Rabu, 03 November 2021

Sin Tiauw Hiap Lu 196

NGO-COAT (Lima Tokoh Terkemuka)

Biasanya apa pun yang dikehendaki pasti terpenuhi, tetapi sesuatu yang justru sangat diinginkannya malah tidak dapat diperoleh. Sebab itulah selama hidupnya terkadang dia sendiri pun tidak paham, sebab apa sifatnya begitu keras? Sebab apa di waktu orang lain bergirang, ia sendiri justru mendongkol dan marah tanpa sebab? Wajahnya sebentar marah sebentar pucat, dia terus memikirkan perasaannya yang aneh.

Tetapi Yo Ko, Siao-liong-li, Yalu Ce, Kwe Siang dan lain-lainnya sedang memandang jauh mengikuti pertempuran dahsyat yang masih berlangsung di depan benteng Siang-yang. Tampak tentara Mongol laksana semut sedang merembet ke atas benteng, Kwe Ceng dan Oey Yok-su bersama prajuritnya menggempur dari belakang, Tetapi jumlahnya sedikit hingga sukar menggulingkan pasukan besar musuh yang menggempur benteng.

Sedangkan panji kebesaran raja Mongol tampak perlahan-lahan mendekati kota. Rupanya pasukan penjaga kota sudah patah semangat, tidak sanggup lagi menggempur turun pasukan musuh yang merembes ke atas benteng.

Melihat itu, Kwe Siang berseru kuatir: “Toa-koko, bagaimana baiknya? Bagaimana baiknya ini?”

Diam-diam Yo Ko pikir: “Hidupku dapat berjumpa lagi dengan Liong-ji, sesungguhnya Thian sudah berlaku murah padaku. Walau pun hari ini harus mati, rasanya aku tidak menyesal. Laki-laki sejati harus membela tanah air dan berkorban di medan bakti. Inilah tempat berpulang yang paling tepat bagiku.” seketika semangatnya me-nyala-nyala, serunya segera:

“Mari, Yalu-heng, kita menerjang musuh lagi!”

“Bagus sekali!” sahut Yalu Ce tanpa pikir.

“Mari kita ikut menyerbu!” Siao-liong-li dan Kwe Siang berseru berbareng.

“Baik,” kata Yo Ko. “Aku merintis di depan, kalian kumpulkan sebanyaknya tombak yang panjang dan ikut di belakangku.”

Segera Yalu Ce memberi perintah bawahannya mengumpulkan tombak yang berserakan di medan pertempuran itu, mereka masing-masing membawa beberapa buah juga.

Dengan tombak di tangan, Yo Ko cemplak kuda menerjang ke depan. Sin-tiau, Si rajawali sakti selalu mendampingi kudanya, sayapnya yang kuat seakan perisai bagi Yo Ko dan menyampuk panah yang berhamburan datang. Siao-liong-li, Yalu Ce, Kwe Hu dan Kwe Siang ngintil di belakang dengan kencang.

Ternyata jurusan yang diarah Yo Ko justru di mana kelihatan panji kebesaran raja Mongol berkibar. Keruan Yalu Ce terkejut bukan main. Ia tahu, sekali raja Mongol berani memimpin tentaranya, tentu penjagaan sudah diatur keras dan rapat sekali. Kini jumlah pihaknya yang tiada seratus orang bukankah cuma antarkan kematian bila berani menerjangnya? Tapi bila teringat jiwanya yang tadi hampir melayang tapi tertolong Yo Ko, maka ke mana saja diajak, ke lautan api atau masuk air mendidihpun pasti akan diturutnya.

Demikianlah dalam sekejap mereka menerjang mendekati benteng Siang-yang, Ketika pengawal Mongol melihat serbuan rombongan Yo Ko yang sangat hebat, segera ada 200 orang dikerahkan untuk menahannya.

Tetapi sekali Yo Ko ayunkan tangannya yang tunggal itu, pesat bagaikan panah sebatang lembing atau tombak meluncur ke depan lantas menembus dada seorang perwira musuh, setelah itu dia sambut pula sebatang lembing lain dari Yalu Ce terus ditumpukkan lagi dan kembali perwira musuh kedua terjungkal.

Keruan pasukan Mongol menjadi kacau dan rombongan Yo Ko dengan cepat menerjang lewat. Terkejut sekali para pengawal Mongol, beramai-ramai mereka mengangkat senjata menghadang maju. Tetapi setiap kali tombak Yo Ko menusuk, satu orang pasti terguling, siapa yang merintangi pasti mati.

Harus diketahui tenaga sakti lengan tunggal Yo Ko terlatih di bawah damparan ombak badai, betapa kuat sambitan lembingnya itu, jangankan badan manusia, sekali pun batu cadas juga tembus. Setiap lembingnya selalu diincarkan kepada perwira-perwira yang memakai topi baja yang mudah dikenal, maka sekejap saja 17 tombak membunuh 17 perwira Mongol yang perkasa.

Dengan serangan kilat ini, meski berpuluh ribu tentara terhimpun di bawah benteng, tetapi ke mana pun rombongan Yo Ko sampai, di situ lantas kacau balau, sekaligus Yo Ko menerjang sampai di depan raja Mongol.

Dengan mati-matian pengawal pribadi Monko maju bertahan. Malahan beberapa orang di antaranya terus mengaling-aling di depan junjungan mereka sebagai tameng.

Ketika Yo Ko membalikkan tangannya hendak menerima tombak lagi dari Yalu Ce, ternyata ia hanya mendapat tempat kosong. Kiranya mereka sudah diterjang pasukan musuh hingga terpisah.

Sementara Yo Ko melihat muka raja MongoI mengunjuk rasa gugup dan kuatir, kudanya segera diputar lantas hendak kabur. Tiba-tiba Yo Ko bersuit panjang, sekali kakinya menggenjot pelana kuda, tubuhnya mencelat ke atas dan menubruk ke sana.

Belasan prajurit pengawal raja segera memutar senjata menusuk ke atas, namun mendadak Yo Ko berjumpalitan satu kali di udara, tahu-tahu tubuhnya melayang lewat di atas senjata-senjata musuh.

Melihat gelagat jelek, sekali tarik kudanya, segera raja Mongol itu kabur ke depan dengan cepat. Kuda tunggangannya adalah binatang pilihan, larinya begitu cepat bagaikan terbang. Tetapi Yo Ko tetap mengejarnya dengan kencang, dengan ilmu entengkan tubuh yang tinggi. Dan di belakangnya menyusul beratus prajurit pengawal Mongol.

Melihat keadaan itu, pasukan kedua belah pihak, di atas dan di bawah benteng, untuk sementara lupa bertempur dan mereka berteriak-teriak. Pasukan Mongol berteriak mengharap kuda junjungan mereka berlari lebih cepat, sebaliknya pasukan Song berteriak memberi semangat pada Yo Ko agar bisa membekuk raja Mongol.

Diam-diam Yo Ko sangat girang melihat raja Mongol kabur terpencil sendirian. Pikirnya, betapa pun cepat kau kabur, akhirnya akan kutangkap. Tak terduga-duga, kuda tunggangan Monko yang bernama ‘Hui-hun-cui’ (kuda awan melayang) ternyata luar biasa. Sedikit menggenjot, sekali melompat lantas beberapa meter ke depan. Meski Yo Ko sudah mengejar sekuatnya, malah semakin jauh ketinggalan.

Mendadak Yo Ko menyambar sebatang tombak lalu ditimpukkannya ke punggung Monko sekuat tenaga. Tampaknya lembing itu meluncur bagai panah dan segera bakal tertancap pada punggung orang. Saking tegangnya sampai kedua pihak ternganga menahan napas, siapa tahu mendadak kuda ‘Hui-hun-cui’ itu memancal ke depan sehingga lembing itu jatuh satu kaki jauhnya di belakang punggung raja Mongol itu.

Maka berteriak lagi pasukan kedua pihak. Pasukan Song merasa sayang atau gegetun, sebaliknya pasukan Mongoi bersyukur girang.

Waktu itu jarak Kwe Ceng, Oey Yok-su, Oey Yong, Ciu Pek-thong dan It-teng semuanya sangat jauh, mereka hanya ikut kuatir saja tanpa dapat membantu Yo Ko. Sebaliknya prajurit dan perwira Mongol juga hanya bisa ber-teriak-teriak memberi semangat saja, walau pun ada maksud berkorban untuk junjungan mereka, tapi mana dapat menyusul larinya ‘Hui-hun-cui’ yang begitu pesat?

Ketika Monko menoleh ke belakang dan melihat Yo Ko semakin ketinggalan jauh, dia menjadi lega. Segera dia belokkan kudanya menuju ke barat, ke pasukannya yang berada di situ. Maka sambil berteriak-teriak pasukan Mongol itu pun maju memapak.

Jika sampai keduanya bergabung, lebih tinggi lagi kepandaian Yo Ko juga takkan berdaya menangkap raja musuh itu. Melihat usahanya akan gagal, Yo Ko menjadi amat gegetun. Tiba-tiba pikirannya tergerak. Ia pikir tombak terlalu berat, sukar mencapai jauh, kenapa tidak pakai batu saja?

Karena itu cepat ia jemput dua potong batu kecil seadanya, ia gunakan ‘Tan-ci-sin-thong’ (ilmu sakti selentikan jari), dua batu itu satu persatu diselentikkan ke depan. Terdengar dua kali suara mendenging tajam, tanda betapa pesat menyambarnya batu itu dan keduanya kena pantat kuda ‘Hui-hun-cui’ hingga karena kesakitan, sembari meringkik, binatang itu berjingkrak terus berdiri menegak.

Monko adalah raja yang amat tangkas dan gagah perwira, semenjak kecil sudah banyak ikut bertempur bersama kakeknya, yakni Jengis Khan, hidupnya boleh dikatakan dibesarkan di atas kuda dan di tengah senjata. Meski kini menghadapi bahaya, sama sekali ia tidak menjadi gugup, cepat ia tarik gendewa terus memanah ke belakang sambil kedua kakinya mengempit kencang kudanya yang menegak.

Tapi dengan sedikit menunduk, Yo Ko hindarkan panah, habis itu secepat terbang ia melompat maju, sedangkan tangannya sudah dapat meraup sepotong batu lagi. Waktu ia sambitkan sekuatnya, dengan tepat batu itu mengenai punggung Monko.

Betapa hebat tenaga sambitan Yo Ko, keruan Monko tak tahan, tulang iganya patah, orangnya terjungkal dari kuda dan terbanting binasa. Melihat raja mereka terguling dari kuda, seluruh pasukan MongoI menjadi kacau, beramai-ramai merubung maju dari segala jurusan.

Segera Kwe Ceng memberi tanda serangan umum. Demikian pula pasukan Song yang berada di dalam benteng ikut menyerbu keluar. Ditambah lagi barisan 28 bintang yang dipimpin Oey Yok-su lantas menggempur musuh ke sana ke sini.

Dalam keadaan kacau balau itu pasukan Mongol saling injak-menginjak, yang binasa tidak terhitung banyaknya, di sepanjang jalan penuh senjata yang ditinggalkan, akhirnya kabur tanpa teratur ke utara.

Selagi Kwe Ceng memimpin pasukannya mengejar musuh, tiba-tiba terlihat dari arah barat muncul lagi satu pasukan musuh yang barisannya sangat rajin teratur, dari panjinya dapat diketahui itu adalah pasukan yang dipimpin adik raja, yaitu Kubilai.

Akan tetapi sekali pasukan Mongol sudah kalah, keadaannya bagai air bah melanda dan seketika tidak mungkin dapat ditahan. Betapa pun Kubilai mengatur tentara dengan baik, tetap saja kena terjang, pasukan kalah yang mundur laksana arus menerjang itu sehingga seketika pasukannya justru ikut menjadi kacau.

Melihat gelagat jelek, segera Kubilai putar balik pasukannya, dia sendiri dengan pasukan pribadinya perlahan-lahan mundur ke utara dengan teratur.

Sejak terjadi pertempuran antara pasukan Mongol dan kerajaan Song, selamanya pihak Mongol belum pernah mengalami kekalahan begitu besar, apalagi raja mereka gugur di medan pertempuran, hal ini sangat mempengaruhi semangat tentaranya.

Pula menurut tradisi bangsa Mongol, takhta kerajaan bukan diteruskan putera mahkota, tetapi dicalonkan suatu dewan yang terdiri dari keluarga raja, pengeran-pangeran, pembesar-pembesar dan panglima yang terkemuka.

Kini Monko sudah mati, Kubilai ingin buru-buru bisa naik takhta, maka dia pun cepat memimpin pasukannya pulang ke utara. Kelak tiga belas tahun kemudian barulah pasukan Mongol datang menggempur Siang-yang lagi.

**** 196 ****





OBJEK WISATA MANCA NEGARA


Teluk Wilhelmina Antartika

Kota Tua Samarkand, Uzbekistan
Pulau Falkland Antartika Inggris
Pulau Falkland Antartika Inggris
Air Terjun Victoria Afrika
Air Terjun Victoria Afrika
Panci Makgadikgadi Botswana, Afrika
Panci Makgadikgadi Botswana, Afrika
Pulau Falkland Antartika Inggris
Pulau Falkland Antartika Inggris
Panorama Alam Georgia
Panorama Alam Georgia
Kebun Raya Singapura
Kebun Raya Singapura
Pagoda Shwedagon Yangon, Myanmar
Pagoda Shwedagon Yangon, Myanmar
Dataran Guci Xiangkhouang, Laos
Dataran Guci Xiangkhoung, Laos
Danau Iskanderkul Tajikistan
Danau Iskanderkul Tajikistan
Piramida Giza Mesir
Piramida Giza Mesir
Ngarai Sungai Ikan Namibia, Afrika
Ngarai Sungai Ikan Namibia, Afrika
Taman Nasional Ala Archa Kirgistan
Taman Nasional Ala Archa Kirgistan
Selat Drake Antartika Amerika
Selat Drake Antartika Amerika
Istana Kekaisaran Tokyo
Istana Kekaisaran Tokyo
Jembatan Gerbang Emas
Jembatan Gerbang Emas - Amerika
Air Terjun Niagara
Air Terjun Niagara Prancis
Grand Canyon
Grand Canyon Amerika
Pasar Terbesar di Bangkok
Pasar Terbesar di Bangkok
Taman Nasional Yellowstone
Taman Nasional Yellowstone - Amerika
Burj Khalifa - Dubai
Budj Khalifa Dubai
Taj Mahal
Taj Mahal India
Musium Amir Temur Uzbekistan
Musium Amir Temur Uzbekista
Blackpool - Amerika
Blackpool Irlandia
Taman Nasional Blue Mountain - Sydney
Taman Nasional Blue Mountain Sydney
Jembatan Baja Terbesar di Australia
Jembatan Baja Terbesar di Australia
Taman Nasional Kakadu Australia
Taman Nasional Kakadu Australia
Danau Baikal Rusia
Danau Baikal Rusia
Biara Meteora Yunani
Biara Meteora Yunani
Pantai Bondi Australia
Pantai Bondi Australia
Menara Eiffel Prancis
Menara Eiffel Prancis
Musium Van Gogh Belanda
Musium Van Gogh Belanda
Gedung Opera Sydney
Gedung Opera Sydney
Gunung Meja Afrika
Gunung Meja Afrika
Menara Kembar Petronas Malaysia
Menara Kembar Petronas Malaysia

===============================




Air Terjun Victoria Afrika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar