Jumat, 09 Oktober 2020

Pendekar Pemanah Rajawali Jilid 042

Wat Lie Kiam Han Siauw Eng lantas menolong si nona, yang ia gendong pulang ke rumahnya. Kemudian Auwyang Kongcu dikejar, tetapi ia licin dan dapat meloloskan diri. Liok Koay juga tidak mengejar dengan berpisahan, karena mereka ketahui, kalau bertempur satu lawan satu, pihaknya tidak sanggup. Tapi mereka terus melakukan penyeledikan. Inilah tidak sukar, sebab rombongannya Auwyang Kongcu gampang dikenali dari dandanan mereka yang serba putih itu. Begitulah mereka menguntit hingga di onghu, istananya Chao Wang itu.

Diwaktu gelap, gampang sekali untuk melihat pakaian rombongan Auwyang Kongcu, maka Lam Hie Jin dan Han Po Kie lantas melakukan penyerangan. Mereka kaget dengar teriakan Kwee Ceng. Empat yang lainnya turut heran juga. Merekan lantas mengawasi, mereka dapat lihat dengan tegas: Bwee Tiauw Hong si Mayat Besi telah bersilat dengan cambuknya, dia sepertinya duduk bersilat di pundaknya Kwee Ceng. Rupanya bocah itu berada dibawah pengaruh orang. Karena ini tanpa bersangsi lagi, Han Siauw Eng maju menyerang si Mayat Besi yang ia sangat benci itu, sedang Coan Kim Hoat maju untuk menolong muridnya.

Pheng Lian Houw semua heran atas datangnya enam orang itu, apapula mereka itu lantas menyerang Auwyang Kongcu, menyerang si Mayat Besi juga. Lian Houw lantas menggulingkan tubuh, keluar dari gelangan. Kemudian ia berteriak: “Semua berhenti! Aku hendak bicara!” Teriakannya nyaring sekali, menulikan telinga.

Nio Cu Ong bersama See Thong Thian mendahulukan mundur.

Kwa Tin Ok, yang dengar teriakan hebat itu, percaya orang adalah orang lihay, maka ia pun teriaki saudara-saudaranya: “Shatee dan citmoay, tahan dulu!”

Dua saudara itu menurut, begitupun yang lainnya, mereka semua mundur.

Tiauw Hong pun sudah berhenti bersilat, ia hanya bernapas memburu.

Oey Yong sudah lantas menghampiri murid ayahnya itu. “Kali ini kau telah berjasa!” katanya. Tapi kepada Kwee Ceng ia memberi tanda dengan gerakan tangan, agar sahabatnya itu melemparkan tubuh orang.

Kwee Ceng mengerti, untuk mengalihkan perhatian si Mayat Besi, ia memberi keterangan atas pertanyaan orang tadi. Akhirnya ia berkata: “Nah, kau ingatlah baik-baik!” Berbareng dengan itu, dengan mengerahkan tenaga, ia melemparkan tubuh si nyonya sampai jauhnya setombak lebih, ia sendiri segera lompat mundur. Hanya, belum lagi ia menaruh kaki di tanah, cambuk perak yang gemerlapan sudah lantas menyambar kepadanya. Cambuk itu ada banyak gaetannya.

“Celaka!” teriak Han Po Kie, yang menyaksikan bahaya mengancam muridnya. Tanpa ayal lagi ia menyerang dengan Kim-liong-pian, cambuknya, si Naga Emas. Maka kedua cambuk itu beradu keras. Ia kaget, telapak tangannya sakit. Cambuknya terlepas, terlibat dan tertarik cambuk Bwee Tiauw Hong. Ia menyerang Kwee Ceng ketika tubuhnya dilemparkan. Ketika ia jatuh ke tanah, lebih dahulu ia menampa dengan tangannya, habis itu ia duduk dengan hati-hati.

Ia ketahui datangnya Kanglam Liok Koay begitu lekas ia dengar suaranya Kwa Tin Ok. Ia mendongkol berbareng khawatir. Ia pikir: “Aku cari mereka ke mana-mana, hari ini mereka mengantarkan diri. Coba bukannya hari ini, pasti aku bersyukur sangat kepada Langit dan Bumi. Sekarang ini aku lagi dikurung oleh musuh, aku hampir tidak dapat bertahan, jika aku mesti tambah musuh dalam dirinya Tujuh Manusia Aneh ini, pastilah aku bakal binasa….” Ia lantas mengertak gigi. Ia lantas mengambil keputusan: “Nio Lao Koay beramai tak ada permusuhan dengan aku, maka hari ini baiklah aku terbinasa bersama-sama dengan Cit Koay saja!” Ia cekal keras cambuknya, ia memasang kuping, dengar gerak-geriknya Cit Koay. Ia tahu orang muncul berenam, ia heran: “Dari Cit Koay cuma muncul yang enam, entah yang satunya lagi bersembunyi di mana…?” Ia tidak tahu yang Siauw Bie To Thio A Seng telah terbinasa di tangan suaminya.

Liok Koay bersama rombongannya Nio Cu Ong berdiam semua, mereka pun memernahkan diri di jarak tujuh tombak dari wanita kosen itu yang cambuknya sangat lihay.

“Anak Ceng, kenapa mereka bertempur?” Cu Cong berbisik kepada muridnya. “Kau sendiri, mengapa kau bantu perempuan siluman itu?”

“Mereka hendak membunuh aku, dia menolong,” jawab Kwee Ceng.

Biauw Ciu Sie-seng heran.

“Aku minta kau memberitahukan nama kamu?!” Nio Cu Ong menegur Kanglam Liok Koay. “Tengah malam buta, kau lancang masuk ke dalam istana, kamu hendak berbuat apa?”

“Aku she Kwa,” menyahut Tin Ok. “Kami bersaudara bertujuh orang. Orang Kangouw menyebut kami Kanglam Cit Koay.”

“Oh, Kanglam Cit Koay!” kata Pheng Lian Houw. “Sudah lama aku mengagumi nama kamu!”

See Thong Thian tapinya berteriak: “Bagus! Cit Koay telah datang sendiri! Aku orang she See hendak belajar kenal, untuk melihat Cit Koay yang namanya demikian besar, kepandaian sebenarnya bagaimana!”

Thong Thian gusar karena ia ingat penghinaan yang diterima empat muridnya. Ia lantas lompat ke depan Pheng Lian Houw.

Auwyang Kongcu berdiam sambil bersiap. Ia bermusuh dengan Liok Koay dan Bwee Tiauw Hong, yang satu merusak usahanya, yang lain membinasakan muridnya atau gundiknya tersayang. Inilah saatnya untuk turun tangan.

See Thong Thian maju sambil mengawasi keenam Manusia Aneh itu. Ia dapatkan Kwa Tin Ok cacat mata dan kakinya, Han Siauw Eng satu nona yang manis, Coan Kim Hoat kurus kering, Han Po Kie kate dampak dan gemuk, sedang Cu Cong lemah lembut bukan seperti orang Rimba Persilatan. Cuma Lam San Ciauw-cu Lam Hie Jin, yang romannya gagah. Karena itu, segera ia serang si Tukang Kayu dari gunung Lam San itu.




Lam Hie Jin menancap pikulannya, tanpa bersuara, ia menangkis serangan. Ia lihay akan tetapi baru beberapa jurus, tahulah ia bahwa ia bukan tandingan musuh she See itu. Karena ini, Han Siauw Eng lantas maju dengan pedangnya dan Coan Kim Hoat dengan dacinnya.

Pheng Lian Houw tidak berdiam saja melihat kawannya dikerubuti, sambil berseru keras, ia lompat maju rintangi Coan Kim Hoat, yang senjatanya luar biasa itu hendak dirampasnya. Tapi Kim Hoat lihay, gerakannya aneh, ia serang musuh ini hingga si musuh kaget dan mesti berkelit dengan lompatan jungkir balik “Ular naga membalik tubuh.”

“Eh, senjata apa ini?” dia tanya, heran, sesudah berkelit ke kiri dan ke kanan. “Ini toh barang yang diperantikan menimbang di pasar tetapi kau pakai untuk menyerang orang!”

Coan Kim Hoat mendongkol dan menyahut: “Dacin ini untuk menimbang kau, babi!”

Lian Houw murka dikatakan babi, lantas ia menyerang dengan hebat, hingga ia membikin Kim Hoat terdesak.

Meyaksikan saudara keenamnya itu kewalahan, Han Po Kie berlompat maju. Cambuknya kena dirampas Bwee Tiauw Hong tetapi ia punyakan kepalannya.

SeeThong Thian dan Pheng Lian Houw benar lihay, walaupun mereka dikepung, mereka masih menang diatas angin. Karena ini, Kwa Tin Ok dan Cu Cong lantas maju, untuk membantu saudara-saudaranya, dengan begitu, mereka jadi bertempur dalam dua rombongan dengan masing-masing tiga lawan satu. Kali ini pihak Liok Koay yang menang di atas angin.

Pertempuran di antara Oey Yong dan Hauw Thong Hay juga berjalan dengan seru. Sebenarnya Thong Hay lebih lihay tapi kalah gesit dan ia pun jeri dengan baju lapis si nona, ia tidak berani menghajar tubuhnya. Karena ini Oey Yong yang dapat mendesak, hingga lawannya itu main mundur.

Auwyang Kongcu telah memasang mata, ia ketahui pihaknya keteter, maka ia lantas mengambil keputusan: “Baiklah aku binasakan dulu beberapa manusia jahat. Si wanita siluman, bagaimanapun tidak dapat kabur, bisa dibereskan belakangan…” Segera ia lompat ke samping Kwa Tin Ok. Ia bergerak dengan jurus “Sekejap seribu lie” dari ilmu silatnya Sin To Soat-san-ciang. Ia pun lantas membentak: “Kamu usilan, bangsat buta, maka kau rasailah lihaynya kongcumu!” Lalu tangannya kanannya meninju.

Kwa Tin Ok mendengar suara angin di kanan, ia menangkis dengan ujung tongkatnya, tetapi ia kebogehan, sebab serangan datang dalam rupa tangan kiri lawan. Ia lantas saja berkelit dengan mendak, berbareng dengan mana, ia menyerang pula dengan jurusnya “Arhat menunjuk pengaruh”.

Auwyang Kongcu menyingkir dari serangan itu, tetapi ia bukannya menyingkir untuk berlari, hanya lompat kepada Lam Hie Jin, yang ia terus serang, hingga Hie Jin terkejut dan mesti berbalik melayani.

Melayani Hie Jin pun Auwyang Kongcu pun tidak mau mengulur tempo, ia lantas tinggalkan musuh ini, untuk menyerang yang lain. Begitu ia berkelahi, hingga ia menempur Liok Koay dengan bergantian. Maka teranglah, ia tengah mengganggu musuh-musuhnya itu, hingga Pheng Lian Houw dan See Thong Thian jadi dapat bernapas.

Suasana kembali terbalik, Liok Koay yang mulai keteter pula.

Nio Cu Ong sementara itu terus memasang matanya terhadap Kwee Ceng, maka tempo ia menginsyafi aksinya Auwyang Kongcu itu, ia lantas lompat kepada bocah itu sambil ulur tangannya, ia menjambret dengan kedua tangannya.

Kwee Ceng bukan tandingan jago ini, dalam beberapa jurus saja ia sudah terdesak, malah lekas juga dadanya kena dicengkram. Dengan tangan kanannya, Cu Ong menjambak ke arah perut, untuk membikin pecah perut orang, supaya ia bisa menghisap darah anak muda itu.

Dalam saat berbahaya itu, Kwee Ceng membela diri. Ia mengkeratkan perutnya, hingga terdengar suara robek dari bajunya, hingga belasan bungkusan obatnya kena disambar musuh.

Nio Cu Ong dapat mencium bau obat, ia masuki semua bungkusan itu ke dalam sakunya, setelah mana kembali ia menjambak.

Kwee Ceng berontak sekuat-kuatnya, ia dapat meloloskan diri, terus ia lari ke arah Bwee Tiauw Hong sambil berteriak: “Tolong aku!”

Girang Tiauw Hong mendengar suara orang. Ia memang ingin meminta beberapa keterangan pula kepada anak muda itu.

“Kau peluk aku! Jangan takuti Lao Kaoy!” ia menyahuti.

Kwee Ceng tahu, satu kali ia peluk wanita itu, ia tidak bakal lolos pula, karena itu, ia tidak berani menghampiri, ia hanya lari berputaran dekat di sekitarnya.

Nio Cu Ong memburu, hingga ia memasuki kalangan sambaran cambuknya si wanita kosen, sembari mengejar, ia waspada terhadap nyonya itu terutama terhadap cambuknya.

Bwee Tiauw Hong sendiri memperhatikan suaranya Kwee Ceng, gerak-geriknya, maka juga mendadak saja ia gerakkan cambuknya, untuk merabu kaki si anak muda!

Oey Yong melayani Hauw Thong Hay dengan selalu memperhatikan Kwee Ceng. Ia terkejut ketika Kwee Ceng kena dijambret Nio Cu Ong, untuk menolong sudah tidak keburu lagi. Sekarang ia melihat kawannya terancam cambuk Tiauw Hong, ia dapat menolong, maka dengan meninggalkan Thong Hay, ia lompat ke arah cambuk! Ia tidak takut cambuk itu, meskipun ia tahu, kecuali ayahnya, sukar dicari orag yang bisa mengalahkannya. Ia pun bukannya hendak menangkis, hanya berlompat ke atas cambuk di mana ia menggulingkan tubuhnya.

Kwee Ceng tertolong dari bahaya tetapi sekarang Oey Yong yang kena kelibat cambuk, yang terus ditarik Bwee Tiauw Hong. Atas itu Oey Yong lantas berseru: “Bwee Jiak Hoak, beranikah kau melukai aku?!”

Kaget Tiauw Hong mengenali suaranya Oey Yong, hingga bermandikan peluh dingin. Dia pun berpikir: “Cambukku banyak gaetannya, sekarang aku lukai budak ini, bagaimana suhu dapat mengampuni aku? Tapi sudah terlanjur, baiklah aku habiskan dia dulu!” Maka dia terus menarik, hingga ia dapat cekal tubuh si nona, diletakkan di tanah. Ia percaya tubuh si nona itu sudah tercengkeram pelbagai gaetan cambuknya.

Justru itu Oey Yong tertawa geli. Ia memakai lapisan joan-wie-kah, tubuhnya tidak terluka, melainkan baju luarnya dan dalamnya pada robek. Dengan jenaka ia berkata: “Kau merusak pakaianku, aku minta ganti!”

Tiauw Hong melongo. Dari suaranya ia dapat tahu nona itu tidak kesakitan. Dengan tiba-tiba ia ingat, maka katanya dalam hati: “Ah, tentu saja baju lapis berduri dari suhu telah diberikan padanya!” Ia lantas menyahut: “Ya, encimu ini yang salah, nanti aku pasti mengganti bajumu…”

Oey Yong lantas menggapai Kwee Ceng.

Anak muda itu menghampiri, ia berdiri jauhnya tujuh atau delapan kaki dari Tiauw Hong. Sekarang ia tidak dihampiri Nio Cu Ong, yang jeri cambuknya si wanita lihay itu.

Kanglam Liok Koay sekarang berkelahi dengan mengumpulkan diri, saling membelakangi, dengan begitu mereka dapat melayani See Thong Thian, Pheng Lian Houw, Hauw Thong Hay dan Auwyang Kongcu berempat. Thong Hay ditinggalkan Oey Yong, ia lantas membantu kawannya. Inilah cara berkelahi yang Liok Koay baru pahamkan dan melatih selama mereka berdiam di gurun pasir. Dengan begitu, mereka tidak usah repot-repot menjaga punggung mereka. Meski begini, mereka keteter juga.

Han Po Kie terluka pundaknya, ia berkelahi terus. ia takut keluar dari kalangan, khawatir nanti benteng perlawanannya itu menjadi dobol. Ia berkelahi sambil menggertak gigi, sebab Pheng Lian Houw yang lihay sudah cecar padanya.

Kwee ceng lihat gurunya yang nomor tiga itu terancam bahaya, melupakan segalanya, ia lari menghampiri, terus serang bebokong Pheng Lian Houw dengan jurusnya, “Membuka mega untuk menolak rembulan.”

“Hm!” Pheng Lian Houw mengasih dengar suara hidung. Ia berkelit, lantas memutar tubuh untuk membalas menyerang.

Justru itu terlihat muncul dari gombolan pohon bunga, sambil berlari-lari mendatangi, dia berseru: “Semua suhu, ayahku ada urusan penting untuk mana ia minta bantuan kamu! Lekas!”

Orang itu mengenakan kopiah emas, kopiahnya miring. Ialah siauw-ongya Wanyen Kang, si pangeran muda.

Pheng Lian Houw semua menjadi bingung. Masing-¬masing mereka lantas berpikir: “Ongya adalah yang mengundang kami semua, sekarang dia ada punya urusan penting, cara bagaimana aku tidak pergi membantu dia?” Karena ini, mereka lantas lompat mundur, keluar dari gelanggang.

“Ibuku telah dibawa buron penjahat,” Wanyen Kang beritahu dengan perlahan. “Ayah minta semua suhu membantu mencari, untuk menolong. Tidak nanti kami berani melupakan budi suhu semua!”

Pangeran ini datang secara kesusu, malampun gelap, ia tidak dapat melihat Bwee Tiauw Hong, yang numprah di tanah.

“Onghui dibawa lari, inilah hebat!” pikir Lian Houw semua. “Kalau begitu, apa perlunya kami berdiam di dalam istana?” Mereka juga menduga: “Pasti Liok Koay ini lagi menjalankan siasat memancing harimau turun dari gunung, untuk melibat kami semua. dilain pihak, kawannya pergi menculik onghui!” Karena ini tanpa sangsi lagi, mereka lari mengikuti Wanyen Kang, meninggalkan musuh-musuh mereka.

Nio Cu Ong berlari paling belakang, ia pergi dengan perasaan sangat tidak puas. Ia ingat Kwee Ceng darah siapa ia belum sempat hisap. Justru itu, Kwee Ceng teriakin dia: “Eh, kau pulangin obatku!” Dalam sengitnya, ia menimpuk dengan senjata rahasianya, yaitu paku Cu-ngo Touw-kut-teng.

Cu Cong lompat maju, dengan kipasnya ia sampok paku itu, sesudah jatuh ia pungut, terus dibawa ke hidungnya, untuk dicium. “Oh, paku beracun Cu-ngo Touw-kut-teng! Inilah paku yang asal menemui darah lantas menutup tenggorakan orang hingga orang mati seketika!”

Nio Cu Ong tercengang mengetahui orang kenal pakunya itu.

“Apa?” dia menanya seraya ia merandak, tubuhnya pun diputar.

Cu Cong lari menghampiri, dengan tangan kirinya ia angsurkan paku itu. “Ini , aku kembalikan pada kau, tuan!” katanya sembari tertawa.

Cu Ong pun ulur tangannya untuk menyambut. Ia tidak jeri karena ia tahu orang kalah daripadanya.

Cu Cong dapat lihat ujung baju orang penuh rumput dan debu, ia gunakan tangan bajunya untuk menyapu.

“Siapa sudi kau mengambil hatiku?!” Cu Ong membentak, terus ia putar tubuhnya untuk berlalu.

Kwee Ceng menjadi masgul sekali. “Dengan begitu saja kita pulang…” katanya menyesal. Satu malaman ia menempuh bahaya, kesudahannya obat tak didapatkan juga. Untuk menggunakan kekerasan, harapannya tidak ada.

“Mari kita pulang!” mengajak Tin Ok selagi muridnya ragu-ragu. Ia pun mendahului lompat ke tembok, maka lima saudaranya lantas menyusul.

“Bagaimana dia, toako?” Han Siauw Eng tanya sambil menunjuk Tiauw Hong.

“Kita telah memberikan janji kepada Ma Totiang, biar kita mengasih ampun padanya,” sahut kakak tertua itu.

Oey Yong tertawa haha-hihi, ia tidak memberi hormat kepada Liok Koay. Ia pun lompat ke tembok, naik ke ujung lainnya.

“Adik kecil, mana suhu?” Tiauw Hong tanya nona itu.

“Ayahku?” balik tanya Oey Yong masih tertawa. “Tentu sekali ayah berada di pulau Thoa Hoa To! Tidak pernah ayah meninggalkan rumah! Ada apa kau menanyakannya?”

Tiauw Hong menjadi sangat gusar, hingga napasnya memburu. Ia tahu tidak bisa berbuat apa-¬apa. Setelah berhenti sejenak, ia kata pula: “Kau toh yang membilangnya kalau suhu datang ke mari!”

Oey Yong tertawa pula. “Tanpa aku dustakan kau, mana kau mau lepaskan dia?” Dengan “dia” ia maksudkan Kwee Ceng.

Tiauw Hong murka bukan kepalang, dengan kedua tangannya ia menekan tanah, lantas bangkit berdiri, lalu dengan terhuyung-huyung, ia menubruk kepada si nona. Ia telah keliru menyakinkan ilmu silat dala, akibatnya kedua kakinya mati, dan makin ia memaksakan diri, makin pendek napasnya. Tapi kali ini, ia lupa segalanya.

Oey Yong terkejut, lekas lompat turun ke lain sebelah, untuk lari menghilang.

Tiba-tiba Tiauw Hong sadar. “Eh, mengapa aku bisa jalan?” tanyanya pada diri sendiri. Justru ia sadar, mendadak roboh pula, kedua kakinya lemas dan kaku. Ia pun pingsan.

Gampang sekali kalau Liok Koay hendak merampas jiwa orang akan tetapi untuk menepati janji kepada Ma Giok, mereka tidak mau turun tangan, maka itu mereka berlalu. Mereka ajak Kwee Ceng bersama.

“Eh, anak Ceng, kenapa kau berada disini?” kemudian Han Siauw Eng menanya.

Kwee Ceng menjawab gurunya dengan tuturkan semua pengalaman, sampai ia berikhtiar menolongi Ong Cie It.

“Kalau begitu, mari kita tolong Ong Totiang!” Cu Cong mengajak.

**** 042 ****







OBJEK WISATA MANCA NEGARA


Teluk Wilhelmina Antartika

Kota Tua Samarkand, Uzbekistan
Pulau Falkland Antartika Inggris
Pulau Falkland Antartika Inggris
Air Terjun Victoria Afrika
Air Terjun Victoria Afrika
Panci Makgadikgadi Botswana, Afrika
Panci Makgadikgadi Botswana, Afrika
Pulau Falkland Antartika Inggris
Pulau Falkland Antartika Inggris
Panorama Alam Georgia
Panorama Alam Georgia
Kebun Raya Singapura
Kebun Raya Singapura
Pagoda Shwedagon Yangon, Myanmar
Pagoda Shwedagon Yangon, Myanmar
Dataran Guci Xiangkhouang, Laos
Dataran Guci Xiangkhoung, Laos
Danau Iskanderkul Tajikistan
Danau Iskanderkul Tajikistan
Piramida Giza Mesir
Piramida Giza Mesir
Ngarai Sungai Ikan Namibia, Afrika
Ngarai Sungai Ikan Namibia, Afrika
Taman Nasional Ala Archa Kirgistan
Taman Nasional Ala Archa Kirgistan
Selat Drake Antartika Amerika
Selat Drake Antartika Amerika
Istana Kekaisaran Tokyo
Istana Kekaisaran Tokyo
Jembatan Gerbang Emas
Jembatan Gerbang Emas - Amerika
Air Terjun Niagara
Air Terjun Niagara Prancis
Grand Canyon
Grand Canyon Amerika
Pasar Terbesar di Bangkok
Pasar Terbesar di Bangkok
Taman Nasional Yellowstone
Taman Nasional Yellowstone - Amerika
Burj Khalifa - Dubai
Budj Khalifa Dubai
Taj Mahal
Taj Mahal India
Musium Amir Temur Uzbekistan
Musium Amir Temur Uzbekista
Blackpool - Amerika
Blackpool Irlandia
Taman Nasional Blue Mountain - Sydney
Taman Nasional Blue Mountain Sydney
Jembatan Baja Terbesar di Australia
Jembatan Baja Terbesar di Australia
Taman Nasional Kakadu Australia
Taman Nasional Kakadu Australia
Danau Baikal Rusia
Danau Baikal Rusia
Biara Meteora Yunani
Biara Meteora Yunani
Pantai Bondi Australia
Pantai Bondi Australia
Menara Eiffel Prancis
Menara Eiffel Prancis
Musium Van Gogh Belanda
Musium Van Gogh Belanda
Gedung Opera Sydney
Gedung Opera Sydney
Gunung Meja Afrika
Gunung Meja Afrika
Menara Kembar Petronas Malaysia
Menara Kembar Petronas Malaysia

===============================




Air Terjun Victoria Afrika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar