Kamis, 05 November 2020

Pendekar Pemanah Rajawali Jilid 060

Oey Yong agaknya merasa berat tetapi dengan tangan kanannya ia membacok ke tangan kirinya. Melihat ini, pemuda itu mengerti, di dalam hatinya ia berkata: "Oh, kiranya dia hendak mengutungi tangannya sendiri. Bwee Tiauw Hong ini memang jahat sekali, hanya setelah ia insyaf, kenapa ia mesti dihukum secara demikian hebat? Mesti aku minta Yong-jie memohonkan ampun…"

Tengah pemuda ini berpikir demikian, Oey Yok Su berpaling padanya seraya menggapai. "Kaukah yang bernama Kwee Ceng?" ia menanya.

Kwee Ceng segera maju memberi hormat sambil menjura.

"Teecu Kwee Ceng menghadap Oey Locianpwee," katanya hormat.

"Tan Hian Hong yang menjadi murid kepalaku, kau yang membinasakan, kepandaianmu bukan main," kata Oey Yok Su.

Kwee Ceng terperanjat. Suara tak berkesan baik untunya. Tapi ia lekas menjawab: "Ketika itu teecu masih muda sekali dan belum tahu apa-apa, teecu kena tertangkap oleh Tan Cianpwee, dalam ketakutan dan bingung, teecu kesalahan tangan telah membinasakannya…."

"Hm!" Oey Yok Su memperdengarkan suara yang dingin. "Tan Hian Hong memang benar adalah murid murtad dari kalanganku, tetapi untuk membinasakannya, adalah hak kami. Apakah murid-¬murid dari Tho Hoa To boleh di bunuh orang luar?!"

Kwee Ceng tidak dapat menjawab, ia diam.

"Ayah," Oey Yong berkata, "Ketika itu dia baru berumur enam tahu, tahu apa dia?"

Oey Yok Su tidak melayani putrinya, ia seperti tidak mendengar perkataan orang.

"Si pengemis tua she Ang itu biasanya tidak suka menerima murid," katanya sejenak kemudian. "Tetapi sekarang ia mengajarkan kau Hang Ling Sip-pat Ciang sampai limabelas jurus, tentu kau punya sifat-sifat baik yang melebihi orang lain. Kalau tidak demikian, pasti kau bujuk dia dengan akal, yang membuat hatinya girang, hingga ia suka menurunkan kepandaiannya. Kau telah menggunakan kepandaian si pengemis tua untuk merobohkan - hm,hm! Kalau nanti si pengemis itu bertemu dengan aku, bukankah ia bakal banyak bacot?"

Kembali Oey Yong memotong perkataan ayahnya.

"Ayah, memang benar ada digunai bujukan!" katanya sambil tertawa. "Tetapi bukan dia yang mengakalinya, hanya aku! Dia seorang yang polos, jangan ayah berlaku galak dan membuatnya ketakutan."

Oey Yok Su tidak melayani gadisnya. Sebenarnya semenjak istrinya menutup mata, ia sangat menyayangi gadisnya ini, karena itu anaknya menjadi manja. Demikian sudah terjadi, karena ditegur ayahnya, Oey Yong minggat. Tadinya Oey Yok Su menyangka, sebagai seorang wanita, setelah buron, anaknya bakal menderita sekali, siapa tahu, anak itu sehat dan tetap manja seperti biasa. Melihat anak itu agak rapat sekali pergaulannya sama Kwee Ceng, padahal dia kurang rapat dengan ayahnya sendiri, ia menjadi tidak puas. Maka itu, ia kata pula pada si anak muda: "Dengan si pengemis tua mengajarkan kau ilmu silat, kau terang sudah menertawakan partaiku tidak ada orangnya, bahwa setiap muridku tidak punya guna…"

Oey Yong bisa menerka hati ayahnya, yang tidak senang Tiauw Hong dikalahkan dengan Hang Liong Sip-pat Ciang, kembali ia menyela: "Ayah, siapakah bilang partai Tho Hoa To tidak ada orangnya? Dia ini beruntung sebab mata Bwee Suci buta! Nanti aku bikin ayah puas!" Ia lantas lompat ke depan seraya berseru, "Mari, mari! Nanti aku gunakan kebisaan biasa saja yang ayah ajarkan aku melayani kepandaian istimewa Ang Cit Kong!" Ia menantang Kwee ceng, ia tahu kepandaiannya sudah maju jauh sekali hingga hampir seimbang dengannya, kalau dalam beberapa puluh jurus mereka berdua bertanding seri, itu saja sudah cukup untuk membikin puas ayahnya.

Kwee Ceng dapat mengerti maskud si nona, justru Oey Yong tidak bilang apapun, ia menerima tantangan. Tetapi ia kata: "Biasanya aku kalah dari kau, baik aku biarkan kau menghajarku dengan beberapa gebukan lagi!" Bahkan ia ayun tangan kanannya seraya melompat maju.

"Lihat tanganku!" Oey Yong pun berseru seraya ia membacok dengan tangannya.

Itulah bacokan dari samping, dengan satu jurus dari ilmu silat Lok Eng Ciang.

Kwee Ceng melayani dengan Hnag Liong Sip-pat Ciang, tetapi ia menyayangi Oey Yong, maka ia tidak berkelahi dengan sungguh-sungguh, di lain pihak, Lok Eng Ciang memang lihay, maka setelah banyak jurus, beberapa kali ia kena dihajar, malah untuk memuaskan ayahnya, si nona menggunakan tenaga keras. Oey Yong benar berbuat demikian karena ia tahu tubuh sahabatnya itu kuat.

"Kau masih tidak mau menyerah!" Oey Yong berseru sambil menerjang tidak hentinya.

Kwee Ceng tidak menyahut, ia hanya berkelahi terus. Didesak, ia membela diri.

Disaat itu, mendadak Oey Yok Su mencelat ke arah mereka berdua. Hebat gerakkannya, orang sampai tidak melihatnya, tahu-tahu kedua tanganya sudah diulur, dipakai menyambar masing-masing leher baju kedua bocah itu, lalu ia menggentak, melemparkan mereka. Oey Yong disambar dengan tangan kiri, dia dilempar asal saja. Kwee Ceng dicekal dengan tangan kanan, tangan itu dikerahkan tenaganya, maksudnya supaya si bocah roboh terbanting.

Kwee Ceng tidak berdaya atas sambaran itu, tubuhnya terlempar dingin kebelakang, akan tetapi ketika ia jatuh, kakinya turun lebih dulu, begitu kakinya mengenai tanah, ia seperti menancap diri, ia tidak roboh terguling.

Sebenarnya kalau bocah ini roboh dan mukanya babak belur atau ia tidak dapat bangun lagi, itulah untungnya, tetapi sekarang, melihat ketangguhan kuda-kudanya itu, Oey Yok Su menjadi panas hatinya.

"Hai, kamu bermain sandiwara untuk aku menontonnya?!" dia berseru. "Aku tidak mempunyai murid, mari, kau mencoba-coba menyambut beberapa jurus!"

Kwee Ceng terkejut, lekas ia menjura memberi hormat.

"Biarpun teecu bernyali sebesar langit, tidak mungkin teecu berani melayani locianpwee," katanya hormat.

"Hm, melayani aku!" kata Oey Yok Su tertawa dingin. "Kau tidak tepat, bocah! Aku akan berdiri di sini tanpa bergerak, kau boleh menyerangku dengan Hang Liong Sip-pat Ciang! Asal aku berkelit atau menangkis, anggap saja kalah!"

"Teecu tidak berani," Kwee Ceng berkata pula.

"Tidak berani kau juga mesti beranikan!" mendesak Oey Yok Su.

Kwee Ceng menjadi serba salah. "Kelihatannya tidak dapat aku tidak melayaninya," pikirnya. "Apa boleh buat. Dia tentu hendak meminjam tenagaku, untuk membikin aku roboh beberapa kali…?"

"Lekas kau menyerang!" Oey Yok Su mendesak. Ia dapat kenyataan, walaupun bersangsi, orang sudah mempunyai niat. "Jikalau tidak, aku akan menghajarmu!"

"Karena locianpwe menitahkannya, teecu tidak berani membantah," menyahut Kwee Ceng kemudian. Ia terus membungkuk seraya memutar tangannya melingkar. Ia cuma memakai tenaga enam bagian. Sebabnya ialah kesatu khawatir nanti melukai ayah kekasihnya dan kedua, umpama ia dibikin terjungkal, robohnya tidak hebat. Ia menyerang ke dada. Tapi aneh, ketika mengenai sasaran, tangannya licin, lewat dengan begitu saja.

"Apa? Kau tidak melihat mata padaku?!" menegur Oey Yok Su. "Apakah kau takut aku tidak sanggup bertahan untuk pukulanmu? Benarkah?"

"Teecu tidak berani," menyahut si anak muda. Ia lantas menyerang untuk kedua kalinya. Sekarang ia tidak menahan lagi tenaganya. Serangannya dibarengi sama dikeluarkannya napas. Dengan tangan kiri ia mengancam, tangan kanan menyerang perut.

"Nah, ini baru pukulan benar," berkata Oey Yok Su.




Kwee Ceng kaget bukan main. Serangannya hebat tetapi tidak mengenai sasaran. Sebaliknya tangannya seperti kena disedot, begitu keras hingga tangannya terasa copot. Ia merasakan sakit bukan kepalang.

"Teecu kurang ajar, harap locianpwee memaafkan," ia berkata. Tangannya sementara itu sudah tidak diangkat.

Kanglam Liok Koay heran, kaget dan khawatir. Sungguh hebat Tong Shia ini, tanpa berkelit tanpa menangkis, ia membikin lengan Kwee Ceng mati kutu.

"Kau pun rasai tanganku!" mendadak Oey Yok Su berseru. "Biarlah kau ketahui, yang mana yang lebih lihay, Hang Liong Sip-pat Ciang dari si pengemis tua atau kepandaian dari Tho Hoa To!"

Belum berhenti suara itu, angin sudah menyambar, Kwee Ceng menahan sakit, ia mencelat, maksudnya untuk berkelit. Di luar tahunya, belum tinju orang sampai, telah didului gaetan kaki, maka sedetik itu juga, robohlah Kwee Ceng.

Oey Yong kaget.

"Jangan, ayah!" ia menjerit seraya melompat menubruk Kwee Ceng, di atas tubuh siapa ia mendekam.

Oey Yok Su menyerang terus, tetapi melihat anaknya, tinjunya diubah menjadi cengkeraman dan menjambak baju anak itu, diangkat, kemudian tangan kirinya mengganti menyerang terus.

Kanglam Liok Koay kaget sekali. Mereka tahu itulah pukulan kematian. Maka mereka maju dengan berbareng, untuk menolong murid mereka. Coan Kim Hoat berada paling depan, dengan dacinnya ia menghajar lengan kiri Tong Shia.

Oey Yok Su meletakkan gadisnya di samping. Ia seperti tidak mengambil tahu serangan Kim Hoat yang disusul pedangnya Han Siauw Eng. Ketika kedua serangan itu mengenai sasaran, mendadak saja dacin dan pedang patah menjadi empat potong!

Oey Yong lantas saja menangis.

"Ayah, kau bunuhlah dia!" dia berteriak. "Untuk selamanya aku tidak mau pula bertemu denganmu….!" Tanpa menoleh lagi, ia lari ke arah telaga dan terjun!

"Byur!" air itu berbunyi dan gusar berbareng. Ia tahu putrinya itu pandai berenang dan selulup, semenjak kecil putrinya biasa mandi di Tang Hay, tidak mendarat selama satu hari dan satu malam, akan tetapi kali ini sang putri bakal pergi entah untuk berapa lama, mungkin untuk tidak bertemu pula seperti kata si anak, maka itu dalam kagetnya, ia memburu ke tepi telaga, berdiri bengong mengawasi telaga itu.

Sampai sekian lama barulah Tong Shia si Sesat dari Timur itu berpaling, ia lihat Cu Cong tengah menolong Kwee Ceng dengan menyambungi tangannya. Mendadak ia menumpahkan hawa amarahnya terhadap mereka.

"Lekas kamu bertujuh membunuh diri!" ia membentak, suaranya dingin. "Tak usah sampai aku turun tangan hingga kau menjadi menderita!"

Kwa Tin Ok mengangkat tongkatnya.

"Satu laki-laki tidak takut mampus!" dia kata dengan nyaring. "Apapula penderitaan!"

"Kanglam Liok Koay sudah pulang ke kampung asalnya," Cu Cong pun berkata. "Kalau sekarang kita mengubur tulang-tulang kita di telaga Thay Ouw ini, apakah lagi yang diberati?"

Lantas mereka berenam, dengan senjata di tangan atau tangan kosong, memernahkan diri untuk melawan jago dari Laut Timur itu.

Kwee Ceng jadi berpikir keras. Ia tahu keenam gurunya tidak bakalan sanggup melawan Oey Yok Su. Ia tidak ingin, karena urusannya sendiri, mereka itu mengantar jiwa sia-sia. Maka itu ia lantas melompat untuk menyelak.

"Tan Hian Hong terbinasa di tangan teecu sendiri!" ia berseru, "Kematiannya pun tidak ada sangkut pautnya dengan semua guruku ini! Aku sendiri yang akan mengganti jiwanya!" Ia tahu gurunya yang nomor satu serta yang nomor tiga dan yang nomor tujuh beradat keras, kalau ia mati, mereka itu tentu nekat, maka itu ia menambahkan, "Tapi sakit hati ayahku masih belum terbalas, maka itu apakah locianpwee suka memberi tempo satu bulan kepadaku? Selewat tigapuluh hari teecu bakal datang sendiri ke pulau Tho Hoa To untuk menerima binasa!"

Berat pikirannya Oey Yok Su, karena ia ingat anaknya, hawa amarahnya lantas turut menjadi kendor. Tanpa membilang apapun, ia mengebas tangannya, memutar tubuh, terus ngeloyor pergi.

Kanglam Liok Koay heran, kenapa kata-kata muridnya itu dapat membikin jago Tang Hay itu mengangkat kaki. Mereka curiga, maka itu mereka tetap memasang mata. Tapi benar-benar orang telah pergi.

Seng Hong pun menjublak sekian lama. Kemudian barulah ia mengundang semua tamunya kembali ke dalam.

Bwee Tiauw Hong tertawa mendadak, ia mengebasi tangan bajunya, lalu tubuhnya mencelat setombak lebih, ketika tubuhnya diputar, ia pun lenyap dalam gelap gulita.

"Bwee Suci, bawalah muridmu!" Seng Hong berteriak.

Tidak ada jawaban, sekitar mereka tetap sunyi, maka teranglah sudah, si Mayat Besi pun telah pergi jauh.

Sampai di situ Liok Koan Eng mengasih bangun Wanyen Kang. Tapi orang berdiam saja. Sebab ia telah terkena totokan, tinggal kedua matanya saja yang dapat bergerak-gerak.

"Aku telah terima baik permintaan gurumu, kau pergilah!" berkata Seng Hong. Tapi ia tak dapat membebaskan dari totokan, karena bukanlah totokan dari partainya, kalau ia berbuat demikian, ia jadi berlaku tidak manis terhadap si penotok. Ia mengawasi semua tetamunya, hendak berbicara.

Justru itu Cu Cong menghampiri Wanyen Kang, tanpa membilang apa-apa, ia totok pangeran itu beberapa kali. Sebat totokannya itu, di pinggang beberapa kali disusul sama tepukan beberapa kali di punggung.

Melihat itu Seng ong kagum. "Dia lihay sekali," pikirnya mengenai Cu Cong. "Wanyen Kang bukan sembarang orang tetapi ia dapat ditotok tanpa berbuat apa-apa." Ia tidak tahu, Cu Cong dapat menotok dengan hasil bagus, karena keadaan lagi kacau sekali.

Wanyen Kang merasa sangat malu, tanpa memberi hormat, tanpa membilang apapun, ia angkat kaki.

"Orang ini siapa`" berkata Cu Cong. "Kau bawalah dia pergi!" Ia pun lantas membebaskan Toan Tayjin.

Komandan tentara itu menduga jiwanya bakal hilang, maka itu bukan main girangnya ia ditolong dan dimerdekakan juga. Dengan tergesa¬-gesa ia memberi hormat.

"Enghiong, untuk budi pertolonganmu ini, aku Toan Thian Tek tidak akan melupakan sekali pun sampai akhir ajalku!" katanya.

Kapan Kwee Ceng mendapat dengar itu nama Toan Thian Tek, ia terkejut dan tercengang. Nama itu seperti mengaung di kupingnya.

"Kau…kau bernama Toan Thian Tek?" ia menanya.

"Benar," komandan itu menyahut. "Enghiong kecil, kau punya pengajaran apa untukku?"

"Bukankah delapanbelas tahun yang lampau selama di Lim-an, kau menjadi opsir tentara?" Kwee Ceng menanya pula.

"Benar, enghiong kecil. Bagaimana kau tahu?" kembali Thian Tek menyahut. Kemudian ia memandang pada Koan Eng, sebab barusan ia mendengar keterangan Seng Hong bahwa pemuda itu muridnya Kouw Bok Taysu. Ia berkata: "Aku adalah keponakan yang tidak menyucikan diri dari Kouw Bok Taysu, karenanya kita menjadi orang sendiri, Haha!" Ia senang sekali, tertawa girang.

Kwee Ceng tidak menanya pula, ia hanya menoleh kepada tuan rumah.

"Liok Chungcu," katanya. "Aku yang rendah memohon pinjam ruangan belakang dari rumahmu ini."

"Tentu saja boleh," sahut Seng Hong.

Kwee Ceng mengucap terima kasih, lalu ia tuntun Toan Thian Tek, buat diajak ke belakang. Cepat tindakannya itu.

Kanglam Liok Koay saling memandang, di dalam hatinya masing-masing mereka berkata: "Thian sungguh adil, Siapa nyana justru di sini kita dapat menemui si manusia jahat! Coba bukan dia menyebut namanya sendiri, siapa yang tahu dialah yang dicari ubak-ubakan dan jauh laksaan lie selama tujuh tahun…..?"

Liok Seng Hong dan putranya serta Wanyen Kang tidak mengerti, mereka mengikuti si anak muda. Tiba di ruang belakang, di sana api dipasang terang-terang.

"Aku pinjam pit dan kertas," Kwee Ceng memohon pula.

Seorang bujang sudah lantas menyerahkan perabot tulis yang di minta itu. Kwee Ceng segera menulis di atas sehelai kertas, bunyinya: "sincie dari ayah almarhum, Kwee Siauw Thian." Semua huruf itu besar-besar, lantas di taruh di tengah-tengah ruangan.

Sampai sebegeitu jauh Toan Thian Tek tidak tahu apa yang hendak perbuat orang, lekas ia membaca nama Kwee Siauw Thian, barulah ia kaget hingga umpama kata semangatnya terbang. Ia segera melihat ke selilingnya, lalu ia menjadi terlebih kaget lagi. Ia seperti terkurung Kanglam Liok Koay yang semuanya beroman keren. Tanpa merasa, celananya basah. Lebih-lebih ia tidak dapat melupakan Han Po Kie, si kate gemuk, yang matanya tajam itu. tadi karena kaget dan ketakutan, ia tidak memperhatikannya. Sekarang tubuhnya bergemetaran.

Tiba-tiba tangannya Kwee Ceng terangkat dan turun dengan cepat. Satu suara nyaring menyusul itu. Itulah pecahnya sebuah meja di depan mereka.

"Bilanglah, kau mau mampus cepat dan senang atau kau menghendaki tubuhmu dibikin berkeping-keping hingga kau merasakan penderitaan?!" berkata si anak muda, suaranya bengis. Ia berbicara seraya mengawasi tajam musuh besarnya itu.

Sampai di situ Toan Thian Tek merasa bahwa ia tidak bakal hidup pula. "Memang benar ayahmu itu akulah yang membunuhnya," ia berkata. "Tetapi aku diperintah oleh atasanku, aku tak bisa berbuat lain."

Matanya Kwee Ceng bersinar, biji mata itu seperti mau melompat keluar. "Siapakah itu yang memerintah kau?!" ia tanya. "Siapa mengirim kau untuk membinasakan ayahku! Lekas bilang!"

"Liok-ongya Wanyen Lieh, putra keenam dari negera Kim!" sahut Toan Thian Tek.

Mendengar itu Wanyen Kang terkejut. "Apa kau bilang?" dia menanya.

Toan Thian Tek memang mengharap-harap dapat menyeret orang, supaya dosanya menjadi ringan. Maka itu ia lantas membeber, membuka rahasia bagaimana hari itu Wanyen Lieh tertarik pada Pauw Sek Yok, istri Yo Tiat Sim, untuk mendapatkannya, orang bekerja sama dengan tentara kerajaan Song, dusun Gu-kee-cung didatangi, diserbu, kedua keluarga Yo dan Kwee dibikin celaka. Tapi dengan berpura-pura baik hati, dia sendiri menolong Pauw Sek Yok. Hanya kemudian ia berpisah dari ibunya Kwee Ceng itu dalam kekalutan tentara, ia kabur pulang ke Lim-an. Kemudian dengan perlahan-¬lahan ia mendapat kenaikan pangkat sampai pada pangkatnya yang sekarang. Ia menutur jelas perasaannya itu. Diakhirnya ia berlutut di depan Kwee Ceng.

"Kwee Enghiong, Kwee Tayjin," ia berkata, "Hamba yang rendah menerima titah orang, bukan dosaku…." Ia pun mengangguk-angguk di meja sincie dari Kwee Siauw Thian. "Kwee Looya," ia berkata pula, "Arwahmu di langit mengerti, orang yang membikin celaka keluargamu, ialah musuhmu Wanyen Lieh adanya, si pangeran keenam, bukannya aku yang berjiwa semut. Kwee Looya, hari ini putramu sudah menjadi begini besar dan gagah, kau tentunya girang dan puas, maka itu aku mohon dengan perlindunganmu, supaya sukalah putramu ini memberi ampun pada jiwa anjingku ini…."

Selagi orang mengoceh, mendadak Wanyen Kang lompat, menghajar batok kepalanya, yang lantas saja hancur pecah, tubuhnya roboh dan jiwanya melayang.

Kwee Ceng mendekam di tanah, ia menangis tersedu¬-sedu. Baru sekarang Seng Hong mengerti jelas, maka bersama anaknya ia menjalankan kehormatan di depan sincie, perbuatannya ini diturut oleh Kanglam Liok Koay. Juga Wanyen Kang turut memberi hormat, beberapa kali ia mengangguk-angguk, kemudian ia berkata: "Saudara Kwee, baru sekarang aku ketahui…. Wanyen Lieh adalah musuh besarmu. Tadinya aku tidak ketahui peristiwa ini, aku telah melakukan segala apa yang bertentangan, sungguh aku berdosa. namaku, Yo Kang," menyahut Wanyen Kang.

"Bagus!" kata Kwee Ceng. "Dengan begini barulah kau menjadi laki-laki sejati! Besok aku hendak pergi ke Pak-hia, untuk membunuh Wanyen Lieh, kau hendak turut atau tidak?"

Yo Kang tidak lantas bisa memberikan jawaban. Ia ingat budinya pangeran Kim itu yang telah merawat semenjak kecil. Kapan ia lihat sinar matanya pemuda she Kwee itu, yang agaknya kurang puas, ia menyahut juga: "Siauwtee akan iku toako menuntut balas!" Yo Kang menyebut dirinya siauwtee (adik) dan memanggilnya toako (kakak), sedang tadi ia hampir memanggil ayah angkat diwaktu menyebutkan namanya Wanyen Lieh.

Kwee Ceng girang sekali. "Bagus saudara!" berseru dia. "Almarhum ayahmu dan ibuku pun pernah membilangi aku bahwa dulu ayahmu dan ayahku telah membuat perjanjian untuk kita mengangkat saudara. Aku ingin mewujudkan pesan itu, bagaimana pikiranmu?"

"Itulah yang aku harap," menyahut Yo Kang. Lantas keduanya menjalankan kehormatan di depan sincie, untuk mengangkat saudara.

Sampai di situ, bereslah segalanya, maka tuan rumah mempersilahkan semua tamu beristirahat. Besoknya pagi, Kanglam Liok Koay pamitan dari tuan rumah dengan mengajak Kwee Ceng dan Yo Kang.

Seng Hong membekalkan sesuatu kepada tetamunya, ia antar sampai di luar rumahnya.

Kwee Ceng memberitahukan gurunya bahwa bersama Yo Kang ia hendak pergi ke Utara untuk membunuh Wanyen Lieh, ia minta petunjuk dari mereka.

"Janji di harian Tiong Ciu masih lama, karena kami tidak punya urusan apa-apa, mari kami antar kamu," kata Kwa Tin Ok.

"Begitupun baik," menyatakan Cu Cong dan yang lainnya.

Kwee Ceng bukannya menampik tetapi ia menegaskan sebenarnya tidak perlu gurunya turut dia. Ia kata ilmu silatnya Wanyen Lieh biasa saja, dengan adanya Yo Kang sebagai pembantu, ia sudah merasa cukup. Ia sebaliknya memperingatkan bahwa guru-gurunya baru saja kembali, sudah seharusnya mereka beristirahat di kampung halaman. Ia pun tidak berani membikin pusing gurunya, yang budinya sangat besar sekali.

Kanglam Liok Koay memikir alasan muridnya ini pantas, mereka tidak memaksa untuk turut, mereka jadi memberikan pesan saja.

"Janji untuk pergi ke Thoa Hoa To tidak usah kau penuhi," kata Han Siauw Eng kemudian. Ia memesan begini sebab ia tahu muridnya jujur dan khawatir muridnya pergi ke pulau Tho Hoa To sedang Tong Sia Oey Yok Su itu telengas dan tabiatnya sangat aneh.

"Jikalau teecu tidak pergi, apakah itu bukan berarti tidak menepati janji?" tanya si murid.

"Sama hantu itu mana dapat kita bicara perihal kepercayaan!" kata Yo Kang. "Toako, kau terlalu kukuh!"

Tapi Kwa Tin Ok berpikir lain. Atas suaranya Yo Kang itu ia memperdengarkan "Hm!" kemudian ia bilang: "Anak Ceng, kata-kata kami bangsa laki-laki tidak boleh dibuat permainan! Sekarang ini bulan enam tanggal lima, nanti pada bulan tujuh tanggal satu kita bertemu di Cui Sian Lauw di Kee-hin, dari sana kita boleh berangkat bersama-sama ke Tho Hoa To. Sekarang pergilah kau menaiki kuda merahmu menuju Pak-khia untuk mencari balas. syukurlah jikalau kau berhasil, kalau tidak, kita boleh minta bantuan semua totiang dari Coan Cin Pay. Mereka adalah orang-orang yang memuliakan kebajikan, pastilah mereka tidak akan menapik permohonan kita."

Kwee Ceng sangat bersyukur akan semua gurunya begitu bersungguh-sungguh, ia menghanturkan terima kasih seraya menjatuhkan diri berlutut di tanah.

"Adik angkatmu adalah dari keluarga agung, aku mesti hati-hati," Lam Hie Jin memesan.

Kwee Ceng tidak mengerti, ia mengawasi.

Cu Cong tertawa, ia pun berkata: "Putrinya Oey Yok Su beda dari ayahnya, kami selanjutnya jangan membikin ia mendongkol pula. Benar bukan, shatee?"

Han Po Kie membuat main kumisnya. "Anak busuk itu mengatai aku di labu, rupanya dialah yang paling cantik!" kata si kate terokmok ini, yang akhirnya tertawa sendiri.

Hatinya Kwee Ceng menjadi lega sekali. Itu artinya gurunya tidak membenci pula Oey Yong. Hanya kapan ia ingat si nona, yang entah dimana adanya, ia jadi berduka.

"Nah, anak Ceng, kau lekas pergi lekas kembali!" berkata Coan Kim Hoat. "Kami menanti kabar baik dari kau di Kee-hin!"

Sampai disitu, kanglam Liok Koay lantas berangkat.

Kwee Ceng berdiri di tepi jalanan sambil memegangi les kudanya, ia mengawasi sampai semua gurunya sudah tidak nampak lagi, baru ia menoleh kepada Yo Kang sambil berkata, "Yo hiantee, kudaku ini bisa lari keras, untuk ke Pak-khia pergi dan pulang, cukup dengan belasan hari, maka itu marilah aku temani kau jalan-jalan dulu untuk beberapa hari."

Yo Kang menurut, mereka melakukan perjalanan dengan perlahan-lahan. Kalut pikiran Yo Kang. Ia membayangakan baru berselang sebulan ia hidup mewah dan mulia, datang ke Kanglam dengan diiringi secara besar. Bagaimana agung kedudukannya utusan dari negara Kim yang tangguh itu. Sekarang? Sekarang ia menuju ke kota raja seorang diri, dalam keadaan sangat sepi. Tidakkah ia tengah bermimpi dan impiannya itu buyar dengan tiba-tiba?

Kwee Ceng dapat melihat perubahan roman orang itu, ia hanya menyangka orang tengah berduka karena mengingat ayah ibunya. Ia lantas menghibur.







OBJEK WISATA MANCA NEGARA


Teluk Wilhelmina Antartika

Kota Tua Samarkand, Uzbekistan
Pulau Falkland Antartika Inggris
Pulau Falkland Antartika Inggris
Air Terjun Victoria Afrika
Air Terjun Victoria Afrika
Panci Makgadikgadi Botswana, Afrika
Panci Makgadikgadi Botswana, Afrika
Pulau Falkland Antartika Inggris
Pulau Falkland Antartika Inggris
Panorama Alam Georgia
Panorama Alam Georgia
Kebun Raya Singapura
Kebun Raya Singapura
Pagoda Shwedagon Yangon, Myanmar
Pagoda Shwedagon Yangon, Myanmar
Dataran Guci Xiangkhouang, Laos
Dataran Guci Xiangkhoung, Laos
Danau Iskanderkul Tajikistan
Danau Iskanderkul Tajikistan
Piramida Giza Mesir
Piramida Giza Mesir
Ngarai Sungai Ikan Namibia, Afrika
Ngarai Sungai Ikan Namibia, Afrika
Taman Nasional Ala Archa Kirgistan
Taman Nasional Ala Archa Kirgistan
Selat Drake Antartika Amerika
Selat Drake Antartika Amerika
Istana Kekaisaran Tokyo
Istana Kekaisaran Tokyo
Jembatan Gerbang Emas
Jembatan Gerbang Emas - Amerika
Air Terjun Niagara
Air Terjun Niagara Prancis
Grand Canyon
Grand Canyon Amerika
Pasar Terbesar di Bangkok
Pasar Terbesar di Bangkok
Taman Nasional Yellowstone
Taman Nasional Yellowstone - Amerika
Burj Khalifa - Dubai
Budj Khalifa Dubai
Taj Mahal
Taj Mahal India
Musium Amir Temur Uzbekistan
Musium Amir Temur Uzbekista
Blackpool - Amerika
Blackpool Irlandia
Taman Nasional Blue Mountain - Sydney
Taman Nasional Blue Mountain Sydney
Jembatan Baja Terbesar di Australia
Jembatan Baja Terbesar di Australia
Taman Nasional Kakadu Australia
Taman Nasional Kakadu Australia
Danau Baikal Rusia
Danau Baikal Rusia
Biara Meteora Yunani
Biara Meteora Yunani
Pantai Bondi Australia
Pantai Bondi Australia
Menara Eiffel Prancis
Menara Eiffel Prancis
Musium Van Gogh Belanda
Musium Van Gogh Belanda
Gedung Opera Sydney
Gedung Opera Sydney
Gunung Meja Afrika
Gunung Meja Afrika
Menara Kembar Petronas Malaysia
Menara Kembar Petronas Malaysia

===============================




Air Terjun Victoria Afrika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar