Minggu, 08 November 2020

Pendekar Pemanah Rajawali Jilid 062

Beberapa pengemis berlompat maju untuk menolong pemimpinnya, tetapi Auwyang Kongcu menyambar dua orang, ia angkat dengan membentrokkan kepalanya satu dengan lain, yang lain-lainnya menjadi keder.

"Kau kira aku ini siapa yang dapat terjebak kaum bangsa pengemis busuk?!" berkata Auwyang Kongcu tertawa mengejek. Ia terus menepuk kedua tangannya, maka dari dalam lantas keluar dua murid wanitanya, mendorong tubuhnya seorang nona yang tertelikung kedua tangannya, yang romannya kucal sekali. Dialah si nona Thia yang hendak dilindungi oleh kawanan pengemis itu. Semua orang terkejut, tak terkecuali Oey Yong dan Kwee Ceng.

Auwyang Kongcu mengebaskan tangannya, nona Thia dibawa masuk. Dengan roman sangat bangga ia berkata: "Selagi si pengemis tua nelusup masuk ke dalam kantong, aku yang rendah menanti di bawah lauwteng, lantas aku mengundang nona Thia, terus aku pulang lebih dalu untuk menunggu kamu di sini!"

Semua pengemis itu terbengong, mereka saling mangawasi. Mereka benar-benar roboh.

Auwyang Kongcu mengipasi dirinya, ia tertawa ketika berkata: "Nama Partai Pengemis sangat kesohor sehingga nama itu membuatnya orang tertawa hingga giginya copot! Apa yang dinamakan ilmu silat mencuri ayam dan meraba-raba anjing, apa yang disebut pukulan mengemis nasi dan menangkap ular, semua itu telah dikeluarkan! Dibelakang hari, masihkah kau berani usilan urusan kongcu kamu? Sekarang aku memberi ampun jiwa pengemis bangkotan, asal aku dapat meminjam dia punya kedua cahaya terang sebagai tanda mata…!"

Sembari berkata begitu, pemuda ini mengulur tangannya, untuk dengan kedua jerijinya mencongkel mata orang yang ia menyebutnya "Cahaya terang" Kalau mata Lee Seng kena dicongkel, butalah dia.

"Tahan!" mendadak terdengar satu seruan, disusul seseorang melompat masuk ke dalam ruangan, terus menolak ke arah Auwyang Kongcu.

Pemuda ini terperanjat, ia merasakan sambaran angin hingga terhuyung. Inilah hebat sebab semenjak ia keluar dari wilayah Barat, sering menghadapi lawan yang berat tetapi belum pernah seberat ini. Ketika ia melihat orangnya, ia menjadi heran sekali. Sebab orang itu si anak muda bernama Kwee Ceng, dengan siapa ia pernah hadir bersama dalam pestanya Chao Wang. Ia tahu orang ini berkepandaian biasa saja. Kenapa ia sekarang menjadi begini lihay.

"Kau sesat dan buruk, bukannya kau mencoba mengubah kelakuan, kau justru mencelaki orang!" orang itu menegur. "Apakah kau benar-benar tidak melihat mata pada semua orang gagah di kolong langit ini?" Dia memang Kwee Ceng, yang melihat saat untuk tak berdiam lebih lama pula.

Auwyang Kongcu melirik, ia tertawa. "Jadi kaukah si orang gagah di kolong langit ini?" dia mengejek.

"Aku yang muda tidak berani menyebut diriku orang gagah," Kwee Ceng merendah, "Aku hanya hendak membesarkan nyaliku untuk memberi nasehat kepada kau, kongcu. Aku minta sukalah kau memerdekakan nona Thia, habis itu lekas-lekas kau pulang ke Wilayah Barat!"

Auwyang Kongcu tertawa pula. "Jikalau aku tidak sudi dengar nasehatmu, sabahat cilik?" dia menanya.

Belum lagi Kwee Ceng menyahut, Oey Yong dari luar jendela telah mendahului. Katanya; "Engo Ceng, kau hajarlah telur busuk ini!"

Auwyang Ongcu terperanjat. Ia dengar suara orang dan mengenali. "Nona Oey!" ia lantas berkata, "Kau menghendaki aku memerdekakan Nona Thia, ini tidak susah, asal kau sendiri yang sudi ikut denganku! Jikalau kau sudi, bukan hanya Nona Thia, juga wanita-wanita disampingku, akan aku merdekakan semuanya! Bahkan aku akan berjanji, selanjutnya di belakang hari aku tidak akan cari lain wanita lagi! Tidakkah ini bagus?"

"Itu bagus!" menyahut Oey Yong, yang lompat masuk sambil tertawa, "Kita pergi ke Wilayah Barat untuk pesiar, sungguh menarik! engko Ceng, bukankah bagus begitu?"

Belum lagi Kwee Ceng menyahut, Auwyang Kongcu sudah mendahului. "Aku hanya menghendaki kau sendiri," katanya. "Buat apa bocah busuk ini turut bersama?!"

Mendadak Oey Yong menjadi gusar, tangannya menyambar. "Kau berani memaki dia?!" serunya. "Kaulah si bocah busuk!"

Auwyang Kongcu kesemsem melihat Oey Yong datang dengan senyuman berseri-seri, orang nampaknya boto dan manis sekali, maka itu ia berlaku ceriwis, ia tidak menyangka si nona bisa gusar secara tiba-¬tiba. Ia pun tidak bersiaga, maka "Plok!" pipi kirinya kena ditampar. Sebab si nona menggunakan jurus dari "Lok Eng Ciang" yang lihay itu. Beruntung untuknya, si nona tidak menggunakan seluruh tenaganya, ia hanya merasa pipinya itu panas dan sakit.

"Fui!" berseru si kongcu yang menjadi penasaran, seraya tangannya menjambak ke dada si nona.

Oey Yong tidak mau menyingkir dari tangan si pemuda, sebaliknya dengan kedua tangannya menyerang ke arah kepala orang.

Auwyang Kongcu adalah pemuda ceriwis, melihat nona itu menangkis tanpa berkelit, ia girang bukan main. Begitulah tanpa pedulikan kepalanya, ia mengulur terus tangannya. Hanya ketika jari tangannya mengenai dada orang, ia kaget sekali. Tangannya terasa tertusuk dan sakit.

"Oh!" ia menjerit. "Dia mengenakan baju lapis berduri"

Baru sekarang ia ingat. Maka syukur untuknya, karena berlaku ceriwis, ia tidak menjambak keras, cuma meraba. Karena ini ia lekas-lekas menangkis kedua tangan si nona.

"Tidak gampang kau menghajarku!" kata Oey Yong tertawa. "Cuma aku yang berhak menghajar kau, sebaliknya tidak!"

Auwyang Kongcu kewalahan, karena ini tumplak kedongkolannya terhadap Kwee Ceng, yang berdiam saja mengawasi aksi mereka berdua.

"Biarlah aku mampuskan dulu bocah ini, supaya dia mati hatinya!" pikirnya. Dengan "dia" ia maksudkan si nona manis itu. Ia mengawasi Oey Yong tetapi kakinya bergerak menyentil ke belakang di mana Kwee Ceng berdiri, mengarah dada si anak muda. Itulah tendangannya yang lihay, ajarannya SeeTok Auwyang Hong, pamannya yang kesohor itu.

Kwee Ceng seperti terbokong, tidak dapat ia mengelakkan diri. Tapi ia tak sudi mandah saja dihajar, ia segera membalas menyerang. Jadi keras lawan keras. Maka berbareng dua-dua serangan mereka berhasil. Yang satu tertendang kempungannya, yang lain terhajar pahanya yang dipakai menendang. Kedua merasakan sangat sakit. Akan tetapi dua-duanya penasaran, maka itu, bukannya mereka mundur, mereka malah maju pula. Karena itu keduanya jadi bertempur.




Semua orang Kay Pang heran, apapula mereka mengenal pukulan Kwee Ceng. "Itulah jurus istimewa dari Lee Seng yang biasa dipakai untuk menolong diri…." kata mereka. "Kenapa dia pun mengerti dan gerakannya cepat melebihkan Lee Seng?"

Kwee Ceng memang menyerang dengan "Sin liong bwee". Dilain pihak sudah ada beberapa pengemis yang menolong Lee Seng, maka itu, pemimpin pengemis itu pun bisa menyaksikan pertempuran, hingga ia pun heran.

"Hang Liong Sip-pat Ciang itu adalah ilmu rahasia Ang Pangcu ynag tidak sembarangan diturunkan," memikir pemimpin pengemis ini, "Aku sudah berjasa untuk partai, aku cuma diajarkan satu jurus, tetapi anak muda ini lain, agaknya ia mengerti banyak. Mungkinkah ia telah dapat mewariskan semua?"

Juga Auwyang Kongcu heran bukan main. Baru berselang dua bulan pemuda ini telah maju demikian pesat.

Cepat sekali mereka sudah bertempur empatpuluh jurus. Kwee Ceng gunakan semua limabelas jurusnya Hang Liong Sip-pat Ciang, ia telah memutar balik itu. Dasar kalah jauh dari Auwyang Kongcu, ia tidak dapat merobohkannya, ia cuma dapat bertahan. Maka itu, lewat lagi belasan jurus, ia kewalahan. Auwyang Kongcu berlaku sangat gesit, berlompatan ke segela penjuru, tinjunya saban-saban menyambar. Satu kali Kwee Ceng kena didupak kempolannya hingga ia terhuyung. Syukur ia tangguh, tidak dapat celaka. Ia melawan terus, mengulangi jurus¬-jurusnya.

Untuk sementara ini Auwyang Kongcu tidak berani mendesak, berselang lagi sepuluh jurus lebih, setelah ia memahami ilmu silat orang, baru ia merangsak pula. Karena ini ia mulai mencari lowongan untuk turun tangan.

Kwee Ceng sudah habis menjalankan limabelas jurus, ia lantas memulai lagi pula dari seperti semula. Inilah ketika justru ditunggu Auwyang Kongcu. Kongcu ini lantas mendahului menyambar ke pundak lawan.

Kaget sekali Kwee Ceng. Tidak ada jalan untuk melindungi diri dengan limabelas jurusnya. Disaat sangat berbahaya itu, ia berlaku nekat. Ia menubruk seraya menepuk tangan lawan. Itulah ilmu silat menurut caranya sendiri. Ini justru diluar terkaan Auwyang Kongcu yang menjadi kaget, karena ia tidak menyangka bakal disambut secara demikian. Tidak ampun lagi, lengannya kena dihajar. Bahna kaget, ia lompat mundur ke belakang beberapa tindak. Syukur untuknya, ia hanya merasakan sakit, tulang lengannya tidak patah atau remuk.

Kwee Ceng girang melihat hasilnya, yang diluar dugaannya. Ia bahkan jadi insyaf akan dapat diputarbalikkannya ilmu silat itu tanpa menurut aturan. Ia hanya menginsyafi, karena belum terlatih, tenaganya jadi berkurang. Tidak demikian, celakalah tangannya pemuda dari Wilayah Barat itu. Karena ini, hendak ia mencoba terus.

Sekali lagi mereka bergerak, selagi Kwee Ceng hendak mencoba, Auwyang Kongcu sebaliknya penasaran dan hendak menuntut balas. Kesudahannya, pemuda she Auwyang ini menjadi heran sekali. Ia mendapat kenyataan, disebelah jurus-jurus yang biasa, lawannya mempunyai tiga jurus tambahan lainnnya, hingga sulit dia memberi hajaran tepat seperti tadi. Sekarang ini Kwee Ceng dapat menutup kempolan kirinya dan pinggang kanannya, dua lowongan yang diarah oleh lawan.

Kwee Ceng berkelahi dengan bernapsu, ia mengulangi dan mengulangi tambahan tiga jurusnya itu hingga ia seperti telah membikin lengkap delapanbelas jurus Hang Liong Sip-pat Ciang. Ia pun menjadi semakin hapal, pertempuran itu seperti merupakan latihan.

Segera Auwyang Kongcu melayani dengan sabar, gerakannya jadi rada kendor. Ia memikir hendak menanti musuhnya itu letih. Dangan berkelahi secara begini, berbareng ia memahami pula cara berkelahinya musuh. Ia cerdik, belum lama ia sudah dapat melihat kekosongan musuhnya. Atas ini, ia tidak mau mensia-siakan waktu, mendadak ia mengirim serangan. Dengan tangan kiri menggertak dengan menjambak, diam-diam kakinya melayang naik! Kwee Ceng terkejut. Sulit ia menangkis atau berkelit.

Oey Yong menonton dengan waspada, ia melihat pemudanya terancam bahaya, karena ia senantiasa siap sedia, segera mengayun sebelah tanganya, maka tujuh atau delapan jarum kongcian menyambar Auwyang Kongcu.

Kaget pemuda dari Wilayah Barat itu, tetapi ia masih sempat menebas dengan kipasnya. Hanya selagi ia merasa berhasil menyingkirkan semua jarum, kakinya toh terasa sakit dengan mendadak, seperti ada benda yang menancap di jalan darahnya. Karena ini, meskipun tendangannya mengenai sasaran, kenanya tidak hebat. Dengan kaget ia melompat mundur.

"Tikus mana membokong kongcumu!" ia membentak. "Kalau kau berani, mari berlaku terus terang…."

Belum lagi pemuda ini menutup mulutnya, satu benda berkelebat menyambar, sia-sia belaka ia berkelit, tahu-tahu mulutnya kemasukan barang yang memberi rasa sari asin dan keras. Ia kaget dan gusar, lekak melepehkannya. Untuk kemendongkolannya, ia melihat sepotong tulang ayam. Karena ia tahu darimana datangnya sambaran, ia lantas angkat kepalanya, dongak melihat ke penglari.

Justru ia mengangkat kepala, ada debu yang meluruk jatuh. Ia melompat ke samping, terus ia dongak lagi, seraya membuka mulutnya untuk mendamprat. Kali ini belum sempat ia bersuara, mulutnya kembali kemasukan tulang - tulang kaki ayam, maka juga giginya kebentur hingga merasakan sakit!

Bukan alang kepalang mendongkolnya pemuda ini, yang seumurnya belum pernah ada orang menghina atau mempermainkan secara demikian. Lekas-lekas ia membuang tulang dari mulutnya. Diwaktu itu melihat berkelebatnya bayangan, yang melompat turun. Dalam murkanya, ia pun berlompat untuk memapakinya, menyerang bayangan itu. Tapi heran, bukannnya dapat menyerang, ia justru kena memegang barang. Ketika ia melihat barang itu, mendongkolnya bukan kepalang. Dua potong ceker ayam yang besar, yang sudah tidak ada dagingnya!

Berbareng dengan itu, di atas terdengar suara orang tertawa lebar disusul dengan pertanyaan, "Bagaimana? Bagaimana dengan ilmu silat mencuri ayam dan meraba-raba anjing dari si pengemis tua?"

Kapan Kwee Ceng dan Oey Yong mendengar suara itu, keduanya girang bukan main. "Cit Kong!" mereka berseru tanpa tertahan lagi.

Semua orang lantas mengangkat kepala, maka di atas itu mereka lihat Ang Cit Kong tengah duduk dengan enteng sekali, mulutnya lagi menggerogoti paha ayam berikut dadanya, yang dipegangi sebelah tangannya.

Mengenali orang tua itu, hati Auwyang Kongcu menjadi dingin sekali. "Ang Siepee di sana?" ia berkata, "Di sini titjie memberi hormat!" Benar-benar ia lantas menekuk kedua lututnya dan mengangguk-angguk.

"Oh, kau mengenal si pengemis tua?" tanya Ang Cit Kong seraya terus mengganyam ayamnya. Ia menanya acuh tak acuh.

"Memang pernah titjie bertemu sama Ang siepee," menyahut Auwyang Kongcu, yang menyebut dirinya titjie, keponakan. "Titjie ada punya mata tetapi titjie tidak mengenal gunung Tay San, seharusnya titjie mati saja. Dahulu titjie sudah lantas mengirim pesuruh burung ke Barat, memohon petunjuk dari pamanku, setelah itu barulah titjie mengetahui siepee. Pamanku itu memesan, apabila titjie bertemu sama siepee, mesti titjie menyampaikan hormatnya seraya mengharap kesehatan siepee."

"Si Racun Tua itu pandai sekali berpura-puar!" berkata Ang Cit Kong, yang menyebut si racun Tua kepada See Tok Auwyang Hong. "Dia pun banyak mulutnya! Aku si pengemis tua, dapat aku mencuri, dapat aku gegares, tetapi aku tidak merampas anak dara orang, maka kenapa aku bolehnya tidak sehat? Bukankah pamanmu tidak sakit dan tidak tumbuhan juga?"

Auwyang Kongcu malu dan jengah, ia menyahut sembarangan saja.

"Barusan aku mendengar kata-katamu," berkata lagi Ang Cit Kong. "Bukankah kau menyebut-nyebut tentang ilmu silat mencuri ayam dan meraba-raba anjing, tentang pukulan mengemis nasi dan menangkap ular? Bukankah kau sangat memandang enteng kepada semua ilmu silat itu?"

Di dalam hatinya Auwyang Kongcu kata, "Aku tidak menyangka bahwa dia telah bersembunyi di atas penglari…" Tapi toh ia menyahut, "Siepee, aku mohon sukalah siepee memaafkan keponakanmu ini. Tadi aku telah mengoceh tidak karuan karena aku tidak mengetahui ketua Partai lo-enghiong ini justru siepee adanya…"

Ang Cit Kong tertawa ngakak, selagi tertawa, tubuhnya melompat turun. "Kau menyebut dia lo-enghiong, tetapi tidak sanggup melawan kau, maka itu kaulah si enghong!" berkata ketua pengemis itu. "Apakah kau tidak malu? Haha-haha!" Enghiong ialah pendekar dan lo-enghiong adalah pendekar tua.

Auwyang Kongcu malu sekali, hatinya mendongkol bukan main, tetapi ia insyaf bukanlah tandingannya, tidak berani ia turun tangan, tidak berani ia lancang mulut, maka ia terpaksa merendahkan diri.

"Kau mengandalkan ilmu silatnya si Racun Tua, kau datang ke Tionggoan, ke tenggara ini untuk malang melintang! Hm! Hm! Tapi ketahui olehmu, selama si pengemis belum mampus, aku khawatir kau tidak akan mendapatkan tempatmu di sini!" berkata pula si pengemis tua itu.

Auwyang Kongcu terus mesti mengendalikan diri. "Siepee bersama pamanku ada sama kesohornya, maka itu aku menurut saja segala perintah siepee," ia berkata, merendah.

"Bagus, ya!" berseru Cit Kong. "Kau maksudkan aku si besar menghina si kecil, si tua menghina kamu si anak muda?"

Auwyang Kongcu tidak membuka suara, ia melawan diam.

"Dibawah perintahku si pengemis tua," berkata Cit Kong, "Meski benar ada si pengemis besar, si pengemis pertengahan dan si pengemis kecil, mereka itu bukanlah murid-muridku! sekalipun ini si orang she Lee, dia barulah belajar serupa ilmu silatku yang kasar, ia masih bukan muridku yang dapat menjadi ahli warisku! Bukankah kau memandang enteng ilmu silatku mencuri ayam dan meraba anjing? Bukankah aku si pengemis bangkotan omong besar, apabila aku hendak mengangkat satu murid langsung, belum tentu ia seperti kau!"

"Itu sudah sewajarnya," menyahut Auwyang Kongcu.

"Di mulut kau mengatakan begini, di dalam hatimu kau mencaci aku," kata pula Ang Cit Kong.

"Keponakanmu tidak berani," membilang Auwyang Kongcu.

"Cit Kong jangan percaya obrolannya!" Oey Yong menyelak. "Di dalam hatinya dia memang sedang mencaci kau, malah mencaci lebih hebat sekali!"

"Bagus ya, bocah ini berani mencaci aku!" seru Cit Kong dengan gusar.

Mendadak ia mengulur tangannya, bagaikan kilat, kipas di tangan si anak muda telah kena dirampas, hingga orang melengak. Dia membeber kipas itu, di situ terlihat lukisan beberapa tangkai bunga bouwtan serta tulisannya Cie Hie dari jaman Song Utara, di samping mana ada lagi sebaris tulisan, bunyinya "Pek To San Cu", artinya tuan dari Pek To San. Itu tulisan Auwyang Kongcu sendiri.

"Hm!" Cit Kong memperdengarkan suara dingin. Kemudian ia menanya Oey Yong: "Bagaimana kau lihat ini beberapa huruf?"

Sepasang alis mata si nona terangkat. Ia menjawab: "Sungguh menyebalkan! Itu mirip tulisannya kuasa dari toko penukar uang perak!"

Auwyang Kongcu biasa mengagulkan diri sebagai pemuda yang pandai ilmu silat dan ilmu surat, sekarang ia mendengar celaan Oey Yong, ia mendongkol bukan main, dengan mata melotot ia memandang si nona. Tapi ia melihat wajah orang yang terang, yang seperti tertawa bukannya tertawa, ia menjadi tercengang.

Ang Cit Kong membeber kipas di telapak tangannya yang satu, ia bawa itu ke mulutnya untuk dipakai menyusuti beberapa kali. Ia baru saja habis menggerogoti ayam, di bibirnya masih berlepotan minyak, maka bisa di mengerti kalau kipas indah itu bukannya menjadi kipas lagi, setelah mana ia merangkap jari-jari tangannya, kipas itu teremas menjadi sehelai kertas rongsokan, kemudian melemparkannya!

Untuk lain orang kejadian itu bukan berarti apa-apa, untuk Auwyang Kongcu, itu hebat sekali. Kipas yang menjadi senjatanya untuk bertempur, tulang-tulangnya terbuat dari baja pilihan, dengan diremas, baja itu turut menjadi tidak karuan. Hanya di sebelah itu, ia pun kagum tenaga besar dari si pengemis tua, yang dengan gampang saja dapat meremas remuk!

"Jikalau aku sendiri yang melawan kau, sampai mampus juga kau tentu tidak puas," berkata Ang Cit Kong. "Maka sekarang juga hendak aku mengangkat seoarng murid supaya segera dia melawan kau….."

Benar-benar Auwyang Kongcu penasaran, dengan berani ia pun berkata, "Saudara ini barusan telah bertempur beberapa puluh jurus denganku, jikalau siepe tidak turun tangan, sudah tentu keponakanmu yang beruntung memperoleh kedudukan di atas angin." Sembar tertawa, ia menunjuk kepada Kwee Ceng.

Cit Kong mendongak ke langit, ia tertawa terbahak¬-bahak. "Anak Ceng, adakah kau muridku?" ia menanya.

Kwee Ceng ingat itu hari ia berlutut kepada orang tua ini, untuk memberi hormat tetapi si orang tua dengan tersipu-sipu membalas berlutut dan mengangguk¬-angguk kepadanya, maka itu ia lekas-lekas menjawab: "Aku yang muda tidak mempunyai rejeki untuk menjadi muridmu."

"Nah, kau dengar, bukan?" berkata Cit Kong kepada pemuda she Auwyang itu.

Auwyang Kongcu menjadi heran sekali. "Pengemis bangka ini pastilah tidak memperdaya orang," pikirnya. "Habis bocah ini, darimanakah dia mendapatkan kepandaiannya?"

Cit Kong tidak mengambil tahu apa yang orang pikir. Ia memandang Kwee Ceng. "Sekarang hendak aku mengambil kau sebagai murid, kau senang atau tidak?" dia tanya. "Apakah kau tidak mencela aku si pengemis tua? Apakah enak mendengarnya kau kalau orang katakan gurumu adalah aku si pengemis tua?"

Tapi Kwee Ceng girang bukan kepalang, lantas saja ia menjatuhkan diri di depan si raja pengemis itu, untuk paykui delapan kali.

"Hai, anak tolo!" kata si guru, "Mengapa kau tidak memanggil suhu?"

"Sebenarnya teecu sudah mempunyai enam guru, maka itu teecu pikir…." Untuk sejenak bocah ini merandak, ia bersangsi. "Teecu memikir untuk menanyakan dulu pikirannya keenam guruku…"

"Benar-benar!" berkata Ang Cit Kong. "Seorang kuncu memang tidak melupakan asal usulnya! Baiklah, sekarang aku mengajarkan kau dulu dengan tiga jurus."

Lalu di depan Auwyang Kongcu sendiri, Cit Kong mengajarkan Kwee Ceng sisanya tiga jurus lagi Hang Liong Sip-pat Ciang. Sudah tentu ketiga jurus itu beda dengan tiga jurus ciptaan Kwee Ceng sendiri.

Cit Kong tunggu sampai Kwee Ceng sudah dapat menghapalkan tiga jurus itu, baru ia kata: "Baik, anak yang baik, cukup sudah! Sekarang kau tolong aku mengajar adat bandit cabul ini!"

Kwee Ceng memang sangat sebal terhadap pemuda ceriwis dan jumawa, tanpa membilang apa-¬apa lagi, ia lansung meninju.

Auwyang Kong tidak takut, ia pun lagi mendongkol, maka habis berkelit, lantas ia balas menyerang, maka kembali di situ keduanya bertarung.

Rahasianya Hang Liong Sip-pat Ciang adalah tenaga yang dikerahkan di satu saat, tentang ilmu silatnya sendiri sangatlah sederhana, dipelajarinya pun gampang, yang sulit adalah melatihnya hingga mahir. Orang-orang seperti Nio Cu Ong, Bwee Tiauw Hong dan Auwyang Kongcu, itu bukanlah tandingan Kwee ceng, tetapi kenapa ia sanggup melayani mereka bertiga? Itulah rahasianya. Pula kali ini. Auwyang Kongcu menghadapi sendiri si pengemis tua mengajar Kwee Ceng, kalau perlu ia dapat menyangkoknya, tetapi sekarang setelah bergebrak, ia merasa kesulitan.

Sekarang Kwee Ceng dapat menggunakan delapanbelas jurus, ia dapat menyambung itu kepala dengan buntut dan buntut dengan kepala. Karena ia telah pandai menjalankan limabelas jurus, mendapat tambahan tiga jurus yang terakhir ini, tenaganya lantas saja bertambah.

Auwyang Kongcu melayani bekas tandingannya ini dengan bersungguh-sungguh, dia sudah menggunakan empat macam ilmu silat, tapi cuma dapat berimbang saja - mereka ini jadi sama tangguhnya, sedang tadinya ia terlebih unggul. Sesudah lewat lagi beberapa jurus tanpa hasil, ia menjadi bingung.

"Jikalau hari ini aku tidak memperlihatkan ilmu silat istimewa dari keluargaku, pasti sekali sukar untuk merebut kemenangan." ia berpikir. "Semenjak masih kecil aku telah dididik pamanku, kenapa aku tidak dapat merobohkan muridnya si pengemis tua ini -murid yang baru saja diberi pengajaran? Tidakkah dengan begitu aku akan meruntuhkan kesohoran dari pamanku di tangannya si pengemis bangkotan ini?" Karena ini, mendadak ia mengirim tinjunya yang hebat.

Melihat serangan itu, Kwee Ceng segera menangkis. Tapi mendadak ia seperti kehilangan tangan lawan, yang menjadi lemas dengan sekonyong-konyong, atau dilain saat "Plok!" batang lehernya kena ditinju tanpa ia dapat berdaya. Ia menjadi kaget sekali, sambil tunduk ia lompat, tangannya membalas menyambar.

Auwyang Kongcu berkelit sambil menggeser kaki, sambil berkelit, ia juga menyerang. Kali ini Kwee Ceng tidak berani menangkis, ia berkelit dengan cepat. Tapi aneh gerakan tangan kongcu ini, entah bagaimana, tangannya seperti menuju ke kiri, tahunya ke kanan, maka "Plok!" lagi sekali tangannya ini mengenai pundak. Hebat untuk Kwee Ceng, lekas juga ia terhajar untuk ketiga kalinya.

"Anak Ceng, tahan!" berkata Ang Cit Kong. "Hitunglah kau yang kalah satu kali ini."

Kwee Ceng menurut, ia melompat keluar gelanggang. Ia merasakan sakit pada tempat-tempat yang terpukul, tapi ia pun memberi hormat pada lawannya seraya berkata: "Benar kau lihay, aku bukanlah tandinganmu."

Auwyang Kongcu puas sekali, ia lantas melirik Oey Yong.

Ang Cit Kong lantas berkata: "Si Racun tua setiap hari memelihara ular, ini ilmu silatnya Kulit Ular Emas tentulah ia ciptakan dari tubuhnya ular berbisa. Kau beruntung sekali, karena sekarang aku si pengemis tua belum dapat memikir daya untuk memecahkannya. Nah, kau pergilah baik-baik."

Auwyang Kongcu tercekat hatinya. Ia pikir: "Paman telah pesan wanta-wanti padaku, kalau bukan menghadapi bencana kematian, tidak boleh aku menggunakan silatnya yang diberi nama Kim Coa Kun, Kuntauw Ular Emas, sekarang si pengemis tua mengetahuinya, apabila pamanku mengetahui juga, aku bisa di hukum berat."

Karena ini lenyaplah kepuasan hatinya. Ia memberi hormat kepada Ang Cit Kong, lantas ia bertindak keluar dari rumah itu.

"Eh, tunggu dulu, hendak aku bicara denganmu!" Oey Yong mencegah.

Auwyang Kongcu menghentikan tindakannya, ia menoleh. Oey Yong memberi hormat dan menjura kepada Ang Cit Kong. "Cit Kong," katanya, "Baiklah hari ini kau menerima dua murid. Kau sekarang berat sebelah, aku tidak mau mengerti!"

Ang Cit Kong menggeleng kepala tetapi ia tertawa. "Sebenarnya aku telah melanggar aturan dengan menerima murid," katanya. "Maka itu tidak dapat dalam satu hari aku melanggar pula aturan dengan menerima dua murid. Ayahmu sendiri sangat lihay, mana dapat ia membiarkan kau mengangkat aku si pengemis tua menjadi gurumu…"

Oey Yong menunjukkan rupa kaget dan sadar. "Oh, kau jeri terhadap ayahku!" katanya.

Cit Kong kena dibikin panas hatinya. "Takut?" katanya, "Hm! Baiklah, aku terima kau sebagai murid! Mustahil Oey Lao Shia di Bangkotan Tersesat nanti gegares tubuhku!"

Oey Yong girang, ia tertawa. "Baiklah, satu patah menjadi kepastian" ujarnya. "Jangan kau menyesali! Suhu, kamu kaum pengemis, bagaimana caranya kamu menangkap ular? Coba suhu mengajariku."







OBJEK WISATA MANCA NEGARA


Teluk Wilhelmina Antartika

Kota Tua Samarkand, Uzbekistan
Pulau Falkland Antartika Inggris
Pulau Falkland Antartika Inggris
Air Terjun Victoria Afrika
Air Terjun Victoria Afrika
Panci Makgadikgadi Botswana, Afrika
Panci Makgadikgadi Botswana, Afrika
Pulau Falkland Antartika Inggris
Pulau Falkland Antartika Inggris
Panorama Alam Georgia
Panorama Alam Georgia
Kebun Raya Singapura
Kebun Raya Singapura
Pagoda Shwedagon Yangon, Myanmar
Pagoda Shwedagon Yangon, Myanmar
Dataran Guci Xiangkhouang, Laos
Dataran Guci Xiangkhoung, Laos
Danau Iskanderkul Tajikistan
Danau Iskanderkul Tajikistan
Piramida Giza Mesir
Piramida Giza Mesir
Ngarai Sungai Ikan Namibia, Afrika
Ngarai Sungai Ikan Namibia, Afrika
Taman Nasional Ala Archa Kirgistan
Taman Nasional Ala Archa Kirgistan
Selat Drake Antartika Amerika
Selat Drake Antartika Amerika
Istana Kekaisaran Tokyo
Istana Kekaisaran Tokyo
Jembatan Gerbang Emas
Jembatan Gerbang Emas - Amerika
Air Terjun Niagara
Air Terjun Niagara Prancis
Grand Canyon
Grand Canyon Amerika
Pasar Terbesar di Bangkok
Pasar Terbesar di Bangkok
Taman Nasional Yellowstone
Taman Nasional Yellowstone - Amerika
Burj Khalifa - Dubai
Budj Khalifa Dubai
Taj Mahal
Taj Mahal India
Musium Amir Temur Uzbekistan
Musium Amir Temur Uzbekista
Blackpool - Amerika
Blackpool Irlandia
Taman Nasional Blue Mountain - Sydney
Taman Nasional Blue Mountain Sydney
Jembatan Baja Terbesar di Australia
Jembatan Baja Terbesar di Australia
Taman Nasional Kakadu Australia
Taman Nasional Kakadu Australia
Danau Baikal Rusia
Danau Baikal Rusia
Biara Meteora Yunani
Biara Meteora Yunani
Pantai Bondi Australia
Pantai Bondi Australia
Menara Eiffel Prancis
Menara Eiffel Prancis
Musium Van Gogh Belanda
Musium Van Gogh Belanda
Gedung Opera Sydney
Gedung Opera Sydney
Gunung Meja Afrika
Gunung Meja Afrika
Menara Kembar Petronas Malaysia
Menara Kembar Petronas Malaysia

===============================




Air Terjun Victoria Afrika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar