Selasa, 03 November 2020

Pendekar Pemanah Rajawali Jilid 058

Justru itu Kwee Ceng mengajukan diri. "Biarlah murid yang maju lebih dulu!".

Liok Seng Hong menjadi tidak enak hati mendengar Tiauw Hong menentang Liok Koay dan Liok Koay menyambutnya. Ingin ia mengajukan diri sebagai penengah tetapi tidak dapat menghampiri mereka, ia pun tidak mempunyai cukup pengaruh. Maka itu, mendengar suaranya Kwee Ceng, satu pikiran berkelebat di otaknya.

"Tuan-tuan, tahan dulu!" dia mencegah. "Aku minta sukalah kau dengar dulu padaku. Bukankah diantara kalian sudah ada yang meninggal? Maka itu menurutku, pertempuranan ini baiknya dibatasi menang dan kalah dengan saling towel saja, jangan ada yang saling melukai. Liok Koay melawan satu, walau itu sudah seharusnya, aku anggap masihlah kurang adil. Maka itu, aku minta biarlah Bwee Suci main-main saja dengan Kwee Laotee. Setujukah kalian?"

Bwee Tiauw Hong tertawa dingin. "Mana dapat aku menempur segala bocah tak bernama?" katanya.

Tapi Kwee Ceng berani, katanya dengan nyaring, "Suamimu aku yang membunuh, apa sangkut pautnya dengan semua suhuku?"

Tiba-tiba saja Tiauw Hong menjadi gusar sekali.

"Betul!" serunya. "Mari aku bunuh dulu dirimu, bangsat cilik!" Dengan mendengar suara orang, ia ketahui di mana beradanya orang, segera ulur tangan kirinya ke batok kepala si bocah.

Kwee Ceng berkelit. katanya dengan nyaring: "Bwee Cianpwee, ketika dulu itu aku kesalahan membinasakan Tan Cianpwee, disebabkan usiaku yang muda dan aku belum tahu apa-apa, tetapi untuk itu aku berani bertanggung jawab, maka kamu berurusanlah denganku, aku tidak akan melarikan diri! Bagaimana jikalau dibelakang hari kau masih mencari keenam guruku?"

"Benarkah kau demikian laki-laki, hingga kau tidak bakal kabur?" menegaskan Tiauw Hong.

"Pasti tidak!" jawab si anak muda mantap.

"Baiklah, ganjalanku dengan Kanglam Liok Koay aku bikin habis! Mari bocah, kau turut aku!"

"Bwee Suci!" Oey Yong berteriak. "Dia pun laki-laki sejati! Kau nanti ditertawakan orang-orang kangouw!"

"Apa?" tanya Tiauw Hong gusar.

"Dia ahli waris satu-satunya dari Kanglam Liok Koay!" kata si nona. "Sekarang kepandaiannya Kanglam Liok Koay tidak sama lagi seperti dulu, maka jikalau mereka hendak mengambil nyawamu, gampangnya sama seperti mereka membalikkan telapak tangan! Hari ini mereka memberi ampun dirimu, itu artinya mereka telah memberi muka, tetapi kau tidak tahu selatan, kau masih membuka mulut besar!"

"Fui! Aku menghendaki diampuni mereka? Eh, Liok Koay, benarkah kau telah memperoleh kemajuan besar? Mari, kita coba-coba!"

"Perlu apa sampai mereka sendiri turun tangan?" berkata pula Oey Yong. "Sekalipun muridnya seorang diri, kau tidak dapat memenangkannya!"

Tiauw Hong bergusar hingga ia berkoakan. "Jikalau dalam tiga jurus aku tidak dapat membikin dia mampus, di sini juga aku akan membenturkan diriku hingga binasa!" teriaknya.

Si Mayat Besi ingat pertempurannya sama Kwee Ceng di dalam istana, ia tahu baik kepandaian orang, ia hanya tidak mendapat tahu, sesudah berselang beberapa bulan, pemuda ini telah mendapat didikan Kiu Cie Sin Kay dan kepandaiannya telah maju pesat sekali.

"Baiklah!" tertawa Oey Yong. "Semua orang di sini menjadi saksinya! Tiga jurus terlalu sedikit, aku beri batas sampai sepuluh jurus!"

"Tidak," berkata Kwee Ceng. "Aku akan menemani cianpwee main-main limabelas jurus!"

"Sekarang mintalah Liok Suko serta tetamu dengan siapa suci datang bersama untuk tolong menghitungnya!" berkata Oey Yong pula.

Tiauw Hong heran. "Siapa yang menemani aku datang ke mari?" tanyanya. "Aku datang seorang diri. Perlu apa aku memakai kawan?"

"Habis itu siapa di belakang suci?" Oey Yong tanya.

Dengan tiba-tiba Tiauw Hong menyambar ke belakang, cepatnya bukan main.

Orang tidak melihat si baju hijau berkelit, tahu-tahu dia telah lolos dari sambaran itu. Sampai itu waktu, anehnya, ia masih terus membungkam.

Tiauw Hong tidak menyerang pula tetapi ia lantas merasakan sesuatu. Ketika itu malam ia melayani Auwyang Kongcu bertempur diwaktu ia mendengar suara seruling, yang membebaskan ia dari kurungan barisan ular, ia telah menghaturkan terima kasih ke tengah udara, sebab ia tak tahu siapa si peniup suling yang membantunya itu. Sejak itu ia merasakan ada suatu apa di belakangnya, sia-sia belaka segala pertanyaannya dan sambarannya, ia tidak mendapatkan hasil, sampai ia mau merasa mungkin ia kurang sehat, hingga mau ia menerka kepada hantu. Sekarang, mendengar perkataan Oey Yong itu, ia tidak ragu-ragu lagi. Tentu saja ia menjadi kaget sekali.

"Kau siapa?!" ia tanya, suaranya menggetar. "Mau apa kau selalu mengikutiku?!"

Orang itu tidak menjawab, ia seperti tidak mendengar.

Tiauw Hong lompat menubruk. Kembali ia gagal. Nampaknya orang itu tidak bergerak tetapi ia tidak kena diserang.

Semau orang menjadi kaget dan heran. Pastilah orang itu lihay luar biasa.

Liok Seng Hong sudah lantas menegur, katanya, "Tuan, dari tempat yang jauh kau datang kemari, aku belum sempat menyambutnya, silahkan duduk! Maukah Tuan minum arak?"

Kembali si baju hijau tidak menyahut, bahkan ia membalikkan tubuhnya, untuk berlalu.

"Kaukah yang meniup seruling menolongku?" tanya Tiauw Hong.

Orang heran. Tiauw Hong ditolong orang itu? Orang pun heran, lihay sebagai dianya, si Mayat Besi ini tidak ketahui orang sudah berlalu.

"Bwee Suci, orang itu sudah pergi?" Oey Yong memberitahu.

"Dia sudah pergi?" Tiauw Hong heran.

"Ya, dia sudah pergi," menerangkan Oey Yong. "Pergi kau susul dia, jangan kau main galak-galak di sini!"

Tiauw Hong menjublak sekian lama, wajahnya berubah-ubah. Nampaknya ia berduka. Lalu mendadak dia berseru,: "Bocah she Kwee, kau sambutlah!" Lalu dua tangannya bergerak, sepuluh jari tangannya nampak seperti api yang marong. Toh ia tidak menyerang.

"Aku di sini," Kwee Ceng menjawab.

Baru saja ia mendengar "Aku" tangan kanan Tiauw Hong sudah berkelebat menyusul mana tangan kirinya, dengan lima jarinya, menyambar ke muka orang.

Kwee ceng lihat serangan itu, ia mengegos tubuhnya, sembari berkelit, ia menyerang dengan tangan kirinya.




Tiauw Hong dapat mendengar suara serangan, ia hendak menangkis tapi sudah tidak keburu, dengan mendatangkan suara, pundaknya kena dihajar hingga ia mundur tiga tindak. Karena ia telah diserang dengan salah satu jurus dari Hang Liong Sip-pat Ciang. Tapi ia lihay luar biasa, lekas sekali ia berbalik dan tangannya menyambar.

Inilah Kwee Ceng tidak sangka dan ia menjadi kaget sekali, tapi sia-sia, karena segera ia telah kena dicekal lengan kanannya pada tiga jalan darah Iwee-kwan, gwa-kwan dan hwee-cong. Sebenarnya ia senantiasa siap sedia dan berjaga-jaga, ia mendengar keterangan guru-gurunya tentang lihaynya Kiu Im Pek-ku Jiauw, sekarang toh ia kena tercekal. Ia menjerit celaka, separuh tubuhnya menjadi lemas. Disaat berbahaya itu ia masih ingat untuk berdaya. Ia tekuk dua jeriji tangan kanannya, jeriji telunjuk dan tengah, dengan itu ia menyerang ke dada lawannya. Seharusnya serangan itu disusul dengan serangan tangan kiri tetapi tangan kirinya itu tercekal lawan, terpaksa ia mennggunakan sebelah tangan saja. Ini pun ada suatu jurus dari Hang Liong Sip-pat Ciang.

Bwee Tiauw Hong dapat mendengar serangan ini, yang anginnya luar biasa. Ia tidak menangkis, ai berkelit, tidak urung ia kena terhajar juga, hanya sebab ia berkelit itu, yang menjadi sasaran ke pundaknya. Ia merasakan dorongan yang keras sekali, hingga terpaksa ayun tangannya melepas cekalan.

Kwee Ceng menyerang seraya berbareng mencoba menarik diri, untuk meloloskan tangannya yang dicekal, karena dilepaskan, tubuhnya terpental. Sebaliknya tubuh si Mayat Besi terdampar karena serangannya itu. Maka keduanya sama-sama terhuyung mundur, punggung mereka masing-masing mengenai pilar.

Besar dan tangguh pilar itu, benturan tidak menyebabkannya patah atau roboh, akan tetapi akibat benturan membuatnya genteng dan batu pecah dan meluruk jatuh.

Banyak chungteng menjadi kaget, sambil berteriakan mereka lari keluar.

Kanglam Liok Koay saling mengawasi, mereka heran juga girang.

"Darimana anak Ceng mendapatkan pelajaran ini?" mereka saling menanya di dalam hati. Han Po Kie sampai melirik kepada Oey Yong, karena ia menduga mestilah si nona yang mengajarinya.

Pertempuran sudah berjalan terus. Kedua pihak sama-sama mengeluarkan kepandaiannya. Tiauw Hong berkelahi dengan sengit, karena ia gusar dan penasaran. Kwee Ceng berlaku gesit dan waspada. Si Mayat Besi berlompatan ke delapan penjuru, angin menyambar-nyambar.

Kwee Ceng ingat pelajaran Ang Cit Kong tentang ilmu "Lok Eng Ciang", ia tetap bersilat dengan Hang Liong Sip-pat Ciang, ia putar balik semua lima belas jurusnya. Ia berhasil dengan cara berkelahi ini. Bukan limabelas, bahkan sudah hampir limapuluh jurus. Tiauw Hong masih belum berhasil merobohkan atau menawan lawannya seperti bermula tadi. Bahkan untuk mendesak saja ia tak sanggup.

Oey Yong menonton dengan tertawa atau tersenyum-senyum, mukanya yang boto menjadi manis sekali. Sedang Kanglam Liok Koay berdiri terbengong-bengong. Liok Seng hong pun mnejublak bersama putranya.

"Hebat kemajuan Bwee Suci ini," tuan rumah berpikir, "Kalau aku mesti melawan dia, dalam sepuluh jurus saja pastilah aku telah kehilangan jiwaku… Tapi ini Kwee laotee yang masih begini muda, kenapa dia begini lihay? Oh, sungguh mataku kabur! Syukur aku perlakukan dia dengan hormat, tidak sampai aku berlaku tak kurang hormat terhadapnya…"

Sampai di situ Oey Yong berseru, "Bwee Suci, sudah enam puluh jurus lebih! Masihkah kau tidak mau menyerah?"

Tiauw Hong mendongkol bukan kepalang. Dengan latihannya beberapa puluh tahun, ia tidak sanggup menjatuhkan satu bocah. Lantaran ini, ia tidak ambil mumat suaranya Oey Yong, bahkan sebaliknya, ia menyerang dengan lebih hebat, sambarannya dilakukan saling susul dengan cepat luar biasa. Ia tidak merasa dengan begitu ia nyata kalah imbangan. Bukankah kedua matanya buta? Bukankah karena kemurkaannya, ia jadi tidak dapat memusatkan pikiran? Di pihak lain, Kwee Ceng awas kedua matanya, lincah tubuhnya. Pemuda ini telah menghisap darah ular dan memperoleh Hang Liong Sip-pat Ciang.

Pertempuran berlanjut sampai seratus jurus lebih. Setelah ini, Wee Tiauw Hong dapat juga berpikir. Ia mulai meraba-raba ilmu silat lawannya yang cilik ini. Ia merasa tidak dapat ia menyerang dari dekat. Maka ia menjauhkan diri dari Kwee ceng setombak lebih. Ingin ia membuatnya lawan itu letih.

Memang juga disebabkan usianya muda dan latihannya belum sempurna, lama-lama Kwee Ceng berkurang kelincahannya.

Oey Yong tahu kawannya bisa celaka, maka ia berteriak-teriak pula: "Bwee Suci, seratus jurus sudah lewat! Sudah hampir duaratus jurus! Apakah kau tetap tidak hendak menyerah?!"

Tiauw Hong berlagak tuli, ia menyerang tak hentinya.

Bingung juga Oey Yong, tetapi dasar licik, segera ia mendapat akal.

"Engko Ceng, lihat aku!" ia memanggil. Ia melompat ke depan pilar.

Dua kali Kwee Ceng berkelit, untuk menjauhkan diri, mendengar suara Oey Yong, ia menoleh. Begitu melihat orang lari memutari pilar, ia sadar. Maka ia pun lompat ke pilar itu.

Tiauw Hong mengetahui kemana orang menyingkir, ia lompat menyusul.

Tepat di dekat pilar, Kwee Ceng berkelit, lari ke belakang pilar itu. Ia baru berkelit, sambarannya Tiauw Hong sudah tiba, tepat lima jarinya nancap di pilar itu, yang disangka tubuh musuh. Bukankah ia cuma mengandalkan suara angin?

Kwee Ceng tidak cuma bersembunyi, ia pun membalas menyerang. Tapi hebat tenaga menolak dari Tiauw Hong, meski si Mayat Besi terpental, ia pun mesti mundur juga. Lima jarinya Tiauw Hong terlepas dari pilar.

Tiauw Hong bertambah gusar, saking sebatnya, ia sudah berlompat pula untuk menyerang lagi. Hebat untuk Kwee Ceng yang belum sempat memperbaiki diri, kendati dia dapat berkelit, tidak urung bajunya kena kesambar hingga robek dan lengannya kena terlanggar. Syukur untuknya, ia tidak terluka. Ia menjadi gentar hatinya. Tapi ia melawan terus, malah ia membalas menyerang. Habis itu baru ia melompat pula mundur ke belakang pilar itu. Sengaja ia mengasih dengar suara, hingga Tiauw Hong menyambar pula. Kali ini lima jari si Mayat Besi kemabli nancap di pilar itu.

Barulah kali ini Kwee Ceng tidak menyerang.

"Bwee Cianpwee," ia berkata, "Kepandaianku tidak dapat melayani kau, sukalah kau menaruh belas kasihan padaku."

Dengan kata-katanya ini, si bocah telah memberi muka. Ia tidak kalah, mungkin ia lebih ungggul. Dengan mengandalkan pilar, ia toh tak bakalan kalah. Tapi ia suka mengalah.

Bwee Tiauw Hong menyahut dengan dingin: "Jikalau kita mengadu kepandaian, setelah tiga jurus aku tidak dapat mengalahkan kau, seharusnya aku mesti menyerah. Tapi sekarang kita bukan lagi mengadu kepandaian, aku hanya hendak menuntut balas, meski aku sudah kalah bertaruh, toh aku mau berkelahi terus! Tidak dapat tidak, mesti aku membunuh kau!"

Kata-kata ini disusul dengan serangan saling susul, dengan tangan kiri tiga kali, tangan kanan tiga kali juga, semuanya mengenai pilar, sembari menyerang secara hebat, dia berseru. Serangannya yang terakhir adalah dua tangan berbareng, hebat kesudahannya, dengan menerbitkan suara nyaring, pilar itu patah bagian tengahnya!

Semua hadirin adalah orang-orang lihay, walaupun mereka kaget, mereka toh dapat menolong diri. Semuanya lantas melompat keluar. Koan Eng lompat setelah ia sambar ayahnya, yang ia pondong. Boleh dibilang sekejap saja, runtuhlah sebagian ruangan itu.

Celaka untuk Toan Tayjin, si komandan tentara, ia tidak keburu, maka ia ketimpa dan ketindihan kedua kakinya. Ia menjerit-jerit meminta tolong.

Wanyen Kang lantas maju untuk menolong, dalam kekacauan itu, hendaknya keduanya lantas melarikan diri, akan tetapi disaat mereka memutar tubuh, mendadak mereka merasakan punggung mereka kaku, tak tahu mereka siapa yang sudah menotoknya.

Bwee Tiauw Hong sendiri memperhatikan Kwee ceng seorang. Diwaktu si anak muda lompat, ia pun lompat menyusul, maka itu setibanya mereka di depan, yaitu di luar ruangan, di mana cahaya rembulan guram, keduanya sudah bertempur pula. Anginnya gerak-gerik mereka berdesiran, dan tulang-tulang Bwee Tiauw Hong berbunyi berperetekan. Perempuan ini jauh lebih hebat daripada di dalam tadi.

Kali ini Kwee Ceng terdesak betul-betul. Segera ia mengalami ancaman bahaya tendangan si Mayat Besi. Kaki kanan wanita lihay itu bergerak, menyambar ke arah kaki lawan. Kalau tendangan ini mengenai tepat, pasti patahlah kaki si anak muda. Tapi Tiauw Hong tidak menendang terus, baru setengah jalan, ia sudah menarik pulang, diganti dengan uluran tangan kiri ke arah kaki kiri lawannya.

Koan Eng kaget ia menjerit, "Hati-hati!" Ia ingat, itulah serangan berbahaya yang ia peroleh dari Wanyen Kang, hingga ia kena dikalahkan pangeran itu.

Dalam bahaya seperti itu, Kwee Ceng menggerakkan tangan kirinya menangkis tangan Tiauw Hong. Ia masih cukup gesit tetapi tenaganya sudah berkurang. Tiauw Hong lihay sekali, begitu kedua tangan bentrok, ia mengerti kurangnya tenaga si bocah. Ia lantas memutar tangannya, tiga jerijinya, kelingking, manis dan tengah sudah lantas menggurat ke belakang telapak tangan lawan. Kwee Ceng menginsyafi ancaman itu, ia menyerang dengan tangan kanannya, hebat sekali. Kalau lawan tidak menyingkir, mereka akan bercelaka dua-duanya!

Tiauw Hong berkelit lompat ke samping, terus ia tertawa panjang.

Kwee Ceng merasakan panas dan sakit sekali pada belakang tangannya, ketika ia melihat, ada tiga guratan yang tidak mengeluarkan darah. Itulah luka yang membikin ia merasa sakit, berwarna hitam. Mendadak ia ingat sembilan buah tengkorak yang Tiauw Hong meninggalkannya di puncak gunung Mongolia dan Ma Giok membilangnya, tangan itu ada racunnya. Ia menjadi kaget sekali.

"Yong-jie, aku terkena racun!" katanya pada kekasihnya. tapi, tanpa menanti jawaban, ia berlompat menyerang Tiauw Hong, kedua tangannya dikasih bekerja. Ia cuma tahu perlu membekuk wanita lihay ini, untuk memaksa ia mengeluarkan obat pemunahnya, tanpa itu jiwanya tidak akan ketolongan lagi…

Tiauw Hong merasakan sambaran angin, ia melompat berkelit.

Oey Yong, begitupun yang lainnya, mendengar suara Kwee Ceng, menjadi kaget sekali. Boleh dibilang serempak, dimulai dari Kwa Tin Ok, mereka itu lompat maju mengurung si Mayat Besi.

"Bwee, Suci!" Oey Yong berteriak. "Kau sudah kalah, kenapa kau masih bertempur terus? Lekas kau keluarkan obat pemunahnya untuk menolong dia!"

Tiauw Hong tidak menjawab, ia lebih perhatikan serangan lawan. Ia girang sekali, di dalam hatinya ia kata: "Semakin kau mengeluarkan tenaga, semakin hebat bekerjanya racun! Taruh kata hari ini aku terbinasa di sini, aku toh sudah berhasil membalaskan sakit hati suamiku!"

Kwee ceng mulai merasakan matanya kabur dan kepalanya pusing, seluruh tubuhnya terasa tidak enak, bahkan lengan kirinya lemas, hingga ia mulai berpikir untuk tidak berkelahi lebih jauh. Itulah tanda bekerjanya racun. Coba ia tidak minum darah ular, mungkin ia sudah lantas roboh binasa.

Oey Yong melihat wajah orang tidak wajar. "Engko Ceng, lekas mundur!" ia berteriak. Ia pun hendak menerjang.

Terbangun semangatnya Kwee Ceng mendengar suara si nona, ia menyerang dengan tangan kirinya. Ia menggunakan jurus ke sebelas dari Hang Liong Sip¬pat Ciang yang dinamakan "Menunggang enam naga". Lengannya bergerak lambat.

Oey Yong semua dapat melihat serangan itu. Disaat itu mereka jusru hendak menyerang. Perlahan serangan Kwee Ceng itu, Bwee Tiauw Hong tidak menangkis atau berkelit. Jitu serangan itu, pundak si Mayat Besi menjadi sasaran. Mendadak saja ia jatuh berguling.

Inilah diluar dugaan. Sebabnya ialah, karena serangan datangnya perlahan, Tiauw Hong tidak mendengarnya. Dia mengandalkan kupingnya saja sebab matanya tidak dapat melihat.

Oey Yong tercengang, tetapi Han Po Kie, Lam Hie Jin dan Coan Kim Hoat sudah lantas lompat menubruk, dengan niat membekuk si Mayat Besi.

Tiauw Hong lihay sekali. Dengan gerakkan kedua tangannya, ia berontak. Po Kie dan Kim Hoat kena dibikin mental. Lalu sebelah tangannya meneruskan menyambar Hie Jin. Atas ini, si orang she Lam membuat diri jatuh bergulingan.

Cepat sekali Tiauw Hong lompat bangun. Justru ia hendak menaruh kakinya, tinjunya Kwee Ceng tiba dipunggungnya. Hebat serangan itu, sekali lagi ia roboh. Juga tinju itu datang tanpa suara. Hanya karena serangan tidak keras, ia tidak terluka.

Setelah dua kali menyerang, Kwee Ceng terhuyung, ia roboh dengan sendirinya. ia roboh di samping Tiauw Hong. Oey Yong lompat mengasih bangun padanya.

Tiauw Hong mendengar suara orang di dekatnya, tanpa ayal lagi, tangannya menyambar, lima jari tangannya bekerja. habis itu, ia mendi kaget. Lima jeriji tangannya dirasakan gatal sekali. Ia baru sadar, telah kena tubuh Oey Yong, tangannya menancap di baju lapis joan-wie-kah dari si nona. Dalam kagetnya ia lompat dalam gerakan "Ikan gabus melentik".

Justru itu terdengar seorang berseru: "Ini untukmu!"

Cu Cong mendengar suara itu, ia segera menoleh, terlihatlah menyambar suatu barang ke arah Bwee Tiauw Hong, siapa sudah lantas menangkis. Tepat tangkisannya itu, barang itu mengeluarkan suara keras, rusak dan jatuh. Nyata itu adalah sebuah kursi.

Menyusul terdengar angin dari datangnya suatu barang lain, yang terlebih besar. Kali ini si Mayat Besi mengulur tangan kirinya, menangkap. Dan ia kena pegang suatu barang lebar dan licin. Sebab itulah sebuah meja yang berada di samping Cu Cong, yang patah kakinya tertimpa pilar. Penyerangnya pun Cu Cong sendiri. Habis itu Tiauw Hong menendang meja itu. Berbareng dengan itu, Cu Cong, mengulur tangan kanannya, memasuki tiga benda bergerak ke leher bajunya si wanita lihay.

Tiauw Hong kaget hingga ia menggigil. Ia merasakan barang yang hawanya dingin nelusup ke dadanya. Ia menduga senjata rahasia yang aneh atau permainan ilmu dukun. Ia lantas merogoh, untuk menangkapnya. Ia kena pegang beberapa ekor ikan emas. Tapi yang membuatnya kaget luar biasa ialah tangannya tidak dapat meraba botol obat di dalam sakunya, obatnya lenyap berbareng bersama pisau belatinya serta kitab Kiu Im Cin-keng. Ia sampai berdiri berjublak saja.

Si cerdik Cu Cong sudah menggunakan tiga ekor ikan emas itu untuk menyimpangkan perhatian Bwee Tiauw Hong yang lihay. Itulah ikan-ikan emas, yang lolos dari jambangannya sebab jambangannya pecah ketimpa runtuhan. Diwaktu memasuki ikan itu ke leher baju, ia sekalian menyambar isi saku orang. Setelah itu dengan cepat ia membuka tutup botol kecil itu, yang dibawanya ke hidungnya Tin Ok, "Bagaimana?" tanyanya.

"Untuk dimakan dan ditarohkan, inilah obatnya!" berkata saudara tua itu, yang ahli dalam pemakaian obat beracun.

Tiauw Hong dapat mendengar pembicaraan orang, ia sadar, dengan berlompat, ia menerjang. Tapi ia disambut tongkatnya Tin Ok, cambuknya Han Po Kie, dacinnya Coan Kim Hoat dan pikulannya Lam Hie Jin. Ia hendak mengeluarkan cambuknya sendiri ia batalkan dengan mendadak karena pedangnya Han Siauw Eng menikam ke arah dadanya.

"Kasih dia makan, torehkan padanya!" kata Cu Cong pada Oey Yong, ia serahkan obat pemunah racun itu. Dilain pihak, ia sesapkan pisau belatinya si Mayat Besi kepada muridnya seraya memberitahukan: "Ini pisau kepunyaanmu." Setelah itu, dengan mainkan kipas besinya, ia membantu saudara-saudaranya mengepung musuh yang lihay itu.

Habet pertempuran itu, karena berselang sepuluh tahun, Kanglam Liok Koay telah memperoleh kemajuan pesat.

Seng Hong dan anaknya heran menyaksikan pertempuran itu. Mereka beranggapan, "Tiauw Hong benar-benar lihay, tetapi pun jago-jago Kanglam itu tidak bernama kosong." Tapi Seng Hong sudah lantas berseru: "Tuan-tuan, berhenti dulu! Mari dengar aku!"

Orang lagi bertarung hebat, tidak ada yang pedulikan teriakan itu, mereka itu bertarung terus.

Tidak lama sehabisnya makan obat, Kwee Ceng mulai sadar. racun itu menyerang cepat tetapi perginya cepat juga. Lukanya masih menimbulkan rasa sakit tapi tidak mengganggu gerakan lengan kirinya yang terluka itu. Maka itu setelah memasukkan piasu belati ke dalam sakunya, ia berlompat bangun dari rangkulannya Oey Yong. Ia maju ke gelanggang pertempuran, untuk berkelahi pula. Seperti tadi, ia menyerang dengan gerakan perlahan, pada saatnya baru ia mengerahkan tenaganya.

Tiauw Hong repot melayani musuh-musuhnya, ia juga tidak mendengar sambaran angin dari serangan si anak muda, tahu-tahui ia sudah kena terhajar. Kembali ia roboh. Justru itu senjatanya Po Kie dan Hie Jin turun ke arah tubuhnya.

"Suhu, ampunkan dia!" berseru Kwee Ceng, yang menangkis sejata kedua gurunya itu. Liok Koay menurut, mereka lantas berlompat mundur.

Tiauw Hong masih hendak membela diri, ia bersiap sedia dengan cambuknya, cambuk Tok-liong-pian yang beracun.

Kwee Ceng tidak menyerang lebih jauh, ia hanya berkata pada wanita lihay itu: "Hari ini baiklah pertempuran diakhiri secara baik! Kami tiak hendak membikin susah padamu, kau pergilah!"

Tiauw Hong suka menyimpan cambuknya.

"Kau kembalikan kitabku!" katanya.

Cu Cong melengak. "Aku tidak mengambil kitabmu!" katanya. "Kau tahu sendiri, tidak pernah Kanglam Liok Koay berdusta!"

Ia tidak tahu kertas kulit manusia di luar pisau belati adalah rahasia Kiu Im Cin-keng.

Tiauw Hong tahu Kanglam Cit Koay jujur, karena ini ia mau percaya kitabnya pastilah telah terjatuh selagi ia bertempur, dari itu ia lantas berdongkol dan meraba-¬raba ke tanah. Sekian lama ia bekerja, tidak berhasil mendapatkan barang yang dicarinya.

Menyaksikan orang rape-rape itu, semua orang merasa kasihan juga. Tidakkah ia buta walaupun ia sangat lihay?

Seng Hong lantas saja berkata: "Suci, di sini benar-¬benar tidak ada barangmu! Mungkin kau kena bikin hilang di tengah jalan…"

Tiauw Hong tidak menjawab, ia pun tidak berhenti bekerja.







OBJEK WISATA MANCA NEGARA


Teluk Wilhelmina Antartika

Kota Tua Samarkand, Uzbekistan
Pulau Falkland Antartika Inggris
Pulau Falkland Antartika Inggris
Air Terjun Victoria Afrika
Air Terjun Victoria Afrika
Panci Makgadikgadi Botswana, Afrika
Panci Makgadikgadi Botswana, Afrika
Pulau Falkland Antartika Inggris
Pulau Falkland Antartika Inggris
Panorama Alam Georgia
Panorama Alam Georgia
Kebun Raya Singapura
Kebun Raya Singapura
Pagoda Shwedagon Yangon, Myanmar
Pagoda Shwedagon Yangon, Myanmar
Dataran Guci Xiangkhouang, Laos
Dataran Guci Xiangkhoung, Laos
Danau Iskanderkul Tajikistan
Danau Iskanderkul Tajikistan
Piramida Giza Mesir
Piramida Giza Mesir
Ngarai Sungai Ikan Namibia, Afrika
Ngarai Sungai Ikan Namibia, Afrika
Taman Nasional Ala Archa Kirgistan
Taman Nasional Ala Archa Kirgistan
Selat Drake Antartika Amerika
Selat Drake Antartika Amerika
Istana Kekaisaran Tokyo
Istana Kekaisaran Tokyo
Jembatan Gerbang Emas
Jembatan Gerbang Emas - Amerika
Air Terjun Niagara
Air Terjun Niagara Prancis
Grand Canyon
Grand Canyon Amerika
Pasar Terbesar di Bangkok
Pasar Terbesar di Bangkok
Taman Nasional Yellowstone
Taman Nasional Yellowstone - Amerika
Burj Khalifa - Dubai
Budj Khalifa Dubai
Taj Mahal
Taj Mahal India
Musium Amir Temur Uzbekistan
Musium Amir Temur Uzbekista
Blackpool - Amerika
Blackpool Irlandia
Taman Nasional Blue Mountain - Sydney
Taman Nasional Blue Mountain Sydney
Jembatan Baja Terbesar di Australia
Jembatan Baja Terbesar di Australia
Taman Nasional Kakadu Australia
Taman Nasional Kakadu Australia
Danau Baikal Rusia
Danau Baikal Rusia
Biara Meteora Yunani
Biara Meteora Yunani
Pantai Bondi Australia
Pantai Bondi Australia
Menara Eiffel Prancis
Menara Eiffel Prancis
Musium Van Gogh Belanda
Musium Van Gogh Belanda
Gedung Opera Sydney
Gedung Opera Sydney
Gunung Meja Afrika
Gunung Meja Afrika
Menara Kembar Petronas Malaysia
Menara Kembar Petronas Malaysia

===============================




Air Terjun Victoria Afrika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar