa?! Apakah kau masih mempunyai lain putri lagi?" tanyanya.

"Sekarang ini belum!" sahut Oey Yok Su tertawa. "Umpama kata aku lekas-lekas menikah pula dan mendapatkan satu anak perempuan, sekarang ini sudah tidak keburu lagi! Aku ini mengerti juga kasar-¬kasar tentang ilmu pengobatan dan meramalkan, maka itu sieheng yang mana yang tidak lulus, jikalau ia tidak mencelanya dan sudi mempelajari dia boleh memilih pelajaran yang mana ia penuju, nanti aku mengajarinya dengan sungguh-sungguh."

Ang Cit Kong memang tahu Oey Yok Su banyak pengetahuannya, ia anggap lumayan juga andaikata orang tak dapat menjadi menantunya tetapi dapat semacam kepandaian daripadanya untuk kepentingan seumur hidupnya.

Auwyang Hong melihat Cit Kong tidak segera menjawab, ia mendahului: "Baiklah begini keputusan kita! Sebenarnya saudara Yok sudah menerima baik keponakanku tetapi karena memandang mukanya saudara Cit, biarlah kedua bocah itu diuji pula! Aku lihat cara ini tidak sampai merenggangkan kerukunan."

Ia lantas berpaling kepada keponakannya, akan membilang: "Sebentar, apabila kau tidak sanggup melawan Kwee Sieheng, itu tandanya kau sendiri yang tidak punya guna, kau tidak dapat menyesalkan lain orang, kita semua mesti dengan gembira meminum arak kegirangan Kwee Sieheng itu! Jikalau kau memikir lainnya, hingga timbul lain kesulitan, bukan saja kedua locianpwee bakal tidak menerima kau, aku sendiri pun tidak gampang-gampang memberi ampun padamu!"

Ang Cit Kong tertawa berlenggak. "Makhluk berbisa bangkotan, teranglah sudah kau merasa sangat pasti untuk kemenangan pihakmu ini!" ia berkata. "Kata-katamu ini sengaja kau perdengarkan untuk kami mendengarnya, supaya kami tidak usah mengadu kepandaian lagi dan lantas saja menyerah kalah!"

Auwyang Hong tertawa pula. "Jikalau kau ketahui itu, bagus! Saudara Yok, silahkan kau menyebutkan syarat atau cara ujianmu itu!"

Oey Yok Su sudah berkeputusan akan menyerahkan gadisnya kepada Auwyang Kongcu, ia telah mengambil putusan akan mengajukan tiga soal yang mesti dapat dimenangkan calon baba mantunya. Tetapi, sedang ia memikir untuk membuka mulutnya, Ang Cit Kong mendahului.

"Main ujian? Itu pun baik!" kata Pak Kay. "Kita bangsa memainkan pukulan dan tendangan, maka itu saudara Yok, jikalau kau mengajukan syarat, mestilah itu mengenai ilmu silat. Umpama kata kau mengajukan urusan syair dan nyanyian, atau soal mantera dan melukis gambar dan lainnya, maka kami berdua terang-terang akan mengaku kalah saja, kami akan menepuk-nepuk kempolan kami dan mengangkat kaki, tak usah lagi mempertontonkan keburukan kami di depan kamu!"

"Itulah pasti!" Oey Yok Su memberikan kepastiannya. "Yang pertama-tama ialah mengadu silat…"

"Itulah tak dapat!" Auwyang Hong menyelak. "Sekarang ini keponakanku tengah terluka."

"Ini aku tahu," kata Oey Yok Su tertawa. "Aku juga tidak membiarkan kedua sieheng mengadu kepandaian di Tho Hoa To ini, sebab itu dapat merenggangkan kerukunan kedua pihak."

"Jadi bukannya mereka berdua mengadu silat?" Auwyang Hong menegaskan.

"Tidak salah!" sahut Oey Yok Su.

Auwyang Hong girang, ia tertawa. "Benar!" katanya. "Apakah kepala penguji hendak memperlihatkan beberapa jurus untuk setiap orang mencoba-coba jurus itu?"

"Itu juga bukan," Oey Yok Su menggeleng kepalanya.

"Dengan cara itu sudah dipertanggungjawabkan yang aku nanti tidak berlaku berat sebelah. Bukankah diwaktu menggerakkan tangan dapat orang membikin enteng atau berat sesuka hati? Saudara Hong, kepandaianmu dan sudara Cit sudah sampai dipuncaknya kemahiran dan barusan pun, sampai seribu jurus lebih, kamu masih sama tangguhnya. Sekarang baiklah kau mencoba Kwee Sieheng dan saudara Cit mencoba Auwyang Sieheng."

Mendengar itu Ang Cit Kong tertawa. "Cara ini tidak jelek!" bilangnya. "Mari, mari kita coba-¬coba!" sembari berkata, ia terus menggapai Auwyang Kongcu.

"Tunggu dulu!" berkata Oey Yok Su cepat. "Kita harus mengadakan aturannya. Pertama-tama; Auwyang Sieheng lagi terluka, tidak dapat mengempos semangatnya dan berkeras menggunakan tenaganya, dari itu kita harus menguji kepandaiannya tetapi bukan tenaganya. Kedua; kamu berempat harus bertempur di atas bambu, siapa yang lebih dulu jatuh ke tanah, dialah yang kalah. Dan yang ketiga; Siapa yang melukai pihak anak muda, dialah yang kalah."

Ang Cit Kong heran. "Melukai anak muda dihitung kalah?" dia bertanya.

"Demikian selayaknya!" menjawab Oey Yok Su. "Kamu berdua sangat lihay, jikalau tidak diadakan aturan semacam ini, sekali kamu turun tangan, apakah kedua sieheng masih ada nyawanya? Saudara Cit, asal kau membikin lecet saja kulitnya Auwyang Sieheng, kau teranggap kalah! Demikian juga dengan saudara Hong!"

Pak Kay menggaruk-garuk kepalanya. Tapi ia tertawa. "Oey Lao Shia si Sesat bangkotan benar-benar sangat ajaib bin aneh, bukan percuma namanya disohorkan!" katanya. "Pikir saja, siapa yang melukai musuh dia justru yang kalah! Aturan ini adalah aturan paling aneh sejak jaman purbakala! Tapi baiklah, mari kita bertindak menurut aturan ini!"

Oey Yok Su memberi tanda dengan kipas tangannya, keempat orang itu sudah lantas berlompat naik ke atas pohon, merupakan dua rombongan; Ang Cit Kong bersama Auwyang Kongcu di kanan, dan Auwyang Hong bersama Kwee Ceng di kiri.

Oey Yok Su masgul. Ia ketahui baik, Auwyang Kongcu lebih llihay daripada Kwee Ceng, benar pemuda itu terluka tetapi dengan mengadu ringan tubuh, dia masih terlebih unggul.

Oey Yok Su sudah lantas berseru; "Asal aku menghitung habis satu, dua dan tiga, kamu semua boleh mulai bertempur! Auwyang Sieheng dan Kwee Sieheng, siapa saja di antara kamu yang jatuh lebih dulu, dialah yang kalah!"

Mendengar begitu, Oey Yong berpikir keras, memikirkan daya untuk membantu Kwee Ceng. Ia bingung, Auwyang Hong sangat lihay, bagaimana ia dapat menyelak di antara mereka itu?

Segera Oey Yok Su menghitung: "Satu! Dua…! Tiga!"

Maka bergeraklah keempat orang di atas tiang bambu itu, bergerak-gerak bagaikan bayangan.

Oey Yong mengkhawatirkan Kwee Ceng, ia memasang mata. Ia melihat, cepat sekali sudah lewat belasan jurus. Ia menjadi heran, tidak kecuali Oey Yok Su, yang tidak menyangka pemuda itu demikian pesat kemajuannya.

"Aneh, mengapa dia masih belum kalah?" pikir Tong Sia si Sesat dari Timur.

Auwyang Hong sendiri sangat berduka, ia menjadi bergelisah sendiri, dengan sendirinya ia mulai gunakan tenaga, untuk mendesak. Ia heran dengan lihaynya si bocah. Dipihak lain, tidak dapat ia melukai si bocah. Tapi ia berpikir keras, maka lekas juga ia mendapat jalan. Dengan tiba-tiba saja ia menyapu dengan kedua kakinya untuk membikin lawannya roboh, begitu lekas serangan pertama gagal, ia mengulanginya saling susul, bertubi-tubi.

Diserang secara hebat berantai begitu, Kwee Ceng membuat perlawanan dengan Hang Liong Sip-pat Ciang jurus "Naga Terbang di Langit", tubuhnya beruulang-ulang berlompat, membal ke atas, sedang kedua tangannya, yang dibuka dan nampaknya tajam seperti golok atau gunting, senantiasa dipakai membabat ke arah kaki lawannya yang lihay itu. Ia jadi selalu berkelit sambil menyerang.

Hatinya Oey Yong berdebaran menyaksikan pertempuran dahsyat itu. Ketika ia melirik kepada Ang Cit Kong dan Auwyang Kongcu, ia mendapatkan cara mereka bertempur pun beda.

Auwyang Kongcu memperlihatkan kepandaian meringankan tubuhnya, ia berlari-lari ke Timur dan Barat, sama sekali ia tidak sudi berhadapan sama Ang Cit Kong untuk bertempur sekalipun satu jurus. Kalau Ang Cit Kong merangsak, ia lekas-lekas menyingkir.

"Binatang ini main menyingkir saja, ia memperlambat tempo," pikir Cit Kong. "Kwee Ceng sebaliknya tolol, dia melayani Auwyang Hong mengadu tenaga dan kepandaian, pasti dia bakal jatuh lebih dulu…"

Pengemis dari Utara ini segera berpikir. "Hm!" ia perdengarkan suara di hidungnya, lalu tiba-tiba saja ia lompat mencelat tinggi, menubruk kepada si anak muda, kedua tangannya diulur dengan sembilan jarinya dibuka merupakan cengkeraman ceker baja. Menampak demikian, Auwyang Kongcu terkejut. Segera ia menjejak dengan kaki kirinya, berkelit berlompat ke kanan.

Ang Cit Kong menubruk tempat kosong tetapi ia sudah dapat menduga orang bakal menyingkir ke kanan, maka juga dengan menjumpalitkan tubuhnya, ia mendahului lompat ke kanan, di sana segera ia bersiap dengan kedua tangan sambil ia berseru: "Biarlah aku kalah asal kau mampus lebih dulu!"

Auwyang Kongcu kaget bukan main, kaget karena gerakan orang yang sebat, yang seperti memegat jalannya, dan kaget untuk ancaman. Tidak berani ia menangkis serangan itu untuk membela dirinya. Di luar keinginannya, belum sempat ia memikirkan daya, kakinya sudah menginjak tempat kosong, maka terus saja ia jatuh. Ia telah memikir, kalahkah ia dalam pertandingan ini? Hanya ketika itu, Kwee Ceng pun jatuh di sampingnya!

Auwyang Hong telah berpikir keras karena sudah sekian lama ia tidak dapat merobohkan bocah lawannya. Kejadian ini membuatnya bergelisah. ia telah berpikir: “Jikalau aku mesti melayani dia sampai lebih daripada limapuluh jurus, ke mana perginya pamornya See Tok?" Karena ini ia mendesak, bagaikan kilat tangan kirinya menyambar ke belakang lehernya Kwee Ceng. Ia pun berseru: "Kau turunlah!"

Pemuda itu berkelit sambil mendak, tangan kirinya diulur, niatnya untuk menangkis, disaat mana, mendadak Auwyang Hong mengerahkan tenaganya. Ia menjadi kaget hingga ia menegur; "Kau…kau…." Ia hendak menanya: "Kenapa kau tidak menaati peraturan?" dan ia mengerahkan tenaganya. Atau mendadak Auwyang Hong tertawa dan menanya: "Aku kenapa?" Dengan mendadak juga ia membatalkan pengerahan tenaganya itu.

Kwee Ceng mengatur tenaganya, untuk melawan. Ia berkhawatir jago tua itu nanti menggunakan kuntauw kodoknya, ia takut nanti terluka di dalam. Siapa sangka tengah ia berkuat-kuat, tiba-tiba saja penyerangnya itu lenyap dari hadapannya. Di dalam latihan dan pengalaman, sudah tentu ia kalah jauh dibandingkan dengan See Tok, maka syukur untuknya, dari Ciu Pek Thong ia telah memperoleh ilmu silat "Kong Beng Kun" yang terdiri dari tujuhpuluh dua jurus itu, yang sifatnya dalam "keras ada kelembekannya", kalau tidak pastilah akan terjadi seperti di Kwie-in-chung tempo melayani Oey Yok Su, tangannya salah urat. Meski demikian, ia toh terjerumuk, kakinya limbung, tidak ampun lagi ia jatuh kepala di bawah, kaki di atas!

Kalau Auwyang Kongcu jatuh lurus, berdiri, Kwee Ceng menjadi terbalik. Keduanya jatuh berbareng. Tubuh mereka pun berada berdekatan. Auwyang Kongcu melihat tegas saingannya itu, mendadak saja timbul pikirannya yang sesat. Mendadak ia majukan kedua tangannya, untuk menekan kedua kaki Kwee Ceng, berbareng dengan mana, meminjam kaki orang, ia apungi tubuhnya naik. Dengan demikian, selagi ia mumbul, Kwee Ceng sendiri turun semakin cepat.

Oey Yong kaget tidak terkira. Itulah artinya Kwee Ceng pemuda pujaannya bakal kalah. Tanpa merasa, ia menjerit; "Ayo!"

Hampir berbareng dengan jeritan itu, terlebih tubuh Kwee Ceng berbalik mencelat ke atas, di lain pihak, tubuhnya Auwyang Kongcu turun pula, bahkan terus jatuh ke tanah. Di lain pihak lagi, Kwee Ceng telah tiba di atas pohon, berdiri di sebatang cabang, lalu dengan meminjam tenaga cabang itu ia mendekam!

Menyaksikan kejadian itu dari kaget bukan main, Oey Yong menjadi girang bukan kepalang. Sungguh-¬sungguh ia tidak mengerti kenapa bisa terjadi demikian rupa sedang pada Kwee Ceng ia tidak nampak sesuatu aksi. Bukankah pemuda itu terpisah hanya beberapa kaki lagi dari tanah?

Auwyang Hong dan Ang Cit Kong pun sudah sama-¬sama berlompat turun, Ang Cit Kong tertawa terbahak¬-bahak, berulang-ulang ia berseru: "Sungguh indah! Bagus!"

Parasnya See Tok, sebaliknya muram. "Saudara Cit, muridmu yang lihay ini campur aduk sekali ilmu kepandaiannya!" ia berkata, "Dia pun sampai dapat mempelajari ilmu gulat dari bangsa Mongolia!"

Ang Cit Kong tertawa. "Tetapi aku sendiri tidak becus ilmu gulat itu!" katanya, mengaku terus-terang. “Bukan aku yang mengajarkan dia, maka itu janganlah kau main gila denganku!"

Sebenarnya Kwee Ceng kaget sekali Auwyang Kongcu sudah menekan kakinya itu berbareng si kongcu sendiri mengapungkan diri. Dia mengerti, hebat kalau dia jatuh, sedang si kongcu itu bakal berada di atasnya. Itulah artinya ia kalah dan bercelaka. Disaat segenting itu, ia tidak menjadi gugup. Ia melihat kaki orang di depan mukanya, hebat luar biasa, ia menyambar dengan kedua tangannya, menarik dengan keras seraya tubuhnya pun diapungkan ke atas. Memang itulah ilmu gulat orang Mongolia, supaya sesudah roboh dapat berlompat. Itulah ilmu gulat yang tak ada bandingannya turun temurun.

Kwee Ceng menjadi besar di gurun pasir, sebelum ia berguru dengan Kanglam Cit Koay, ia sudah bergaul erat dengan Tuli dan lainnya bocah bangsa Mongolia, dengan sendirinya sering mereka adu gulat. Sekarang ia menghadapi bahaya, hampir tanpa berpikir, ia menggunakan ilmu kepandaiannya itu. Ia pun meminjam tenaga lawan sama seperti Auwyang Kongcu meminjam tenaganya. Dan ia memperoleh kemenangan!

"Kali ini Kwee Sieheng yang menang!" Oey Yok Su sudah lantas mengasih dengar putusannya. "Kau jangan bersusah hati, saudara Hong, jangan panas. Auwyang Sieheng lebih lihay, siapa tahu pertandingan kedua dan ketiga dia nanti yang menang?"

"Kalau begitu, silahkan saudara Yok menyebutkan acara pertandingan yang kedua," meminta Auwyang Hong.

"Pertandingan yang nomor dua dan nomor tiga ini adalah pertandingan secara bun," berkata Oey Yok Su. Cara "bun" ialah cara halus, tanpa kekerasan.

Mendengar ayahnya itu, Oey Yong menjerit. "Ayah, terang-terangan kau berat sebelah!" katanya. "Kenapa kau menggunakan cara bun? Ah, engko Ceng, sudahlah kau jangan mau bertanding pula!"

"Kau tahu apa?!" berkata sang ayah. "Dalam ilmu silat, kalau telah dicapai puncaknya kemahiran, apa orang akan terus main keras-kerasan saja? Acaraku yang kedua ini, kau tahu, adalah untuk meminta kedua sieheng mengenal sebuah lagu serulingku…."

Girang Auwyang Kongcu mendengar halnya acara itu. Katanya dalam hati: "Si tolol ini, apakah tahunya tentang ilmu tetabuhan? Kali ini pastilah aku yang bakal menang…"

Auwyang Hong tapinya berkata; "Anak-anak muda masih lemah sekali latihannya bersemedhi menenangkan hati, aku khawatir tidak dapat mereka bertahan dari lagumu, saudara Yok."







OBJEK WISATA MANCA NEGARA


Teluk Wilhelmina Antartika

Kota Tua Samarkand, Uzbekistan
Pulau Falkland Antartika Inggris
Pulau Falkland Antartika Inggris
Air Terjun Victoria Afrika
Air Terjun Victoria Afrika
Panci Makgadikgadi Botswana, Afrika
Panci Makgadikgadi Botswana, Afrika
Pulau Falkland Antartika Inggris
Pulau Falkland Antartika Inggris
Panorama Alam Georgia
Panorama Alam Georgia
Kebun Raya Singapura
Kebun Raya Singapura
Pagoda Shwedagon Yangon, Myanmar
Pagoda Shwedagon Yangon, Myanmar
Dataran Guci Xiangkhouang, Laos
Dataran Guci Xiangkhoung, Laos
Danau Iskanderkul Tajikistan
Danau Iskanderkul Tajikistan
Piramida Giza Mesir
Piramida Giza Mesir
Ngarai Sungai Ikan Namibia, Afrika
Ngarai Sungai Ikan Namibia, Afrika
Taman Nasional Ala Archa Kirgistan
Taman Nasional Ala Archa Kirgistan
Selat Drake Antartika Amerika
Selat Drake Antartika Amerika
Istana Kekaisaran Tokyo
Istana Kekaisaran Tokyo
Jembatan Gerbang Emas
Jembatan Gerbang Emas - Amerika
Air Terjun Niagara
Air Terjun Niagara Prancis
Grand Canyon
Grand Canyon Amerika
Pasar Terbesar di Bangkok
Pasar Terbesar di Bangkok
Taman Nasional Yellowstone
Taman Nasional Yellowstone - Amerika
Burj Khalifa - Dubai
Budj Khalifa Dubai
Taj Mahal
Taj Mahal India
Musium Amir Temur Uzbekistan
Musium Amir Temur Uzbekista
Blackpool - Amerika
Blackpool Irlandia
Taman Nasional Blue Mountain - Sydney
Taman Nasional Blue Mountain Sydney
Jembatan Baja Terbesar di Australia
Jembatan Baja Terbesar di Australia
Taman Nasional Kakadu Australia
Taman Nasional Kakadu Australia
Danau Baikal Rusia
Danau Baikal Rusia
Biara Meteora Yunani
Biara Meteora Yunani
Pantai Bondi Australia
Pantai Bondi Australia
Menara Eiffel Prancis
Menara Eiffel Prancis
Musium Van Gogh Belanda
Musium Van Gogh Belanda
Gedung Opera Sydney
Gedung Opera Sydney
Gunung Meja Afrika
Gunung Meja Afrika
Menara Kembar Petronas Malaysia
Menara Kembar Petronas Malaysia

===============================




Air Terjun Victoria Afrika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar