Kamis, 08 Oktober 2020

Pendekar Pemanah Rajawali Jilid 041

Bwee Tiauw Hong terperanjat. “Tidak jelek kepandaian bocah ini!” pikirnya. Dia lantas menjambak pula, sampai tiga kali.

Kwee Ceng selalu berkelit dengan berhasil.

Panas hatinya Tiauw Hong, dia berseru panjang, tangannya menyambar ke batok kepala. Itu dia pukulannya yang berbahaya, pukulan Cwi-sim-ciang.

Kwee Ceng kalah pandai, tangan kanannya pun masih dicekal si wanita, tidak dapat ia berkelit lagi. Tapi dia pun nekat, ia angkat tangannya yang kanan, menangkis.

Begitu kedua tangannya beradu, Bwee Tiauw Hong sudah lantas menarik pulang tangannya. Tangannya itu telah tergetar, juga seluruh tubuhnya menjadi panas. Ia menjadi heran sekali. Ia berpikir: “Aku berlatih tanpa guru, aku tersesat. Bocah ini sebaliknya sempurna ilmu dalamnya. Kenapa aku tidak mau memaksa dia untuk mengajari aku?”

Maka kembali ia mencekik leher si bocah itu. “Kau telah membunuh suamiku, tidak ada harapan lagi untuk hidup lebih lama!” ia kata dengan bengis. “Tetapi jikalau kau mau dengar perkataanku, kau akan mati dengan puas! Jika kau membela, aku nanti siksa padamu!”

Kwee Ceng tidak menjawab.

“Bagaimana Tan Yang Cu mengajarkan kau ilmu bersemadhi?!” Tiauw Hong tanya. Kwee Ceng dapat menerka isi hati orang. Ia berpikir; Ah, kau ingin aku mengajarkan ilmu tenaga dalam! Tidak nanti! Biar aku mati, tidak nanti aku membikin harimau tumbuh sayap!” Maka ia lantas tutup rapat kedua matanya, ia tidak pedulikan ancamanan orang.

Bwee Tiauw Hong mengerahkan tenaga tangan kirinya, membuat Kwee Ceng merasa lengannya sakit sekali. Tetapi ia sudah nekat, malah ia kata: “Kau memikir untuk mendapatkan kepandaianku? Hm! Baiklah siang-siang kau matikan keinginanmu itu!”

Tiauw Hong kendorkan pencetannya. “Aku berjanji akan mengantarkan obatmu kepada Ong Cie It, untuk menolong jiwanya,” katanya lemah lembut.

Mendengar ini, Kwee Ceng berpikir. “Inilah urusan penting,” katanya dalam hati. Lekas ia bilang: “Baik! Tapi kau mesti bersumpah dulu – sumpah yang berat, nanti aku ajarkan kau ilmu yang Ma Totiang ajarkan aku.”

Tiauw Hong lantas saja menjadi kegirangan. “Orang she Kwee….” katanya, dengan sumpahnya, “Sesudah si bocah she Kwee yang baru mengajari aku ilmu dalam dari Coan Cin Kauw, apabila aku si orang she Bwee tidak mengantarkan obat kepada Ong Cie It, biarlah tubuhku tidak dapat bergerak seluruhnya, biarlah aku tersiksa untuk selama-lamanya!”

Wanita ini baru memberikan sumpahnya itu lalu tiba-tiba di sebelah kiri mereka, sejarak belasan tembok, ada orang membentak dengan dampratannya; “Budak hina, lekas kau munculkan dirimu untuk terima binasa!”

Kwee Ceng kenali itu suara bentakan, dari Sam-tauw-kauw Hauw Thong Hay.

Lantas ia dengar pula suara seorang lain, “Budak cilik ini mesti ada di dekat-dekat sini! Jangan khawatir, dia tidak bakal lolos!”

Sembari berbicara, mereka itu jalan pergi.

Kwee Ceng terkejut. “Kiranya Yong-jie masih ada disini,” pikirnya. “Dan dia telah dipergoki mereka itu….” Dia lantas berpikir pula. Setelah itu, ia kata kepada Bwee Tiauw Hong; “Kau masih harus melakukan baik satu hal lagi, jika tidak, kau boleh siksa aku, aku akan tutup mulutku!”

“Masih ada apalagi?!” tanya Tiauw Hong yang murka sekali.

“Aku punya seorang sahabat, nona kecil,” sahut si anak muda: “Sahabatku lagi dikejar-kejar lawannya. Kau mesti turun tangan untuk menolongi sahabatku!”

“Hm!” Tiauw Hong kasih dengar ejekannya. “Cara bagaiman aku bisa mengetahui di mana adanya sahabatmu itu? Sudah, jangan ngoceh terus! Lekas kau jelaskan ilmu itu!” Dia pun kembali memencet.

Kwee Ceng menahan sakit, hatinya cemas dan mendongkol. Ia membandel. “Kau mau menolong atau tidak, terserah padamu!” katanya keras. “Aku suka bicara atau tidak, terserah aku!”

Tiauw Hong kewalahan. “Baiklah bocah, aku menerima baik permintaanmu,” bilangnya. “Bocah cilik yang bau, aku tidak sangka Bwee Tiauw Hong satu jago yang telah malang melintang di kolong langit ini, sekarang aku mesti menyerah kepada segala kehendakmu!”

Kwee Ceng tidak menyahuti, dia hanya berkoak-¬koak: “Yong-jie, ke mari! Yong-jie! Yong-jie…..”

Baru dua kali Oey Yong dipanggil, tiba-tiba dia telah muncul dari gerombolan pohon kembang mawar di samping mereka. Dia lantas menyahut: “Sudah lama aku ada di sini….!”

Memang nona itu sudah sekian lama bersembunyi di situ, maka itu dia pun telah dengar pembicaraan di antara Tiauw Hong dan Kwee Ceng. Dia menjadi terharu dan tertarik hatinya kepada si pria, yang begitu perhatian dan menyayanginya. Tanpa terasa, air matanya turun meleleh di kedua belah pipinya yang halus. Tapi ia tidak menangis terus, hanya ia lantas kata pada Bwee Tiauw Hong: “Bwee Jiak Hoa, lekas kau merdekakan dia!”

Kwee Ceng heran, begitu pun Bwee Tiauw Hong.

Bwee Jiak Hoa itu adalah nama benar dari Tiauw Hong, nama sebelum ia berguru, nama itu tidak dikenal kaum kongouw. Nama itu pun sudah beberapa puluh tahun tidak pernah terdengar lagi. Sekarang Tiauw Hong dengar nama orang menyebutnya, ia terperanjat. “Kau siapa?!” ia tanya, suaranya gemetar.

Oey Yong menjawab, katanya: “Di dalam tumpukan cita menyembunyikan pedang mustika, dalam suara seruling dan tambur ada si bintang tetamu….Aku she Oey….”

Tiauw Hong menjawab terlebih kaget lagi. “Kau…kau….!” tanyanya membentak.

“Kau bagaimana?!” balas tanya Oey Yong. “Masih ingkatkah kau kepada puncak Cek Cui Hong, gua Twie In Tong dan paseban Sie Kiam Teng dari pulau Tho¬hoa-to di Tang Hay?”

Tiauw Hong berdiam, ia merasakan seperti tubuhnya melayang-layang. Semua puncak, gua dan paseban itu adalah tempat dimana ia biasa pesiar semasa dia masih belajar silat. Heran ia akan mendengar disebutnya semua itu.

“Kau pernah apa dengan Oey Suhu, yang namanya Yok di atas dan Su di bawah?” ia tanya kemudian.




“Bagus!” seru si nona. “Kau nyatanya belum melupai ayahku! Tapi juga ayahku belum melupakan kau! Dia telah datang sendiri menjengukmu!”

Tiauw Hong ingin bangkit bangun akan tetapi kakinya tidak mau menurut perintah. Ia menjadi kaget, seumpama kata semangatnya terbang pergi. Ia menjadi bingung sekali.

“Lekas lepaskan dia!” Oey Yong berkata pula.

Tiba-tiba pula Tiauw Hong ingat: “Selama ini suhu tidak pernah meninggalkan Tho Hoa To, maka cara bagaimana dia bisa datang kemari? Bukankah aku tengah di perdayakan?”

Menyaksikan keragu-raguan orang, Oey Yong melompat tinggi setombak lebih, selagi lompat, ia putar tubuhnya dua kali sebelum tubuhnya turun, ia menyerang ke arah Tiauw Hong. Itulah jurus “Burung garuda terbang ke langit” dari Cwie-sim-ciang. Sembari menyerang, ia menanya: “Kau sudah mencuri kitab Kiu Im Cie Keng, kau mengertikan jurus ini?”

Tiauw Hong merasakan serangan itu dari anginnya saja, ia angkat tangannya untuk menangkis seraya berkata: “Sumoay, marilah kita bicara baik-baik! Mana suhu?”

Oey Yong tidak segera menjawab, waktu tubuhnya turun ke bawah, ia lantas ulur tangannya sambar Kwee Ceng.

Memang Oey Yong ini adalah putrinya Oey Yok Su, Tocu pemilik pulau dari pulau Thoa Hoa To di Tang Hay, Laut Timur. Dia adalah anak tunggal dan tersayang. Ibunya telah meninggal dunia karena kesulitan bersalin setelah ia dilahirkan. Dalam kedukaannya, Oey Yok Su menghibur diri dengan merawat dan memanjakan putrinya ini dengan dibantu sejumlah pelayan. Karena ia sangat disayang, ia menjadi sangat nakal. Ia cerdas sekali tapi dalam pelajaran ilmu silat, ia kurang bersungguh-sungguh, ia tidak dipaksa ayahnya itu yang ingat ia masih berusia terlalu muda. Maka itu, walaupun Oey Yok Su ada satu jago yang lihay, anaknya baru mendapat permulaan saja dari kepandaiannya itu.

Pada suatu hari Oey Yong pesiar keliling di pulau itu, sampai ia tiba di gua, dimana ayahnya telah mengurung musuhnya. Ia bicara sama musuh itu. Ia merasa kasihan, ia memberikan sedikit arak. Belakangan Oey Yok Su ketahui perbuatan anaknya itu, ia gusar, ia tegur anaknya. Belum pernah Oey Yong ditegur, menjadi tidak senang, maka itu ia pergi dengan naik sebuah getek kayu. Ia menyamar sebagai pemuda melarat, pergi ke mana ia suka, sampai di Kalgan– diluar dugaannya– bertemu sama Kwee Ceng, malah keduanya tertarik satu sama lain hingga mereka menjadi sahabat erat.

Oey Yong pernah dengar ayahnya omong tentang Tan Hian Hong dan Bwee Tiauw Hong, kedua murid ayahnya itu, maka ia tahu nama benar dari Tiauw Hong. Tentang kata-katanya tadi, yaitu: “Di dalam tumpukan cita menyembunyikan pedang mustika, dalam suara seruling dan tambur ada si bintang tetamu”, itu nyanyian Oey Yok Suk yang sering dinyanyikan, maka setiap muridnya kenal itu baik sekali. Ia sengaja menyebutkan itu, untuk menggertak Tiauw Hong, yang kepandaiannya tidak dapat ia tandingi. Benar-benar Tiauw Hong jeri dan melepaskan Kwee Ceng.

Tiauw Hong masih berpikir: “Suhu telah datang, entah dengan cara apa dia bakal menghukum aku…” Mukanya menjadi pucat ingat kebengisan Oey Yok Su, tubuhnya menggigil. Ia buta tetapi ia seperti membayangkan guru itu dengan bajunya warna kuning muda, dengan pundaknya menggendol sebuah pacul kecil peranti menggali obat¬-obatan, lagi berdiri di hadapannya. Mendadak tubuhnya menjadi lemas, seperti habis sudah ilmu silatnya, ia terus mendekam ke tanah seraya berkata: “Teecu ketahui dosaku yang mesti dibunuh berlaksa kali, tapi teecu mohon sukalah guru mengampunkan teecu dari hukuman mati mengingat mata teecu telah buta dan separuh tubuhku cacat…”

Kwee Ceng heran menyaksikan orang demikian ketakutan, padahal yang ia ketahui, si Mayat Besi biasanya galak dan telengas, musuh bagaimana tangguhpun tidak dapat buat ia jeri.

Oey Yong tertawa di dalam hatinya. Ia tarik tangan Kwee Ceng, terus ia menunjuk ke luar jendela. Itu artinya ia mengajak sahabat itu lari bersama, buat menyingkir dari istana.

Kwee Ceng baru memandang ke tembok tatkala di belakang mereka, dengar satu suara seruan yang disusul tertawa panjang, di sana muncul seorang yang tangannya menggoyang-goyang kipas.

“Anak baik, aku tidak kena kau jual!” orang itu berkata sambil tertawa.

Oey Yong lantas kenal Auwyang Kongcu, ia tahu ilmu silatnya lihay, dan orang pun hendak membekuk dirinya. Ia mengerti sukar lolos, tapi ia cerdik sekali, segera ia dapat akal, lantas ia menghadapi Bwee Tiauw Hong dan berkata: “Bwee Suci, ayah paling dengar perkataanku, sebentar nanti aku mohonkan ampun kepadanya, hanya sekarang kau mesti mendirikan dulu beberapa jasa baik, supaya ayah suka mengampunkannya.”

“Jasa baik apakah itu?” Bwee Tiauw Hong tanya.

“Ada orang busuk lagi menghina aku,” Oey Yong terangkan. “Akan aku berpura-pura tidak sanggup melawan, kaulah yang mesti hajar dia. Sebentar ayah datang, kapan ia lihat kau membantu aku, hatinya tentu girang.”

Tiauw Hong suka memberikan bantuannya. Kata-¬katanya ini sumoy, adik seperguruan, membuat ia mendapat harapan, hingga semangatnya bangun dengan mendadak.

Sementara itu Auwyang Kongcu lagi mendatangi bersama keempat murid wanitanya. Begitu dia tiba di depan mereka bertiga, Oey Yog tarik tangannya Kwee Ceng, untuk memernahkan diri di belakang Bwee Tiauw Hong. Nona ini telah pikir, begitu lekas Tiauw Hong dan si kongcu bertempur, ia mau ajak sahabatnya itu menyingkirkan diri.

Auwyang Kongcu melihat Tiauw Hong sedang duduk numprah, nyonya itu serba hitam dan romannya tidak luar biasa, ia ulur tangannya sambar Oey Yong. Mendadak saja ia merasakan angin menyambar ke arah dadanya, ia lihat tangan si nyonya menjambak secara hebat. Ia kaget bukan main. Belum pernah ia mendapat serangan sehebat ini. Lekas ia mengetok dengan kipasnya ke lengan si nyonya, tubuhnya pun dibawa berlompat berkelit. Walaupun begitu, ia masih kurang sebat, dengan menerbitkan suara memberebet, ujung bajunya robek sepotong sedang kipasnya patah menjadi dua potong. Yang membikin ia terkejut sekali adalah keempat muridnya telah roboh terguling, ia mendekati mereka, untuk memeriksa, nyata mereka sudah putus jiwanya semua, otak mereka telah dilobangi lima jari tangan. Itulah cengkeraman Kiu Im Pek-kut Jiauw.

Kongcu ini menjadi murka sekali, tidak banyak omong lagi, ia lompat maju, untuk menyerang Bwee Tiauw Hong. Ia keluarkan kepandaiannya yang istimewa, ialah “Sin To Soat San Ciong”, atau “Unta Sakti Gunung Salju”.

Bwee Tiauw Hong membuat perlawanan dengan Kiu Im Pek-kut Jiauw, kedua tangannya bergerak panjang dan pendek, sambungan tulang-tulangnya mengasih dengar suara meretek, hingga Auwyang Kongcu tidak berani merapatkan diri.

Oey Yong hendak menyingkir, ia baru menarik tangan Kwee Ceng tiba-tiba ia dengar bentakan di belakangnya, disusul serangan dua tangan. Itulah Hauw Thong Hay yang telah datang ke situ dan lantas menyerang, ke arah muka, sebab dia tahu si nona memakai lapis berduri.

Segera setelah itu, ke situ pun datang See Thong Thian bersama Nio Cu Ong dan Pheng Lian Houw.

Chao Wang bersama putranya repot mencari orang yang menculik onghui, mereka berlari-lari bersama barisan pengiring mereka, di dalam dan di luar istana.

Nio Cu Ong lihat bagaimana Auwyang Kongcu terdesak, sampai bajunya robek dan terlihat baju dalamnya. Ia pun lantas ingat bagaimana di dalam gua ia telah dipermainkan nyonya itu, ia menjadi gemas sekali sambil berseru, ia maju membantu si pemuda mengepung.

See Thong Thian dan Pheng Lian Houw menanti di pinggiran, bersiap untuk membantu. Hati mereka gentar menyaksikan kelihayan si nyonya.

Oey Yong main berkelit terhadap pelbagai serangan Hauw Thong Hay, ia membuatnya orang she hauw itu kewalahan.

Tidak lama, Bwee Tiauw Hong merasakan repot melayani dua lawan yang tangguh. Tiba-tiba ia tarik sebelah tangannya dan menyambar bebokong Kwee Ceng seraya ia berseru: “Kau podong kedua kakiku!”

Kwee Ceng kaget, tidak mengerti maksud orang, akan tetapi ia insyaf bahwa mereka bekerjasama menangkis musuh, ia turut perkataan orang itu, segera ia membungkuk memegang kedua pahanya Tiauw Hong, untuk diangkat.

Dengan tangan kirinya Tiauw Hong tangkis serangan Auwyang Kongcu, dengan tangan kanannya ia jambak Nio Cu Ong, sembari berbuat demikian, ia kata kepada Kwee Ceng: “Kau pondong aku, kau kejar si orang she Nio!”

Baru sekarang Kwee Ceng mengerti maksud orang. Pikirnya: “Dia tidak dapat menggunakan kedua kakinya, dia membutuhkan bantuanku!” Ia terus bekerja. Ia bukan lagi pondong si nyonya, dia hanya memanggulnya, lalu dia bergerak kesana ke mari menuruti setiap petunjuk nyonya itu, untuk maju memburu, guna mundur sembari menangkis atau berkelit. Ia bertenaga besar, enteng tubuhnya, dan tubuh Tiauw Hong tidak berat, ia jadi dapat berbegrak dengan leluasa. Maka setelah itu Tiauw Hong manjadi menang diatas angin.

“Bagaimana sih caranya meyakinkan ilmu dalam?” dia tanya Kwee Ceng selagi ia melayani musuh. Dia tidak dapat melupakan ilmu itu.

“Duduk numprah, lima hati di hadapkan ke langit,” Kwee ceng menjawab.

“Apa itu yang dinamakan lima hati?” Tiauw Hong menanya pula.

“Dengan itu dimaksudkan telapakan dua tangan, telapakan kedua kaki dan embun-embunan.”

Girang Tiauw Hong hingga ia menjadi bersemangat, hingga ketika ia menjambret Nio Cu Ong, dia dapat mengcengkram pundaknya. Maka tidak tempo lagi, pundaknya orang she Nio itu berlumuran darah, hingga ia mesti melompat menyingkir.

Kwee Ceng lompat, untuk memburu, tatkala ia melihat Kwie-bun Liong Ong See Thong Thian maju membantu suteenya untuk menggerubungi Oey Yong, ia menjadi kaget, lantas ia putar tubuhnya. “Hajar dulu ini dua orang!” ia kata pada Tiauw Hong.

Nyonya itu sudah lantas kasih bekerja kedua tangannya, yang kiri ke arah bebokongnya Hauw Thong Hay. Dia ini mengkeratkan diri, untuk berkelit. Di luar dugaannya tangan si nyonya, maka kagetlah ia tempo bebokongnya kena dijambak, hingga tubuhnya segera diangkat, sedang di lain pihak lima jari tangan kanan si nyonya itu menyambar ke batok kepalanya. tanpa berdaya lagi, ia menjadi lemas sekujur tubuhnya, tak dapat ia bergerak lagi.

SeeThong Thian menyaksikan itu, kagetnya bukan main. Ia lompat menghalau lengan nyonya itu. Karenanya kedua tangan beradu satu sama lain. keduanya menjadi kaget, tangan mereka sama-sama kesemutan.

Berbareng dengan itu, dari arah kiri terdengar suara angin menyambar. Itulah serangan kim-chie-piauw, atau senjata rahasia berupa uang dari Pheng Lian Houw.

Tiauw Hong dapat tahu datangnya serangan gelap, ia menangkis dengan melemparkan tubuhnya Hauw Thong Hay ke arah datangnya piauw itu, maka Thong Hay lantas saja berkoak, “Aduh!” karena tepat ia terkena piauw itu.

See Thong Thian kaget, apapula ia dapatkan tubuh sutee itu bakal jatuh ke tanah. Kalau ia terbanting, celakalah sutee itu. Terpaksa ia melompat maju, menanggapi dengan menyambar pinggang si adik seperguruan itu, yang terus ia lemparkan. Maka kali ini Thong Hay bisa kerahkan tenaganya, hingga ia jatuh dengan wajar.

Tiauw Hong melemparkan tubuh orang dan See Thong Thian menolong suteenya, semua itu terjadi dalam sejenak, menyusuli itu, Tiauw Hong segera diserang dari tiga penjuru, oleh piauwnya Pheng Lian Houw, oleh Auwyang Kongcu dan See Thong Thian.

Bwee Tiauw Hong memasang kupingnya, lantas jari-jari tangannya dipakai menyentil, akan menyentil balik setiap piauw, dari itu, semua piauw itu mental kembali, menyerang kepada Auwyang Kongcu, Pheng Lian Houw dan See Thong Thian, juga kepada Nio Cu Ong, yang turut maju pula.

“Apakah itu yang dinamakan mengumpulkan ngo¬heng?” Tiauw Hong menanya lagi.

“Itulah kayu dari Tong-hun, emas dari See-pek, api dari Lam Sin, air dari Pak Ceng, dan tanah dari Tiong Ie.”

Ngo-heng ialah kayu, emas, api, air dan tanah.

“Apakah itu yang disebut mengakurkan su-ciang?”

“Itu artinya menyimpan mata, mengebalkan kuping, meluruskan napas dan menutup lidah.”

“Tidak salah! Itu yang dinamakan ngo-kie-tiauw¬goan – lima hawa dipusatkan kepada asalnya?”

“Itulah, mata tidak melihat tetapi semangatnya ada di jantung, kuping tidak mendengar tapi pendengarannya ada di geginjal, lidah tidak berbunyi tetapi pemikirannya ada di hati, dan hidung tidak mencium bau tetapi rohnya ada di peparu.”

Girang Tiauw Hong mendapatkan keterangan ini. Sudah belasan tahun ia menyakinkan Kiu Im Cie Keng, tidak pernah ia mengerti itu. Maka ia menanya. Dengan begini ia telah memecah perhatiannya, belum lagi Kwee Ceng menjawab, pundak kirinya dan iga kanannya terkena hajar oleh Auwyang Kongcu dan See Thong Thian. Ia bertubuh kuat akan tetapi toh hajaran itu membikin ia merasakan sangat sakit.

Oey Yong pun menjadi cemas. Ia mengharap Tiauw Hong bisa melibat musuh-musuhnya, supaya ia bisa ajak Kwee Ceng kabur, siapa tahu, pemuda ini mesti membantu.

Segera juga Tiauw Hong terdesak dibawah angin. Ia heran atas tidak datangnya bala bantuan, maka akhirnya ia teriaki Oey Yong: “Eh, darimana kau memancing begini banyak musuh lihay? Mana suhu?” Ia menanya demikian, sebenarnya ia khawatir. Sungguh tak ingin ia bertemu sama gurunya, yang ia tahu telengas,

“Dia bakal segera datang!” Oey Yong menyahut. “Mereka ini bukan tandinganmu! Umpama kata kau duduk di tanah, mereka tidak nanti dapat mengganggu selembar rambutmu!” Ia ingin membangkitkan kejumawaan si Mayat Besi, supaya Kwee Ceng dilepaskan. Tetapi Tiauw Hong tengah sulit sekali, ia repot melayani musuh-musuhnya.

Nio Cu Ong berseru, melompat menerjang.

Tiauw Hong merasakan ada serangan di kiri dan kanannya, ia mementang kedua tangannya untuk menangkis, tetapi ia merasakan rambutnya ada yang tarik. Itulah nio Cu Ong, yang menyambar rambutnya. Ia kaget, begitu pun Oey Yong.

Nona ini segera menyerang punggung she Nio itu, atas mana Cu Ong menangkis dengan tangan kanannya, sekalian dia hendak membangkol tangannya si nona itu, sedang tangan kirinya tidak melepaskan rambutnya si Mayat Besi.

Untuk membebaskan dirinya, Tiauw Hong menyambar ke rambutnya, maka bagaikan sitebas, rambutnya itu kutung putus, menyusul mana, ia serang Nio Cu Ong.

Dengan mencelat ke samping, Cu Ong menolong dirinya. Sementara itu Pheng Lian Houw lantas mengetahui wanita itu adalah Bwee Tiauw Hong, salah satu dari Hek Hong Siang sat, maka itu, apabila ia dapat kenyataan Oey Yong membantu si Mayat Hidup, dia menegur : “Eh, budak cilik! Kau bilang bukannya murid Hek Hong, nyata kau mendusta!”

Oey Yong tidak mau mengalah. “Dia guruku?” dia membalik, mengejak. “Lagi seratus tahun ia belajar silat, dia masih belum mampu menjadi guruku!”

Lian Houw heran. Terang mereka berdua sama ilmu silatnya. Kenapa si nona menyangkal? Kenapa agaknya si nona tidak menghormati Tiauw Hong itu?

Justru itu terdengarlah suaranya See Thong Thian: “Memanah orang lebih dulu memanah kudanya!” Kata-¬kata itu ditujukan kepada Kwee Ceng, yang ia lantas rabu kakinya.

Tiauw Hong kaget. Ia tahu Kwee Ceng masih lemah, kalau anak itu roboh, ia pun bisa susah. Maka itu, ia membungkuk, untuk menyambut kakinya orang she See itu. Justru itu, dengan tubuhnya si nyonya turun rendah, Auwyang Kongcu membarengi menumbuk bebokongnya.

Tiauw Hong mengasih dengar suara “Hm!” Mendadak saja tangan kanannya terayun, lalu terlihat berkelebatnya satu sinar putih terang. Nyata ia telah kasih keluar cambuknya, dengan apa ia menyambet ke empat penjuru. Cambuknya itu bergerak bagaikan naga beracun, hingga empat lawannya mesti menjauhkan diri.

Pheng Lian Houw berpikir: “Ini perempuan buta mesti lebih dulu dibinasakan, jikalau suaminya si Mayat Perunggu keburu datang, sungguh sulit!” Ia memikir demikian karena ia tidak tahu Tan Hian Hong sudah binasa.

Sebenarnya cambuk Tong-liong Gin-pian dari Bwee Tiauw Hong lihay sekali, di dalam kalangan enam tombak, siapa kena dicambuk, dia mesti terbinasa, cuma sekarang ia menghadapi Auwyang Kongcu berempat… semua bukan sembarang orang. Ia cuma bisa membikin mereka itu merenggangkan diri.

Pheng Lian Houw penasaran, sambil berseru, dia menjatuhkan diri, untuk menyerbu dengan bergulingan.

Tiauw Hong tidak tahu orang hendak membokong dia, tetapi dia melayani ketiga musuhnya. Adalah Kwee Ceng, yang menjadi kaget sekali, dalam takutnya, ia menjerit. Atas ini tahulah Tiauw Hong datangnya musuh-musuh, ia lantas ulur tangan kirinya, menjambret si orang she Pheng itu.

Oey Yong tidak dapat membantu Tiauw Hong lagi, karena cambuk orang merintangi majunya. Dilain pihak, ia melihat ancaman bahaya untuk si Mayat Besi – artinya untuk sendiri berdua sama Kwee Ceng. Ia lantas dapat akal, maka ia berteriak: “Semua berhenti! Aku hendak bicara!”

Pheng Lian Houw, yang bisa membebaskan diri, begitupun ketiga kawannya, tidak mengambil mumat atas teriakan itu, mereka terus mengurung.

Oey Yong khawatir dan penasaran, ia berteriak pula, tiba-tiba ia dengar lain orang mendahuluinya: “Semua berhenti, aku hendak bicara!” Suara itu datangnya dari arah tembok.

Oey Yong segera berpaling. Enam orang, yang tubuhnya tinggi kate tidak rata, tampak berdiri di atas tembok. Tapi malam gelap, muka mereka tidak terlihat nyata.

Pheng Lian Houw semua tahu, ada datang orang dari pihak ketiga, mereka tidak ambil peduli, mereka berkelahi terus.

Rupanya keenam orang di atas tembok itu tidak dapat manahan sabar, dua diantaranya sudah lantas lompat turun. Mereka ini masing-masing bersenjatakan joan-pian dan pikulan besi, dengan senjatanya itu, mereka lantas serang Auwyang Kongcu. Orang yang mencekal joan-pian itu, cambuk emas, yang tubuhnya kate, membarengi mendamprat: “Bangsat tukang petik bunga, kemana kau hendak lari?!”

Kwee Ceng dengar suara orang, ia menjadi girang sekali. “Suhu lekas tolong teecu!” ia berteriak.

Memang keenam orang itu adalah Kanglam Liok Koay. Sejak di Utara mereka terpisah dari Kwee Ceng, kemudian mereka menguntit delapan murid wanita dari Pek To San. Diwaktu malam, mereka lantas mempergoki Auwyang Kongcu beserta sekalian muridnya merampas anak gadis suatu keluarga baik-baik. Mereka gusar, lantas menyerang.

Auwyang Kongcu membuat perlawanan, tetapi Liok Koay telah berlatih sungguh-sungguh di gurun pasir, telah memperoleh banyak kemajuan, mereka membikin kewalahan. Begitulah tubuhnya kena dihajar tongkatnya Kwa Tin Ok dan kakinya tertendang Cu Cong. Merasa tidak ungkulan, terpaksa ia lepaskan si nona mangsanya itu dan lari kabur. Dua muridnya binasa masing-masing oleh Lam Hie Jin dan Coan Kim Hoat.







OBJEK WISATA MANCA NEGARA


Teluk Wilhelmina Antartika

Kota Tua Samarkand, Uzbekistan
Pulau Falkland Antartika Inggris
Pulau Falkland Antartika Inggris
Air Terjun Victoria Afrika
Air Terjun Victoria Afrika
Panci Makgadikgadi Botswana, Afrika
Panci Makgadikgadi Botswana, Afrika
Pulau Falkland Antartika Inggris
Pulau Falkland Antartika Inggris
Panorama Alam Georgia
Panorama Alam Georgia
Kebun Raya Singapura
Kebun Raya Singapura
Pagoda Shwedagon Yangon, Myanmar
Pagoda Shwedagon Yangon, Myanmar
Dataran Guci Xiangkhouang, Laos
Dataran Guci Xiangkhoung, Laos
Danau Iskanderkul Tajikistan
Danau Iskanderkul Tajikistan
Piramida Giza Mesir
Piramida Giza Mesir
Ngarai Sungai Ikan Namibia, Afrika
Ngarai Sungai Ikan Namibia, Afrika
Taman Nasional Ala Archa Kirgistan
Taman Nasional Ala Archa Kirgistan
Selat Drake Antartika Amerika
Selat Drake Antartika Amerika
Istana Kekaisaran Tokyo
Istana Kekaisaran Tokyo
Jembatan Gerbang Emas
Jembatan Gerbang Emas - Amerika
Air Terjun Niagara
Air Terjun Niagara Prancis
Grand Canyon
Grand Canyon Amerika
Pasar Terbesar di Bangkok
Pasar Terbesar di Bangkok
Taman Nasional Yellowstone
Taman Nasional Yellowstone - Amerika
Burj Khalifa - Dubai
Budj Khalifa Dubai
Taj Mahal
Taj Mahal India
Musium Amir Temur Uzbekistan
Musium Amir Temur Uzbekista
Blackpool - Amerika
Blackpool Irlandia
Taman Nasional Blue Mountain - Sydney
Taman Nasional Blue Mountain Sydney
Jembatan Baja Terbesar di Australia
Jembatan Baja Terbesar di Australia
Taman Nasional Kakadu Australia
Taman Nasional Kakadu Australia
Danau Baikal Rusia
Danau Baikal Rusia
Biara Meteora Yunani
Biara Meteora Yunani
Pantai Bondi Australia
Pantai Bondi Australia
Menara Eiffel Prancis
Menara Eiffel Prancis
Musium Van Gogh Belanda
Musium Van Gogh Belanda
Gedung Opera Sydney
Gedung Opera Sydney
Gunung Meja Afrika
Gunung Meja Afrika
Menara Kembar Petronas Malaysia
Menara Kembar Petronas Malaysia

===============================




Air Terjun Victoria Afrika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar